Anda di halaman 1dari 37

PENGASUHAN ANAK KELUARGA MISKIN DI

KECAMATAN CIEUNYING KALER


KOTA BANDUNG

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif

DOSEN PENGAMPU:

Dr. RADEN ENKEU AGIATI, M.Si


Dr. BAMBANG RUSTANTO, M.Hum
OLEH:
MOH. BIMA ANUGERAH
NRP. 21.04.086

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA TERAPAN PEKERJAAN SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul
“Pengasuhan Anak Keluarga Miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota
Bandung”. Penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr. Raden Enkeu Agiati, M.Si dan Dr. Bambang Rustanto, M.Hum. selaku dosen
pengampu mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif dan telah mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan penulisan tepat pada waktunya. Semoga segala kebaikan dan
keikhlasan dari pihak terkait yang telah membantu menyelesaikan penulisan ini
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Demikian proposal penelitian ini disusun,
semoga bermanfaat bagi semua.

Bandung, 10 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................7

1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................................7

1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................................8

II. KAJIAN KONSEPTUAL ................................................................................. 9

2.1. Penelitian Terdahulu ......................................................................................9

2.2. Teori yang relevan dengan penelitian…………………………………………… 11

2.2.1 Kajian tentang Pengasuhan………………………………………………11

2.2.2 Kajian tentang Anak Keluarga miskin………………………………......16

2.2.3 Tinjauan Intervensi Pekerjaan Sosial……………………………………19

III. METODE PENELITIAN………………………,…………………...……………….23


3.1 Penjelasan Istilah……………………….…………,,…..…………..…..….23
3.2 Penjelasan Latar Penelitian………………………..……..………… ….….24
3.3 Sumber Data dan Cara menentukan Sumber Data……,,…..……………...24
3.3.1 Sumber Data…………………………………..……,…………………...24
3.3.2 Cara Menentukan Sumber Data……………………….…………………25
3.4 Teknik Pengumpulan Data…………...…………………….………….…...25
3.4.1 Wawancara mendalam……………………………………………….….,25
3.4.2 Observasi…………………………………………………………………26
3.4.3 Studi Dokumentasi……….…….………………………………………...26
3.5 Pemeriksaan Keabsahan Data……….……………………………………..26
3.6.1 Uji Kredibilitas…………….…………………………………………….26
3.6.2 Uji Keteralihan…………………………………………………………..28
3.7 Teknik Analisis……………………………………………………………28

ii
3.7.1 Analisis Data Sebelum di Lapangan……………………………….……29
3.7.2 Analisis Data Lapangan…………………………………………………29
3.8 Jadwal Penelitian………………………………………………………….30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………31.

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu .................................................................................9

i
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Permasalahan anak merupakan sesuata yang dapat menggangu kehidupan anak


yang muncul karena adanya ketidak selarasan pada perkembangannya. Campbell
(1990) berpendapar bahwa perilaku bermasalah digunakan untuk mengindikasikan
membesarnya frekuensi dan intensitas perilaku tertentu sampai pada tingkatan yang
mengkhawatirkan. Ada beberapa dasar kriteria yang dapat dijadikan acuan untuk
melihat apakah perilaku anak normative atau bermasalah yaitu: kriteria statistic
artinya perkembanga dari rata-rata orang yang biasanya tergambar dari norma
statistik contohnya tinggi badan. Kemudian kriteria sosial yang artinya apabila
perilaku yang ditampilkan oleh anak tidak sesuai dengan pranata atau aturan sosial
maka dapat dikatakan bermasalah.
Anak dalam keluarga miskin merupakan anak yang berasal dari keluarga
dengan kondisi ekonomi yang terbatas. Mereka menghadapi keterbatasan dalam
memenuhi kebutuhan dasar, pendidikan, kesehatan, dan kesempatan yang lain.
Anak yang bersada dalam keluarga miskin sering kali membutuhkan dukungan dan
perhatian lebih dalam rangka mendukung perkembang sang anak secara optimal.
Pengasuhan merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak dalam
mendukung perkembangan fisik, emosi, sosial, intelektual, dan spiritual (Wong:
2001) sehingga anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas,
mandiri, sehat, berbudi pekerti yang luhur, dan berakhlak mulia. Pengasuhan yang
positif perlu dilakukan oleh setiap orang tua dalam memberikan dukungan
kesuksesan anak di masa depan. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh untuk
membimbing, mengawasi, dan melindungi anaknya untuk tumbuh dan berkembang
optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap anak agar kelak anak siap untuk
hidup bermasyarakat dengan karakternya yang mulia.
Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
juga mempertegas tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi
pelaku kejahatan terhadap Anak, untuk memberikan efek jera, serta mendorong
adanya langkah konkret untuk memulihkan kembali fisik, psikis dan sosial Anak
korban dan/atau Anak pelaku kejahatan. Hal tersebut perlu dilakukan untuk

1
mengantisipasi Anak korban dan/atau Anak pelaku kejahatan di kemudian hari
tidak menjadi pelaku kejahatan yang sama. Undang-undang (UU) Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak..
Keluarga merupakan lingkungan primer dalam proses pembentukan
kepribadian anak yaitu media penanaman nilai-nilai moral keagamaan,
kemanusiaan dan cinta kasih sayang baik terhadap orang tua maupun terhadap
sesama. Keluarga mempunyai posisi yang strategis yakni pertama, keluarga dapat
menjadi penyebab terjadinya masalah kesejahteraan sosial. Kedua, keluarga dapat
menjadi korban permasalahan dari berbagai situasi dan kondisi struktur sosial
ekonomi yang terjadi di masyarakat. Ketiga, keluarga juga dapat menjadi sumber
pemecahan masalah.
Anak-anak dalam keluarga miskin sering kali menghadapi tantangan yang lebih
berat dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Keluarga miskin mengalami
kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan mental, pendidikan khusus, dan
perawatan yang diperlukan untuk anak keluarga miskin. Akibatnya, anak-anak ini
kurang mendapatkan perawatan yang memadai, pendidikan yang sesuai, atau
dukungan sosial yang diperlukan untuk mengembangkan potensi mereka
sepenuhnya.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah keluarga
miskin yang banyak. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta
orang, menurun 0,46 juta orang terhadap September 2022 dan menurun 0,26 juta
orang terhadap Maret 2022. Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret
2023 sebesar 7,29 persen, menurun dibandingkan September 2022 yang sebesar
7,53 persen. Sementara itu, persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret
2023 sebesar 12,22 persen, menurun dibandingkan September 2022 yang sebesar
12,36 persen. Pada Maret 2023, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia
memiliki 4,71 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis
Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp2.592.657,-/rumah
tangga miskin/bulan.
Penerimaan keluarga terhadap anak sangat penting untuk perkembangan anak

2
tersebut. Keluarga yang memberikan dukungan, cinta, dan penerimaan kepada anak
memberikan landasan yang kuat bagi perkembangan emosional dan sosialnya.
Penerimaan ini dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, di mana
anak merasa dicintai dan diterima apa adanya. Penting bagi keluarga untuk mencari
dukungan, baik dari tenaga medis, kelompok dukungan, atau konselor, untuk
membantu mereka mengatasi emosi dan tantangan yang mungkin timbul.
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjelaskan mengenai hak-hak anak pada
Undang-Undang No. 35 2014 yang terdapat pada pasal 54 yang berisikan Hak
Untuk: Bermain, berkreasi, berpartisipasi, berhubungan dengan orang tua bila
terpisahkan, melakukan kegiatan agamanya, berkumpul, berserikat, hidup dengan
orantua, kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang. Perhatian pemerintah
dalam bidang perlindungan anak menjadi salah satu tujuan pembangunan Nasional.
Sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 tahun
2014 tentang Perlindungan Anak, yang berbunyi: “Perlindungan anak adalah:
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
Sementara itu, masih terdapat banyak yang berada dalam keluarga miskin. Data
PPLS (2011) menyebutkan bahwa terdapat 30.480 anak yang berada dalam rumah
tangga miskin. Berdasarkan laporan dari Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak
tentang evaluasi program kesejahteraan sosial anak dengan kecacatan (PKSADK)
pada tahun 2011 bahwa anak dengan keluarga miskin kurang mendapat pengasuhan
dengan baik.
Penyelenggaraan Kota Layak Anak oleh Pemerintah Kota yang terdapat dalam
peraturan walikota No. 18, BD 2022/ 18 Bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 8 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2021, penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Layak Anak dilakukan melalui pengintegrasian kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat dan Daerah Kota yang
dimuat dalam Rencana Aksi Daerah Kota Layak Anak, maka perlu ditetapkan
Perwal tentang Rencana Aksi Daerah Pengembangan Kota Layak Anak Tahun

3
2021-2024. Peraturan ini mengatur tentang ketentuan umum, visi dan misi, rencana
aksi daerah pengembangan kota layak anak, mekanisme dan pemantauan rencana
aksi daerah pengembangan kota layak anak, dan ketentuan penutup.
Dukungan emosional dan dukungan pada harga diri sangat penting yang akan
membuat anak merasa lebih nyaman, merasa dipedulikan dan dicintai. Bagi
keluarga yang menolak atau atau tidak dapat menerima anaknya, dukungan
emosional dan dukungan pada harga diri ini masih kurang diterima anak, sehingga
anak kurang merasa diperhatikan dan semakin terpuruk dengan kondisinya,
dukungan tersebut yang diperoleh individu karena adanya respon dan perhatian dari
sekitarnya. Sementara Bowlby (1984) mengemukakan bahwa pengasuhan yang
baik didasarkan adanya kelekatan (attachment) antara pengasuh utama dan anak.
Rose, S.R & Fatout, M.F (2003) menyatakan bahwa kelekatan merupakan
hubungan emosional dan fisik yang sangat dekat antara pengasuh utama dengan
anak.
Anak anak memiliki payung dalam Undang-undang. Hal tersebut terdapat pada
UU No. 35 2014. Dalam UU No. 35 2014 menjelaskan bahwasanya Negara
Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap warga negaranya
kemudian dalam Undag-Undang Dasar Negara Republik Indonesia juga
menjelaskan bahwasanya anak sebagai tunas, potensi dan penerus cita-cita
perjuangan bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga wajib
dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi yang mengakibatkan
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia; bahwa dalam rangka meningkatkan
perlindungan terhadap anak perlu dilakukan penyesuaian terhadap beberapa
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
Anak-anak kebutuhan khusus tentunya membutuhkan pengawasan yang lebih
dibandingkan anak-anak pada umumnya, Untuk itu pentingnya pengawasan sedari
dini terkait tumbuh kembang anak. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
tentunya membutuhkan motivasi, perhatian, serta bimbingan yang lebih
dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Dengan perhatian dan motivasi yang
besar dan intens tentunya membantu anak bisa berkembang menjadi lebih baik lagi.

4
Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus tentunya membutuhkan energi
ekstra ketika mendidik anak-anaknya.
Orang tua harus dapat memprioritaskan kebutuhan dasar sang anak lalu
orangtua juga dapat melakukan manajemen keuangan yang bijaksana yaitu dengan
cara mengurangi pengeluaran yang kurang penting. Orangtua juga dapat mencari
mengenai program bantuan yang dapat membantu kesetablian ekonomi keluarga.
Jika anak sudah dirasa cukup untuk diajak bercerita, orangtua dapat melakukan
diskusi dengan anak terkait keadaan ekonomi yang sedang dialami oleh keluarga.
Ada beberapa kebutuhan yang diperlukan oleh anak keluarga miskin antara lain
yaitu ada kebutuhan seperti makanan, air bersih tempat tinggal yang layak dan juga
akses pendidikan. Akses terhadap pendidikan penting bagi keluarga miskin sebab
pendidikan merupakan peluang bagi mereka untuk meningkatkan kondisi hidup di
masa depan. Adapun dukungan pendidikan meliputi akses ke sekolah yang layak
kemudian perlengkapan sekolah dan bimbingan akademik yang memadai.
Peneliti dalam melakukan penelitian mengenai pengasuhan anak keluarga
miskin di Bandung merupakan langkah penting untuk menetahuui tantangan dan
peluang yang dihadapi oleh orangtua serta anak tersebut. Peneliti dapat menggali
lebih dalam tentang kebutuhan mereka, faktor yang mempengaruhi pengasuhan dan
mencarikan solusi tentang cara meningkatkan kualitas hidup anak pada keluarga
mereka. Peneliti merasa bahwa permasalahan ini harus segera diselesaikan oleh
pihak terkait. Anak keluarga miskin sangat membutuhkan uluran tangan dari pihak
terkait agar mereka dapat hidup dengan bahagia dan juga terpenuhi hak-hak
mereka.
Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat dijadikan acuan atau refrensi bagi
seluruh mereka yang sedang menangani permasalahan pengasuhan anak keluarga
miskin. Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung merupakan kecamatan yang
memiliki anak keluarga miskin paling banyak diantara kecamatan yang lain. Dalam
penelitian ini peneliti juga berharap agar hak-hak anak keluarga miskin ini
terpenuhi dan lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Peneliti juga berharap jika penelitian ini dapat membantu mengurangi stigma sosial
terhadap anak keluarga miskin kemudian penelitian ini diharapkan memberikan

5
memberikan bantuan praktis kepada orangtua, pendidik dan professional yang lain
dalam melakukan perawatan dan mendidik anak pada keluaga miskin. Penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi pijakan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih
mendalam dan komprehensif dalam mrnggali berbagai aspek kehidupan anak
keluarga miskin.

6
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengasuhan Anak Keluarga miskin
Keluarga Miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung?”.
Selanjutnya rumusan penelitian tersebut difokuskan pada:
1. Bagaimana karakteristik subjek?
2. Bagaimana pengawasan yang diberikan oleh orangtua pada anak?
3. Bagaimana komunikasi antara orangtua dengan anak?
4. Dukungan yang diberikan orangtua kepada anak
5. Bagaimana hubungan orangtua dengan anak?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan peneilitian ini adalah untuk mengkaji tentang pengasuhan anak


keluarga miskin keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota
Bandung. Selanjutnya, tujuan dari penelitian ini difokuskan untuk mengkaji
mengenai hal-hal berikut:

1. Karakteristik subjek
2. Pengawasan yang diberikan orang tua pada anak
3. Komunikasi antara orang tua dengan anak
4. Dukungan yang diberikan orangtua kepada anak
5. Hubungan orangtua dengan anak

7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan


sumbangan pemikiran untuk memperkaya pengetahuan pekerjaaan sosial
khususnya di bidang pengasuhan anak keluarga miskin keluarga miskin.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan secara praktis dapat memberikan


sumbangan pemikiran dalam pemecahan mengenai pengasuhan anak keluarga
miskin keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung dan
sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun kebijakan pengasuhan anak
keluarga miskin keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung.

8
II. KAJIAN KONSEPTUAL
2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dicantumkan adalah hasil dari penelitian yang


berkaitan dengan pengasuhan anak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ayu Supatri, 2019, “Pengasuhan Orangtua miskin yang memiliki anak”
Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara mendalam
terkait dengan pengasuhan orangtua yang memiliki anak. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan metode fenomenologi yang bersifat
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa informan mengasuh anak mereka
dengan cara yang berbeda. Saat melakukan pengasuhan terhadap anak keluarga
miskin tidak dapat dilakukan dengan aturan yang ketat dan harus disesuaikan
dengan kemampuan sang anak.
2. Noviyanti Fernandy, Erti Ikhtiarini Dewi, Peni Perdani Jualiningrum,
2020, “Hubungan Spiritualitas dengan Stres Pengasuhan Ibu yang
Memiliki Anak Retardasi Mental” Fakultas Keperawatan Universitas
Jember, Jember.
Pemelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spritualitas dengan
stress pengasuhan ibu yang memiliki anak retardasi mental. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis isi. Hasil dari
penelitian ini menjelaskan bahwa spiritualitas yang tingi dapat mempengaruhi
cara orangtua dalam menerima kondisi anak.
3. Ulima Salsabila, Erny Hidayati, 2022, “Stress Pengasuhan Pada Ibu
dengan Anak Retardasi Mental” Fakultas Psikologi Universitas Ahmad
Dahlan, Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai
gambaran strees pengasuhan. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Hasil dari penilitian ini
menunjukan jika sress yang dialami oleh seorang ibu meliputi aspek the parent

9
distress subjek merasakan pusing ketika anak tidak ada kemajuan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel data berikut:

No Nama Judul Penelitian Variabel Metode Hasil

Peneliti
1 2 3 4 5 6
1. Ayu Supatri Pengasuhan Pengasuhan Kualitatif
Hasil penelitian
Orangtua miskin Deskriptif
menunjukan bahwa
yang memiliki
informan mengasuh
anak. 2019
anak mereka dengan
cara yang berbeda. Saat
melakukan pengasuhan
terhadap anak keluarga
miskin tidak dapat
dilakukan dengan
aturan yang ketat dan
harus disesuaikan
dengan kemampuan
sang anak.
2. Noviyanti Hubungan Hubungan Kualitatif Hasil dari penelitian
Fernandy, Spiritualitas ini menjelaskan
Erti Stress bahwa spiritualitas
Ikhtiarini Pengawasan Ibu yang tingi dapat
Dewi, Peni yang memiliki mempengaruhi cara
Perdani Anak retardasi orangtua dalam
Jualiningru Mental. 2020 menerima kondisi
m anak.

10
1 2 3 4 5 6

3. Putri Hanna Hubungan Hubungan Kualitatif Hasil penelitian


Nurmalia, Karakteristik orangtua memiliki
Asri Orangtua dengan anak dengan
Mutiara Stres Pengasuhan kebutuhan khusus
Putri, Ika Orangtua yang termasuk anak miskin
Artini, Memiliki Anak akan mengalami
Woro tantangan berupa
Pramesti isolasi social. Kondisi
tersebut

2.2 Teori yang Relevan dengan Penelitian


2.2.1 Kajian entang Pengasuhan
2.2.1.1 Pengertian Pengasuhan
Pengasuhan (parenting) adalah segala tindakan yang menjadi bagian
dalam proses interaksi yang dilakukan terus-menerus dan mempenaruhi
bukan hanya bagi anak tapi juga bagi orangtua. Tujuan dari pengasuhan
adalah untuk memfasilitasi anak agar mampu mandiri dan berkontribusi
sebagai bagian dari masyarakat yang tidak pernah lepas dalam melaksanakan
nilai-nilainya sebagai individu. Pengasuhan atau parenting diartikan sebagai
keterlibatan orangtua dalam merawat, membimbing, memberikan kasih
sayang, menjaga anak sesuai dengan tingkat perkembangan anak dengan
didasari ikatan kasih sayang dan keamanan.

Departement of Health (2000) mengemukakan bahwa tugas pengasuhan


diantaranya adalah:
a. Memberikan perawatan dasar (basic care)
b. Perawatan dasar meliputi pemenuhan kebutuhan fisik anak, dan
perawatan kesehatan dan gigi. Pemenuhan kebutuhan fisi termasuk
makanan, minuman, kehangatan, tempat tinggal, pakaian yang bersih
dan tepat serta kebersihan personal yang memadai.

11
c. Memastikan keamanan anak
d. Orangtua perlu memastikan bahwa anak mendapatkan perlindungan
dari bahaya dan ancaman baik di lingkungan rumah maupun di luar
rumah.
e. Kehangatan emosi
f. Memastikan terpenuhinya kebutuhan emosional anak dan
memberikan anak rasa dihargai dan positif sesuai dengan identitas, ras
dan budayanya. Kehangatan emosi juga memastikan anak dalam
kondisi aman, stabil dan penuh kasih sayang sebagai hubungan
dengan orang dewasa yang signifikan, dengan sensitivitas yang tepat
dan tanggap terhadap kebutuhan anak. Secara fisik anak kontak,
nyaman dan mendapatkan dekapan yang memadai yang ditunjukkan
salam yang hangat, memberikan pujian dan dorongan.
g. Ikatan kasih sayang adalah bagian tugas perkembangan yang paling
mendasar yang memberikan landasan bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ikatan kasih sayang ini dapat diberikan melalui
kelekatan (attacment) dari orangtua kepada anak. Apa jadinya tumbuh
kembang anak apabila diasuh tanpa adanya ikatan kasih sayang
orangtua.
h. Anak yang tidak dijaga secara aman, di lecehkan atau diabaikan, dan
memiliki pengalaman keterpisahan serta kehilangan akan mengalami
kesulitan untuk percaya dan mengembangkan hubungan positif. Tiga
syarat yang harus ada agar terjadi ikatan kasih sayang
.
i. Stimulasi.
Mempromosikan pembelajaran anak dan perkembangan intelektual
melalui dorongan dan stimulasi kognitif dan mempromosikan peluang
sosial. Stimulasi juga dilakukan dengan memfasilitasi pengembangan
kognitif dan potensi potensi anak melalui melalui interaksi,
komunikasi, berbicara dan menanggapi bahasa dan pertanyaan anak,
mendorong dan bergabung bermain dengan anak, serta

12
mempromosikan pendidikan. Mengaktifkan anak untuk mengalami
keberhasilan dan memastikan kehadiran disekolah serta memfasilitasi
anak untuk menghadapi tantangan hidup.
j. Bimbingan dan batasan.
Mengaktifkan anak untuk mengatur emosi dan perilaku mereka
sendiri. Tugas orangtua adalah menunjukkan model perilaku yang
tepat dan memberikan kontrol emosi dan interaksi dengan orang lain.
Orangtua juga memberikan bimbingan tentang batas pengaturan,
sehingga anak mampu mengembangkan model internal dari nilai-nilai
moral dan hati nurani, dan perilaku sosial yang tepat bagi masyarakat
di mana mereka akan tumbuh. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan anak untuk tumbuh menjadi dewasa secara otonom,
memegang nilai-nilai mereka sendiri dan mampu menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan orang lain daripada harus tergantung
pada aturan di luar diri mereka. Hal ini untuk lebih melindungi anak-
anak dari pengalaman jelas dan belajar, termasuk pemecahan
manajemen kemarahan, pertimbangan bagi orang lain dan disiplin
yang efektif dan pembentukan perilaku masalah sosial.
k. Stabilitas
Menyediakan lingkungan keluarga cukup stabil yang memungkinkan
anak dapat mengembangkan dan memelihara ikatan kasih sayang
(attachment) yang aman. dengan pengasuh utama untuk
perkembangan anak secara optimal.
l. Termasuk memastikan ikatan kasih sayang yang aman tidak
terganggu, sehingga memberikan konsistensi kehangatan emosional
dan menanggapi dengan cara yang dan perilaku yang sama
menanggapi pengasuhan sesuai dengan kemajuan perkembangan
anak. Selain memastikan anak-anak tetap berhubungan dengan
anggota keluarga penting dan signifikan orang lain.

13
2.2.1.2 Sasaran Pengasuhan
Dalam melakukan pengasuhan terdapat sasaran dalam melakukan proses
pengasuhan. Dalam pembahasan kali ini sasaran dari pengasuhan tersebut
adalah anak. Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 18 tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan, dan belum pernah menikah.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menurut penjelasan pasal 332
KUH Pidana dinyatakan bahwa anak yang masih di bawah umur itu
dianggap sebagai anak yang belum dewasa, dimana dinyatakan belum
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur 21 tahun atau belum
pernah kawin. Anak merupakan individu yang unik, sehingga pendekatan
pengasuhan juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan
kepribadian masing-masing.

2.2.1.3 Aspek Pengasuhan


Menutut Rita keterlibatan dalam parenting anak mengandun beberapa
aspek, antara lain:
a. Waktu, waktu merupakan suatu dimensi di mana terjadi peristiwa
yang dapat dialami dari masa lalu melalui masa kini ke masa depan
dan juga ukuran durasi kejadian dan interval. Keluarga adalah harta
yang tidak ternilai. Ketika dapat memanfaatkan waktu kumpul
bersama keluarga akan berdamapk baik yaitu dapat mempererat
hubungan antar anggota keluarga dan disaat itulah orangtua lebih
dekat, lebih memahami dan bahkan tahu apa yang sedang diharapkan
oleh sang anak.
b. Interaksi, interaksi merupakan jenis tindakan atau aksi yang terjadi
sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu
sama lain. Dalam membentuk perilaku anak, keluarga memiliki peran
yang penting. Dalam proses perkembangan anak orantua perlu
melakukan interaksi, keterbukaan, menjaga ketenangan jiwa anak,
rasa saling menyayangi dan juga bercengkerama dengan anak.
c. Komunikasi, proses pembelajaran komunikasi ini akan mematangkan
pembelajaran etika, nilai (value), kepribadian dan sikap anak. Orang

14
tua harus aktif mengajak anak berkomunikasi agar pencapaian
kemampuan berbahasa anak maksimal, memberi contoh pengucapan
dan penggunaan bahasa yang baik. Komunkasi yang baik antara orang
tua dengaan anak, sangat membantu anak memahami dirinya sendiri,
perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan keinginannya.
d. Perhatian, pengertian perhatian, jika dikaitkan dengan peran orang tua
yang mempunyai tanggungjawab dalam memberi perhatian untuk
anak-anaknya maka dapat di artikan kemampuan orangtua untuk
dapat memusatkan seluruh aktivitas psikis yang ditujukan pada anak-
anaknya agar tercapai tujuannya. Perhatian orangtua mempunyai arti
perhatian pendidikan. Sebab orangtua merupakan pendidik yang
utama bagian anak-anaknya didalam lingkungan keluarga.
e. Kontrol positif, orangtua memfasilitasi kebutuhan anak dengan
memberikan bimbingan positif pada saat yang tepat, menerapkan
aturan yang konsisten dan memiliki tuntutan sesuai dengan
kemampuan anak. Dengan kontrol yang positif diharapkan anak
menjadi lebih terpantau perkembangan dan perilaku sosialnya.
f. Proteksi yang tidak berlebihan, tidak memberikan perlindungan
kepada anak yang berlebihan. Dengan indikator bahwa orangtua
memberikan perlakuan yang di antaranya: tiadanya perilaku
memerintah dan batasan-batasan dari orang tua terhadap upaya
eksplorasi dan kemandirian, dan tidak adanya perasaan khawatir atau
cemas yang berlebihan ketika anak melakukan sesuatu tindakan yang
merugikan.
g. Tiadanya hukuman fisik, tidak memberikan hukuman fisik bila anak
melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan harapan orangtua.
Menurut peneliti intensitas waktu, interaksi, perhatian, kehangatan,
control positif, afek positif, proteksi yang tidak berebihan dan
tiadanya hukuman fisik dalam pengasuhan merupakan hal yang
mendasar untuk mencapai suatu kenyamanan dalam diri anak/remaja
maupun pengasuhnya.

15
2.2.2 Kajian tentang Anak Keluarga miskin
2.2.2.1 Definisi Anak Keluarga Miskin
Anak keluarga miskin adalah anak yang berasal dari keluarga dengan
kondisi ekonomi yang kurang sejahtera. Mereka sering menghadapi
keterbatasan dalam hal akses terhadap pendidikan yang berkualitas,
perawatan kesehatan yang memadai, makanan yang cukup, dan kebutuhan
dasar lainnya. Anak-anak dari keluarga miskin juga mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan pribadi seperti pakaian, perlengkapan sekolah,
dan hiburan. Kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat berdampak negatif
pada perkembangan anak. Mereka menghadapi kesulitan dalam mencapai
potensi penuh mereka karena kurangnya sumber daya dan kesempatan
yang tersedia bagi mereka. Anak-anak dari keluarga miskin juga lebih
rentan terhadap stres, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya
akibat tekanan ekonomi yang berkepanjangan. Pemerintah dan organisasi
sosial berupaya untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin melalui
program-program yang bertujuan untuk meningkatkan akses mereka
terhadap pendidikan, perawatan kesehatan, dan bantuan sosial lainnya.
Selain itu, pendidikan mengenai keterampilan hidup, bantuan keuangan,
dan pelatihan pekerjaan juga dapat membantu anak-anak dari keluarga
miskin untuk mengatasi situasi yang sulit dan meningkatkan prospek masa
depan mereka.
2.2.2.2 Pendekatan Masalah Anak Keluarga miskin
Pendekatan terhadap anak-anak dari keluarga miskin dapat
melibatkan beberapa strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi
mereka secara ekonomi dan kehidupan di masa depan. Pendekatan
pendidikan ini bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak dari keluarga
miskin memiliki akses yang adil dan setara terhadap pendidikan yang
berkualitas. Ini melibatkan upaya untuk menghilangkan hambatan-
hambatan yang mungkin menghalangi partisipasi mereka dalam
pendidikan. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan

16
menyediakan beasiswa atau bantuan biaya sekolah kepada anak-anak dari
keluarga yang miskin. Kemudian pendekatan dengan memberdayakan
orangtua hal ini dapat dilakukan melalui program pelatihan keterampilan
yang mencakup keterampilan pekerjaan, manajemen keuangan, dan
kewirausahaan. Selain itu, pendidikan tentang nutrisi, kesehatan, dan
pendidikan anak juga penting dalam memperkuat peran orang tua dalam
mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka. Dengan
memberdayakan orang tua, diharapkan mereka dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan keluarga mereka.
2.2.2.3 Permasalahan Anak Keluarga miskin
Anak-anak keluarga miskin dalam keluarga miskin sering menghadapi
tantangan tambahan karena keterbatasan sumber daya finansial dan akses
ke layanan kesehatan dan pendidikan yang memadai. Beberapa
permasalahan yang mungkin timbul meliputi:
1. Keterbatasan Akses ke Layanan Kesehatan
Keluarga miskin kesulitan mengakses layanan kesehatan yang diperlukan
untuk anak mereka, termasuk terapi dan obat-obatan.
2. Keterbatasan Akses Pendidikan Khusus:
Anak-anak dengan kondisi miskin membutuhkan pendidikan khusus
yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Keluarga miskin tidak mampu
memberikan pendidikan khusus ini karena biaya yang tinggi.
3. Kurangnya Dukungan Sosial:
Dalam keluarga miskin, dukungan sosial untuk orang tua dan anak-
anak sering kali terbatas, menyebabkan isolasi sosial dan stigmatisasi.
4. Kurangnya Aksesibilitas:
Rumah dan lingkungan di sekitarnya tidak dirancang dengan baik untuk
anak-anak keluarga miskin, menyulitkan mobilitas dan aktivitas sosial.
5. Ketidakpastian Keamanan Finansial:
Ketidakpastian finansial dalam keluarga miskin dapat menyebabkan
stres tambahan, yang mempengaruhi kesejahteraan anak.
6. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat:

17
Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat dapat menyebabkan
diskriminasi dan pengucilan anak-anak tersebut.
Pemahaman, dukungan komunitas, dan upaya pemerintah untuk
meningkatkan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan khusus dapat
membantu mengurangi dampak dari permasalahan ini pada anak-anak
keluarga miskin dalam keluarga miskin

2.2.2.4 Karakteristik Anak Keluarga miskin


Karakteristik anak keluarga miskin antara lain sebagai berikut:
1) Keterbatasan akses terhadap sumber daya
Anak-anak dari keluarga miskin menghadapi keterbatasan akses terhadap
sumber daya penting seperti makanan yang cukup, perawatan kesehatan
yang memadai, pendidikan berkualitas, perumahan yang layak, dan
transportasi yang dapat diandalkan. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi
kesehatan, pendidikan, dan perkembangan mereka
2) Kondisi rumah yang kurang layak
Mereka biasanya tinggal dalam perumahan yang kurang layak, seperti
rumah yang sempit, tidak layak huni, atau lingkungan yang tidak aman.
Kondisi perumahan yang buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan
mental anak-anak, serta menghambat kemampuan mereka untuk belajar dan
berkembang.
3) Keterbatasan pendidikan
Keterbatasan ekonomi dapat menghalangi akses anak-anak dari keluarga
miskin terhadap pendidikan yang berkualitas. Anak dari keluarga miskin
menghadapi kesulitan dalam membeli buku, perlengkapan sekolah, atau
membayar biaya sekolah. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi
kemampuan mereka untuk belajar dengan baik dan mencapai potensi
mereka.

18
4) Kesehatan yang rentan
Banyak dari mereka mengalami kerentanan dalam hal Kesehatan
contohnya seperti keterbatasan akses terhadap perawatan kesehatan, nutrisi
yang memadai, dan lingkungan yang sehat. Kondisi ini dapat meningkatkan
risiko penyakit, gangguan pertumbuhan, dan masalah kesehatan mental.
5) Kesulitan sosial dan emosional
Mereka menghadapi kesulitan dalam berinteraksi sosial dan memahami
norma-norma sosial. Masalah emosional seperti kecemasan atau depresi juga
bisa muncul.
2.2.3 Tinjauan Intervensi Pekerjaan Sosial
2.2.3.1 Pekerjaan Sosial
Pekerja sosial berbeda dengan profesi lain, karena seorang pekerja
sosial tidak hanya melihat klien sebagai target perubahan, melainkan pula
pertimbangan lingkungan atau situasi sosial dimana klien berada. Menurut
(Undang-undang No. 14 Tahun 2019) Pekerja sosial adalah seseorang yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta
telah mendapatkan sertifikat kompetensi. Menurut International Federation of
Social Workers, pekerjaan sosial adalah profesi berbasis praktik dan disiplin
akademis yang mempromosikan perubahan dan pengembangan sosial,
kohesi sosial, dan pemberdayaan dan pembebasan orang. Prinsip-prinsip
keadilan sosial, hak asasi manusia, tanggung jawab kolektif, dan
penghormatan terhadap perbedaan merupakan hal yang sentral dalam
pekerjaan sosial.
Pekerja sosial menurut Soetarso dalam Huraerah (2011, hlm 39)
menjelaskan bahwa pekerja sosial adalah profesi yang memberikan bantuan
melalui pengambangan interaksi sosial yang memiliki hubungan timbal
balik satu sama lain, tujuannya supaya dapat memperbaiki kualitas
kehidupan individu, kelompok maupun masyarakat dalam suatu kesatuan
yang harmonis dan dapat mengembalikan keberfungsian sosial dari masing-
masing individu.

19
Pekerja sosial adalah seseorang yang memilliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatkan
sertifikat kompetensi.sebagai suatu aktivitas profesional, pekerjaan sosial
didasari oleh tiga komponen dasar yang secara integratif membentuk profil
dan pendekatan pekerjaan sosial: (a) kerangka pengetahuan (body of
knowledge). (b) kerangka keahlian (body of skil). (c) kerangka nilai (body of
values). Pekerja sosial dipandang sebagai sebuah bidang keahlian (profesi),
yang berarti memiliki landasan keilmuan dan seni dalam praktik (dicirikan
dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi), sehingga muncul juga definisi
pekerja sosial sebagai profesi yang memiliki peranan paling penting dalam
domain pembangunan kesejahteraan sosial. Sebagai suatu profesi
kemanusiaan, pekerjaan sosial memiliki paradigma yang memandang bahwa
usaha kesejahteraan sosial merupakan institusi yang begitu strategis bagi
keberhasilan pembangunan

2.2.3.2 Tujuan dan Fungsi Pekerjaan Sosial


Tujuan pekerjaan sosial adalah suatu profesi dalam memberikan
pelayanan dalam bidang kesejahteraan sosial secara langsung maupun tidak
langsung yang bertujuan membantu mengoptimalkan potensi yang dimiliki
individu, kelompok, masyarakat dalam pelaksanaan tugas-tugas kehidupan.
(Pincus dan Minahan, 1973:9) dalam buku Social Wark Practice yang
menyatakan tujuan dari pekerja sosial adalah:
Pekerjaan sosial adalah seseorang yang berusaha memberikan pelayanan
sacara profesional guna membantu individu-individu untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya. Tugas-tugas yang harus mereka emban
yang dapat membedakan dengan seorang pekerja sosial profesi lain.
Menurut Iskandar (2013, hlm 30) fungsi dasar seorang pekerja sosial di
dalam sistem kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut:
a. Enhance the problem solving and coping capacities of people
(Mempertinggi kemampuan orang untuk memecahkan masalah dan
menanggulangi masalahnya)
b. Link people with system that provide them with resourses, service, and

20
opportunities (Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang
menyediakan sumber-sumber, pelayanan-pelayanan dan kesempatan -
kesempatan).
c. Promote the effective and human operation of these systems
(Meningkatkan pelaksanaan sistem-sistem tersebut secara efektif dan
manusiawi).
d. Contribute to the development and operation of these systems
(Memberikan sumbangan terhadap pembangunan dan kemajuan kebijakan
sosial).
2.2.3.3 Peran Pekerja Sosial dalam menangani Anak keluarga miskin
Terdapat sembilan peranan pekerja sosial yang salah satunya adalah
sebagai konselor atau terapis. Terdapat kecenderungan untuk lebih
memandang pekerja sosial sebagai seorang terapis dari pada seorang
konselor. Konselor melaksanakan konseling, sedangkan terapis
melaksanakan psikoterapi. Kemudian, peran pekerja sosial sebagai konselor
juga memberikan atau membantu pelayanan konsultasi kepada klien/anak
yang ingin mengungkapkan permasalahannya. Dalam memberikan
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dialami oleh anak. Seorang
pekerja sosial dapat menerapkan sikap berikut ketika menangani klien:
1. Acceptance, adalah prinsip pekerja sosial fundamental yang merupakan
sikap toleran terhadap klien. Acceptance terhadap klien berimplikasi
pada terbangunnya kekuatan klien serta memunculkan potensi untuk
tumbuh dan berkembang
2. Nonjudgemental, ialah menerima klien apa adanya tanpa adanya rasa
berprasangka atau pun penilaian. Sikap pekerja sosial seperti ini
diharapkan membuat klien tidak merasa takut diinterupsi atau dikritisi
sehingga memiliki kesempatan mengembangkan dirinya atau
merekonstruksi sikapnya.
3. Individualization, artinya memandang dan memberikan apresiasi kepada
klien mengenai sifat unik dari klien.
4. Self determination, peksos memberikan kebebasan mengenai

21
pengambilan keputusan oleh klien.
5. Mengontrol keterliabatan emosional, peksos harus mampu dalam
bersikap objektif dan netral.
6. Kerahasiaan, peksos diharapkan dapat menjaga kerahasiaan informasi
seputar identitas, isi pembicaraan dengan klien, pendapat professional
lain atau pun catatan kasus.
Peksos memiliki peran untuk memecahkan masalah dan peksos harus
siap menerima keluhan dan hambatan yang dihadapi oleh klien. Klien disini
adalah anak keluarga miskin. Peksos dapat mencarikan alternatif pemecahan
masalah atau mencari narasumber lain/ahli yang berkompeten yang dapat
mencari jalan keluar yang maksimal.

2.2.3.4 Strategi Pekerjaan Sosial dalam Pengasuhan Anak Keluarga miskin pada
Keluarga Miskin
Dalam menangani anak keluarga miskin yang berasal dari keluarga
demiskin, peksos dapat menerapkan strategi yang efektiv, antara lain:
1. Melakukan penilaian konprehensif, peksos melakukan penilaian
menyeluruh terhadap kebutuhan anak dan keluarga. Melakukan
identifikasi tantangan yang dihadapi oleh keluarga miskin dan
melakukan penyesuaian secara individual
2. Pendidikan dan penyuluhan, peksos menyediakan pendidikan
kepada keluarga, termasuk cara mengatasi stigmatisasi dan mencari
sumber daya yang ada
3. Mengakses layanan Kesehatan dan Pendidikan, peksos dapat
membantu keluarga untuk mendapatkan akses yang memadai ke
layanan kesehatan mental dan pendidikan khusus yang diperlukan
oleh anak
4. Pemberdayaan ekonomi, peksos dapat membantu keluarga untuk
meningkatkan kemandirian ekonomi mereka melalui pelatihan
keterampilan, peluang, pekerjaan atau bantuan dari pihak terkait
5. Menjadi advokat, peksos berperan sebagai advokat bagi anak

22
keluarga miskin dan keluarganya dan membantu mereka
mendapatkan hak-hak nya.
6. Mengedukasi masyarakat bahwa mereka perlu diperhatikan

III. METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2013), penelitian kualitatif merupakan
prosedur dalam penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata
tertulis ataupun lisan dari perilaku orang-orang yang dapat diamati. Dari penjelasan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kulalitatif merupakan
rangakaian kegiatan penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang
bersifat apa adanya sesuai kenyataan pada kondisi tertentu dan hasilnya lebih
menekankan makna ketimbang penalaran. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
3.1 Penjelasan Istilah
Penielasan istilah dibuat untuk memberikan penjelasan dari istilah-istilah
yang digunakan pada penelitian ini. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
kesalahpahaman penafsiran terhadap konsep-konsep yang ada. Beberapa istilah
dalam penelitian ini, antaralain:
1. Pengasuhan Anak
Pengaushan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah pengasuhan anak
mengenai cara melakukan perawatan, dukungan, pemenuhan kebutuhan
dasar anak.
2. Keluarga Miskin
Keluarga miskin yang dimaksud pada penelitian ini merupakan keluarga
yang sudah memiliki anak dan keluarga tersebut kurang stabil dalam hal
ekonomi. Keluarga miskin yang dimaksud oleh peneliti antara lain ada ayah,
ibu dan anak.

23
3. Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung
Kecamatan Cibeunying Kaler adalah salah satu kecamatan yang berada di
Kota Bandung. Kecamatan ini adalah kecamatan yang dijadikan lokasi
penelitian mengenai Pengasuhan Anak Keluarga Miskin oleh peneliti.
3.2 Penjelasan Latar Penelitian
Latar penelitian yang terdapat dalam penelitian ini dilaksanakan di
Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung. Fokus penelitian mengenai
pengasuhan anak oleh miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung
ini dilakukan menggunakan latar terbuka dan latar tertutup. Latar tertutup pada
penelitian ini adalah di dalam rumah informan sebagai lokasi berlangsungnya
pengasuhan anak dalam keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota
Bandung. Penelitian ini dilakukan menggunakan latar tertutup karena informasi
yang digali berdasarkan dari orangtua yang mengalami kemiskinan di
Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung.
3.3 Sumber Data dan Cara Menentukan Sumber Data
3.3.1 Sumber Data
3.3.1.1 Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah sumber data langsung
yang dapat memberikan informasi atau data kepada peneliti. Sumber Data
primer dari penelitian ini didapatkan secara langsung dari informan yaitu
keluarga miskin, tetangga, serta informan lain yang dianggap mampu untuk
memberikan informasi mengenai pengasuhan anak dalam keluarga miskin di
Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung.
3.3.1.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau
dokumen. Sumber data sekunder penelitian ini didapatkan dari buku, undang-
undang, skripsi, serta jurnal tentang pengasuhan anak. Selain itu apabila
diizinkan peneliti akan meminta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
penelitian.
3.3.2 Cara Menentukan Sumber Data

24
Penentuan sumber data data dalam penelitian ini adalah anak dari
keluarga yang menikah di usia muda dan 12 -16 tahun, menggunakan teknik
purposive. Purposive adalah… dalam Lofland dalam Moleong (2013 hal. 157)
yang menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Sumber data akan diambil dari dokumen, hasil wawancara, catatan
lapangan dan hasil dari observasi. Spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan
sebelumnya. Ciri-ciri purposive yaitu 1) sementara, 2) menggelinding seperti
bola salju, 3) disesuaikan dengan kebutuhan, 4) dilakukan sampai jenuh.
Penentuan sampel dalam penelitian kualitaitf dilakukan saat peneliti mulai
memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Peneliti memilih
orangorang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
diperlukan. Berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sebelumnya
itu, peneliti akan menentukan sumber data lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data yang lebih lengkap. Adapun karakteristik kriteria yang
menjadi subjek serta menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah 1) anak
usia 12 – 17 tahun dari keluarga miskin, 2) berdomisili di Kecamatan
Cibeunying Kaler Kota Bandung dan sekitarnya, dan 3) Kooperatif serta
bersedia menjadi informan dari subjek penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu
dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik
pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam sebuah penelitian,
karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan.
3.4.1 Wawancara Mendalam
Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam menurut
Moleong (2011, hal. 187) merupakan proses menggali informasi secara
mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan

25
diarahkan pada pusat penelitian. Wawancara dilakukan dengan bertemu secara
langsung maupun menggunakan perangkat selular dengan informan. Peneliti
membuat beberapa pertanyaan yang menjadi pedoman dalam proses
wawancara. Namun pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti tersebut
dapat dikembangkan sesuai dnegan 30 kebutuhan informasi saat wawancara
sehingga wawancara bersifat terbuka namun tetap terfokus pada masalah
penelitian.
3.4.2 Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi secara langsung serta
menggunakan jenis observasi partisipasi. Observasi dilakukan secara
partisipatif sehingga peneliti turut aktif dalam kegiatan, peneliti juga
mengamati dari kejauhan. Observasi langsung dilakukan untuk mendapatkan
data yang dijadikan sumber data untuk menjadi bahan analisis. Observasi
adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
melakukan pekerjaan berdasarkan data, yakni fakta mengenai dunia secara
nyata yang diperoleh melalui observasi. Melalui obeservasi, peneliti belajar
tentang perilaku, dan makna dari perilaku itu.
3.4.3 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti dari buku,
dokumen, dan tulisan-tulisan terkait pengasuhan anak dan keluarga miskin.
Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan sebagai bahan referensi yaitu
Undang-Undang Perlindungan Anak No 35 Tahun 2014.
3.5 Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksanan keabsahan data digunakan untuk memastikan apakah data
yang sudah didapatkan sebelumnya memang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut Moleong (2022), pelaksanaan pemeriksaan
keabsahan data didasarkan pada 4 (empat) kriteria yang digunakan yaitu
meliputi uji kredibilitas, uji keteralihan, uji ketergantungan, dan uji kepastian.
3.6.1 Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas berkaitan dengan aspek kebenaran. Sugiyono (2016)
menyebutkan uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan

26
sebagai berikut:
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan ialah peneliti kembali kelapangan
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber yang pernah
ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin terbuka kepada peneliti sehingga
peneliti dapat memperoleh informasi secara maksimal dan sesuai dengan
harapan dari peneli.
2. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan merupakan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Meningkatkan ketekunan dengan cara
membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian terdahulu
ataupun dokumentasi terkait dengan temuan yang diteliti. Dalam hal ini
peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang
apa yang diamati yaitu data terkait proses pengasuhan anak pada keluarga
miskin.
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi
waktu.
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dalam penelitian tentang pengasuhan anak keluarga
miskin di Kecamatan Cebeunying Kaler Kota Bandung ini dilakukan
dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber.
Triangulasi sumber dilakukan saat peneliti melakukan pengumpulan
data yang diperoleh dari beberapa sumber, antaralain: 1) Informan
2) Ahli yang mengerti mengenai pengasuhan anak
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda,

27
misal wawancara dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuisioner.
c. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Triangulasi waktu
dilakukan dalam rangka pengecekan data dengan cara melakukan
wawancara, observasi, dan atau teknik di dalam waktu yang berbeda.
d. Member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Peneliti melakukan pengecekan data yang
diperoleh kepada pemberi data.bila data disepakati oleh pemberi data
maka data tersebut valid.
3.6.2 Uji Keteralihan (Transferability)
Nilai transfer dalam penelitian tentang pengasuhan anak dalam
keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung ini berkaitan
dengan pertanyaan, sampai mana hasil penelitian dapat diterapkan di situasi
lain. Supaya orang lain dapat mahami hasil peneltiian kualitatif sehingga
kemungkinan menerapkan hasil penelitian tersebut maka peneliti harus
membuat laporan dengan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya.
3.6.3 Uji Kepastian (Confirmability)
Uji confirmability dalam penelitian tentang pengasuhan anak dalam
keluarga miskin Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung ini digunakan
untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan mengecek data serta
interpretasi hasil penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapat
kesepakatan dari subjek di lokasi penelitian mengenai pengasuhan anak
dalam keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung
dimana peneliti meminta kesepakatan atas kesesuaian data yang didapatkan
dari hasil wawancara.
3.7 Teknik Analisis
Data Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Bogdan & Biklen dalam
Moleong (2014, hal. 248) analisis data merupakan upaya yang dilaksanakan

28
dengan cara bekerja dengan data mengumpulkan data, memisah data, mencari
serta menemukan pola, menemukan suatu hal yang penting dan yang
dibutuhkan, dan menentukan apa saja yang bisa diceritakan kepada orang lain.
3.7.1 Analisis Data Sebelum di Lapangan
Sebelum melangkah ke penelitian yang lebih dalam, peneliti
melakukan penjajakan ke kecamatan Cibeunying Kaler dan sekitarnya untuk
mengetahui informasi mengenai pengasuhan anak pada keluarga miskin.
3.7.2 Analisis Data di Lapangan
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis
data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan studi dokumentasi dan wawancara
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah aktivitas yang diawali dengan meringkas dan
memisahkan hal yang penting serta diperlukan dalam penelitian tentang
pengasuhan anak dalam keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler
Kota Bandung.
3. Display Data (Penyajian Data)
Display data merupakan sekelompok informasi yang tersusun untuk
penyusunan kesimpulan dan selanjutnya akan dilakukan pengambilan
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan kedalam bentuk teks naratif.
Penyajian bisa berbentuk matriks, diagram, tabel dan bagan. Kesimpulan
yang dihasilkan ini nantinya akan memberikan penjelasan dan kesimpulan
atas permasalah penelitian yang diteliti oleh peneliti, yaitu tentang
pengasuhan anak dalam keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler
Kota Bandung.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian tentang pengasuhan anak
dalam keluarga miskin di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung ini
dilakukan dengan menemukan makna yang telah disajikan. Dari data-data
yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan penarikan.

29
3.8 Jadwal dan Langkah – Langkah Penelitian
A. Tahap Awal
1. Pengajuan judul kepada dosen
2. Menyusun proposal
3. Memilih tempat penelitian
4. Mencari informan
5. Menyusun instrumen penelitian
B. Tahap Pelaksanaan Lapangan
1. Memahami kondisi lapangan
2. Melakukan wawancara dengan informan
C. Tahap Pengolahan
1. Reduksi data
2. Display data
3. Kategorisasi
4. Menentukan kesimpulan
5. Narasi hasil analisis

30
DAFTAR PUSTAKA
Juanda, J. (2019). Pendidikan karakter anak usia dini melalui sastra klasik fabel
versi online. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 3 (1), 39-
54.
Hartanto, D. (2019). Pola Pengasuhan Anak Dalam Konteks Pendidikan Peran
Pemerintah Dan Orang Tua. Perspektif Pendidikan Dan Keguruan, 10(1),
90-98.
Abdullah, Z., Ismail, S. N., Shafee, S., Shaharom, M. S. N., & Ghani, M. F. A.
(2019). Pengaruh pembelajaran akademik anak-anak keluarga fakir miskin
di sekolah-sekolah Selangor. JuPiDi: Jurnal Kepimpinan
Pendidikan, 6(2), 44-70.
Aprilia, L. (2019). Pengaruh Pendapatan Jumlah Anggota Keluarga dan
Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin dalam
Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Rumah Tangga Miskin Kecamatan
Anak Ratu Aji Kabupaten Lampung Tengah) (Doctoral dissertation, UIN
Raden Intan Lampung).
Bella, F. D., Fajar, N. A., & Misnaniarti, M. (2020). Hubungan pola asuh dengan
kejadian stunting balita dari keluarga miskin di Kota Palembang. Jurnal
Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 8(1), 31-39.
Kresnawati, K., & Imelda, J. D. (2020). Perlindungan sosial bagi anak usia dini
pada keluarga yang rentan sosial ekonomi. Sosio Informa: Kajian
Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 6(3), 223-238.
Noorhasanah, E., & Tauhidah, N. I. (2021). Hubungan pola asuh ibu dengan
kejadian stunting anak usia 12-59 bulan. Jurnal Ilmu Keperawatan
Anak, 4(1), 37-42.
Hasbiah, H. (2021). Hubungan Pengetahuan, Pendapatan Keluarga dan Pola Asuh
Dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekauman Kota Banjarmasin Tahun 2021 (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Kalimantan MAB).
Pramithasari, I. D., & Sefrina, A. (2022). Karakteristik Keluarga dan Praktek
Pengasuhan Orang Tua Dengan Kejadian Stunting. JIK JURNAL ILMU

31
KESEHATAN, 6(1), 168-174.
Analiya, TR, & Arifin, R. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam
Kasus Bullying Sesuai Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak Di Indonesia. Jurnal Gender dan Inklusi Sosial dalam
Masyarakat Muslim , 3 (1), 36-54.
Deshaini, L. (2022). Peran Masyarakat dalam Terpeliharanya Perlindungan Anak
Menurut UU Perlindungan Anak. Disiplin : Majalah Sumpah Pemuda
SMA Fikih Civitas Akademika .
Pujianti, F., Muhtar, EA, & Setiawan, T. (2022). Jejaring Kebijakan dalam
Implementasi Kebijakan Kota Ramah Anak (Kla) melalui Program
Perlindungan dan Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Anak di Kota
Bandung. JANE (Jurnal Administrasi Nasional) , 14 (1), 457-463.
Nuraeni, A. S. (2023). PENGARUH PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI DINAS
SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA
BANDUNG (Doctoral dissertation, FISIP UNPAS).
Salsabil, I., & Rianti, W. (2023). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat
Pendidikan, Kesehatan dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Tingkat
Kemiskinan. Jurnal Riset Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 15-24.

32

Anda mungkin juga menyukai