Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

PENGASUHAN ANAK STUNTING OLEH KELUARGA DI KELURAHAN


PELABUHANRATU KECAMATAN PELABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar SarjanaTerapan Pekerjaan Sosial (S.Tr.Sos)

DOSEN PEMBIMBING

Drs. Abas Basuni, M.Soc.Admin


Sri Ratna, Ningrum,S.Sos.,MPS.Sp

Oleh :

Mutiara Nur Asti


NRP : 20.04.047

PROGRAM STUDI PEKERJAAN SOSIAL PROGRAM SARJANA TERAPAN

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG 2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................6
1.5 Sistematikan Penulisan...............................................................................7
BAB II KAJIAN KONSEPTUAL........................................................................9
2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................................9
2.2. Tinjauan tentang Pengasuhan..................................................................13
2.2.1 Definisi Pengasuhan....................................................................................13
2.2.2 Aspek-Aspek Pengasuhan.....................................................................13
2.2.3 Tujuan Pengasuhan................................................................................14
2.2.4 Prinsip Pengasuhan...............................................................................14
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan...........................15
2.2.6 Konsep Pengasuhan....................................................................................16
2.3 Tinjauan tentang Anak..............................................................................16
2.3.1 Pengertian Anak...........................................................................................16
2.3.2 Kebutuhan Anak..........................................................................................17
2.4 Tinjauan tentang Stunting.........................................................................17
2.4.1 Pengertian Stunting.....................................................................................17
2.4.2 Penyebab Stunting.......................................................................................18
2.4.2 Dampak Stunting..........................................................................................19
2.4.3 Hubungan yang Mempengaruhi Stunting..................................................20
2.5. Tinjauan tentang Keluarga......................................................................21
2.5.1 Pengertian Keluarga....................................................................................21
2.5.2 Tipe Keluarga...............................................................................................21

1
2.5.3 Peran Keluarga.............................................................................................22
2.6 Tujuan Pekerjaan Sosial...........................................................................23
2.6.1 Pekerja Sosial dengan Anak dan Keluarga...............................................23
2.6.2 Peranan Pekerjaan Sosial dengan Anak dan Keluarga............................24
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................23
3.1 Desain Penelitian......................................................................................23
3.2 Penjelasan Istilah......................................................................................23
3.3 Penjelasan Latar Penelitian.......................................................................24
3.4 Sumber Data dan Cara Menentukan Sumber Data...................................24
3.5 Cara Menentukan Sumber Data................................................................25
3.6 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................26
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data...................................................................27
3.8 Teknik Analisa Data Kuantitatif...............................................................28
3.9 Jadwal Penelitian.....................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga menjadikan penulis mampu untuk menyelesaikan
Laporan Proposal dengan judul”Pengasuhan Anak Stunting Oleh Keluarga di
Sukabumi”. Proposal penelitian ini dapat selesai di waktu yang tepat. proposal
penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Pekerja Sosial (S.Tr.Sos) Bidang Pekerja Sosial. Atas
terselesaikannya proposal penelitian ini, Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan proposal penelitian ini banyak pihak yang ikut terlibat dan
membantu hingga proposal penelitian ini selesai. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Suharma,S.Sos.,MP,Ph.D.selaku Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial
Bandung.
2. Dr. Denti Kardeti, M.Si. selaku ketua Program Studi Sarjana Terapan
Pekerjaan Sosial Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.
3. Rahmat Syafir Hidayat,S.ST,MP. selaku Kepala Laboratorium Pekerjaan
Sosial
Politeknik Kesejahteraa Sosial Bandung.
4. Drs Abas Basuni, M.Soc.Admin dan Sri Ratna Ningrum,S.Sos,MPS.Sp,selaku
Dosen Pembimbing yang telah menghibahkan waktu, tenaga, serta pikirannya
kepada penulis dengan semangat dan kesabaran selama melaksanakan kegiatan
praktikum dan penyusunan laporan.
5. Para dosen Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung yang telah mencurahkan
tenaga, pikiran, dan ilmu yang dimiliki untuk dapat diajarkan kepada penulis
dan teman-teman mahasiswa Poltekesos lainnya.
6. Selanjutnya untuk yang terkasih kepada Bapak Asep Fitriyadi dan Ibu Neng
serta keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang,yang telah
memberian dukungan penuh, baik secara moral dan materil,serta doa yang
tiada henti untuk kesuksesan penulis.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dari Bapak/Ibu, Saudara-
saudara sekalian yang telah banyak membantu baik dalam penulisan proposal
penelitian ini. Dalam proposal penelitian ini penulis menyadari bahwa penulisan
ini belum sempurna, baik secara penulisan, pembahasan, maupun sistematika
penulisannya. Maka dari itu kritik serta saran sangat dibutuhkan demi perbaikan
dalam proposal penelitian ini.
Bandung, 15 Febuari 2024

Mutiara Nur Asti


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi
buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai (World
Health Organization,2015). Faktor penyebab stunting dapat dikelompokan
menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Praktik pemberian kolostrum dan
ASI eksklusif, pola konsumsi anak, dan penyakit infeksi yang diderita anak
menjadi faktor penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi anak dan bisa
berdampak pada stunting. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah akses
dan ketersediaan bahan makanan serta sanitasi dan kesehatan lingkungan
(Rosha .dalam Ruswati, 2021 :34).
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (Bayu .dalam Allya
Tsamarah,2023 :255) ,tingkat stunting di Indonesia masih tinggi, dengan 30,8%
pada tahun 2018 dan turun menjadi 24,4% pada tahun 2021. World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa jika proporsi masih lebih dari 20%,
stunting akan dianggap sebagai masalah kesehatan kronis. Pemerintah tidak
menganggap penurunan hasil data sebagai hal yang biasa karena stunting bisa
terjadi secara berkelanjutan. Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bahwa kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan diwujudkan sebagai cita – cita bangsa
Indonesia. Untuk itu Pemerintah berupaya meminimalisir kasus stunting dengan
kerja sama Kementerian atau Lembaga – Lembaga tertentu.

Stunting merupakan ancaman besar terhadap kualitas sumber daya


manusia di Indonesia karena bukan hanya masalah pertumbuhan fisik yang
menyebabkan anak sakit, tetapi juga mengganggu perkembangan otak dan
kecerdasan (Khairani, 2020). Keadaan stunting pada anak balita usia 1.000 hari
pertama kehidupan (HPK) yang mengalami gagal tumbuh yang disebabkan oleh
kekurangan gizi kronis akan mengalami stunting (Kementerian
PPN/Bappenas,2018). Hal ini menyebabkan berbagai kelainan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak karena mereka lebih rentan terhadap penyakit. Tidak
jarang anak stunting mengalami masalah perkembangan tubuh dan otak. Anak-
anak yang dianggap stunting dapat memiliki badan yang lebih pendek atau lebih
tinggi dari standar nasional yang tercantum dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA). Akibatnya pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas dan
munculnya berbagai penyakit kronis ketika dewasa.

Prevelensi balita stunting di Jawa Barat tertinggi salah satunya berada di


Kabupaten Sukabumi. Terlihat dari gambar letak persebaran stunting di Jawa
Barat adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Prevalensi Balita Stunting Provinsi Jawa Barat


Sumber : SSGI Tahun 2022
2

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan,


prevalensi balita stunting di Jawa Barat mencapai 20,2% pada 2022. Provinsi
tersebut menempati peringkat ke-22 secara nasional. Angka tersebut pun menurun
4,3 poin dari tahun sebelumnya. Pada 2021, prevalensi balita stunting di Jawa
Barat sebesar 24,5%. Tercatat, ada 11 kabupaten/kota dengan prevalensi balita
stunting di atas rata-rata angka provinsi. Sisanya, 16 kabupaten/kota di bawah
angka provinsi. Wilayah dengan prevalensi balita stunting terbesar berikutnya
berada di Kabupaten Sukabumi sebesar 27,5% dan Kabupaten Bandung Barat
sebesar 27,3%. Adapun prevalensi balita stunting di Kota Bekasi tercatat paling
kecil di Jawa Barat, yakni hanya 6%.

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu yang memiliki jumlah anak


stunting tertinggi di Jawa Barat. Data yang dihimpun Studi Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan, jumlah penderita keterlambatan
perkembangan di Kabupaten Sukabumi mencapai 37,01% pada tahun 2013 atau
sebanyak 85.651 orang. Namun data terakhir Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Sukabumi menunjukkan pada Februari 2020, terdapat 11.352 anak
kecil yang menjalani pemeriksaan kesehatan mengalami keterlambatan tumbuh
kembang. Hal ini menunjukkan adanya penurunan prevalensi stunting yang
signifikan di Kabupaten Sukabumi.

Gambar 1.2 Balita Stunting Kecamatan Pelabuhanratu Tahun 2023


Sumber : Puskesmas Pelabuhanratu
3

Berdasarkan laporan dari puskesmas kejadian stunting tahun 2023 di


Kabupaten Sukabumi terdapat desa dan kelurahan di Kecamatan Pelabuhanratu
yang berada dalam lingkup wilayah kerja Puskesmas Palabuhanratu. Prioritas
percepatan penurunan stunting salah satunya di Kelurahan Pelabuhanratu.
Berdasarkan data yang diberikan oleh Puskesmas Pelabuhanratu mengenai jumlah
balita stunting pada tahun 2023 di Kecamatan Pelabuhanratu, dapat dilihat dari
table di atas jumlah anak stunting di Kelurahan Pelabuhanratu pada bulan
Desember tahun 2023 berjumlah 72 anak.

Peran ibu sangat penting, terutama dalam memberikan nutrisi pada anak.
Kesadaran yang baik terhadap pola asuh orang tua dapat membentuk dasar yang
kuat untuk kesehatan dan pemberian makanan yang bergizi pada balita. Jika
orang tua memiliki kesadaran yang memadai maka akan menciptakan pola asuh
yang positif. Sebaliknya, kesadaran yang kurang baik pada orang tua dapat
berdampak negatif pada balita, terutama terkait risiko stunting akibat pola asuh
yang kurang optimal. Untuk mencegah stunting pada balita, langkah-langkah
seperti pemberian ASI eksklusif hingga usia enam bulan, pemberian MPASI
hingga dua tahun, imunisasi lengkap, pemberian vitamin A, pemantauan
pertumbuhan balita,perlu untuk ditinggatkan kembali sebagai pencegahan
terhadap anak stunting.

Anak balita adalah anak yang telah meninjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris,2006).
Balita merupakan masa pertumbuhan tumbuh dan otak yang sangat pesat dalam
pencapaian keoptimalan fungsinya,pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi
serta menentukan perkembangan kemampuan barbahasa kreatifitas,kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia (Supartini,2004 : 6)

Pengasuhan berasal dari kata asuh yang artinya pemimpin, pengelola,


pembimbing sehingga pengasuh adalah orang yang melaksanakan tugas
membimbing, memimpin, dan mengelola pengasuhan anak. Dalam pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa mengasuh anak adalah membimbing yang
4

dilakukan terhadap anak yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya.


(Fredericksen, 2023:55)

Pengasuhan anak ditandai dengan memberi makan, merawat dan menjaga


kesehatan, mengajari dan membimbing atau mendorong dalam memberikan
stimulasi kognitif pada anak (Hartono .dalam Meri Neherta,2023 :6). Pendidikan
ibu yang rendah dapat mempengaruhi pola asuh dan perawatan anak, Selain itu
juga berpengaruh dalam pemilihan dan cara penyajian makanan yang akan
dikonsumsi oleh anak. Penyediaan bahan dan menu makanan yang tepat untuk
balita dalam upaya peningkatan status gizi akan terwujud bila ibu mempunyai
tingkat pengetahuan gizi yang baik (Pakpahan .dalam Meri Neherta,2023 :6).

Hasil wawancara awal dengan kapala Puskesmas Pelabuhanratu


menyatakan bahwa terjadinya stunting disebabkan karena kurangnya pengetahuan
keluarga akan gizi dan nutrisi yang baik untuk anak, selain itu disebabkan karena
ketidak tahuan orang tua mengenai pengasuhan yang baik sehingga menyebabkan
anak mudah terkena penyakit dan stunting. Pendidikan yang rendah serta
kurangnya pengetahuan mengengai asupan gizi pada anak menjadi penyebab
terjadinya stunting di Kelurahan Pelabuhanratu. Disamping itu praktek pemberian
makan yang kurang memadai seperti pemberian makanan pendamping
ASI(MPASI) terlalu dini, kurangnya pemberian asupan gizi sesuai kebutuhan
anak karena ekonomi keluarga rendah biasanya mengkonsumsi makanan lebih
murah dan kurang bervariasi tanpa memperhatikan kandungan gizi, imunisasi
kurang lengkap dan jarang mengikuti konseling di posyandu.

Selain itu sebagian besar orang tua di Pelabuhanratu kurang mengetahui


bagaimana pengasuhan yang baik khususnya dalam pemberian makanan yang
bergizi dan bervariasi untuk anak stunting. Karena kebanyakan orang tua
mengandalkan pengasuhan yang diberikan dari turun temurun sehingga kurangnya
pengetahuan dalam pemberian asupan gizi menjadi penyebab stunting di
Kelurahan Pelabuhanratu. Oleh karena itu pentinya pengasuhan untuk anak
stunting karena dengan mengetahui pengasuhan yang mencakup pemberian
makanan yang seimbang dan bergizi, dapat memberikan nutrisi yang cukup untuk
5

mendukung pertumbuhan anak. Memantau kesehatan secara rutin, memungkinkan


untuk dilakukan deketsi dini yang dapat berkonribusi pada stunting, dengan
melibatkan orang tua dalam pemberian pengasuhan yang mendukung bagi anak
dapat memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang tanpa mengalami stunting.

Berdasarkan pertimbangan di atas peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang Pengasuhan anak stunting oleh keluarga di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Selain itu minat
peneliti memilih judul tersebut karena peneliti ingin mengetahui pengasuhan yang
diberikan oleh orang tua terhadap anak stunting. Dampak yang ditimbulkan dari
stunting dan bagaimana peran orang tua dalam memberikan asupan kebutuhan
gizi dan perawatan pada anak serta melihat bagaimana pengetahuan orang tua
dalam pengasuhan yang diberikan terhadap anak stunting.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, Peneliti
menetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
pengasuhan anak stunting oleh keluarga Di Kelurahan Pelabuhanratu Kecamatan
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi.?”Selanjutnya, Rumusan masalah ini dirinci
pada sub-sub permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik Informan?


2. Bagaimana perawatan anak stunting oleh keluarga di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi ?
3. Bagaimana pemeliharaan anak stunting oleh keluarga di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi ?
4. Bagaimana bimbingan keluarga untuk anak stunting di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi?
5. Bagaimana pendidikan anak stunting oleh keluarga di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi ?
6

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang: ,meliputi.

1. Bagaimana karakteristik Informan?


2. Bagaimana perawatan anak stunting oleh keluarga di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi ?
3. Bagaimana pemeliharaan anak stunting oleh keluarga di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi ?
4. Bagaimana bimbingan keluarga untuk anak stunting di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi?
5. Bagaimana pendidikan anak stunting oleh keluarga di Kelurahan
Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi ?

1.4 Manfaat Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
pengembangan ilmu di bidang praktik pekerjaan sosial dan dapat dikembangkan
sesuai dengan bidang keilmuan pekerjaan sosial khususnya yang berkaitan
dengan pengasuhan anak stunting oleh keluarga.
2. Diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dan menjadi solusi
alternatif dalam menangani permasalahan yang relevan dengan penelitian ini.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Diharapkan dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya mengenai
pengasuhan anak stunting oleh keluarga.
2. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengambilan
keputusan tentang pengasuhan anak stunting oleh keluarga.
3. Diharapkan dapat menjadi referensi dan khazanah untuk ilmu pengetahuan
serta penelitian selanjutnya.
7

1.5 Sistematikan Penulisan


BAB I : Pendahuluan memuat tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian. manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Konseptual : memuat tentang Penelitian Terdahulu, teori yang


relevan dengan penelitian, kerangka pemikiran

BAB III : Metode Penelitian : memuat tentang Desain Penelitian,Penjelasan


Istilah, penjelasan latar penelitian, sumber daya dan cara menentukan sumber
daya, teknik pengumpulan data, pemeriksaan keabsahan data, teknik analisa data,
jadwal dan langkah-langkah penelitian

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat tentang gambaran lokasi


penelitian,hasil penelitian ,halaman, pedoman penulisan sripsi, karakteristik
informan. Faktor Penelitian 1,faktor penelitian 2,faktor penelitian 3,membahas
(uraian penyajian hasil pengolahan data masalah) ,berisikan analisa hasil
penelitian, analisa masalah, analisa kebutuhan, analisa sumber.

BAB V: Usulan Program memuat tentang dasar pemikiran ,nama program,


tujuan, sasaran, pelaksana program, motode dan teknik, kegiatan yang dilakukan.
langkah-langkah pelaksanaan, pencana anggaran biaya, analisis kelayakan
indikator keberhasilan.

BAB VI : Simpulan dan Saran memuat tentang kesimpilan hasil penelitian


yang dilakukan dan saran berujuan untuk memecahkan masalah terkait penelitian.
BAB II
KAJIAN KONSEPTUAL

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu menjadi salah satu sumber pendukung yang dapat
dijadikan sebagai acuan ataupun perbandingan oleh peneliti yang berkaitan
dengan focus penelitian yang relatif sama. Peneliti mengkaji beberapa penelitian
terdahulu yang dijadikan referensi dalam penulisan yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Rahmawati pada tahun 2021 dengan judul
penelitian “Pengasuhan Terhadap Anak Oleh Orang Tua yang melakukan
Pernikahan Dini Di Desa Batur Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara”
Jurnal Sosial Universitas Soedirman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pernikahan dini berdampak


terhadap pola asuh yang diberikan anak-anak. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif perspektif mendalam untuk mengetahui secara detail dan tuntas data.
Pengumpulan datanya menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi
mendalam. Penelitian menyimpulkan bahwa pernikahan dini berdampak pada
pola asuh yang diberikan pada anak.

Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang dampak


pernikahan dini terhadap pola pengasuhan anak,serta menyoroti perlunya
pendekatan yang lebih bijaksana dalam mengatasi isu pernikahan dini. Penekanan
pada kesiapan mental dan pemahaman akan proses pengasuhan anak menjadi
kunci dalam mengurangi dampak negatif dari pernikahan dini. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi dampak pernikah dini terhadap pola. Pengasuhan
anak metode kualitatif digunakan untuk memperoleh pemahaman mendalam
tentang fenomena ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan dini
berdampak pada pengasuhan anak, terutamakarena kurangnya kesiapan mental
dan pemahaman tentang proses pengasuhan. Pengasuhan anak dalam keluarga

9
pernikahan dini sering melibatkan orang tua dari pihak yang melakukan
pernikahan

10
10

dini, dan proses ini juga mempengaruhi tumbuh kembang anak serta
adaptasi mereka terhadap lingkungan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Raina Larasati pada tahun 2020 dengan judul
penelitian “Pengasuhan Anak di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1 Tebet
Jakarta Selatan” Skripsi Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik informan,


mengetahui pengasuhan anak sebagai warga binaan sosial (WBS) berdasarkan
aspek mendidik, membimbing, melindungi dan mengasuh. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Informan dalam
penelitian ini berjumlah 6 orang, terdiri atas 3 orang pengasuh dan 3 orang WBS
yang ditentukan dengan cara purposive sampling agar dapat sesuai dengan kriteria
dan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
observasi, wawancara mendalam, ,studi dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan
data dilakukan dengan pengamatan,dan teriangulasi.

Hasil penelitian menunjukan pengasuhan terlihat kurang baik,hal ini


terlihat pada aspek pendidikan tidak semua pengasuh menunjukan respon yang
baik terhadap anak, pada aspek membimbing anak merasa kurang bersemangat
belajar keterampilan, merasa pada aspek melindungi anak ragu untuk bercerita
dan terbuka, pada aspek mengasuh anak merasa kurang mendapatkan perawatan
yang baik dikarenakan pembagian pengasuhan yang berbeda dan lain sebagainya.
Faktor lain turut berpengaruh yakni pengasuh belum sepenuhnya mengetahui dan
memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh anak.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Melki Rafian pada tahun 2023 dengan judul
penelitian “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dari Keluarga Kurang Mampu
Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita di Kabupaten Deli Serbang”

Tujuan Penelitan ini mengetahui pengaruh pola asuh orang tua kurang
mampu dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Karang Anyar
Kabupaten Deli Serdang tahun 2022. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan
desain studi case control. Populasi adalah seluruh pasien stunting dan pasien tidak
11

stunting dengan jumlah 80 responden,dengan seluruh populasi diambil menjadi


sampel. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Analisa
data menggunakan pendekatan bivariat dan multivariat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh pendapatan keluarga,


pola asuh,polamakan dan riwayat penyakit ibu Dengan Kejadian Stunting di
Puskesmas Karang Anyar Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022 dengan nilai p <
0,05. Diharapkan kepada Puskesmas Karang Anyar memberikan penyuluhan
kepada masyarakat yang memiliki anak untuk meningkatkan pola makan, pola
asuh dan mencegah terjadinya infeksi pada anak sehingga stunting dapat
diturunkan pada anak.

Tabel 2.1 Tentang Penelitian Terdahulu


N Peneliti Judul Peneliti Metode Persamaan Perbedaan
o Tahun
1. Ika Pengasuhan Metode Teknik Lokasi
Rahmawat Terhadap kualitatif pengumpula penelitian di
i 2021 Anak Oleh n data Kelurahan
Orang Tua menggunaka Pelabuhanrat
yang n wawancara Kecamatan
melakukan Pelabuhanratu
Pernikahan Kabupaten
Dini Di Desa Sama-sama Sukabumi
Batur menggunaka
Kecamatan n Metode Objek
Batur penelitian penelitian
Kabupaten kualitatif Terdahulu
Banjarnegara orang tua
” Jurnal sedangkan
Sosial objek peneliti
Universitas keluarga
Soedirman.
2. Raina Pengasuhan Kualitatif Metode Objek
Larasati Anak di Panti penelitian penelitian
2020 Sosial Bina kualitatif terdahulu 6
Remaja pendekatan orang, terdiri
Taruna Jaya 1 deskriptif atas 3 orang
Tebet Jakarta pengasuh dan
Selatan” 2.Teknik 3 orang WBS
Skripsi pengumpula Sedangkan
Politeknik n data objek peneliti
12

N Peneliti Judul Peneliti Metode Persamaan Perbedaan


o Tahun
Kesejahteraan observasi, keluarga.
Sosial wawancara
Bandung mendalam Lokasi
dan studi penelitian
dokumentasi terdahulu di
Panti Sosial
Bina Remaja
Taruna
Jaya,sedangka
n peneliti di
kelurahan
pelabuhanratu
3. Febriani Hubungan Kuantitati Teknik Penelitian
Dwi pola asuh f pengumpula terdahulu
Bella, dengan n data dengan
Nur kejadian dengan pendekatan
Alam Kejadian Cross Pesenliti
Fajar, Stunting Sectional. sebelumnya
Misnani Balita dari kuantitatif
arti (2020) Keluarga Objek Sedangkan
Miskin di penelitian peneliti
Kota Ibu menggunakan
Palembang pendekatan
Persamaan kualitatif
permasalaha
n yang
diteliti olehLokasi
peneliti penelitian di
dengan kota
Febriani Palembang
yaitu sedangkan
Stunting peneliti di
Kelurahan
Pelabuhanrat
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui berbagai hasil penelitian yang
menjadi salah satu sumber pendukung untuk dijadikan acuan oleh peneliti yang
berkaitan dengan penelitian pengasuhan. Hal yang membedakan dalam penelitian
ini yaitu metode penelitian kualitatif dan objek dari penelitiannya, serta
penggunaan perspektif pekerjaan sosial dengan anak dan keluarga.
13

2.2. Tinjauan tentang Pengasuhan


Tinjauan tentang pengasuhan meliputi pengertian pengasuhan, aspek-
aspek pengasuhan,tujuan pengasuhan, prinsip pengasuhan dan faktor yang
mempengaruhi pengasuhan

2.2.1 Pengertian Pengasuhan


Pengasuhan anak ditandai dengan memberikan makan,merawat/menjaga
kesehatan mengajari dan membimbing/mendorong dalam memberikan stimulasi
kognitif pada anak (Hartono et al,2017).Pendidikan ibu yang rendah dapat
mempengaruhi pola asuh dan perawatan anak,selain itu juga berpengaruh dalam
pemilihan dan cara penyajian makanan yang akan dikonsumsi oleh
anaknya.Penyediaan bahan dan menu makanan yang tepat untuk balita dalam
upaya peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai tingkat
pengetahuan gizi yang baik(Pakpahan,2021).hal ini sejalan dengan hal yang
mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan ibu dan pengetahuann ibu mengenai
gizi mempengaruhi terjadinya stunting Aridiyah (dalam meri neherta dkk, 2023:5)
masukan ke atas

2.2.2 Aspek-Aspek Pengasuhan


Menurut Kurniasari (2009:47) yang menjelaskan rincian aspek-aspek
kegiatan pengasuhan bersumber buku Developmenttally Appropriate Practice in
Early Childhood Program ialah sebagai berikut:
1. Perawatan bertujuan untuk memastikan bahwa anak sejak dalam kandungan,
dalam kondisi baik,aspek yang mendukung tumbuh kembangnya ditingkatkan,
aspek yang mengganggu atau menghambat dikurangi atau dihilangkan. Dalam
hal ini yaitu perawatan dalam kebersihan dan kesehatan.
2. Pemeliharaan terutama ditujukan agar kebutuhan anak untuk makan,minum,
pakaian dan tempat tinggal dapat terpenuhi sehingga kelangsungan hidup anak
dapat terjaga
3. Bimbingan terutama ditujukan agar anak dapat tumbuh kembang optimal
terutama pada aspek moral, spiritual, sosial dan emosionalnya.
14

4. Pendidikan terutama diperlukan agar anak mampu mengelola dasar-dasar


sikap dan perilaku sesuai dengan norma dan aturan-aturan menurut
perkembangan usia anak.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa aspek dalam pengasuhan ada lima
yaitu perawatan, pemeliharaan, bimbingan, pembinaan dan pendidikan. Perawatan
dalam hal ini memastikan anak dalam kondisi baik dalam kebersihan dan
kesehatan. Pemeliharaan dalam hal ini memenuhi kebutuhan material seperti
makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Bimbingan dalam hal ini mencakup
dalam aspek moral, spiritual, sosial dan emosionalnya. Pembinaan dalam hal ini
mendayagunakan potensi dan kecerdasan. Pendidikan dalam hal ini mencakup
melatih dan mendidik anak sesuai norma dan aturan.

2.2.3 Tujuan Pengasuhan


Menurut Brooks (dalam Dewanggi dkk, 2012:20) menjabarkan beberapa
tujuan mengenai pengasuhan adalah sebagai berikut :
1. Menjamin Kesehatan fisik (gizi dan kesehatan) dan keberlangsungan hidup
anak
2. Menyiapkan agar anak menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab
baik secara ekonomi sosial dan moral.
3. Mendorong prilaku individu yang positif,termasuk secara penyesuain
diri,kemampuan intelektual, dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang
lain agar dapat bertanggung jawab dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

2.2.4 Prinsip Pengasuhan


Menurut Kurniasari (2009:38),prinsip-prinsip dasar dalam pengasuhan
anak dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nondiskriminasi: Ini berarti tidak melakukan perbedaan atau diskriminasi
terhadap anak berdasarkan latar belakang asal usul, suku, agama, ras, jenis
kelamin,urutan kelahiran, bahasa, budaya, serta kondisi sosial dan ekonomi.
2. Kepentingan terbaik bagi anak: Prinsip ini menyatakan bahwa dalam setiap
kebijakan atau tindakan yang melibatkan anak yang diambil oleh pemerintah,
15

masyarakat, badan legislatif, dan badan yudikatif, kepentingan terbaik bagi


anak harus menjadi pertimbangan utama.
3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan: Ini mengacu pada
hak asasi anak yang paling fundamental, di mana negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orang tua memiliki tanggung jawab untuk
memberikan jaminan, perlindungan, dan hak-haknya agar anak dapat hidup,
tumbuh, dan berkembang.
4. Penghargaan terhadap anak:Prinsip ini mencerminkan pentingnya menghormati
pendapat anak sebagai ekspresi dari hak-haknya untuk berpartisipasi dan
menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan, terutama yang
berdampak pada kehidupannya.
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan Menurut Hurlock (dalam
Guna dkk, 2019) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi pengasuhan
orang tua, yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat sosial ekonomi Orangtua yang tingkat sosial ekonominya


menengah seringkali akan lebih banyak bersikap hangat dibandingkan orangtua
yang berasal dari sosial ekonomi yang rendah.
2. Tingkat pendidikan Latar belakang pendidikan orang tua yang lebih tinggi
dalam praktek asuhannya terlihat lebih sering membaca artikel ataupun
mengikuti perkembangan 18 pengetahuan mengenai perkembangan anak. Dalam
mengasuh anaknya mereka lebih siap karena memiliki pemahaman yang lebih
luas, sedangkan orangtua yang memiliki latar belakang pendidikan terbatas
memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas mengenai kebutuhan dan
perkembangan anak sehingga kurang menunjukan pengertian dan cenderung
akan memperlakukan anaknya dengan ketat.
3. Jumlah anak Orangtua yang memiliki anak hanya 2-3 orang (keluarga
kecil) cenderung lebih intensif pengasuhannya, dimana interaksi antara orangtua
dan anak lebih menekankan pada perkembangan pribadi dan kerja sama antar
anggota keluarga lebih diperhatikan. Orangtua yang memiliki anak berjumlah
lebih dari lima orang (keluarga besar) sangat kurang memperoleh kesempatan
16

untuk mengadakan kontrol secara intensif antara orangtua dan anak karena
orangtua secara otomatis berkurang perhatiannya pada setiap anak.

2.2.6 Konsep Pengasuhan


Pengasuhan adalah proses mendidik mengajarkan karakter, kontrol diri,
dan membentuk tingkah laku yang dinginkan.Ada 4 beberapa konsep pengasuhan
yang baik diterapkan dalam mendidik anak menurut Herviana Muarifah Ngewa.
(2019:101), yaitu:
1. Pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak dengan kepribadian baik
seperti: percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, tangguh, orang dewasa yang
cerdas memiliki kemampuan berbicara dengan baik, tidak mudah terpengaruh
oleh lingkungan yang buruk, serta mampu menghadapi tantangan dalam
kehidupannya kelak.
2. Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang harus
dipenuhi oleh orang tua.
3. Pengasuhan berkualitas mencakup: perawatan kesehatan, pemenuhan gizi,
kasih sayang, dan stimulasi.

Keberhasilan keluarga dalam menerapkan konsep pengasuhan yang baik


dan berkualitas sangat tergantung dari pola pengasuhan yang diterapkan oleh
orang tua.Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan
orang tuanya yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum,
dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, dan lain-
lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat
hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi
pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka membentuk kepribadian anak.

2.3 Tinjauan tentang Anak


Tinjauan tentang anak meliputi pengertian anak, kebutuhan anak, hak anak
dan tugas perkembangan anak.
17

2.3.1 Pengertian Anak


Menurut John lock (dalam lefaan, 2018) anak dalam perspektif psikologi,
anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan
yang 19 berasal dari lingkungan. Sedangkan menurut Permensos No 1 Tahun
2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan pemerintah Nomor 44 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak,“Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

2.3.2 Kebutuhan Anak


Menurut Katz (dalam Abu Huraerah, 2018:40) mengatakan bahwa
“kebutuhan dasar yang sangat penting bagi anak adalah adanya hubungan orang
tua dan anak yang sehat dimana kebutuhan anak, seperti: perhatian dan kasih
sayang yang kontinyu, perlindungan, dorongan, dan pemeliharaan harus dipenuhi
oleh orang tua”.Sedangkan Brown dan Swanson (dalam Abu Huraerah, 2018:40)
mengatakan bahwa“kebutuhan umum adalah perlindungan (keamanan), kasih
sayang, pendekatan atau perhatian dan kesempatan untuk terlibat dalam
pengalaman postitif yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan
mental yang sehat”

2.4 Tinjauan tentang Stunting


Tinjauan tentang stunting meliputi pengertian stunting, penyebab stunting,
dampak stunting dan upaya pencegahan.
2.4.1 Pengertian Stunting
Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi pada balita yang
digambarkan sebagai bentuk kegagalan pertumbuhan akibat gizi buruk dan
kesehatan selama periode pre-natal dan post-natal.Stunting muncul sebagai akibat
dari keadaan kekurangan gizi yang terakumulasi dalam waktu yang cukup lama
sehingga akan lebih terlihat manifest-nya secara fisik di usia 24-59 bulan.stunting
merupakan gagalnya proses adaptasi psikososial pada fisiologis pertumbuhan
diakibatkan penyebab utamanya,yaitu asupan gizi yang tidak adekuat terutama
asupan mineral dan protein serta respon terhadap infeksi berulang dan terus
menerus.(Suparmi,at al. 2023:1)
18

Stunting pada anak memang harus menjadi perhatian dan


diwaspadai.kondisi ini dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi
dengan baik.jika dibiarkan tanpa penanganan,stunting bisa menimbulkan dampak
jangka panjang kepada anak.Anak tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan
fisik,tapi nutrisi yang tidak mencukupui juga mempengaruhi kekuatan daya tahan
tubuh hingga perkembangan otak anak.Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada
anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga
anak terlalu pendek untuk usianya.kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,kondisi stunting akan
nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Dinkes (2022)

2.4.2 Penyebab Stunting


Penyebab Stunting menurut Kemensos (2021:14)“penyebab langsung
stunting kurangnya asupan gizi pada anak yang dapat dilihat dengan cara
memantau status pertumbuhan dan perkembangan anak di layanan posyandu.
Selain itu penyakit berulang seperti diare, infeksi saluran pernapasan dan
cacingan. Penyebab tidak langsung adalah kurangnya pemberian stimulasi
(rangsangan) serta kebersihan diri dan lingkungan yang buruk”. Beberapa hal
lainnya yaitu:

1. Kurang gizi: kurang gizi dari mulai remaja bisa menyebabkan putaran
kurang gizi saat hamil, menyusui sehingga dapat menyebabkan stunting
2. Kurang imunisasi: tidak imunisasi akan menyebabkan anak mudah sakit
sehingga menyebabkan stunting
3. Tidak cuci tangan dengan air mengalir dan pakai sabun: apabila tangan
kotor maka kuman mudah masuk ke dalam tubuh sehingga anak mudah
sakit dan dapat menyebabkan stunting.
4. Tidak BAB/BAK di jamban sehat: buang air besar sembarangan menjadi
sumber penularan penyakit, karena lingkungan tidak sehat sehingga anak
mudah sakit dan menyebabkan stunting.
5. Tidak melakukan stimulasi atau rangsangan terhadap anak: anak yang
tidak mendapatkan stimulasi atau rangsangan akan menghambat
19

perkembangan. Anak tidak hanya membutuhkan asupan gizi tetapi juga


penting mendapatkan stimulasi dan kasih sayang dari orang tua serta
keluarga.
6. Tidak datang ke posyandu dan layanan kesehatan; sehingga anak tidak
terpantau kesehatan dan perkembangan, apakah tinggi badan dan berat 26
badannya sehat sesuai usianya, serta perlunya mendapatkan informasi
pelayanan kesehatan ibu dan anak.
7. Pemberian makanan pada anak 0-6 bulan; beberapa keluarga memberikan
ASI pada bayi 0-6 bulan dengan makanan lain seperti madu, bubur, pisang
bahkan ubi. Hal ini dikarenakan keluarga memaknai bayi yang menangis
karena kelaparan dan mengharapkan bayi cepat tumbuh besar jika anak
diberikan makanan padat lebih awal. Pemberian makanan pendamping
ASI (MPASI) pada bayi 0-6 bulan tidak dianjurkan karena dapat
membahayakan sistem pencernaan bayi. Bayi usia 0-6 bulan masih
mengalami penyesuaian cara penerapan makanan yang berbeda dengan
kondisi di dalam kandungan. Bahkan kondisi berbahaya dapat terjadi
adalah keracunan karena berkembangnya bakteri dalam usus.

2.4.2 Dampak Stunting


Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang
dan juga ada jangka pendek.Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya
pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh.
Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu kekebalan tubuh lemah sehingga
mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang
kurang baik bahkan ketika sudah dewasa nanti anak dengan tubuh pendek akan
memiliki tingkat produktivitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia
kerja (Kemenkes RI, 2016).Dampak Stunting menurut World Health Organization
(WHO) (dalam Kemenkes, 2018) dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek
dan jangka panjang.

1. Dampak jangka pendek


20

1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;


2) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan
3) Peningkatan biaya kesehatan

2. Dampak jangka Panjang

1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan
pada umumnya);
2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
3) Menurunnya kesehatan reproduksi;
4) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah;
dan
5) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal

2.4.3 Hubungan yang Mempengaruhi Stunting


Menurut wahyuni dkk (2020) dalam penelitiannya menyebutkan hubungan
yang mempengaruhi stunting yaitu: mencari referensi lain

1. Pendidikan tinggi pada orang tua cenderung mengarah pada tindakan


pencegahan, pengetahuan yang lebih luas mengenai isu kesehatan, serta
pemahaman yang lebih baik terkait gizi dan kesehatan.
2. Orang tua yang bekerja memiliki kemampuan ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan gizi anak, sedangkan kekurangan pangan dalam rumah tangga dapat
menyebabkan defisit asupan gizi pada anak. Orang tua yang bekerja sebagai
petani, umumnya dengan pendapatan terbatas dan tidak menentu, cenderung
kesulitan memenuhi kebutuhan gizi anak.
3. Kenaikan pendapatan keluarga berdampak pada peningkatan kualitas lauk
pauk, sementara pendapatan yang rendah mengakibatkan daya beli yang
terbatas, sehingga sulit untuk membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang
memadai. Penurunan pendapatan juga mengakibatkan penurunan daya beli
pangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
4. Kesehatan dan gizi ibu sebelum, selama, dan setelah kehamilan mempengaruhi
pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko stunting. Faktor lain yang
memengaruhi ibu meliputi postur tubuh (pendek), jarak kehamilan yang terlalu
21

dekat, usia ibu yang masih muda, dan kekurangan asupan nutrisi saat
kehamilan. Kondisi tambahan yang memperberat keadaan ibu hamil meliputi
usia terlalu muda (di bawah 20 tahun), usia terlalu tua, frekuensi kelahiran yang
tinggi, dan jarak kelahiran yang terlalu dekat. Ibu hamil yang masih muda (di
bawah 20 tahun) memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah
(BBLR).
2.5. Tinjauan tentang Keluarga
Tinjauan tentang keluarga meliputi pengertian keluarga, bentuk- bentuk
keluarga dan peran keluarga.

2.5.1 Pengertian Keluarga


Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama,tempat berinteraksi anak
dengan anggota keluarga lain.Pengaruh keluarga terhadap pertumbuhan
kepribadian sangat besar artinya.orang tua sebagai Pembina pribadi yang pertama
dalam hidup anak.kepribadian orang tua, sikap dan cara hidupnya merupakan
unsur pendidikan yang tidak langsung,yang dengan sendirinya akan
mempengaruhi pertumbuhan kepribadian anak.Salah satu faktor yang berpengaruh
dalam pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh orang tua Darajat (dalam
Sigit Muryono,2009 :131) cari referensi 2-3 pendapat , penulisann
menyimpilkan melihat dari pendapat sendiri

2.5.2 Tipe Keluarga


Menurut Setiadi (2008:4) tipe keluarga terbagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu sebagai berikut:
1. Tradisional Tipe keluarga tradisional dikelompokan menjadi 2 yaitu:

1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakeknenek,paman-
bibi).

2. Modern Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism


maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas adalah:
22

1) Traditional Nuclear Keluarga inti (ayah,ibu dan anak) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan
anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru.
3) Niddle Age/Aging Couple Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-
duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
4) Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak
yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6) Dual Carrier, Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak
7) Commuter Married, Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal
berpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult, Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin
9) Three Generation, yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional, yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti

2.5.3 Peran Keluarga


Menurut Effendi (dalam Setiadi, 2008) Peran dalam Keluarga:
1. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anaknya
yang berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman juga sebagai kepala keluarga anggota kelompok sosial serta anggota
masyarakat dan lingkungan.
2. Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan
untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pembimbing dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial serta sebagai
23

anggota masyarakat dan lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai


mencari nafkah tambahan keluarga.
3. Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.6 Tujuan Pekerjaan Sosial
Tujuan umum praktik pekerjaan sosial adalah “Perubahan yang terkendali
dan berencana dalam sistem kepribadian individu dan sistem sosial”. Pekerjaan
sosial adalah profesi pertolongan. Tujuan utama pekerja sosial adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, terutama untuk
populasi yang paling rentan.

2.6.1 Pekerja Sosial dengan Anak dan Keluarga


Dalam bekerja dengan anak, seorang pekerja sosial harus mendasarkan
intervensinya kepada kepentingan terbaik untuk anak. Pekerja sosial yang bekerja
dengan anak, tidak melakukan intervensi hanya kepada anak saja, tetapi juga
berhubungan dengan keluarga. Keluarga merupakan tempat anak diasuh yang
memiliki kompleksitas, keragaman, dan perubahan yang selalu ada setiap saat.
Oleh karena itu, pekerja sosial anak dalam menangani kasus anak melihat
kepentingan terbaik anak dan juga bekerjasama dengan keluarga anak.
Seorang pekerja sosial profesional harus berkomitmen dengan standar
perilaku dalam pelayanan anak dan keluarga di tempat ia bekerja. Pekerja sosial
anak dan keluarga fokus kepada bagaimana resiko dan keselamatan klien, namun
tidak secara langsung berfokus kepada masalah kesehatan klien. Masalah
kesehatan klien perlu di klarifikasi dengan definisi yang lebih luas, yang juga
termasuk di dalamnya masalah kesehatan seperti stunting pada anak. Hal ini
dikarenakan pekerja sosial bekerja pada ranah masalah sosial.

Seorang pekerja sosial dengan anak dan keluarga harus tetap melindungi
hak dan menyampaikan keinginan dari anak dan keluarganya. Pekerja sosial harus
berusaha keras untuk membentuk dan menjaga kepercayaan dari anak dan
keluarganya. Selain itu, harus menjaga hak kebebasan dari anak dan keluarga
selama melindungi mereka dari bahaya, selalu menyadari untuk mengutamakan
24

ketertarikan anak. Pekerja sosial harus menghargai hak klien dan keluarga selama
mencari tahu dan meyakinkan bahwa perilaku mereka tidak membahayakan
mereka atau orang lain. Pekerja sosial juga harus selalu memperbaiki pengetahuan
juga keterampilan dalam melakukan proses pertolongan.

Walaupun penanganan masalah Stunting telah banyak ditangani oleh


disiplin ilmu yang lain, akan tetapi sesuai dengan pengertian pekerja sosial,
pekerja sosial adalah salah satu profesi yang juga dapat berperan dalam
menangani permasalahan stunting dengan perspektif yang berbeda. Pekerja sosial
memandang tentang masalah stunting sebagai permasalahan sosial yang dapat
ditangani dengan berbagai perspektif dan berbagai metode

2.6.2 Peranan Pekerjaan Sosial dengan Anak dan Keluarga


Seorang pekerja sosial mempunyai beberapa peranan yang dapat
dilakukan. Peranan pekerja sosial dalam praktik pekerjaan sosial dengan anak
menurut Nancy (dalam Edi Suharto, 2009) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Terapis
Pekerja sosial dapat memberikan terapi kepada anak yang disesuaikan dengan
permasalahan yang dialaminya, peran ini bertujuan untuk mengetahui
permasalahan anak ataupun sebagai bentuk intervensi terhadap permasalahan
yang dialaminya.
2. Konsultan
Pekerja sosial dapat menjalankan perananya sebagai seorang konsultan yaitu
dengan memberikan alternative solusi guna memecahkan permasalahan yang
sedang dialami oleh anak/klien.
3. Advokat
Pekerja sosial dapat memberikan bantuan perlindungan dan pembelaan terhadap
hak-hak anak yang dilanggar dan memberikan pendampingan jika anak asuh
bermasalah dan berhubungan dengan hukum.
4. Case Manager
Pekerja sosial dapat menyambungkan anak dengan sistem sumber yang ada dan
memberikan stimulus kepada anak agar tidak tergantung dalam mengakses
25

sistem sumber yang ada, pekerja sosial juga mengkoordinasikan sebagai


pelayanan yang berhubungan dengan anak.
5. Pendidik
Pekerja sosial dapat menjalankan peranannya sebagai pendidik yang berperan
memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh klien yang berada dalam panti
maupun non panti.
6. Broker
Pekerja sosial dapat menjalankan perananya sebagai broker yaitu dengan
menjadi penghubung klien dengan sistem sumber yang dibutuhkan untuk
membantu memenuhi kebutuhan klien dan memecahkan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien.
7. Motivator
Pekerja sosial dapat memberikan motivasi atau dorongan kepada klien untuk
memaksimalkan berbagai macam potensi yang dimiliki sehingga dapat
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.
8. Fasilitator
Pekerja sosial dapat membantu mengusahakan keperluan yang dibutuhkan
terkait dengan kebutuhan-kebutuhan klien guna pencapaian perubahan dalam
menangani permasalahan yang sedang dialami
23

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendeskripsikan dan
merepresentasikan proses mengenai pengasuhan anak stunting oleh keluarga Di
Kelurahan Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Menurut (Bambang
Rustanto,2008 : 12)

Penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk melihat pengalaman


orang-perorang (individu) ,kehidupan ,kelompok ,kehidupan masyarakat ,sejarah,
tingkah laku, fungsionalisasi, organisasi, aktivitas sosial yang digunakan untuk
membantu memecahkan masalah dengan perspektif mereka sendiri. Menurut
Bogdan & Taylor penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan prilaku yang dapat diamati (dalam Dr Bambang Rustanto,2015:12)

3.2 Penjelasan Istilah


Penjelasan istilah merupakan penjelasan dari beberapa konsep penelitian
yang digunakan untuk membatasi lingkup pelaksanaan penelitian dan
menghindari penafsiran berbeda dengan istilah yang digunakan dalam penelitian
sebagai pedoman untuk melakukan pengumpulan dan analisa data lapangan
mengenai Pengasuhan anak stunting oleh keluarga di Kecamatan Pelabuhanratu
Kabupanten Sukabumi. Peneliti merumuskan penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Pengasuhan dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari aspek
perawatan, pemeliharaan, bimbingan, dan pendidikan.
2. Keluarga sebagai responden yang di maksud dalam penelitian ini adalah Ibu
dan ayah yang memiliki anak stunting usia 0 hingga 5 tahun.
3. Anak yang di maksud dalam penelitian ini adalah anak yang terindikasi
stunting yang berusia 0-5 tahun yang sudah ditetapkan oleh ahli Puskesmas
Kecamatan Pelabuhanratu.
24

4. Kelurahan Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Di


Provinsi Jawa Barat adalah tempat yang di jadikan oleh peneliti sebagai lokasi
penelitian.

3.3 Penjelasan Latar Penelitian


Latar penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pelabuhanratu Kecamatan
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Kelurahan
Pelabuhanratu memiliki permasalahan mengenai anak stunting dengan jumlah 72
anak. Selanjutnya latar penelitian yang digunakan adalah latar terbuka dan latar
tertutup dengan pertimbangan bahwa sumber data berada di kedua latar tersebut
(Moleong: 2012). Dalam latar terbuka ini peneliti nantinya akan mengamati
dengan melakukan observasi yang berkaitan dengan kegiatan mengenai
pencegahan dan pengasuhan terhadap anak stunting serta studi dokumentasi yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah arsip-arsip, catatan posyandu dan
puskesmas serta laporan tahunan yang berkaitan dengan anak stunting. Sedangkan
latar tertutup peneliti akan lebih berperan karena disini peneliti akan berhubungan
langsung dengan informan dengan melakukan wawancara lebih mendalam kepada
orang tua yang memiliki anak stunting mengenai pemberian asupan gizi dan
bagaimana perawatan terhadap anak stunting.

3.4 Sumber Data dan Cara Menentukan Sumber Data


Menurut Lofland and Lofland dalam Moleong, tahun “penelitian kualitatif
sumber data utamanya adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya merupakan data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain” (dalam Styaningrum, 2021:44).
Sedangkan, menurut Sugiyono “sumber data yang biasa digunakan dalam
penelitian adalah sumber data primer dan sekunder” (dalam Astuti, 2020:59).
Berikut adalah sumber data primer dan sumber data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini.

1. Sumber Data Primer


Sumber data primer adalah sumber data utama yang diperoleh secara
langsung untuk mendapatkan jawaban dari tujuan dilaksanakan suatu penelitian.
Sumber data ini dapat diperoleh melalui informan yang akan memberikan
25

informasi terkait pengasuhan anak stunting oleh keluarga Di Kelurahan


Pelabuhanratu. Kecamatan Pelabuhanratu. Informan dalam penelitian ini adalah
orang tua yang memiliki anak stunting.

2. Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung sebagai data penunjang dari data primer yang diperoleh melalui
informan. Peneliti menggunakan data penunjang berupa informasi melalui foto
dan dokumen tertulis dari Puskesmas Pelabuhanratu yang berupa data anak
stunting di Kelurahan Pelabuhanratu. Serta melakukan kajian referensi baik dari
buku, Jurnal, maupun karya ilmiah yang berkaitan dengan topik penenlitian.

3.5 Cara Menentukan Sumber Data


Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara
purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Oleh karena itu,
peneliti membuat kriteria yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini.

1.Orang tua yang memiliki anak stunting


1. Ibu dan ayah yang memiliki anak stunting dengan usia 0 hingga 5 tahun
2. Bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini
2.Kader posyandu
1. Memahami aturan mengenai gizi untuk anak stunting
2. Mempunyai pengalaman dalam menangani anak stunting
3. Aktif dalam mengikuti kegiatan yang terkait dengan pola asuh yang baik
terhadap anak stunting
3.Petugas puskesmas
1. Memahami mengenai peraturan gizi terhadap anak stunting
2. Mengetahui bagaimana pemberian pola asuh yang baik terhadap anak stunting
3. Mempunyai pengalaman dalam menangani anak stunting
4. Memiliki latar belakang pendidikan kesehatan mengenai penangan anak
maupun anak stunting
26

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data ini merupakan pedoman yang akan digunakan
peneliti untuk memperoleh data terkait pengasuhan anak stunting oleh keluarga di
Kelurahan Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
Sugiyono (2013:225) menyatakan bahwa pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data
primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan
(participant observation), serta wawancara mendalam (in depth interview) dan
dokumentasi. Berikut adalah penjelasan terkait teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti.

3.5.1 Wawancara Mendalam


Wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk mendalami permasalahan dalam penelitian melalui tanya jawab yang
dilakukan secara tatap muka oleh peneliti dan informan. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan wawancara mendalam bersama informan, yang ditujukan
kepada orang tua yang memiliki anak stunting dengan menggunakan pedoman
wawancara yang telah dirancang oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek dari objek
penelitian. Peneliti akan memberikan pertanyaan kepada informan terkait dengan
pengasuhan yang diberikan, utamanya berkaitan dengan perawatan, pengasuhan,
bimbingan dan pendidikan untuk anak stunting.

3.5.2 Observasi
Observasi partisipatif berarti peneliti akan terlibat secara langsung dalam
aktivitas atau kegiataan yang dapat menunjang atau memperkuat data-data yang
diperlukan peneliti. Teknik observasi partisipatif ini digunakan agar peneliti dapat
mengamati secara langsung mengenai pengasuhan yang diberikan oleh keluarga
yang memiliki anak stunting Di Kelurahan Pelabuhanratu Kecamatan
Pelabuhanratu.

3.5.3 Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu baik dalam
bentuk tulisan, gambar, maupun karya-karya monumental. Studi dokumen
27

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam


penelitian kualitatif. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung
oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. (Sugiyono,
2013:240).

Dokumentasi yakni interventarisasi dan menelah data dokumen yang


dimungkinkan dapat memberi informasi, penjelasan, dan rujukan terhadap topik
penelitian ini. Data dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
arsip- arsip, catatan yang ada di posyandu dan puskesmas mengenai stunting serta
laporan tahunan yang berhubungan dengan stunting. Melalui studi dokumentasi
peneliti juga memperoleh informasi mengenai gambaran lokasi penelitian dan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data


(Sugiyono,2013:267-269). Sebuah penelitian dapat dikatakan valid,
reliabel, dan objektif apabila peneliti melakukan uji keabsahan data. Berikut
adalah pemeriksaan keabsahan data menurut Sugiyono (2013:269-277).
1. Ketekunan Pengamatan
Peneliti lebih tekun dan teliti dalam memeriksa dan juga mengolah hasil
dari pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti. Ketekunan ini dapat dilihat
dari seberapa lama penelitian dilakukan oleh peneliti dan juga seberapa sering
intensitas peneliti bertemu dengan informan. Semakin sering dan semakin lama
penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti, maka data yang didapatkan akan
semakin baik dan kuat. Peneliti sebagai penulis melakukan penelitian dengan
lebih cermat dan sistematis. Agar dapat meningkatkan ketekunan penulis maka
selama penelitian dibekali dengan bahan referensi ataupun hasil penelitian
terdahulu yang sesuai dengan masalah penelitian yang diambil.
2. Teknik Triangulasi
Triangulasi berupa pengecekan data dari berbagai sumber menggunakan
metode dan waktu yang berbeda. Dengan menggunakan triangulasi, peneliti
berupaya mengumpulkan data tidak hanya dari kelompok dan individu, melainkan
28

juga melibatkan pihak lain yang terikat (Thomas dalam Bambang Rusanto,2015)
Teknik triangulasi terbagi kedalam tiga macam yaitu:
1. Triangulasi sumber data yang diperoleh dari orang tua yang memiliki anak
stunting, kader posyandu dan petugas puskesmas dengan membandingkan dan
mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
orang yang berbeda.
2. Triangulasi teknik membandingkan data yang telah diperoleh dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan baik diperoleh melalui studi dokumentasi
maupun observasi, wawancara.
3. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengecek kembali data dengan
menanyakan kembali pertanyaan yang sama di lain waktu dan situasi yang
berbeda.

Kegunaan triangulasi adalah untuk mentracking ketidaksamaan antara data


yang diperoleh dari satu informan (sang pemberi informasi) dengan informan
lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknik yang dapat menyatukan
perbedaan data agar ditarik kesimpulan yang akurat dan tepat.

3.8 Teknik Analisa Data Kualitatif


Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, serta memuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono dalam Bambang Rustanto,2015)

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi, atau gabungan ketiganya (triangulasi)
yang diperoleh dari informan dan pihak lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

2. Reduksi Data
29

Banyaknya jumah data yang diperoleh dari lapangan mengharuskan


peneliti untuk melakukan analisa data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

3. Penyajian Data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya peneliti akan menyajikan data
kedalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat narasi.

4. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi


Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan, Maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

3.9 Jadwal Penelitian


Matriks 3.1 Jadwal Penelitian Pengasuhan Anak Stunting oleh
Keluarga di Kelurahan Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu
Kabupaten Sukabumi Tahun 2024

Tahun 2024 Tahun 2024


4. Jadwal/Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okr
N

Studi
1 Literatur/survey
Pendahuluan
30

2 Pengajuan Judul
Bimbingan dan
3 Penyusunan
Proposal
Seminar
4
Proposal
Bimbingan
5
Instrumen
Pengumpulan
6
Data
Pengolahan
7
Data
Bimbingan
8 Penulisan Bab I
s/d VI
9 Ujian Skripsi
Pengsahan
10
Skripsi

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai dari bulan Februari 2024
sampai bulan Juli 2024, dan penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan yaitu:

Tahap I : Tahap Persiapan, mencakup penjajakan lokasi penelitian ,penyusuan


proposal penelitian ,seminar proposal dan menyusun instrument penelitian.

Tahap II : Tahap Pelaksanaan, mecakup kegiatan pelaksanaan penelitian,


menyusun transkip dan hasil penelitian ,membuat laporan penelitian.

Tahap III : Tahap Akhir ,mencakup ujian sidang skripsi dan mempublikasi
hasil penelitian melalui jurnal hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Suparmi,sri rahayu,rafika Pola asuh orang tua dengan kejadian stunting pada
balita (2023) penerbit :Pustaka Rumah Cinta. Hal 1
Meri Neherta,deswita,reky marlani,. (2023) faktor-faktor penyebab stunting pada
anak. CV Adanu Abimata. Hal 5-6
Flaviani angela,ev,. (2023). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kejadian anak
stunting pada usia 1-3. Hal 403
Fredericksen Victoranto Amseke. (2023). Pola asuh orang tua, temperamen dan
perkembangan sosial emosional anak usia dini .Cetakan Febuari. Hal 55
Rustanto Bambang. (2015). Penelitian kuantitatif pekerja sosial. PT Remaja
Rosdakarya. Hal 12-73
Setiadi,Dkk.2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga / Setiadi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabeta
Kurniasari, Alit. (2009). Pengasuhan dan Perlindungan Bagi Anak. Jakarta
Timur:P3KS Press
Lefaan, V.B.B & Suryana. (2018). Tinjauan Psikologi Hukum dalam
Perlindungan
Anak. Deepublish
Nancy boyd webb. (2009). Praktek pekerjaan sosial dengan anak. Penerjemah:
Edi
Suharto Jakarta: Pustaka Societa
Mulyono, Sigit. (2009).Empati penalaran moral dan pola asuh.Gala Ilmu Semesta.
Hal 131.
Jurnal
Allya. Kusbadrijo, Anggaeny,. 2023. Collaborative governance pada penerapan
perwali no 79 tahun 2023 tentang pencegahan penurunan stunting di Kota
Surabaya. Jurnal Penelitian Administrasi Publik. 3(4): 255.

30
Ruswati., 2021. Resiko Penyebab Stunting Pada Anak. Jurnal Pengabdian
Kesehatan Masyarakat. 1(2): 34.
Dewanggi, M., Hastuti, D., & Hernawati, N. 2012. Pengasuhan orang tua dan
kemandirian anak usia 3-5 tahun berdasarkan gender di Kampung Adat
Urug. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 5(1), 19-28.
Rafian Melki,Nababan Donald, Evi Siska,Martina..2023.Pengaruh pola asuh
orang tua dari keluarga kurang mampu terhadap kejadian stunting pada
balita di kabupaten beli serbang.Jurnal Review Pendidikan dan
Pengajaran,6(4),pp.282.
Larasati, Raina. 2020. Pengasuhan Anak di Panti Sosial Bina Remaja Taruna
Jaya 1 Tebet Jakarta Selatan. Skripsi: Politeknik Kesejahteraan Sosial
Bandung.
Rahmawati, Ika.Pengasuhan Terhadap Anak Oleh Orang Tua Yang Melakukan
Pernikahan Dini Di Desa Batur Kecamatan Batur Kabupaten
Banjarnegara. Jurnal Sosial Soedirman, [S.l.], v. 5, n. 1, p. 61-73, june
2021.
Dewanggi, M., Hastuti, D., & Hernawati, N. 2012. Pengasuhan orang tua dan
kemandirian anak usia 3-5 tahun berdasarkan gender di Kampung Adat
Urug. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 5(1), 19-28.
Wahyuni D, Fitrayuna, R., 2020. Pengaruh sosial ekonomi dengan kejadian
stunting pada balita di desa kualu tambang kampar. PREPOTIF: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 4(1), pp.20-26.
Guna, M.S.R., Soesilo, T.D. and Windrawanto, Y., 2019. Pengaruh pola asuh
orang tua terhadap kemampuan pengambilan keputusan mahasiswa pria
etnis sumba di salatiga. Jurnal Psikologi Konseling, 14(1)
Kementerian Kesehatan
SSGI. (2023). Hasil Survei Status Gizi Indonesia. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Retreived February 9, 2024 from
https://promkes.kemkes.go.id/materi-hasil-survei-status-gizi-indonesia-
ssgi- 2022
Pusdatin Kemenkes, R.I., 2016. Situasi balita pendek. Jakarta: Pusat data dan
Informasi Kementerian Kesehatan R.
Kementerian Sosial. 2021. Modul pencegahan dan penanganan stunting bagi
SDM Kesos. Jakarta

31
32

Anda mungkin juga menyukai