Anda di halaman 1dari 189

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN ANAK (USIA 1-3 TAHUN) DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI

BANYUWANGI TAHUN 2020

Oleh :

ARFIAN VIONA AULIA INAYAH


NIM : 2016.02.005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2020
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN ANAK (USIA 1-3 TAHUN) DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI

BANYUWANGI TAHUN 2020

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Banyuwangi

Oleh :

ARFIAN VIONA AULIA INAYAH


NIM : 2016.02.005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2020

i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

iii
iv
MOTTO

―Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.‖

(QS Al Baqarah 286)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk orang tua yang selalu memberikan

support, juga untuk semua orang-orang yang menyayangi saya.

Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat untuk semua.

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat taufiq dan hidayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“HubunganPola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan

Anak (Usia 1-3 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi

Tahun 2020”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada program studi S1 Keperawatan STIKES

Banyuwangi. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. DR. H. Soekardjo, selaku Ketua STIKES Banyuwangi yang telah memberi izin

dan menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis untuk melakukan

penelitian serta memberi kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan program studi Ilmu Keperawatan STIKES

Banyuwangi.

2. Ns. Anita Dwi Ariyani, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada saya

untuk menyelesaikan Program Studi S1 Keperawatan.

3. Ns. Masroni, S.Kep., MSN, selaku PJMK Proposal dan Skripsi.

4. Atik Pramesti W., S. Kep., Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing I dalam

Penelitian dan Penyusunan Skripsi yang telah memberikan bimbingan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

vi
vii
viii
ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERTUMBUHAN


DAN PERKEMBANGAN ANAK (USIA 1-3 TAHUN) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI
KECAMATAN BANYUWANGI
TAHUN 2020
Arfian Viona 1, Atik Pramesti 2, Annisa Nur 2
1
Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Banyuwangi
2
Dosen Program S1 Keperawatan Stikes Banyuwangi

Pola asuh orang tua merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan
anak-anaknya. Pola pengasuhan orang tua menentukan semua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, oleh karena itu pertumbuhan dan
perkembangan anak tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya. Hubungan orang
tua dengan anak sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang
tua dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun. Jenis penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah studi korelasi (Correlation study). Penelitian ini
menggunakan teknik accidental sampling. Sampel penelitian terdiri dari 24
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang diambil dari lembar kuesioner
dan observasi. Kemudian dilakukan scoring, tabulating dan analisis statistik rank
spearman dengan menggunakan SPSS 25 for windows.
Peneliti menemukan 24 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Hasil penelitian pada pola asuh dengan pertumbuhan menunjukkan nilai
Sig. (2-Tailed) 0,018 < 0,05 menunjukkan hasil ada hubungan antara pola asuh
orang tua dengan pertumbuhan anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi Tahun 2020 dan terlihat nilai Sig. (2-Tailed) 0,000 < 0,05
menunjukkan hasil ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari
Banyuwangi Tahun 2020.

Kata Kunci : Pola Asuh, Pertumbuhan Anak, Perkembangan Anak

ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iv
MOTTO ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............. viii
ABSTRAK ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xvi
DAFTAR LAMBANG .......................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua ........................................... 8
2.1.1 DefinisiPola Asuh Orang Tua ................................ 8
2.1.2 Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak ........... 9
2.1.3 Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua................... 24
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh....... 31
2.2 Konsep Pertumbuhan ......................................................... 34
2.2.1 Pengertian Usia Toddler......................................... 34
2.2.2 Definisi Pertumbuhan ............................................ 35
2.2.3 Tahapan Pertumbuhan Balita ................................. 36
2.2.4 Ciri Pertumbuhan Anak ......................................... 39
2.2.5 Konsep Pengukuran Pertumbuhan Anak ............... 40
2.2.6 Konsep Pemeriksaan Pertumbuhan Anak .............. 45
2.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh
Kembang Anak ...................................................... 48
2.3 Konsep Perkembangan ...................................................... 49
2.3.1 Definisi Perkembangan .......................................... 49
2.3.2 Ciri-ciri Perkembangan .......................................... 49
2.3.3 Aspek Perkembangan ............................................. 50

xi
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak. 51
2.3.5 Periode Perkembangan ........................................... 56
2.3.6 Tahapan Perkembangan Balita............................... 58
2.3.7 Pengukuran Perkembangan Anak .......................... 61
2.3.8 Skrining / Pemeriksaan Perkembangan Anak ........ 62
2.3.9 KPSP Pada Anak Usia 12-36 Bulan ...................... 65
2.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan
Dan Perkembangan Anak Usia Toddler ........................... 72
2.5 Tabel Sintesis Jurnal .......................................................... 75

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 78
3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................... 79

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian yang Digunakan ............................. 80
4.2 Kerangka Kerja .................................................................. 81
4.3 Pola, Sampel, dan Teknik sampling................................... 82
4.3.1 Populasi Penelitian ................................................. 82
4.3.2 Sampel Penelitian .................................................. 82
4.3.3 Sampling ................................................................ 83
4.4 Identifikasi Variabel .......................................................... 84
4.4.1 Variabel Bebas (Independent) .............................. 84
4.4.2 Variabel Terikat (Dependent) ................................ 84
4.5 Definisi Operasional .......................................................... 85
4.6 Instrumen Penelitian .......................................................... 86
4.7 Waktu dan Tempat ............................................................. 86
4.8 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ................ 87
4.8.1 Birokrasi Perizinan ................................................ 87
4.8.2 Prosedur Pengumpulan data................................... 87
4.9 Analisa Data dan Pengelolahan Data ................................. 88
4.9.1 Langka-langkah analisa data .................................. 88
4.9.2 Uji Statistika .......................................................... 90
4.10 Kode Etik ........................................................................... 91
4.10.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan) ............... 91
4.10.2 Anonimity (Tanpa Nama) ....................................... 91
4.10.3 Confidentialy (Kerahasiaan) .................................. 92
4.10.4 Veracity (Kejujuran) .............................................. 92
4.10.5 Non Maleficience (Tidak Merugikan).................... 92
4.10.6 Respect for Person (Menghormati Harkat dan
Martabat Manusia) ................................................. 92
4.10.7 Justice (Keadilan bagi Seluruh Subjek
Penelitian) .............................................................. 93
4.10.8 Beneficienc (Memanfaatkan Manfaat dan
Meminimalkan Resiko).......................................... 93
4.10.9 Keterbatasan Penelitian.......................................... 93

xii
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian .................................................................. 94
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................... 94
5.1.2 Data Umum ............................................................ 96
5.1.3 Data Khusus ........................................................... 99
5.2 Pembahasan ....................................................................... 105
5.2.1 Pola Asuh Orang Tua ............................................. 105
5.2.2 Pertumbuhan Anak Usia Toddler .......................... 108
5.2.3 Perkembangan Anak Usia Toddler ........................ 110
5.2.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak (Usia
1-3 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi Tahun 2020 ....................... 112

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ........................................................................ 116
6.2 Saran .................................................................................. 117

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 119


LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................. 78


Bagan 4.1 Kerangka Kerja ...................................................................... 81

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Alat Pengukuran Pertumbuhan Anak............................ 40

Tabel 2.2 Tabel Alat Pengukuran Pertumbuhan Anak Berdasarkan


Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan(BB/TB) ............................. 45

Tabel 2.3 Tabel Alat Pengukuran Pertumbuhan Anak Berdasarkan


Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan Untuk Anak Laki-laki Umur
0-60Bulan ................................................................................................ 46

Tabel 2.4 Tabel Alat Pengukuran Pertumbuhan Anak Berdasarkan


Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan Untuk Anak Perempuan
Umur 0-60 Bulan .................................................................................... 47

Table 2.5 Tabel Sintesis Jurnal ............................................................... 75

Tabel 4.5 Definisi Operasional ............................................................... 85

Tabel 5.1 Crosstab Hubungan Pola Asuh Dengan Pertumbuhan Anak . 102

Tabel 5.2 Crosstab Hubungan Pola Asuh Dengan Perkembangan Anak 103

Tabel 5.3 Correlation Hubungan Pola Asuh Dengan Pertumbuhan Anak 103

Tabel 5.4 Correlation Hubungan Pola Asuh Dengan Perkembangan Anak 104

xv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1Umur Orang Tua ................................................................. 96

Diagram 5.2Pendidikan Orang Tua......................................................... 97

Diagram 5.3Pekerjaan Orang Tua ........................................................... 97

Diagram 5.4Umur Anak .......................................................................... 98

Diagram 5.5Jenis Kelamin Anak ............................................................ 99

Diagram 5.6Pola Asuh ............................................................................ 100

Diagram 5.7Pertumbuhan ....................................................................... 100

Diagram 5.8Perkembangan ..................................................................... 101

xvi
DAFTAR SINGKATAN

cm = sentimeter

m = meter

g = gram

Kg = Kilogram

BB = Berat Badan

BB/U = Berat Badan menurut Umur

BB/TB = Berat Badan menurut Tinggi Badan

TB/U = Tinggi Badan menurut Umur

LK = Lingkar Kepala

thn = Tahun

ASI = Air Susu Ibu

SD = Standart Deviasi

KPSP = Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

SDIDTK = Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh

Kembang

KIA = Kesehatan Ibu Anak

PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini

TK = Taman Kanak-kanak

TPA = Taman Pendidikan Al-Qur’an

BKB = Bina Keluarga Balita

PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa

Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

Dinkes = Dinas Kesehatan

xvii
Kemenkes RI = Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

WHO = World Health Organization

UNICEF = United Nations Children’s Fund

SPSS = Statistical Product and Service Solutions

xviii
DAFTAR LAMBANG

≤ = Kurang dari sama dengan

≥ = Lebih dari sama dengan

< = Kurang dari

> = Lebih dari

= = Sama dengan

/ = Per

% = Persen

+ = Tambah

- = Kurang

() = Dalam kurung

Α = Alfa

. = Kali

= Bagi

n = Sampel

N = Jumlah populasi

D = Tingkat signifikasi

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matriks Rencana Kegiatan

Lampiran 2 PersetujuanPengajuan Judul Skripsi PPPM STIKES

Banyuwangi

Lampiran 3 Surat Permohonan Data Awal Dinas Kesehatan

Lampiran 4 Surat Balasan Permohonan Data Awal Tempat Penelitian

Lampiran 5 Surat Permohonan Data Awal Tempat Penelitian

Lampiran 6 Surat Balasan Permohonan Data Awal Tempat Penelitian

Lampiran 7 Keterangan Lolos kaji Etik

Lampiran 8 Lembar Permohonan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 9 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 10 Lembar Kuesioner

Lampiran 11 Lembar KPSP

Lampiran 12 Lembar Pengukuran BB

Lampiran 13 SOP Pengisian KPSP

Lampiran 14 SOP Pengukuran BB

Lampiran 15 Hasil Penelitian Dan Dokumentasi

Lampiran 16 Lembar Konsultasi Mahasiswa

xx
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola asuh orang tua merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi

dengan anak-anaknya. Pola pengasuhan orang tua menentukan semua

tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya, oleh karena itu

pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dipisahkan dari orang

tuanya. Karena orang tua merupakan tempat pertama kali anak belajar

menyatakan diri sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan

kelompoknya (Krisnawati, 2008).Sikap dan cara hidup orang tua

merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan

sendirinyaakan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang dalam

masapertumbuhan dan perkembangan. Perlakuan yang buruk

akanberlainan akibatnya daripada perlakuan yang baik dalam pribadi anak.

Hubungan orang tua dengan anak sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak (Munir, 2010). Kesalahan dalam memberikan pola

asuh maupun menyikapi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan

tidak memberikan makanan bergizi, suplemen vitamin, membatasi anak

untuk beraktifitas, sering memarahi anak akan mengakibatkan gangguan

pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak adalah seseorang yang

berusia kurang dari delapan belas tahun dan dalam masa tumbuh kembang

dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik,psikologis, sosial, dan

spiritual yang dimulai daribayi, usia toddler, usia pra-sekolah, usia

sekolah, hingga masa remaja (Hidayat, 2009). Usia toddler merupakan

1
2

usia emas karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat sangat cepat (Nursalam dkk, 2008).

Masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa yang

sangat beresiko bagi kehidupan setiap anak, maka sangat penting untuk

memperhatikan semua aspek yangmendukung dan yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan.Pertumbuhan (growth) itu

sendirimempunyai pengertian yaitu berkaitan dengan masalah perubahan

ukuran, besar,jumlah, atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun

individu. Pertumbuhanbersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan

satuan berat (g,kg),satuan panjang (cm,m), umur tulang, dan

keseimbangan metabolik (retensikalsium dan nitrogen dalam tubuh)

(Krisdiyanti, 2015).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill

(kemampuan)dalamstruktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapatdiramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan. Disini menyangkut adanyaproses diferensiasi dari sel-sel

tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemorgan yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapatmemenuhi fungsinya.

Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dantingkah laku sebagai

hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012). Faktor yang

mempengaruhipertumbuhan dan perkembangan anak yaitu pola asuh atau

Interpersonal relationship.Hubunganantara anak dengan orang tua

tercermin lewat pola asuh.Hal ini berarti interaksi antara orangtua atau
3

dengan lingkungan sekitarnya mampu menstimulisasi pertumbuhan dan

perkembangan anak(Fatimah, 2012).

Menurut hasil penelitian Rika pada tahun 2018 yang dilakukan di

Puskesmas SingotrunanKabupaten Banyuwangi dengan subyek penelitian

ibu yang memiliki balita usia 0-59 bulan menyebutkan bahwa terdapat

10% orang tua dengan pola asuh authoritarian, 53% orang tua dengan pola

asuh authoritative, sedangkan 37% orang tua dengan pola asuh permissive

(Rika, 2018). Laporan Global Nutrition pada tahun 2017 menunjukkan

masalahstatus gizi di dunia diantaranya prevalensi wasting (kurus) 52 juta

balita (8%),stunting (pendek) 115 juta balita (23%), dan overweight 4 juta

balita (6%)(UNICEF dan WHO, 2017).Sementara 45% kematian anak

balita disebabkan karenamasalah gizi. Tahun 2018 diketahui sebesar

17,7% anak balita di Indonesia menderita gizi buruk dengan peringkat

tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur sebesar 29,5%. Jawa Timur

tercatat sekitar 15% anak balita menderita gizi buruk (Riskesdas, 2018).

Berdasarkanhasil penjaringan skrining status gizi di wilayah

Kabupaten Banyuwangi di 45 Puskesmas yang melaporkan datanya ke

Dinkes Banyuwangi tahun 2017 jumlah gizi buruk di Banyuwangi

sejumlah 526 anak. Tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 513 anak

yang menderita gizi buruk.Bulan Januari- September 2019 sejumlah 446

anak yang mengalami gizi buruk, tertinggi di wilayah kerja Puskesmas

Kertosari dari 446anak yang mengalami gizi buruk yaitu 34 anak (Dinkes

Banyuwangi, 2019).Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas

Kertosari jumlah anak usia toddler (1-3 tahun) yang mengalami masalah
4

pertumbuhan dan perkembangan di wilayah kerja Puskesmas Kertosari

sejumlah 63 anak (Puskesmas Kertosari, 2019).

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh pola asuh

orang tua yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang anak yang baik.

Salah satu masalah yang sering terjadi pada masapertumbuhan dan

perkembangan anak yaitu keterlambatantumbuh kembang

anak(Developmental Delay) yang diantaranya dapat menyebabkan gizi

buruk dan stunting (Hidayat, 2014).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan danperkembangan anak

diantaranya lingkungan, sosial ekonomi, nutrisi dan juga pola asuh orang

tua.Pola asuh orang tua berperan penting dalam proses tumbuh kembang

anak. Pemberian pola asuh yang buruk dapat berdampak pada masalah

gizi, menyerang sel imun danmenyebabkan anak mudah terserang

penyakit.Dampakburuk jika masalah pertumbuhan dan perkembangan

tidak ditangani maka anak akan mengalami gangguan motorik, kognitif,

keterlambatan berbicara dan bahasa, cerebral palsy, sindrom down,

gangguan metabolisme tubuh,gangguan autisme,retardasi mental,

penurunan kekebalan tubuh, anorexia, dan dapat meyebabkan kematian

pada anak (Kemeskes RI, 2016). Tumbuh kembang anak perlu distimulasi

dari cara pola asuh orang tua agar tidak menyebabkan penyimpangan

tumbuh kembang anak (Dinkes, 2014).

Agar pertumbuhan dan perkembangan anak bisa menjadi baik,

sebaiknya kepada orang tua dilakukan pendidikan yang tepat melalui

penyuluhan tentang pola asuh dalam pemberian makanan tambahan,


5

suplemen, skrining secara rutin serta deteksi dini pada kelainan

perkembangan anak.Jika saat skrining ditemukan anak yang beresiko gizi

buruk dan gangguan perkembangan, pencegahannyadengan dilakukan

pemantauan gizi secara rutin dan pemberian suplemen gizi kepada anak

dan dilakukan pemauntauan perkembangan anak dengan melibatkan

semua sektor atau para kader puskesmas.Usaha dalam pencapaian

pertumbuhan dan perkembangan anak yang didukung dengan pola asuh

orang tuayang benar, pada anak resiko gangguan gizi buruk dengan

memberikan makanan tinggi energi dan makanan tinggi protein dan pada

anak gangguan perkembangan melalui interaksi antara anak bersama orang

tua dan latihan gerak. Jika ditemukan anak yang mengalami gizi buruk

maka langsung dilakukan rujukan kasus gizi buruk, perawatan anak gizi

buruk, serta pendampingan pasca perawatan pada anak gizi buruk dan jika

ditemukan anak yang mengalami gangguan perkembangan maka

dilakukan pendampingan dan pemantauan perkembangan secara rutin

(Yekti;dkk, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan pertumbuhan

dan perkembangananak usia 1-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Kertosari Tahun 2020?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pola asuh orang tua dengan

pertumbuhan dan perkembangananak usia 1-3 tahun di wilayah

kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua pada anak usia 1-3

tahun di wilayah kerjaPuskesmas KertosariTahun 2020.

2. Mengidentifikasi pertumbuhan anak usia 1-3 tahun di

wilayah kerjaPuskesmas KertosariTahun 2020.

3. Mengidentifikasi perkembangan anak usia 1-3 tahun di

wilayah kerjaPuskesmas KertosariTahun 2020.

4. Menganalisa hubungan pola asuh orang tua dengan

pertumbuhan anak usia 1-3 di wilayah kerjaPuskesmas

Kertosari Tahun 2020.

5. Menganalisa hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak usia 1-3 di wilayah kerjaPuskesmas

Kertosari Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Memberikan pengetahuan tentang bagaimana hubungan

pola asuh orang tua dengan pertumbuhan dan perkembangan anak

usia 1-3 tahun.


7

1.4.2 Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikaninformasi atau

gambaran tentang pola asuh orang tua yang sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1-3 tahun.

2. Bagi PenelitiSelanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi

untuk peneliti selanjutnya tentang pola asuh orang tua

dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia toddler.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapatsebagai tambahan ilmu bagi

profesi keperawatan khususnya keperawatan anak tentang

pola asuh orang tua dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak usia 1-3 tahun.

4. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapatsebagai informasi dalam

melakukan pendidikan kesehatan untuk masyarakat atau

orang tua tentang gangguan tumbuh kembang pada anak.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua

2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1088) bahwa ―pola adalah

model, sistem, atau cara kerja‖, Asuh adalah ―menjaga, merawat,

mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya‖

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:96). Menurut Sugihartono,

dkk (2007;31)menyebutkan bahwa pola asuh orang tua adalah pola

perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak.

Pola asuh yang diterapkan disetiap keluarga tentu berbeda-beda

dengan keluarga lainnya.Sedangkan menurut Atmosiswoyo dan

Subyakto (2002;212) menyebutkan : pola asuh adalah pola

pengasuhan pada anak yang berlaku dalam setiap keluarga, yaitu

bagaimana keluarga membentuk perilaku atau sikap generasi

berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan

kehidupan masyarakat. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi,

antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada

anak, cara memberikan hadiah dan 11 Isni (Agustiawati,2014).

Dengan demikian yang dimaksud dengan Pola Asuh Orang Tua

adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung

maupun tidak langsung.

8
9

2.1.2 Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak

Awal pertumbuhan anak memiliki fase petumbuhan dan

perkembangan yang progresif sehingga perlu adanya optimalisasi

pemenuhan segala kebutuhan anak di masa awal pertumbuhan

(Wong,2008). Pola asuh anak sangat berpengaruh pada munculnya

masalah gizi pada anak.Pola asuh yang berpengaruh tersebut

diantaranya kebutuhan dasar anak yang terdiri dari asuh, asah, dan

asih.(Soetjiningsih, 2005) membagi kebutuhan balita menjadi 3

yaitu:

1) ASAH

(Sulistiyani, 2010) menyebutkan bahwa kebutuhan asah

merupakan kebutuhan rangsangan atau stimulasi yang dapat

meningkatkan perkembangan kecerdasan anak secara

optimal.Kebutuhan asah berhubungan dengan perkembangan

psikomotor anak. Pemberian ASI eksklusif pada anak akan

melatih anak untuk berhubungan dengan manusia lainnya

khususnya dengan ibunya, sehingga perkembangan psikososial

anak dapat mulai berkembang dengan baik.

Kebutuhan asah (kebutuhan stimulasi mental secara

dini) merupakan awal dari proses pembelajaran, mendidik, dan

merangsang perkembangan anak yang dilatih sedini mungkin.

Latihan dan perangsangan perkembangan anak sedini mungkin

akan membentuk anak memiliki etika, kepribadian yang baik,


10

arif, dan memiliki kecerdasan, kemandirian, keterampilan,

produktivitas yang baik (Rahmawati, 2008).

Stimulasi menjadi suatu kebutuhan penting bagi anak,

namun pemberian stimulasi juga harus memperhatikan waktu

yang tepat yaitu saat anak siap menerima stimulasi dari

luar.Saat anak siap menerima stimulasi dari luar maka fase ini

disebut periode kritis. Saat anak dalam periode kritis, maka

stimulasi akan berdampak positif, namun apabila periode kritis

terlewatkan maka stimulasi tidak berpengaruh bagi anak

(Gunarsa, 2004).

Stimulasi untuk tumbuh kembang anak dapat dilakukan

dengan memberikan permainan atau bermaindengan

anak.Bermain adalah kegiatan anak untuk mempraktikkan

keterampilan, berekspresi atas pemikirannya, anak menjadi

kreatif, dan persiapan untuk anak menjadi berperilaku dewasa.

Bermain memberikan stimulasi pada kemampuan kognitif dan

afektif yang merupakan sebuah kebutuhanbagi anak

sebagaimana kebutuhan fisik lainnya. Bermain dapat membuat

anak tumbuh dengan kematangn fisik, emosional, mental, dan

anak berkembang menjadi anak yang kreatif, cerdas, dan

penuh inovasi (Hidayat, 2007).

Orang tua harus mengetahui maksud dan tujuan

permainan sebelum permainan itu diberikan kepada

anak.Fungsi dari bermain diantaranya adalah membantu


11

perkembangan motorik dan sensorik anak, membantu

perkembangan kognitif anak, meningkatkan kemampuan

sosisalisasi anak, dan meningkatkan kreativitas (Hidayat,

2007).

Tindakan stimulasi tidak hanya bersumber dari

permainan melainkan berbagai aktivitas, seperti latihan gerak,

berbicara, berpikir, kemandirian, dan sosialisasi.Stimulasi

sesuai dengan umur dan prinsip stimulasi.Aktivitas stimulasi

dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan sebuah

ungkapan kasih sayang pada anak, bermain dengan

anak.Stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan sesuai

dengan tahap perkembangan anak (Suherman, 2000).

Beberapa stimulasi yang dapat diberikan pada anak

sesuai dengan usianya menurut Suherman (2000) yaitu:

(1) Anak usia 0-3 bulan

Stimulasi yang dapat diberikan dengan mengajak

bayi berbicara dengan lembut, dipeluk, dinyanyikan lagu

akanmenstimulasi kemandirian bayi. Stimulasi kecerdasan

anak dilakukan dengan mengajak anak berbicara dan

mendengarkan berbagai suara seperti suara burung, suara

musik, ataupun radio.Motorik kasar anak dapat distimulasi

dengan melatih bayi mengangkat kepala pada posisi

telungkup dan mengajak anak memperhatikan benda

bergerak.
12

(2) Anak usia 3-6 bulan

Stimulasi yang diberikan pada anak usia 3-6 bulan

untuk melatih kemandirian dengan melatih bayi mencari

sumber suara. Stimulasi bicara dan bahasa dilakukan

dengan melatih bayi menirukan bunyi dan kata.

Stimulasi pada motorik kasar dilakukan dengan

melatih bayi menyangga leher dengan kuat.Motorik halus

anak dapat dilatih dengan melatih anak mengambil benda-

benda kecil.

(3) Anak usia 6-9 bulan

Anak usia 6-9 bulan dapat distimulasi dengan

melatih anak menirukan kata-kata yang disebutkan untuk

meningkatkan kemampuan bicara, bahasa, dan kecerdasan.

Motorik kasar anak dilatih dengan berjalan dan

berpegangan.Anak diajarkan untuk memasukkan dan

mengeluarkan benda dari sebuah wadah untuk melatih

motorik halus anak. Anak juga mulai diajarkan untuk

bermain dengan orang lain untuk melatih kemandirian

anak.
13

(4) Anak usia 9-12 bulan

Anak pada usia 9-12 bulan sudah mampu berjalan

dan belajar berbicara, sehingga stimulasi yang dapat

diberikan untuk melatih motorik kasar anak dengan melatih

anak berjalan sendiri, sedangkan untuk melatih motorik

halus anak dilakukan dengan mengajak anak belajar

menggelindingkan bola.

(5) Anak usia 1 tahun- 5 tahun

Mulai anak memasuki masa toddler hingga

prasekolah anak telah mulai memasuki masa bermain,

sehingga anak membutuhkan kesenangan sendiri dari alat

bermain yang dimilkinya.Banyak orang menganggap masa

bermain anak tidak perlu mendapat perhatian khusus,

sehingga banyak orang tua yang tidak mempertimbangkan

pemberian permainan yang mengandung unsur pendidikan

untuk anak (Hidayat, 2007).


14

2) ASIH

Kebutuhan yang dipenuhi dari rasa kasih sayang dan

luapan emosi. Orang tua terkadang melupakan pentingnya

binaan tali kasih sayang (asih) antara anak dan orang tua

dibentuk sejak anak masih di dalam kandungan hal ini akan

dapat dirasakan juga oleh anak (Soetjiningsih, 1995).

Kebutuhan asih merupakan kebutuhan bayi guna mendukung

perkembangan emosi, kasih sayang, dan spiritual anak

(Sulistiyani, 2010).Kebutuhan asih juga dapat memberikan

rasa aman jika dapat terpenuhi dengan cara kontak fisik dan

psikis sedini mungkin dengan ibu. Pemenuhan kebutuhan asih

dipenuhi dengan tidak mengutamakan hukuman pada anak

dengan kemarahan, namun orang tua dapat lebih banyak

memberikan contoh bagi anak dengan penuh kasih sayang

(Rahmawati, 2008).

Soetjiningsih (1995) menggolongkan kebutuhan asih

menjadi beberapa yaitu:

(1) Kasih Sayang Orang Tua

Kasih sayang merupakan sebuah perwujudan

kebutuhan asih yang dapat memberikan ketentraman

secara psikologis pada anak (Hidayat, 2007).Anak

berusaha mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatian

dari orang tuanya.Sumber cinta dan kasih sayang dari

seorang bayi adalah orang tuanya terutama pada ibu


15

melalui komunikasi dari kata-kata yang diucapkan dan

perlakuan ibu pada anaknya (Sujono dan Sukarmin,

2009).Terpenuhinya kebutuhan kasih sayang akan

membuat perasaan anak bahagia, tenteram, dan aman.

Terpenuhinya kebutuhan kasih sayang juga tercermin

dari hubungan yang terjalin dengan baik antara orang tua,

keluarga, dan lingkungan sekitar (Hidayat, 2007).

(2) Rasa Aman dan Nyaman

Faktor lingkungan menyebabkan anak mengalami

perubahan-perubahan yang dapat membuat anak merasa

terancam. Anak yang sedang berada pada kondisi

terancammengalamiketidakpastian dan

ketidakjelasan,sehingga anak membutuhkan dukungan

dari orang tua yang dapat mengurangi rasa takut yang

dihadapi anak. Rasa aman dan nyaman dapat terwujud

dengan kehangatan dan rasa cinta dari orang tua, serta

kestabilan keluarga dalam mengendalikan stres(Sujono

dan Sukarmin, 2009).Kebutuhan rasa aman dan nyaman

juga ditunjukkan dengan penerimaan anak oleh orang tua,

pemenuhan segala kebutuhan anak, anak selalu

diperhatikan, didukung dengan hubungan yang baik

dalam sebuah keluarga (Hidayat, 2007).


16

(3) Harga Diri

Bayi dan anak memiliki kebutuhan harga diri dan

ingin merasa dihargai (Hidayat, 2007).Anak selalu ingin

merasa dihargai dalam tingkah lakunya. Anak merasa

berbeda dengan orang lain disekitarnya, sehingga anak

juga butuh dihargai (Sujono dan Sukarmin, 2009). Anak

selalu ingin mendapat tempat dihati keluarganya dan

selalu ingin diperhatikan oleh orang-orang

disekelilingnya (Hidayat, 2007).

(4) Dukungan atau Dorongan

Dukungan dan dorongan dari lingkungan sangat

diperlukan oleh anak dalam pengambangan dirinya,

karena dengan adanya dukungan atau dorongan dari

orang disekitarnya terutama keluarga akan menjadi

motivasi besar bagi anak menjadi lebih baik lagi

(Soetjiningsih, 1995). Dukungan dan dorongan yang

diberikan oleh orang tua dengan melakukan stimulasi

pada anak untuk melalui tahap perkembangannya dengan

optimal (Hidayat, 2007). Orang tua yang dapat

memberikan dukungan pada anak akan membentuk anak

yang memiliki kepercayaan diri (Tim Pustaka Familia,

2006).
17

(5) Rasa Memiliki

Bayi dan anak memiliki kebutuhan rasa memiliki

seperti halnya pada orang dewasa. Anak merasa segala

sesuatu yang telah dimilikinya harus dijaga agar tidak

diambil oleh orang lain (Hidayat, 2007). Rasa memiliki

membuat individu untuk menggabungkan diri dengan

orang lain dan dapat diterima oleh orang lain (Potter dan

Perry, 2005).

(6) Kebutuhan untuk mendapatkan pengalaman dan

kesempatan

Pengalaman merupakan suatu hal yang berharga

bagi anak. Anak akan merasa lebih percaya diri dan

merasakan kesuksesan dari pengalaman yang

didapatkannya, dan digunakan dalam kehidupannya

sehari-hari.

Pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh

anak perlu mendapatkan penghargaan agar dapat

membuat anak menjadi lebih berkembang (Hidayat,

2007).Orang tua juga perlu memberikan kesempatan

untuk anak mengeksplorasi lingkungannya.Orang tua

harus belajar mengetahui batasan tertentu untuk

membiarkan anak, sehingga anak memiliki kesempatan

mengembangkan kreatifitasnya dan tidak selalu dilarang

oleh orang tuanya (Tim Pustaka Familia, 2006).


18

(7) Mandiri

Kemandirian merupakan kemampuan untuk

berusaha dan berupaya dengan diri sendiri (Potter dan

Perry, 2005). Kemandirian juga dapat diartikan sebagai

sebuah kemampuan untuk memikirkan, merasakan, dan

melakukan sesuatu sendiri dan tidak bergantung pada

orang lain. Kemandirian menurut Harvighurst terdiri dari

aspek intelektual (kemauan seseorang untuk berpikir dan

menyelesaikan masalahnya sendiri), aspek sosial

(kemauan untuk membina hubungan dengan orang lain

disekitarnya), aspek emosi (kemauan mengelola

emosinya sendiri), aspek ekonomi (kemauan untuk

mengelola kebutuhan ekonominya).Salah satu bentuk

kemandirian yang telah ditunjukkan anak adalah

kemauan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sejak

bayi (Tim Pustaka Familia, 2006).Kemandirian anak

sebagian besar dipengaruhi oleh peran pola asuh dan

lingkungan sekitarnya, bukan pengaruh faktor

genetis.Anak yang mandiri memiliki ciri khas

diantaranya anak lebih senang memecahkan masalahnya

sendiri daripada mengkhawatirkan masalahnya, tidak

takut mengambil risiko atas keputusannya, percaya

terhadap pemikiran sendiri sehingga anak tidak banyak


19

meminta bantuan pada orang lain, memiliki kontrol pada

dirinya sendiri (Tim Pustaka Familia, 2006).

Ketiga kebutuhan di atas harus diberikan secara

bersamaan sejak janin hingga anak lahir, karena ketiga

kebutuhan di atas saling berpengaruh.Tidak terpenuhinya

salah satu kebutuhan di atas akan menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal

(Soedjatmiko, 2009). Proses pertumbuhan dan

perkembangan anak berbeda-beda, sehingga kebutuhan

dasar anak harus dipenuhi dengan optimal. Proses

tumbuh kembang dapat berjalan lambat atau cepat

bergantung dari internal individu dan lingkungan

(Hidayat, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang secara langsung maupun tidak langsung

memberikan efek besar terhadap tumbuh kembang

anak.Pemenuhan kebutuhan anak tersebut terdiri dari

kebutuhan dasar asuh, asah, dan asih yang bertujuan agar

anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-

baiknya secara fisik, mental, dan sosial (Sulistiyani,

2006).

3) ASUH

(Sulistiyani, 2010) menyatakan bahwa asuh

menunjukkan kebutuhan bayi dalam mendukung pertumbuhan

otak dan jaringan tubuh, sehingga bayi membutuhkan nutrisi


20

yang penuh dengan makanan bergizi.Kebutuhan asuh

merupakan kebutuhan fisik dan biologis yang meliputi

kebutuhan nutrisi, imunisasi, kebersihan badan dan lingkungan

tempat tinggal, pengobatan, bergerak dan bermain.Kebutuhan

fisik dan biologis ini berpengaruh pada pertumbuhan fisik

yaitu otak, alat penginderaan, dan alat gerak yang digunakan

oleh anak untuk mengeksplorasi lingkungan, sehingga

berpengaruh pada kecerdasan anak, apabila kebutuhan ini tidak

terpenuhi maka kecerdasan anak juga ikut terganggu

(Soedjatmiko, 2009). Soetjiningsih (1995) mengemukakan

bahwa asuh merupakan kebutuhan yang berupa kebutuhan fisik

dan menggolongkan kebutuhan ini menjadi beberapa indikator

yaitu:

(1) Zat Gizi Seimbang

Keadaan kesehatan gizi bergantung pada tingkat

konsumsi makanan yang dihidangkan mengandung

semua kebutuhan tubuh (Soegeng dan Anne, 2004).

Sekjen PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) Kofi Annan

menyatakan gizi yang baik dapat mengubah kehidupan

anak dengan meningkatkan pertumbuhan secara fisik,

perkembangan mental anak, melindungi kesehatannya,

dan menjadi dasar produktivitas masa depan anak

(Depkes dalam Sulistiyani,2010). Masa tumbuh kembang

anak membutuhkan zat gizi lengkap seperti protein,


21

karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan mineral.

Kebutuhan diatas jika tidak terpenuhi akan menghambat

proses tumbuh kembang pada tahap selanjutnya (Hidayat,

2006). Kebutuhan kalori dan protein harian yang

dianjurkan bagi bayi hingga remaja akan memperjelas

kebutuhan pemenuhan gizi seimbang bagi anak (Wong,

2008).

(2) Perawatan Kesehatan Dasar

Perawatan kesehatan anak merupakan suatu

tindakan yang berkesinambungan dan terdiri dari

pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Tindakan

pencegahan primer dilakukan untuk mencegah resiko

tinggi terkena penyakit, seperti melakukan imunisasi dan

penyuluhan pada orang tua tentang diare (Behrman,dkk,

1999). Perawatan kesehatan dasar yaitu perawatan yang

harus dilakukan pada anak dan harus dipenuhi

diantaranya imunisasi lengkap,pemberian ASI,

penimbangan secara teratur, dan memberikan pengobatan

ketika anak sakit (Soetjiningsih, 1995).

(3) Perumahan (Tempat Tinggal)

Rumah merupakan tempat yang menjadi tujuan

akhir seseorang.Rumah dijadikan sebagai tempat

berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar,

menyatukan keluarga, meningkatkan tumbuh kembang


22

kehidupan seseorang. Rumah yang sehat akan

meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan psikologis

penghuninya. Kriteria rumah sehat menurut WHO dalam

Wicaksono (2009) yaitu:

a. Rumah harus dapat digunakan untuk terlindung dari

hujan, panas, dingin, dan untuk tempat istirahat

b. Rumah memiliki bagian untuk tempat tidur,

memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan buang air

c. Rumah dapat melindungi penghuninya dari

kebisingan dan bebas dari pencemaran

d. Rumah dapat melindungi penghuninya dari bahan

bangunan yang berbahaya

e. Rumah dapat memberikan rasa aman dan nyaman

bagi penghuninya dan tetangga

f. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat

melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan

penyakitmenular

Keadaan tempat tinggal yang layak dengan

konstruksi bangunan yang tidak berbahaya bagi

penghuninya juga merupakan faktor yang mempengaruhi

secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan

anak. Jumlah penghuni rumah yang tidak berdesak-

desakan akan menjamin kesehatan penghuninya. Adanya

ventilasi dan cahaya yang masuk ke dalam rumah juga


23

merupakan hal yang penting bagi syarat rumah sehat

(Soetjiningsih, 1995).Menurut Tim Familia (2006) rumah

memiliki pengaruh sangat besar terhadap perkembangan

anak. Sebagai salah satu contohnya apabila rumah

lembab akan menjadi faktor pencetus anak menderita

penyakit paru-paru, namun jika di dalam rumah terdapat

elemen-elemen alam, akan memberikan inspirasi orang

yang berada di dalamnya.

(4) Pakaian

Kebutuhan rasa aman dan nyaman yang diberikan

pada anak dapat diberikan melalui pemenuhan kebutuhan

pakaian pada anak.Pakaian merupakan sebuah bentuk

perlindungan dan kehangatan yang diberikan untuk

mencegah dan melindungi anak dari berbagai benda yang

dapat membahayakan anak.Pakaian juga dapat

meningkatkan percaya diri anak dalam lingkungan

sosialnya (Hidayat, 2007).

(5) Kebersihan Diri dan Lingkungan

Kesadaran tentang kebersihan lingkungan yang

terdiri dari kebersihan diri (personal hygiene) dan

sanitasi lingkungan yang masih kurang menjadi salah

satu penyebab kekurangan gizi utamanya di negara

berkembang seperti Indonesia (Sulistyani, 2010).

Kebutuhan sanitasi lingkungan yang sehat akan


24

mencegah anak terinfeksi dari kuman yang masuk

melalui lingkungan yang tidak baik. Lingkungan yang

bersih akan membantu mewujudkan hidup sehat,

sehingga anak tidak akan mengalami gangguan dalam

pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 2008).

(6) Kesegaran Jasmani dan Rekreasi

Olahraga secara teratur dapat meningkatkan

sirkulasi darah dalam tubuh, menambah aktifitas

fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot

anak. Anak akan menjadi pusat perhatian dari orang tua,

sehingga kebersamaan dalam keluarga sangat dibutuhkan

oleh anak dengan cara berkumpul bersama atau dengan

melakukan rekreasi (Sujono dan Sukarmin, 2009).

Kebutuhan rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk menyegarkan pikiran dan badan.Rekreasi juga

dapat digunakan sebagai hiburan (Graha, 2007).

2.1.3 Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua

Menurut Marini & Adriani (2005) menyatakan bahwa

terdapat 4 jenis pola asuh orangtua yaitu :

1) Authoritative

Mengandung demanding dan responsive.Dicirikan

dengan adanya tuntutan dari orang tua yang disertai dengan

komunikasi terbuka antara orang tuadan anak, mengharapkan


25

kematangan perilaku pada anak disertai dengan adanya

kehangatan dari orang tua.

2) Authoritarian

Mengandung demanding dan unresponsive.Dicirikan

dengan orang tua yang selalu menuntut anak tanpa memberi

kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya,

tanpa disertai dengan komunikasi terbuka antara orang tua dan

anak juga kehangatan dari orang tua.

3) Permissive

Mengandung undemanding dan responsive.Dicirikan

dengan orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam

segala hal tanpa adanya tuntutan ataupun kontrol, anak

dibolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.

4) Uninvolved

Mengandung undemanding dan unresponsive.

Dicirikan dengan orangtua yang bersikap mengabaikan dan

lebih mengutamakan kebutuhan dan keinginan orang tua

daripada kebutuhan dan keinginan anak, tidak adanya tuntutan,

larangan ataupun komunikasi terbuka antara orang tua dan

anak.Untuk setiap orang tua, penerapan pola asuhnya dapat

berbeda-beda.
26

Sedangkan pola asuh menurut Aisyah (2010) terdiri

dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu :

(1) Pola AsuhOtoriter

Menurut Aisyah (2010), orang tua yang

menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri antara

lain: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih

sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak

untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba

membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya

serta cenderung mengekang keinginan anak.

Orang tua tidak mendorong serta member

kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang

memberi pujian.Hak anak dibatasi tetapi dituntut

tanggung jawab seperti anak dewasa.Orang tua yang

otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman

fisik.Orang tua yang otoriter amat berkuasa terhadap

anak,memegang kekuasaaan tertinggi serta

mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahnya.

Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol

dengan ketat.

Aisyah (2010) mengatakan bahwa orang tua yang

otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk

mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan-


27

perasaannya, sehingga pola asuh otoriter berpeluang

untuk memunculkan perilaku agresif.

(2) Pola AsuhDemokratis

(Aisyah, 2010) dari hasil penelitiannya

menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua

demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan

kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan

mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat

munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung

jawab.

Aisyah (2010) menyatakan bahwa orang tua yang

demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara

orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua

memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap

segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi

dewasa.Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya,

saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan

keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya.Dalam

bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada

anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak

secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.

Menurut Aisyah (2010) pola asuhan demokratis

ditandai dengan ciri-ciri bahwa anak-anak diberi

kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol


28

internalnya, anak diakui keberadaannya oleh orang tua,

anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Aisyah (2010) mengatakan bahwa orang tua yang

demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak,

dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan

saran tetapi juga bersedia mendengarkan keluhan-

keluhan anak berkaitan dengan persoalan-

persoalannya.Pola asuhan demokratik memungkinkan

semua keputusan merupakan keputusan anak dan orang

tua.Di samping itu, remaja yang orang tuanya

menggunakan pola asuh demokratis memiliki hubungan

yang lebih harmonis antara anak dengan anak dan dengan

orang tua.

(3) Pola AsuhPermisif

Tipe orang tua yang mempunyai pola asuh

permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada

anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak sedikit

sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi

mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak

diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan

orang tua tidak banyak mengatur anaknya (Aisyah,

2010).

Menurut Aisyah (2010) orang tua permisif

memberikan kepada anak untuk berbuat sekehendaknya


29

dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada

anak.Aisyah (2010) mengatakan bahwa pola asuhan

permisif bercirikan adanya kontrol yang kurang, orang

tua bersikap longgar atau bebas, bimbingan terhadap

anak kurang.

Ciri pola asuh ini adalah semua keputusan lebih

banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya.Aisyah

(2010) menyatakan bahwa orang tua yang permisif,

kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan

yang ada, dan anak diberikan kesempatan sebebas-

bebasnya untuk berbuat dan memenuhi keinginannya.

Menurut Dariyo (2004:98) membagi pola asuh

orang tua menjadi 4 macam, yaitu:

a. Pola Asuh Otoriter (parent oriented)

Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan

orang tua harus ditaati oleh anak.Orang tua bertindak

semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak

harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap

apa yang diperintahkan oleh orang tua.

b. Pola Asuh Permisif

Sifat pola asuh ini, children centered yakni

segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak.

Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang

tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.


30
31

c. Pola Asuh Demokratis

Kedudukan antara anak dan orang tua

sejajar.Suatu keputusan diambil bersama dengan

mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi

kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang

dilakukan oleh anak tetap harus di bawah

pengawasan orang tua dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral.

d. Pola Asuh Situasional

Orang tua yang menerapkan pola asuh ini,

tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi

semua tipe tersebut diterapkan secara luwes

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang

berlangsung saat itu.

Tipe pola asuh menurut Lestari (2006) terdiri tiga

tipe, yaitu:

a. Induction (pola asuh bina kasih)

Induction adalah suatu teknik disiplin dimana

orang tua memberi penjelasan atau alasan mengapa

anak harus mengubah perilakunya.Pada tipe pola

asuh seperti ini dijumpai perilaku orang tua yang

directive dan supportive tinggi.


32

b. Power assertion (pola asuh unjuk kuasa)

Power assertion adalah perilaku orang tua

tertentuyang menghasilkan tekanan-tekanan eksternal

pada anak agar mereka berperilaku sesuai dengan

keinginan orangtua.Pada tipe pola asuh ini dijumpai

perilaku orang tua yang directive-nya tinggi dan

supportive rendah.

c. Love with drawal (pola asuh lepas kasih)

Love with drawal adalah pernyataan-

pernyataan nonfisik dari rasa dan sikap tidak setuju

orang tua terhadap perilaku anak dengan implikasi

tidak diberikannya lagi kasih sayang sampai anak

merubah perilakunya. Pada tipe pola asuh ini

dijumpai perilaku orang tua yang directive dan

supportive rendah.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Rabiatul (2017) ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu karakteristik orang tua

yang berupa :

1) Kepribadian orang tua

Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran,

intelegensi, sikap dan kematangannya


33

2) Keyakinan

Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai

pengasuhan akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam

mengasuh anak-anaknya

3) Persamaan pola asuh yang diterima orang tua

Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu

berhasil menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik,

maka mereka akan menggunakan teknik serupa dalam

mengasuh anak bila mereka merasa pola asuh yang digunakan

orang tua mereka tidak tepat, maka orang tua akan beralih ke

teknik pola asuh yang lain

4) Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok

Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih

muda dan kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa

yang dianggap kelompok merupakan cara terbaik dalam

mendidik anak

5) Usia orang tua

Orang tua yang berusia muda cenderung lebih

demokratis dan permissive bila dibandingkan dengan orang tua

yang berusia tua

6) Pendidikan

Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang

tinggi, dan mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih

menggunakan teknik pengasuhan authoritative dibandingkan


34

dengan orang tua yang tidak mendapatkan pendidikan dan

pelatihan dalam mengasuh anak

7) Jenis kelamin

Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan mereka

cenderung kurang otoriter bila dibandingkan dengan bapak

8) Status sosial ekonomi

Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung

lebih keras, memaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan

orang tua dari kelas atas

9) Konsep mengenai peran orang tua dewasa

Orang tua yang mempertahan konsep tradisional

cenderung lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut

konsep modern

10) Jenis kelamin anak

Orang tua umunya lebih keras terhadap anak

perempuan daripada anak laki-laki

11) Usia anak

Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas pengasuhan

dan harapan orang tua

12) Tempramen

Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat

mempengaruhi temperamen seorang anak


35

13) Kemampuan anak

Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan

diberikan untuk anak yang berbakat dengan anak yang

memiliki masalah dalam perkembangannya

14) Situasi

Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan

biasanya tidak diberi hukuman oleh orang tua, jika anak

menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua

akan mengasuh dengan pola outhoritative

2.2 Konsep Pertumbuhan

2.2.1 Pengertian Usia Toddler

Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun)

pada periode ini anak mulai belajar menentukan arah

perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari derajat

kesehatan, perkembangan emosional, kemampuan bersosialisasi

serta kemampuan diri seorang anak di masa mendatang. Interaksi

orang tua dan anak sangat penting untuk proses pertumbuhan dan

perkembangan anak secara optimal (Potter & Perry, 2010).

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,

pertumbuhan dan perkembangan sel-selotak masih berlangsungdan

terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-

cabangnya,sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang

kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel

syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai


36

dari kemampuanbelajar berjalan, mengenal huruf, hingga

bersosialisasi.Pada masa ini, perkembangan kemampuan bicara

dan bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,emosional dan

intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya.Perkembangan moral serta dasar-dasar

kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehinggasetiap

kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi

apalagi tidak ditangani denganbaik, akan mengurangi kualitas

sumber daya manusia dikemudian hari (Kemenkes RI, 2016).

2.2.2 Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan menurut Potter dan Perry (2005) merupakan

suatu perubahan yang dapat diukur dengan perubahan pada aspek

fisik yang mengalami peningkatan akibat penambahan jumlah sel.

Wong (2008) mendefinisikan pertumbuhan sebagai perubahan

jumlah dan ukuran sel di seluruh tubuh dengan cara membelah

diri dan sintesis protein, sehingga menghasilkan perubahan jumlah

dan berat sel. Opini peneliti menyimpulkan bahwa pertumbuhan

merupakan perubahan secara kuantitatif dari tubuh akibat

pembelahan sel dan sintesis protein yang hasilnya dapat diukur.


37

2.2.3 Tahapan Pertumbuhan Balita

Pertumbuhan fisik memiliki pola yang terarah

menurutHidayat (2006), yang terdiri dari:

1) Masa Neonatus (0-28 hari)

Masa ini merupakan masa awal hidup di luar uterus

atau biasa disebut ekstrauterin. Fase ini terjadi adaptasi oleh

seluruh organ tubuh.Penyesuaian lingkungan dimulai dari

organ pernafasan dengan dimulainya pertukaran gas dengan

frekuensi 35-50 kali per menit, mengembangnya ukuran

jantung, adanya reflek gerakan untuk memenuhi kebutuhan

gizinya seperti menghisap dan menelan.Fase penyesuaian

selanjutnya adalah pengeluaran feses serta

mekonium.Penyesuaian pada organ ginjal ditandai dengan urin

anak masih berwarna merah muda karena masih adanya

senyawa urat.Penyesuaian organ hati juga belum optimal yang

ditandai dengan terbentuknya faktor pembekuan darah, karena

belum adanya flora usus yang membantu penyerapan vitamin

K (Hidayat, 2006). Berat badan anak akan meningkat 150-200

gram per minggu. Tinggi badan anak akan meningkat 2,5 cm

per bulannya, lingkar kepala anak meningkat 1,5 cm per

bulannya (Sujono dan Sukarmin, 2009).


38

2) Masa Bayi (29 hari - 12 bulan)

Pertumbuhan anak pada masa ini ditandai dengan

peningkatan berat badan pada usia 1-4 bulan berat badan bayi

meningkat antara 700-1000 gram per bulan, saat bayi berumur

4-8 bulan peningkatan berat badan hanya berkisar 500-600

gram per bulan, dan saat bayi berumur 8-12 bulan peningkatan

berat badan hanya sebesar 250-450 gram per bulannya.

Pertumbuhan tinggi badan cukup stabil dan tidak mengalami

perubahan yang cepat dalam pertumbuhan tinggi badan. Tinggi

badan bayi hingga usia 12 bulan diperkirakan mencapai 75 cm.

Pertumbuhan di atas dapat terjadi secara normal apabila

kebutuhan bayi terpenuhi dengan optimal (Hidayat, 2006).

Fontanel posterior bayi mulai menutup, bayi juga

mengeluarkan saliva berlebih karena belum adanya koordinasi

menelan saliva. Saat anak berusia 6-7 bulan mulailah tumbuh

gigi susu bayi. Pada usia 8-9 bulan anak sudah mulai dapat

duduk, anak lebih sering memasukkan tangan ke mulut, bayi

juga mulai tengkurap dan merangkak (Sujono dan Sukarmin,

2009).

3) Masa Toddler (12-36 bulan)

Pertumbuhan anak pada usia ini ditandai dengan

pertambahan berat badan rata-rata 1,8-2,7 kg per tahun.

Pertumbuhan tinggi badan juga mengalami peningkatan rata-

rata 7,5 cm per tahun. Lingkar kepala anak pada tahun kedua
39

mengalami peningkatan 2,5 cm dan sama dengan lingkar dada

anak. Masa toddler juga memiliki karakteristik penonjolan

abdomen, hal ini dikarenakan otot abdomen yang kurang

berkembang.Jumlah gigi primer 20 buah saat anak berusia 30

bulan (Rahmawati, 2008).

Hidayat (2006) mengemukakan bahwa peningkatan

berat badan anak saat berusia 24 bulan mencapai 4 kali berat

badan lahir dan tinggi badan anak mencapai setengah tinggi

badan orang dewasa. Saat anak mencapai 36 bulan anak

mengalami peningkatan berat badan 2-3 kg per tahunnya, dan

peningkatan tinggi badan 6-8 cm per tahunnya, lingkar kepala

anak menjadi sekitar 50 cm.

4) Masa Prasekolah (37-72 bulan)

Masa ini anak mengalami pertambahan berat badan

sebesar 2 kg per tahun. Tinggi badan anak juga mengalami

pertambahan rata-rata 6,75-7,5 cm setiap tahun. Masa ini anak

mengalami perubahan pola makan dan umumnya anak

mengalami kesulitan makan (Hidayat, 2006). Postur tubuh

anak pra sekolah tidak lagi menyerupai anak toddler, anak usia

pra sekolah mulai bertubuh langsing dan tegap, namun

pertumbuhan otot dan tulang pada masa ini masih belum

matur. Pada masa ini sebagian besar anak telah mulai belajar

toilet training (Wong, 2008).


40

2.2.4 Ciri Pertumbuhan Anak

1) Berat Badan

Pada umur 3 tahun berat badan meningkat 4 x berat

badan lahir.Berat badan ideal untuk anak umur 1-3 tahunadalah

11-18 kg.

2) Tinggi Badan

Berdasarkan data yang dikeluarkan Direktorat

Kesehatan Gizi Kemenkes RI untuk anak usia 1-3 tahun tahun

tanpa dibedakan jenis kelaminnya, pada usia tersebut harus

memiliki tinggi badan ideal dengan plus minus 2 standar

deviasi.Tinggi badan ideal untuk anak umur 1-3 tahunadalah

88-103 cm.
41

2.2.5 Konsep Pengukuran Pertumbuhan Anak

Deteksi dini gangguan pertumbuhan dilakukan di semua

tingkat pelayanan (Kemenkes RI, 2016).

Adapun pelaksana dan alatyang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tabel Alat Pengukuran Pertumbuhan Anak

Tingkat Alat & bahan Yang


Pelaksana
Pelayanan yang digunakan Dipantau
1. Orang tua 1. Buku KIA
2. Kader kesehatan 2. Timbangan
3. Pendidik PAUD, dacin
Petugas BKB, 3. Timbangan
Keluarga, Berat
petugas TPA dan digital(untuk
masyarakat Badan
Guru TK anak >5thn)
4. Alat ukur tinggi
badan/panjang
badan
Tenaga kesehatan 1. Buku KIA
terlath SDIDTK: 2. Tabel/Grafik 1. Panjang/
1. Dokter BB/TB TinggiBad
2. Bidan 3. Tabel/Grafik an
3. Perawat TB/U 2. Berat
4. Ahli gizi 4. Grafik LK Badan
Puskesmas
5. Tenaga kesehatan 5. Timbangan 3. Lingkar
lainnya 6. Alat ukur tinggi kepala
badan/panjang
badan
7. Pita pengukur
lingkar kepala
Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016).

Penentuan status gizi Anak :

1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Umur (BB/TB)

untukmenentukan status gizi anak usiadibawah 5 tahun, apakah

sangat kurus,kurus, normal atau gemuk.


42

(1) Penimbangan Berat Badan (BB) :

a. Menggunakan timbangan bayi

a) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak

sampai umur 2 tahun atau selama anak masihbisa

berbaring/duduk tenang.

b) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak

mudah bergoyang.

c) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke

angka 0.

d) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki,

sarung tangan.

e) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.

f) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

g) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan

atau angka timbangan.

h) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan

gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah

antaragerakan jarum ke kanan dan kekiri.

b. Menggunakan timbangan dacin

a) Pastikan dacin masih layak digunakan, perikasa dan

letakkan banul geser pada angka nol.Jika ujung

kedua paku dacin tidak dalam posisi lurus, maka

timbangan tidak layak digunakan dan harus

dikalibrasi.
43

b) Masukan bayi ke dalam sarung timbang dengan

pakaian seminimalmungkin dan geser

bandulsampai jarum tegak lurus.

c) Baca Berat Badan bayi dengan melihat angka di

ujung bandul geser.

d) Catat hasil penimbangan dengan benar.

e) Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan

bayi dari sarung timbang.

c. Menggunakan timbangan injak (timbangan digital).

a) Letakkan tmbangan di lantai yang datar sehingga

tidak mudah bergerak.

b) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke

angka 0.

c) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang

tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi,

jamtangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.

d) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.

e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

f) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan

atau angka timbangan.

g) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan

gerakan jarum, baca angka ditengah tengah

antaragerakan jarum ke kanan dan ke kiri.


44

(2) Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB):

a. Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan

Cara mengukur dengan posisi berbaring:

a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.

b) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.

c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka.

d) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi

agar tetap menempel pada pembatas angka 0

(pembataskepala).

e) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar

lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak

kaki.

f) Petugas 2 membaca angka di tepi diluar pengukur.

g) Jika Anak umur 0 - 24 bulan diukur berdiri, maka

hasilpengukurannya dikoreksi

denganmenambahkan 0,7 cm.

b. Pengukuran Tinggi Badan untuk anak 24 - 72 Bulan

Cara mengukur dengan posisi berdiri:

a) Anak tdak memakai sandal atau sepatu.

b) Berdiri tegak menghadap kedepan.

c) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tang

pengukur.

d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di

ubun-ubun.
45

e) Baca angka pada batas tersebut.

f) Jika anak umur diatas 24 bulan diukur telentang,

maka hasilpengukurannya dikoreksi dengan

mengurangkan 0,7 cm.

(3) Penggunaan Tabel BB/TB:

a) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak,

sesuai cara di atas.

b) Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai

dengan hasilpengukuran.

c) Pilih kolom Berat Badansesuai jenis kelamin anak,

cari angka berat badan yang terdekat dengan berat

badan anak.

d) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas

kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi

(SD).
46

2.2.6 Konsep Pemeriksaan Pertumbuhan Anak

1) Pemeriksaan status gizi anak berdasarkan Indeks Berat Badan

menurut Umur (BB/TB) untuk anak umur 0 - 60 Bulan

(Kemenkes RI, 2011).

Tabel 2.2 Tabel Alat Pengukuran Pertumbuhan Anak


Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut
Tinggi Badan (BB/TB)

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011)


47

Tabel 2.3 Tabel Alat Pengukuran Pertumbuhan Anak


Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut
Tinggi Badan (BB/TB) Untuk Anak laki-Laki
Umur 0 – 60 Bulan

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011)


48

Tabel 2.4 Tabel Alat Pengukuran Pertumbuhan Anak


Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut
Tinggi Badan (BB/TB) Untuk Anak Perempuan
Umur 0 – 60 Bulan

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011)


49

2.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

MenurutHidaya(2009)Proses Percepatan dan Perlambatan

Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

1) Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat

diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh

kembang.Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan,

jenis kelamin, ras, suku bangsa.Faktor ini dapat ditentukan

dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur,

tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur

puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan

pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor

pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari

konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil,

posisi janin, pengunaan obat -obatan , alkohol atau kebiasaan

merokok.Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial

ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan

status kesehatan.Faktor hormonal yang berperan dalam

tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth

Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan

tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel


50

kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi

metabolisme tubuh, glukokartikoidmenstimulasi pertumbuhan

sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron

dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya

hormon tersebut menstimulasi perkembangan seks baik

pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan

peran hormonnya.

2.3 Konsep Perkembangan

2.3.1 Definisi Perkembangan

Perkembangan merupakan proses perluasan kemampuan

melalui proses belajar dan maturasi (Wong, 2008). Rahmawati

(2008) mengemukakan bahwa perkembangan adalah perubahan

dalam diri seseorang yang bersifat progresif dan

berkesinambungan dari lahir hingga meninggal. Opini peneliti

perkembangan merupakan sebuah proses perubahan yang dimulai

sejak lahir hingga meninggal untuk mencapai maturasi atau

kematangan.

2.3.2 Ciri-ciri Perkembangan

Ciri-ciri dari perkembangan menurut Rahmawati (2008)

adalah:

1) Terjadi perubahan pada fisik(adanya perubahan tinggi

badandan berat badan) dan psikis (semakin bertambahnya

kosakata, dan kematangan pemikiran dan imajinasi kreatif)

seseorang.
51

2) Adanya perubahan proporsi

3) Mulai menghilangnya tanda-tanda lama dan mulai

diperolehnya tanda-tanda baru

2.3.3 Aspek perkembangan

1) Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang

meliputi aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan

dan berjalan (Santrock, 2011:210). Perkembangan motorik

kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan

untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat

dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain

(Hidayat, 2009:25).

2) Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan

fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi meta dan

tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat (Papilia,

Old & Feldman, 2010:316). Perkembangan motorik halus

mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari -jari kaki,

menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu

menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya

(Hidayat, 2009:26).

3) Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan

respon terhadap suara, mengkuti perintah dan dan berbicara

spontan. Pada perkembangan bahasa diawali mampu

menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua

warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung,


52

mengartikan dua kata, meniru berbagai bunyi, mengerti

larangan dan sebagainya (Hidayat, 2009:26).

4) Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi

sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain dengan

permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya,

menangis jika dimarahi, membuat permintaan yang

sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan

kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya (Hidayat,

2009:26). Untuk menilai perkembangan anak yang dapat

dilakukan adalah dengan wawancara tentang faktor

kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam

perkembangan, kemudian melakukan tes skrining

perkembangan anak (Hidayat, 2009:38).

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Menurut Wong (2008) perkembangan anak dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Keturunan

Adanya hubungan erat karakteristik orang tua yang

diturunkan pada anak, seperti tinggi badan, berat badan dan

laju pertumbuhan (Wong, 2008). Potter dan Perry (2005)

menyatakan bahwa genetik orang tua yang diturunkan kepada

anak meliputi pembawaan jenis kelamin, ras, rambut, warna


53

mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh, beberapa keunikan

psikologis yang lebih mendalam. Karakteristik fisik (bentuk

tubuh, gambaran diri, keganjilan fisik) juga diturunkan dari

orang tua.Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

interaksi anak dengan lingkungannya (Wong, 2008).Ras atau

suku bangsa juga mempengaruhi tumbuh kembang anak, hal

ini dapat dilihat dari suku tertentu memiliki ciri tertentu,

seperti orang Eropa memiliki postur tubuh lebih besar dan

tinggi dibandingkan orang Asia (Hidayat, 2006).

2) Nutrisi

Nutrisi merupakan faktor penting yang mempengaruhi

pertumbuhan (2008).Anak sangat membutuhkan nutrisi dalam

masa tumbuh kembangnya, diantaranya zat gizi tersebut adalah

protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.

Kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi atau kurang terpenuhi

dapat membuat proses tumbuh kembang anak terhambat

(Hidayat, 2006).

3) Hubungan Interpersonal

Hubungan anak dengan orang terdekat akan

mempengaruhi perkembangan intelektual, emosi, dan

kepribadian anak. Orang terdekat yang memberikan stimulus

kuat pada anak diantaranya pengasuh, keluarga, saudara

kandung, dan teman sebaya.Pengasuh adalah individu yang

sangat berpengaruh di awal kehidupan anak.Pengasuh dapat


54

memberikan seluruh kebutuhan dasar bayi diantaranya

makanan, kehangatan, kenyamanan, dan kasih sayang (Wong,

2008).

Keluarga juga memberikan pengaruh pada anak melalui

nilai, kepercayaan, adat istiadat, dan interaksi dan komunikasi

antar anggota keluarga, sehingga membentuk hubungan

interpersonal yang baik dan memberikan pengaruh pada

perkembangan anak dengan lingkungan sosialnya (Potter dan

Perry, 2005). Saudara kandung merupakan teman sebaya

pertama dari anak yang akan membantu anak belajar

berhubungan dan berinteraksi dengan kelompok sebaya di luar

keluarga pada periode selanjutnya (Wong, 2008). Teman

sebaya akan memberikan lingkungan yang baru dan berbeda

bagi anak (Potter dan Perry, 2005).

4) Faktor Neuroendokrin

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pusat

pertumbuhan terletak di bagian hipotalamus yang mengatur

pertumbuhan secara genetik.Adanya hubungan fungsional

yang diyakini mempengaruhi pertumbuhan yang terletak di

antara hipotalamus dan sistem endokrin. Data sebuah

penelitian menunjukkan bahwa sistem saraf perifer juga dapat

mempengaruhi pertumbuhan, hal tersebut ditunjukkan dari otot

yang kurang mendapat suplai saraf perifer akan mengalami


55

degenerasi otot. Namun, penelitian ini tidak dijelaskan secara

tuntas terkait efek dari ketiadaan suplai darah (Wong, 2008).

5) Tingkat Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga mempengaruhi proses

tumbuh kembang anak data ini berdasarkan sebuah penelitian

(Wong, 2008). Anak dari keluarga yang berstatus ekonomi

tinggi maka kebutuhan gizi akan terpenuhi dibandingkan

dengan anak dari keluarga berstatus ekonomi rendah (Hidayat,

2006).

6) Penyakit

Sejumlah gangguan genetik mengakibatkan perubahan

pertumbuhan dan perkembangan pada anak (Wong, 2008).

Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa sakit atau luka

menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan

anak. Sifat dan durasi penyakit yang berkepanjangan akan

mengakibatkan ketidakmampuan pemenuhan tugas

perkembangan pada tahap selanjutnya.

7) Bahaya Lingkungan

Bahaya lingkungan merupakan hal yang sangat

dikhawatirkan oleh pengasuh terhadap kesehatan dan

keamanan anak (Wong, 2008).Lingkungan tersebut terdiri

dari lingkungan prenatal dan pascanatal. Lingkungan

prenatal yang berbahaya bagi anak adalah faktor gizi ibu

hamil, zat kimia, obat-obatan yang dikonsumsi ibu,


56

kebiasaan merokok ibu saat hamil, radiasi dari luar yang

merusak jaringan otak janin, infeksi dalam kandungan,

stres yang dialami ibu, dan hormon-hormon yang

berpengaruh pada pertumbuhan janin seperti, somatotropin,

plasenta, tiroid, dan insulin (Hidayat, 2006).

Lingkungan pascanatal adalah lingkungan

ekstrauterin. Lingkungan pascanatal yang berbahaya bagi

anak diantaranya radiasi dan zat kimia yang berbahaya

seperti air, udara, dan makanan yang terkontaminasi zat

berbahaya seperti asap rokok, boraks, dan air yang

terkontaminasi limbah (Wong, 2008). Lingkungan

pascanatal yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anak diantaranya budaya di lingkungan,

kesehatan tempat tinggal, posisi anak dalam keluarga, dan

kebiasaan berolahraga (Hidayat, 2006).

8) Stres pada Masa Anak-anak

Anak yang tidak mampu memenuhi tuntutan

lingkungan sosialnya akan mengalami stres. Kemampuan anak

dalam mengatasi stres dipengaruhi oleh usia, temperamen,

situasi kehidupan, dan status kesehatan anak. Stres berlebihan

yang dialami oleh anak akan menimbulkan dampak serius pada

kesehatan dan perilaku anak. Pengasuh atau orang tua harus

mengenali tanda-tanda anak stres, sehingga pengasuh dapat


57

melakukan antisipasi terhadap stres anak dengan memberikan

kontak fisik dan menenangkan anak (Wong, 2008).

9) Pengaruh Media Masa

Media memberikan pengaruh besar terhadap

perkembangan anak.Media memberikan berbagai macam

informasi pada anak, sehingga anak juga memiliki

pengetahuan luas di luar lingkungan keluarganya.Isi dari media

tersebut dapat mempengaruhi secara langsung persepsi,

sehingga banyak terjadi dampak kurang baik akibat media

seperti perilaku kekerasan atau kriminalitas.Anak-anak juga

lebih mudah mengidentifikasi orang dan karakter yang

digambarkan melalui buku, film, video, program televisi, dan

iklan yang ada di berbagai media (Wong, 2008).

2.3.5 Periode Perkembangan

Periode usia perkembangan menurut Wong (2008) adalah :

1) Periode Pranatal

Periode ini terjadi mulai fase konsepsi hingga bayi lahir

berusia dua minggu. Periode ini merupakan periode yang

sangat penting karena kesehatan bayi sangat tergantung

semuanya dari kesehatan ibu.

2) Masa Bayi

Periode ini terjadi saat bayi telah lahir hingga berusia

satu tahun. Masa ini merupakan masa penyesuain bagi bayi di

lingkungan ekstrauterindanbagi orang tua mulai menyesuaikan


58

diri dengan peran baru. Bayi mulai membentuk rasa percaya

pada orang-orang yang berada disekitarnya dan menjadi dasar

hubungan interpersonaldengan orang sekitarnya. Fase ini

merupakan peningkatan kemampuan afeksi, kognitif, dan

psikomotor bayi.

3) Masa Kanak-Kanak Awal

Fase ini dilalui oleh anak berusia 1-3 tahun.Anak mulai

memiliki aktivitas sendiri di luar dengan temannya, sehingga

anak memerlukan keterampilan bahasa.Anak mulai belajar

mandiri dan membentuk konsep diri.Perkembangan

psikomotor pada fase ini terus berlanjut semakin pesat.

4) Masa Kanak-Kanak Pertengahan

Fase ini dimulai pada saat anak berusia 6-11 tahun atau

biasa disebut dengan fase usia sekolah. Fase ini mengharuskan

anak berinteraksi lebih banyak dengan teman sebayanya

dibandingkan dengan keluarga, sehingga dalam fase ini

merupakan fase krisis pembentukan dan perkembangan konsep

diri anak.

5) Masa Kanak-Kanak Akhir

Fase ini biasa disebut dengan fase pubertas yaitu saat

anak berusia 11-19 tahun. Anak mengalami masa transisi

antara periode anak dan usia dewasa. Anak mengalami

maturasi fisik dan kepribadian yang disertai dengan

kematangan emosional yang tidak stabil. Remaja pada fase ini


59

lebih menonjolkan dan berfokus pada diri sendiri bukan pada

identitas kelompok lagi.

2.3.6 Tahapan Perkembangan Balita

Adapun tahapan perkembangan anak balita sesuai dengan

usianya, diantaranya:

1) Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan motorik neonatus dimulai dengan mulai

berusaha mengangkat kepala dengan dibantu oleh orang tua,

reflek menghisap dan menelan, neonatus mulai belajar

menggenggam (Sujono dan Sukarmin, 2009).Perkembangan

motorik halus neonatus adalah dengan mengikuti rangsang

tengah ketika diberikan pada jari atau tangan (Hidayat,

2006).Perkembangan sosialisasi neonatus mulai berkembang

dengan tersenyum pada orang disekitarnya (Sujono dan

Sukarmin, 2009).Perkembangan bahasa neonatus dimulai

dengan suara tangis bayi untuk berkomunikasi dengan orang

tua atau pengasuhnya (Hidayat, 2006).

2) Bayi (29 hari – 12 bulan)

Perkembangan motorik kasar pada anak masa ini mulai

dari anak dapat mengangkat kepala saat tengkurap, dapat

duduk dengan disokong, berguling dan terlentang miring, bayi

berusaha merangkak, duduk dengan kepala tegak, sampai anak

dapat duduk tanpa berpegangan, dan mulai belajar berdiri

dengan berpegangan (Hidayat, 2006).


60

Perkembangan motorik halus anak pada masa ini

adalah anak mulai senang memasukkan tangan ke dalam

mulut, memperhatikan suatu benda, memegang benda yang

berukuran kecil, sampai akhirnya bayi dapat memindahkan

sebuah benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya, atau

dari sebuah wadah ke tempat lainnya (Sujono dan Sukarmin,

2009).

Perkembangan sosialisasi bayi dimulai dengan bayi

tersenyum pada orang yang disekitarnya, bayi mulai

mengurangi menangis, mulai usia 6 bulan anak telah

mengenali lingkungan sekitarnya sehingga anak akan

mengalami ansietas jika berada di luar lingkungannya dan

bersama dengan orang yang tidak pernah dilihatnya, bayi juga

mulai mengenali perintah, dan mulai mengenali namanya

sendiri, ayah dan ibunya atau pengasuhnya (Sujono dan

Sukarmin, 2009). Hidayat (2006) menyatakan bahwa

perkembangan bahasa anak pada usia ini dimulai dengan anak

mampu tertawa, menjerit, mencari sumber bunyi,

membunyikan huruf hidup seperti ―aah‖ dan ―ooh‖, mengoceh,

dan bereaksi spontan.

3) Toddler (12 – 36 bulan)

Perkembangan motorik kasar anak toddler yaitu sudah

dapat berjalan tanpa bantuan, mulai berlari meskipun sering

jatuh, dan naik tangga dengan atau tanpa


61

bantuan.Perkembangan motorik halus pada fase ini dimulai

dengan anak mampu memegang gelas, membuka kotak,

memasukkan jari ke lubang, melempar benda, makan

menggunakan sendok, membuka kunci, dan belajar menyusun

balok (Sujono dan Sukarmin, 2009).

Perkembangan bahasa anak ditandai dengan

perbendaharaan kata anak yang semakin banyak, anak mampu

meniru, mengenal, dan merespon orang lain. Perkembangan

sosial anak ditandai dengan anak mampu membantu pekerjaan

di rumah, menyuapi boneka, mencoba mengganti baju, dan

menggosok gigi (Hidayat, 2006).

4) Pra sekolah (37-72 bulan)

Perkembangan motorik kasar anak ditandai dengan

anak mampu melompat, berjalan jinjit, menangkap, dan

melempar bola.Perkembangan motorik halus anak pra sekolah

ditandai dengan anak dapat menggambar kotak, menggambar

garis horizontal dan vertikal, belajar memasang dan membuka

kancing baju, belajar menulis huruf dan angka, dan belajar

mengikat tali sepatu (Sujono dan Sukarmin, 2009).

Perkembangan bahasa pada anak usia pra sekolah

ditandai dengan mampu menyebutkan beberapa gambar dan

warna, menghitung, menyebutkan kegunaan benda,

mengidentifkasi objek berdasarkan suara, menirukan berbagai


62

bunyi kata, memahami arti larangan, dan memberikan respon

pada panggilan anggota keluarga yang dekat (Hidayat, 2006).

2.3.7 Pengukuran Perkembangan Anak

Soegeng dan Anne (2004) mengelompokkan

perkembangan anak menurut kemampuannya menjadi empat

aspek, yang meliputi:

1) Kemampuan motorik kasar, meliputi kemampuan anak dalam

hal melompat, berjalan, dan berlari.

2) Kemampuan motorik halus, meliputi kemampuan anak dalam

melakukan gerakan halus yang memerlukan koordinasi

gerakan kecil otot, seperti anak dapat mengancingkan baju,

anak dapat mengedipkan mata.

3) Kemampuan berbicara, berbahasa, dan kecerdasan yaitu

kemampuan anak dalam mengungkapkan perasaan dan

pendapatnya kepada orang lain dengan kata-kata yang tepat,

mampu berfikir, dan mampu memahami perkataan orang lain

dengan baik.

4) Kemampuan bergaul mandiri adalah kemampuan anak mencari

teman dan bergaul dengan teman sebayanya, mengikuti norma

dan peraturan yang berlaku, memahami sopan santun, dan

dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Perkembangan anak perlu dipantau sejak dini, untuk

mengetahui adanya masalah secara dini. Pemantauan

perkembangan anak dikelompokkan berdasarkan usianya,


63

seperti pengelompokan perkembangan anak usia 1-3 tahun, 3-6

tahun yang diukur berdasarkan tolak ukur tertentu. Alat ukur

pemantauan perkembangan pada anak yang biasa digunakan

adalah Denver II dan Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan

(KPSP).

2.3.8 Skrining / Pemeriksaan Perkembangan Anak

Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

(Depkes, 2017)

1) Tujuanskrining / pemeriksaan perkembangan anak

menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan

anak normal atau ada penyimpangan.

2) Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9,

12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika

anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang

kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan

rutin.Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali

untuk skrining pada umur 9 bulan.Apabila orang tua datang

dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh

kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka

pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining

terdekat yang lebih muda.


64

3) Alat instrument

(1) Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan

tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai

anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

(2) Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola

sebesar bola tennis,kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5

cm sebanyak 6 buah, kismis, kacangtanah, potongan biscuit

kecil berukuran 0,5-1 cm.

4) Cara menggunakan KPSP

(1) Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.

(2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan

dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari

dibulatkan menjadi 1 bulan.

(3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai

dengan umur anak.

(4) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:

a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak

b. Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas

untuk melaksanakantugas yang tertulis pada KPSP

(5) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut

menjawab, olehkarena itu pastikan ibu/pengasuh anak

mengerti apa yang ditanyakankepadanya.


65

(6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu

persatu. Setiappertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau

Tidak. Catat jawaban tersebutpada formulir.

(7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh

anakmenjawabpertanyaan.

(8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

5) Interpretasi hasil KPSP

(1) Hitunglah berapa jawaban Ya

a. Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak

bisa ataupernah atau sering atau kadang-

kadangmelakukannya.

b. Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab:

anak belumpernah melakukan atau tidak pernah

atauibu/pengasuh anak tidak tahu.

(2) Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai

dengan tahapperkembangannya (S)

(3) Jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak

meragukan (M)

(4) Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P)

(5) Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak

menurutjenisketerlambatan (gerak kasar, gerak halus,

bicara dan bahasa, sosialisasidan kemandirian)


66

2.3.9 KPSP Pada Anak Usia 12-36 Bulan

1) KPSP Anak Umur 12 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Jika anda bersembunyi di belakang Ya Tidak
sesuatu/di pojok, kemudian muncui dan
menghilang secara berulang-ulang di Sosialisasi
1
&
hadapan anak, apakah ia mencari anda
kemandirian
atau mengharapkan anda muncul
kembali?
Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Ya Tidak
2 Coba ambil pensil tersebut dengan
Gerak halus
perlahan-lahan. Sulitkah anda
mendapatkan pensil itu kembali?
Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik Ya Tidak
3
atau lebih dengan berpegangan pada Gerak kasar
kursi/meja?
Apakah anak dapat mengatakan 2 suku Ya Tidak
4 kata yang sama, misalnya: ―ma-ma‖, ―da- Bicara &
da‖ atau ―pa-pa‖. Jawab YA bila ia bahasa
mengeluarkan salah—satu suara tadi.
5 Apakah anak dapat mengangkat badannya Ya Tidak
Gerak kasar
ke posisi berdiri tanpa bantuan anda?
Apakah anak dapat membedakan anda Ya Tidak
dengan orang yang belum ia kenal? la Sosialisasi
6
akan menunjukkan sikap malu-malu atau &
raguragu pada saat permulaan bertemu kemandirian
dengan orang yang belum dikenalnya.
Apakah anak dapat mengambil Benda Ya Tidak
kecil seperti kacang atau kismis, dengan
meremas di antara ibu jari dan jarinya
seperti pada gambar?
7
Gerak halus

8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa Ya Tidak


Gerak kasar
bantuan?
Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh Ya Tidak
9 anak (tidak perlu kata-kata yang Bicara &
lengkap). Apakah ia mencoba meniru bahasa
menyebutkan kata-kata tadi?
Tanpa bantuan, apakah anak dapat Ya Tidak
10 mempertemukan dua kubus kecil yang
Gerak halus
ia pegang? Kerincingan bertangkai dan
tutup panel tidak ikut dinilai.
67

2) KPSP Anak Umur 15 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Tanpa bantuan, apakah anak dapat Ya Tidak
mempertemukan dua kubus kecil yang
1 Gerak halus
ia pegang? Kerincingan bertangkai dan
tutup, panci tidak ikut dinilai
Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan Ya Tidak
2 Gerak kasar
dengan berpegangan?
Tanpa bantuan, apakah anak dapat Ya Tidak
bertepuk tangan atau melambai-lambai? Sosialisasi
3 &
Jawab TIDAK bila ia membutuhkan
kemandirian
kemandirian bantuan.
Apakah anak dapat mengatakan ―papa‖ Ya Tidak
ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan ―mama‖ jika Bicara &
4
memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bahasa
bila anak mengatakan salah satu
diantaranya.
Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa Ya Tidak
5 Gerak kasar
berpegangan selama kira-kira 5 detik?
Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa Ya Tidak
6 Gerak kasar
berpegangan selama 30 detik atau lebih?
Tanpa berpegangan atau menyentuh Ya Tidak
lantai, apakah anak dapat membungkuk
7 Gerak kasar
untuk memungut mainan di lantai dan
kemudian berdiri kembali?
Apakah anak dapat menunjukkan apa Ya Tidak
yang diinginkannya tanpa menangis atau Sosialisasi
8 merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, &
menarik atau mengeluarkan suara yang kemandirian
menyenangkan
Apakah anak dapat berjalan di Ya Tidak
9 sepanjang ruangan tanpa jatuh atau Gerak kasar
terhuyunghuyung?
Apakah anak dapat mengambil benda Ya Tidak
kecil seperti kacang, kismis, atau
potongan biskuit dengan menggunakan
ibu seperti pada gambar ini
10 Gerak halus
68

3) KPSP Anak Umur 18 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Tanpa bantuan, apakah anak dapat Ya Tidak
bertepuk tangan atau melambai-lambai? Sosialisasi &
1
Jawab TIDAK bila ia membutuhkan kemandirian
bantuan.
Apakah anak dapat mengatakan ―papa‖ Ya Tidak
ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau Bicara &
2
mengatakan ―mama‖ jika bahasa
memanggil/melihat ibunya?
Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa Ya Tidak
3 Gerak kasar
berpegangan selama kira-kira 5 detik?
Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa Ya Tidak
4 Gerak kasar
berpegangan selama 30 detik atau lebih?
Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, Ya Tidak
apakah anak dapat membungkuk untuk
5 Gerak kasar
memungut mainan di lantai clan kemudian
berdiri kembali?
Apakah anak dapat menunjukkan apa Ya Tidak
yang diinginkannya tanpa menangis atau
Sosialisasi
6 merengek? Jawab YA bila ia menunjuk,
&kemandirian
menarik atau mengeluarkan suara yang
menyenangkan.
Apakah anak dapat berjalan di Ya Tidak
7 sepanjang ruangan tanpa jatuh atau Gerak kasar
terhuyung-huyung?
Apakah anak anak dapat mengambil benda Ya Tidak
kecil seperti kacang, kismis, atau potongan
biskuit dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk seperti pada gambar ?
8 Gerak halus

Jika anda menggelindingkan bola ke anak, Gerak halus; Ya Tidak


9 apakah ia menggelindingkan/melemparkan Sosialisasi &
kembali bola pada anda? kemandirian
Apakah anak dapat memegang sendiri Ya Tidak
Sosialisasi &
10 cangkir/gelas dan minum dari tempat
kemandirian
tersebut tanpa tumpah?
69

4) KPSP Anak Umur 21 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Tanpa berpegangan atau menyentuh Ya Tidak
lantai, apakah anak dapat
1 membungkuk untuk memungut mainan Gerak kasar
di lantai dan kemudian berdiri
kembali?
Apakah anak dapat menunjukkan apa Ya Tidak
yang diinginkannya tanpa menangis
Sosialisasi
2 atau merengek? Jawab YA bila ia
&kemandirian
menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan.
Apakah anak dapat berjalan di Ya Tidak
3 sepanjang ruangan tanpa jatuh atau Gerak kasar
terhuyunghuyung?
Apakah anak dapat mengambil benda Ya Tidak
kecil seperti kacang, kismis, atau
potongan biskuit dengan menggunakan
ibu jari clan jari telunjuk seperti
4 Gerak halus

padagambar ?

Jika anda menggelindingkan bola ke Ya Tidak


anak, apakah ia
5 Gerak halus
menggelindingkan/melemparkan
kembali bola pada anda?
Apakah anak dapat memegang sendiri Ya Tidak
Sosialisasi
6 cangkir/gelas clan minum dari tempat
&kemandirian
tersebut tanpa tumpah?
Jika anda sedang melakukan Ya Tidak
pekerjaan rumah tangga, apakah Sosialisasi
7
anak meniru apa yang anda &kemandirian
lakukan?
Apakah anak dapat meletakkan satu Ya Tidak
kubus di atas Gerak halus Ya Tida kubus
8 yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Gerak halus
Kubus yang digunakan ukuran 2.5-
5.0cm
Apakah anak dapat mengucapkan Ya Tidak
paling sedikit 3 kata yang Bicara &
9
mempunyai arti selain ―papa‖ dan bahasa
―mama‖?.
Apakah anak dapat berjalan mundur 5 Ya Tidak
10 langkah atau lebih tanpa kehilangan Gerak kasar
keseimbangan? (Anda mungkin dapat
70

melihatnya ketika anak menarik


mainannya)

5) KPSP Anak Umur 24 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Jika anda sedang melakukan pekerjaan Sosialisasi Ya Tidak
1 rumah tangga, apakah anak meniru apa &
yang anda lakukan? kemandirian
Apakah anak dapat meletakkan 1 buah Ya Tidak
kubus di atas kubus yang lain tanpa
2 Gerak halus
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 — 5 cm.
Apakah anak dapat mengucapkan paling Ya Tidak
Bicara &
3 sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain
bahasa
"papa" dan "mama"?
Apakah anak dapat berjalan mundur 5 Ya Tidak
langkah atau lebih tanpa kehilangan
4 keseimbangan? Gerak kasar
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika
anak menarik mainannya).
Gerak halus Ya Tidak
Dapatkah anak melepas pakaiannya
; sosialisasi
5 seperti: baju, rok, atau celananya? (topi
&kemandiri
dan kaos kaki tidak ikut dinilai).
an
Dapatkah anak berjalan naik tangga Ya Tidak
sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga
dengan posisi tegak atau berpegangan
pada dinding atau pegangan tangga.
6
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan
merangkak atau anda tidak membolehkan
anak naik tangga atau anak harus
berpegangan pada seseorang.
Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan Ya Tidak
anda, dapatkah anak menunjuk dengan
7 benar paling sedikit satu bagian badannya
(rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian
badan yang lain)?
Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa Ya Tidak
8
banyak tumpah?
Dapatkah anak membantu memungut Ya Tidak
9 mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta?
Dapatkah anak menendang bola kecil Ya Tidak
(sebesar bola tenis) ke depan tanpa
10
berpegangan pada apapun? Mendorong
tidak ikut dinilai.
71

6) KPSP Anak Umur 30 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: Sosialisasi Ya Tidak
1 baju, rok, Sosialisasi & atau celananya? &kemandiria
(topi clan kaos kaki tidak ikut dinilai) n
Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Ya Tidak
Jawab YA jika ia naik tangga dengan posisi
tegak atau berpegangan pada Binding atau
2 pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik Gerak kasar
tangga dengan merangkak atau anda tidak
membolehkan anak naik tangga atau anak
harus berpegangan pada seseorang.
Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan Ya Tidak
anda, dapatkah anak menunjuk dengan
Bicara &
3 benar paling seclikit satu bagian
bahasa
badannya (rambut, mata, hidung, mulut,
atau bagian badan yang lain)?
Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa Sosialisasi & Ya Tidak
4
banyak tumpah? kemandirian
Dapatkah anak membantu Ya Tidak
memungut mainannya sendiri atau Bicara &
5
membantu mengangkat piring jika bahasa
diminta?
Dapatkah anak menendang bola kecil Ya Tidak
(sebesar bola tenis) Gerak kasar ke depan
6 Gerak kasar
tanpa berpegangan pada apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai.
Bila diberi pensil, apakah anak Ya Tidak
7 mencoretcoret kertas tanpa Gerak halus
bantuan/petunjuk?
Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus Ya Tidak
satu persatu di atas kubus yang lain tanpa
8 Gerak halus
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada Ya Tidak
saat berbicara seperti ―minta minum‖, ―mau Bicara &
9
tidur‖? ―Terimakasih‖ dan ―Dadag‖ tidak bahasa
ikut dinilai.
Apakah anak dapat menyebut 2 diantara Bicara & Ya Tidak
10
gambar-gambar ini tanpa bantuan? bahasa
72

7) KPSP Anak Umur 36 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret Ya Tidak
1 Gerak halus
kertas tanpa bantuan/petunjuk?
Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu Ya Tidak
persatu di atas kubus yang lain tanpa
2 Gerak halus
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan
ukuran 2.5 – 5cm.
Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat Ya Tidak
Bicara &
3 berbicara seperti ―minta minum‖; ―mau tidur‖?
―Terimakasih‖ dan ―Dadag‖ tidak ikut dinilai. bahasa
Apakah anak dapat menyebut 2 diantara Ya Tidak
gambargambar ini tanpa bantuan?

Bicara &
4
bahasa

Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah Ya Tidak


5 Gerak kasar
perut atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Ya Tidak
memberi isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini:
―Letakkan kertas ini di lantai‖. Bicara &
6 ―Letakkan kertas ini di kursi‖. bahasa
―Berikan kertas ini kepada ibu‖.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah
tadi?
Buat garis lurus ke bawah Ya Tidak
sepanjang sekurangkurangnya 2.5
cm. Suruh anak menggambar garis
lain di samping garis tsb.
7 Gerak halus
73

Letakkan selembar kertas seukuran buku di Ya Tidak


lantai. Apakah anak dapat melompati bagian
8 lebar kertas dengan mengangkat kedua Gerak kasar
kakinya secara bersamaan tanpa didahului
lari?
Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Sosialisasi & Ya Tidak
9
kemandirian
Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga Ya Tidak
10 Gerak kasar
sejauh sedikitnya 3 meter?

2.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan

Perkembangan Anak Usia Toddler

Menurut peneliti Didik (2017;57) Pola Asuh adalah pola interaksi

antara anak dengan orang tua meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti

makan, minum, dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa

aman, kasih sayang, perlindungan, dan lain-lain) serta sosialisasi norma-

norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan

lingkungannya. Sedangkan menurut Andrianus (2015;62)

mengemukakan;pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang

diterapkan pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu ke

waktu. Dengan demikian yang dimaksud dengan pola asuh orang tua

adalah bagaimana caramemenuhi kebutuhan fisik maupun psikologis

kepada anak.

Pola asuh yang baik dari orang tua akan memberikan kontribusi

yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga akan

menurunkan angka kejadian gangguan gizi. Ibu harus memahami cara

memberikan perawatan dan perlindungan terhadap anak agar menjadi

aman, meningkatkan nafsu makan terhindar dari cidera, dan penyakit yang

akan menghambat pertumbuhan. Apabila anak kekurangan nutrisi dapat


74

menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan keterlambatan

perkembangan.Pada masa ini anak masih benar-benar tergantung pada

perawatan dan pengasuhan oleh orang tuanya (Didik, 2017).

Pola asuh orang tua sangat diperlukan untuk proses tumbuh

kembang anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang baik

dengan pemenuhan gizi yang seimbang. Keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan zat gizi sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,

kecerdasan, aktivitas pada anak dan hal lainnya (Utami, 2012).

Menurut peneliti Ervan (2014) menyatakan bahwa peruses

pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita merupakan

proses yang penting dalam menentukan masa depan anak baik secara fisik,

mental maupun perilaku.

Dalam pertumbuhandan perkembangan anak memerlukan zat gizi

agar proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan baik.

Perbedaan status gizi balita memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap

perkembangan anak, apabila gizi seimbang yang dikonsumsi tidak

terpenuhi, pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak akan

terhambat (Ervan, 2014). Sehingga dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai perkembangan anak terutama saat masih berusia dibawah 2

tahun. Anak yang mengalami kekurangan gizi akan mengakibatkan anak

lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan

perkembangan. Sebaliknya anak yang mengalami kelebihan gizi akan

menyebabkan obesitas sehingga anak cenderung kurang aktif dan dapat

mengganggu tumbuh kembang tersebut (Ervan, 2014).


75

Dari beberapa penelitian tentang pola asuh orang tua dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak yang dilakukan oleh Didik (2017)

di TK Muslimat Khadijah 1 Kelurahan Singotrunan Kecamatan

Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi menyatakan bahwa adanya

hubungan antara pola asuh dengan status gizi anak. Dan penelitian yang

dilakukan oleh Ervan (2014) di PAUD AL-FAQIH Desa Sukosari

Kecamatan Bondowoso Kabupaten Bondowoso menyatakan bahwa

adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak.
1 2.5 Sintesis Jurnal

No Penulis Judul Metode Penelitian Variabel dan Alat Ukur Hail Penelitian Kesimpulan
dan Analisis Data
1. Sri Yuniarti; Mira Hubungan Pola Asuh Penelitian ini Variabel independent:Pola Asuh Berdasarkan hasil Sebagian besar ibu
Andriyani; 2017; Orang Tua dengan menggunakan Orang Tua analisisbivariat menerapkan pola asuh
STIKES Jenderal Perkembangan Anak korelasi dengan yang digunakan demokratis yaitu
Achmad Yani Prasekolah di R.A pendekatan cross Alat ukur: Kuesioner pola asuh dalam penelitian ini sebanyak sebanyak 43
Almardiyah sectionalyang menggunakan (89,6%).
RajamandalaBulan Juli bertujuan untuk VariabelDependent:Perkembangan analisis Chi-Square
2016. mengetahui Hubungan Anak (X2) dengan tingkat Hampir setengahnya
Pola Asuh Orang Tua kemaknaan 95% anak dengan
dengan Perkembangan Alat ukur: Observasi atau nilai Alpha perkembangan yang
Anak Prasekolah di perkembangan 0,05 (5%) dengan sesuai yaitu sebanyak
R.A Almardiyah ketentuan apabila 21 (43,8%).
Bulan Juli 2016. nilai pvalue ≤ alpha
(α) 0,05, maka
Terdapat hubungan
Pengambilan sampel terdapat hubungan
antara pola asuh orang
menggunakan teknik pola asuh orang tua
tua dengan
totalsampling. dengan
perkembangan anak
perkembangan anak
prasekolah di TK R.A
Adapun populasi prasekolah dan
Almardiyah
dalam penelitian ini apabila nilai pvalue>
Rajamandala Bulan
adalah seluruh siswa alpha (α) 0,05,
Juli 2016 (pvalue
usia 3-6 tahun (anak maka tidak terdapat
0,013).
prasekolah) dan orang hubungan pola asuh
tua di R.A Almardiyah orang tua dengan
sebanyak 48 siswa. perkembangan anak
prasekolah di R.A
Almardiyah
Rajamandala Bulan
Juli 2016.

76
77

2. Eny Pemilu Hubungan AntaraPola Jenis penelitian ini Variabel independent: Pola Asuh Berdasarkanhasil Hasil analisis Uji Chi-
Kusparlina; 2016; AsuhOrang Tua dengan adalah penelitian Orang Tua analisis Chi- Squarehitung sebesar
AkademiKebidanan PerkembanganAnak desain analitik SquarepadaAlpha 451,494 >Chi-
Muhammadiyah Usia 1-3 Tahun di Desa pendekatan cross Alat ukur: Kuesioner pola asuh 0,05 (5%) dengan Squaretabel dengan
Madiun ManisrejoKecamatan sectional untuk ketentuan apabila p<0,05 menunjukkan
Taman Kota Madiun. mengetahui Hubungan Variabel nilai pvalue ≤ alpha ada hubungan yang
Pola Orang Tua Dependent:Perkembangan Anak (α) 0,05, maka
signifikan antara pola
dengan terdapat hubungan
asuh orang tua
PerkembanganAnak Alat ukur: KPSP antara pola asuh
Usia 1-3 Tahun di orang tua dengan perkembangan anak
Desa perkembangan anak usia 1-3 tahun di Desa
ManisrejoKecamatan usia 1-3 tahun dan ManisrejoKecamatan
Taman Kota Madiun apabila nilai pvalue> Taman Kota Madiun.
Tahun 2016. alpha (α) 0,05,
maka tidak terdapat
Pengambilan sampel hubungan antara
dalam penelitian ini pola asuh orang tua
menggunakan teknik dengan
penarikan sampel perkembangan anak
probability usia 1-3 tahun.
samplingdengan cara
penarikan sampel Hasil dari penelitian
secara acak sederhana ini menunjukkan
(simple random bahwa sebanyak
sampling). 75% orang tua
memberikan pola
Adapun populasi pada asuh demokratis
penelitian adalah dan tampak pada
sejumlah 60orang tua penelitian ini bahwa
yang mempunyai anak sebanyak 48,89
usia 1-3 tahun. anak dengan pola
asuh demokratis
mempunyai tingkat
perkembangan yang
78

sesuai dengan usia


mereka.
3. Aktriana Ibnu Hubungan Pola Asuh Jenis penelitian ini Variabel independent: Pola Asuh Berdasarkan hasil Hasil analisis uji
Malik; Mamik Orang Tua dengan adalah penelitian Orang Tua analisisdata statistik diperoleh ρ
Ratnawati; Niken Perkembangan Anak desain analitik menggunakan Uji sebesar 0,000 <α,
Grah Prihantanti Usia Toddlerdi pendekatan cross Alat ukur: Kuesioner pola asuh statistik spearman’s dengan nilai
Halu Oleo; 2017; DesaSumbermulyo sectional untuk rank dengan tingkat correlation
STIKES Pemkab Kecamatan Jogoroto mengetahui Hubungan Variabel kemaknaan ρ <0,05. coefficient0,838
Jombang Pola Asuh Orang Tua Dependent:Perkembangan Anak menunjukkan ada
Kabupaten Jombang.
dengan Perkembangan Hasil dari penelitian hubungan antara pola
Anak Usia Toddler Alat ukur : instrumen KPSP ini menunjukkan asuh orang dengan
diDesa Sumbermulyo sebagian besar perkembangan anak.
Kecamatan Jogoroto, responden memiliki
Kabupaten Jombang pola asuh
Bulan Juni 2016. demokratis (64,5%)
dan sebagian besar
Pengambilan sampel responden memiliki
dalam penelitian ini anak dengan
menggunakan teknik perkembangan
penarikan sampel sesuai (71,0%).
probability
samplingdengan cara
cluster random
sampling.

Adapun populalisi
pada penelitian adalah
331 ibu yang
mempunyai anak usia
toddler, dengan
estimasi besar sampel
sebanyak 31
responden.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor yang mempengaruhi pola Baik


asuh orang tua : Pola asuh orang tua :
1. Kepribadian orang tua 1. ASAH
Cukup
2. Keyakinan 2. ASIH
3. Persamaan pola asuh yang 3. ASUH
Kurang
diterima orang tua
4. Penyesuaian dengan cara
disetujui kelompok
5. Usia orang tua
6. Pendidikan
7. Jenis kelamin Sangat Kurus
8. Status sosial ekonomi
9. Konsep mengenai peran orang
tua dewasa Pertumbuhan anak usia Kurus
10. Jenis kelamin anak toddler :
1. Berat Badan Normal
Faktor yang mempengaruhi 2. Tinggi Badan
pertumbuhan dan perkembangan
Gemuk
anak :
1. Herediter
2. Lingkungan

Anak Usia Toddler


Faktor yang mempengaruhi
1-3 Tahun
pertumbuhan dan perkembangan
anak :
1. Keturunan
2. Nutrisi
3. Hubungan interpersonal
4. Faktor neuroendokrin Perkembangan anak Sesuai
5. Tingkat sosial ekonomi usia toddler :
6. Penyakit 1. Motorik Kasar Meragukan
7. Bahaya lingkungan 2. Motorik Halus
8. Stres pada masa anak-anak 3. Bahasa
9. Pengaruh media masa 4. Perilaku Sosial Penyimpangan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (usia 1-3 tahun)
di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun
2020.

78
79

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari suatu penelitian

Dimana didapatkan hipotesis penelitian ini adalah :

Hα : Ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan

Perkembangan Anak (Usia 1-3 Tahun) di Puskesmas Kertosari

Kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi tahun 2020.


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian yang Digunakan

Jenis penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah berperan sebagai pedoman atau penentuan penelitian atau

penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. Jenis penelitian yang

digunakan adalah korelasi. Korelasi merupakan penelitian yang bertujuan

mengungkapkan hubungan koleatif antar variabel (Nursalam, 2013).

Jenis penelitian yang digunakan peneliti ini adalah studi korelasi

(Correlation study) yaitu jenis penelitian atau penelaahan hubungan antara

dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini bertujuan

mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian

cross-sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran

atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

pada saat itu (Nursalam, 2013).

80
81

4.1 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan

kegiatan penilitian yang akan dilakukan.

Populasi : ibu dan anak usia toddler (1-3 tahun) di wilayah kerja Puskesmas
Kertosari, Kecamatan Banyuwangi tahun2020 N =63

Sampling :Accidental sampling

Sampel : 54 ibu dan anak usia toddler (1-3 tahun)


yang memenuhi kriteria inklusi

Desain Penelitian : cross-sectional

Informed consent

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian


kuesioner

Pengolahan data dan Analisis data


Coding, Scoring, Tabulating, dan Uji statistik SPSS

Laporan Penelitian

Hasil penelitian dan kesimpulan

Bagan 4.1 Kerangka KerjaHubungan Pola Asuh Orang Tua dengan


Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (usia 1-3 tahun) di
Wilayah Kerja Puskesmas KertosariBanyuwangi Tahun
2020.
82

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya

manusia, klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2013). Populasi dalam Penelitian ini adalah ibu yang

memilikianak usia toddler (1-3 tahun) di wilayah kerja Puskesmas

Kertosari Banyuwangi Tahun 2020. Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah 63 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2013). Sampel yang digunakan untuk penelitian ini

adalah ibu dananak usia toddler (1-3 tahun) di wilayah kerja

Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020.

Dalam pengambilan sampel terdapat kriteria yaitu kriteria

inklusi dan kriteria ekslusi dimana kriteria tersebut menentukan

dapat tidaknya sampel digunakan (Alimul aziz, 2010).

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan

diteliti.

Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

(1) Ibu dengananak usia 1-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Kertosari yang bersedia menjadi responden


83

(2) Ibu yang mengasuh anaknya sendiri

2) Kriteris eksklusi

Kriteria eksklusiadalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi

karena berbagai sebab.

Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah :

(1) Ibu dengan anak usia 1-3 tahun yang tidak bersedia menjadi

responden

(2) Anak yang mengalami penyakit kronis (ISPA, PJB,

Leukemia, Hidrosefalus, Meningitis, dll)

4.3.3 Sampling

Sampling merupakan proses menyelesaikan porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling

merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel,

agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian. Cara pengambilan sampel dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan

nonprobability sampling (Nursalam, 2013).

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini

peneliti menggunakan non-probability sampling dengan jenis

accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, responden yang secara kebetulan/insidental bertemmu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel ( Sugiyono, 2016).


84

4.3 Identifikasi Variabel

Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe

untuk menjelaskan penggunaannya dalam penelitian. Macam-macam tipe

variabel meliputi variabel independent, dependent, moderator, perancu dan

kontrol (Nursalam, 2013).

Variabel dalam penelitian ini adalah :

4.4.1 Variabel Bebas ( Independent )

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2013), variabel bebas dalam penelitian ini

adalah pola asuh orang tua.

4.4.2 Variabel Terikat ( Dependent )

Variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain

(Nursalam, 2013), variabel terikat dalam penelitian ini

pertumbuhan dan perkembangan anak usia (1-3 tahun).


4.4 Definisi Operasional

Definisi operasioanl adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

Tabel 4.5 Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia
(1-3 tahun).

Variabel Definisi operasional Indikator Alat ukur Skala Skore


Variabel Upaya orang tua dalam 1. ASAH Kuesioner Ordinal 1.Baik 76-100%
independent: mendidik, membimbing serta 2. ASIH
Polaasuh orang melindungi anak untuk 3. ASUH 2.Cukup75-56%
tua mencapai per-tumbuhan dan
perkem-bangan yang optimal. 3.Kurang< 56%
Variabel Perubahan fisik yang 1.Berat Badan Standart Baku Ordinal 1.Sangat Kurus< -3 SD
dependent: mengalamipeningka-tanakibat 2.Tinggi Badan Antropometri
pertumbuhan penambah-an jumlah sel yang Kemenkes RI 2011 2.Kurus-3SD sampai dengan
anak usia (1-3 dapat diukur. BB/U < -2 SD
tahun)
3.Normal-2SD sampai dengan
2 SD

4.Gemuk > 2 SD
Variabel Bertambahnya struk-tur dan 1.Motorik kasar(gross motor) KPSP Ordinal 1.Penyimpangan (6)
dependent: fungsi tubuh yang lebih 2.Motorikhalus(fine motor Skills)
perkembangan kompleks dalam kemampuan 3.Bahasa (language) 2.Meragukan (7 – 8)
anak usia (1-3 gerak kasar, gerak halus, bicara 4.Prilaku sosial(personal social)
tahun) dan bahasa serta sosiali-sasi 3.Sesuai(9 – 10)
dan kemandirian.

85
4.5 Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pada variabel independen

pola asuh penulis menggunakan lembar kuesioner. Pada variabel dependen

pertumbuhan penulis menggunakan lembar observasi dan variabel

dependen perkembangan penulis menggunakan lembar KPSP.

4.6 Waktu dan Tempat

1. Tempat : Posyandu di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari

2. Waktu

Dalam penelitian ini waktu penelitian dibagi menjadi dua tahap

sebagaai berikut :

a. Tahap persiapan meliputi :

1) Penyusunan proposal : November 2019 – Februari 2020

2) Seminar proposal : 09 Maret 2020

b. Tahap pelaksanaan meliputi :

1) Pengajuan ijin : 9 Juli 2020

2) Pengumpulan data : 23 Juli-26 Juli 2020

3) Ujian skripsi : 11 Agustus 2020

4) Revisi skripsi : 24 Agustus 2020

86
87

4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

4.8.1 Birokrasi Perijinan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti meminta surat

ijin penelitian kepada Ketua STIKES Banyuwangi diteruskan

minta ijin ke Dinas Kesehatan Banyuwangi kemudian meminta ijin

ke Kepala Puskesmas Kertosari karena merupakan wilayah yang

akan diteliti. Sebelum mengambil data penelitian, peneliti

kemudian diarahkan kepada kader posyandu wilayah Puskesmas

Kertosari lalu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

ditujukan kepada responden kemudian menjelaskan cara mengisi

lembar kuesioner.

4.8.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dengan pengambilan sampel

secara kebetulan bertemu dengan peneliti. Peneliti memberikan

lembar informed consent dan ditindak lanjuti peneliti dengan

melakukan kunjungan rumah. Prosedur pengumpulan data yang

digunakan peneliti adalah berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Jumlah populasi yang terdiri dari 63 orang dari masing-

masing Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari dan

hanya terkumpul sejumlah 24 orang saja yang dipilih menjadi

sampel.
88

4.8 Analisa Data dan Pengelolahan Data

4.9.1 Langkah – Langkah analisa data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk

mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan–

pertanyaan penelitian yang mengungkap fenomena (Nursalam,

2013).

Sebelum melakukan analisa data, secara berurutan data

yang berhasil dikumpulkan akan mengalami proses editing yaitu

dilakukan coding, scoring dan tabulating.

1. Editing

Sebelum data diolah bagian yang sangat penting dalam metode

ilmiah, karena analisa data tersebut dapat diberi arti dan makna

yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

2. Coding

Coding adalah pemberian kode pada data dimasukkan untuk

menterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam

bentuk angka.

1) Pola Asuh

a. 1 = Selalu

b. 2 = Kadang-kadang

c. 3 = Tidak pernah

2) Pertumbuhan

a. 1 = Sangat Kurus

b. 2 = Kurus
89

c. 3 = Normal

d. 4 = Gemuk

3) Perkembangan

a. 1 = Penyimpangan

b. 2 = Meragukan

c. 3 = Sesuai

3. Scoring

1) ScoringPola Asuh

Peneliti menetapkan skor pola asuh sebagai berikut.

Pada penelitian ini menggunakan jumlah jawaban dari

responden, yaitu :

Baik = 76-100%

Cukup = 75-56%

Kurang = < 56%

2) ScoringPertumbuhan

Peneliti menetapkan skor

pertumbuhansebagaiberikut.Dalam penelitian ini

pengukuranpertumbuhan, peneliti menggunakan Standart

Baku Antropometri Kemenkes RI 2011 berdasarkan BB/U :

Sangat Kurus = < -3 SD

Kurus = -3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal = -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk = >2 SD
90

3) ScoringPerkembangan

Peneliti menetapkan skor

perkembangansebagaiberikut.Dalam penelitian ini

pengukuranperkembangan, peneliti menggunakan KPSP :

Penyimpangan = jawaban ―iya‖ berjumlah 6

Meragukan = jawaban ―iya‖ berjumlah 7 - 8

Sesuai = jawaban ―iya‖ berjumlah 9 - 10

4. Tabulating ( pengelolahan data )

Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban

responden dengan cara tertentu.

4.9.2 Uji Statistik

Data yang diperoleh diolah dengan tabulasi data sesuai

dengan tujuan penelitian khususnya data umum, kemudian data

dianalisa dengan statistik menggunakan uji rank spearman, dengan

memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer

dengan menggunakan sistem atau program SPSS 25for windows

dengan menetapkan derajat kesalahan 5% ( 0,05 ).

Apabila uji rank spearman dengan menggunakan SPSS

25for windows, dengan kaidah pengujian sebagai berikut p ≤ 0,05

maka Ha diterima Ho ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna

antara dua variabel yang diukur yaitu ada hubungan pola asuh

orang tua dengan pertumbuhan dan perkembangan anak jika p ≥

0,05 maka Ha ditolak Ho diterima, berarti tidak ada hubungan pola

asuh orang tua dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.


91

4.9 Kode Etik

Responden yang memiliki syarat akan dilindungi hak-haknya

untuk menjamin kerahasiannya. Sebelum proses penelitian

dilakukan, responden terlebih dahulu diberikan penjelasan manfaat,

tujuan dn resiko kepada responden terlebih dahulu sebelum

dilakukannya penelitian. Setelah responden menyetujui, kemudian

dipersilahkan menandatangani surat persetujuan untuk menjadi

responden.

Uji kelaiakan etik dilaksanakan di STIKES Banyuwangi oleh

Komisi Etik STIKES Banyuwangi dan disetujui pada tanggal 3

Agustus 2020 dengan nomor kode etik 442/KEPK/STIKES-BWI.

Masalah etika yang harus dijadikan perhatian, meliputi :

4.10.1 Informed Consent ( Lembar Persetujuan)

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap

tantang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,

mempunyai hak bebas untuk berpartisipasi atau menolak

menjadi responden. Pada informed consent juga perlu

dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam, 2016).

4.10.2 Anonimity ( Tanpa Nama )

Subjek tidak perlu mencantumkan namanya pada

lembar pengumpulan data cukup menulis nomor atau kode

saja untuk menjamin kerahasiaan identitasnya. Apabila sifat

peneliti memang menuntut untuk mengetahui identitas


92

subjek, ia harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu serta

mengambil langkah-langkah dalam menjaga kerahasiaan dan

melindungi jawaban tersebut (Wasis, 2008).

4.10.3 Confidentialy ( Kerahasiaan )

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek akan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian data atau

hasil penelitian ditampilkan dalam forum akademik.

4.10.4 Veracity (Kejujuran)

1. Jujur saat pengumpulan data, pustaka, metode, prosedur

penelitian, hingga publikasi hasil.

2. Jujur pada kekurangan atau kegagalan proses penelitian.

3. Tidak mengakui pekerjaan yang bukan pekerjaannya.

4.10.5 Non Maleficience (Tidak Merugikan)

Non malaficiense adalah suatu prinsip yang mempunyai

arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan seseorang tidak

menimbulkan kerugian secara fisik maupun mental (Abrori,

2016).

4.10.6 Respect for Person (Menghormati Harkat dan Martabat

Manusia)

Menghormati atau menghargai orang ada dua hal yang

perlu diperhatikan, yaitu:

1. Peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam

terhadap kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan

penelitian.
93

2. Terhadap responden yang rentan terhadap bahaya

penelitian, perlu perlindungan.

4.10.7 Justice (Keadilan bagi Seluruh Subjek Penelitian)

Justice adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang

lain yang menjujung tinggi prinsip moral, legal, dan

kemanusiaan. Prinsip keadilan juga ditetapkan pada pancasila

Negara Indonesia pada sila ke 5 yakni keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Dengan ini menunjukkan bahwa

prinsip keadilan merupakan suatu bentuk prinsip yang dapat

menyeimbangkan dunia (Abrori, 2016).

4.10.8 Beneficienc(Memanfaatkan Manfaat dan Meminimalkan

Resiko)

Keharusan secara etik untuk mengusahakan manfaat

sebesar – besarnya dan memperkecil kerugian atau resiko

bagi subjek dan memperkecil kesalahan penelitian. Dalam hal

ini penelitian harus dilakukan dengan tepat dan akurat, serta

responden terjagakeselamatan dan kesehatannya.

4.10.9 Keterbatasan Penelitian

Dampak dari pandemi Covid-19 :

1. Sampel yang diperoleh tidak sesuai harapan peneliti,

terkumpul hanya sejumlah 24 responden.

2. Sampel di ambil secara door to door sejumlah 18

responden.
94

3. Sampel yang laindi ambil melalui video call via whatsapp

sejumlah 6 responden dengan cara peneliti menanyakan

beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh orang tua

dan peneliti mengisi ke lembar kuesioner sesuai dengan

jawaban orang tua. Selanjutnya untuk pengukuran TB dan

BB telah diukur di kader posyandu wilayah dan untuk

pengukuran KPSP dilakukan dengan cara anak mengikuti

instruksi peneliti dan orang tua lalu peneliti menilai

perkembangan anak ke lembar KPSP.


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil dan pembahasan tentang

HubunganPola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

(Usia 1-3 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun

2020. Penelitiaan ini dilakukan mulai Juni-Juli 2020.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari Banyuwangi. Puskesmas Kertosari merupakan salah satu

Puskesmas yang memberikan pelayanan rawat jalan. Luas wilayah

261 ha dengan presentase luas dataran rendah 40% dan luas

dataran tinggi 60%. Lokasi Puskesmas Kertosari sangat strategis

dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Wil. Puskesmas Singotrunan

Sebelah Timur : Wil. Selat Bali

Sebelah Selatan : Wil. Puskesmas Sobo

Sebelah Barat : Wil. Puskesmas Mojopanggung

Dengan jumlah Kelurahan : 4 Kelurahan

Dengan jumlah Lingkungan : 3 Lingkungan

Dengan jumlah : 10 RW

95
96

Puskesmas Kertosari memiliki ketenagaan dan sarana diantaranya :

1) Ketenagaan :

(1) Dokter Umum : 1 orang

(2) Dokter Gigi : 1 orang

(3) Bidan : 4 orang

(4) Perawat : 4 orang

(5) Epidemilog : 3 orang

(6) Sanitarian : 1 orang

(7) Petugas Gizi : 1 orang

(8) Apoteker : 1 orang

(9) Analis Laboratorium : 1 orang

(10) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : 1 orang

(11) Tenaga Administrasi : 3 orang

(12) Sopir, penjaga, dll : 2 orang

2) Sarana Kesehatan :

(1) Rumah Sakit Pemerintah : 1 buah

(2) Rumah Sakit Swasta : 2 buah

(3) Puskesmas : 1 buah

(4) Puskesmas Pembantu : 1 buah

(5) BP Swasta : 1 buah

(6) Praktek Dokter Swasta : 8 buah

(7) Praktek Bidan Swasta : 12 buah

(8) Praktek Perawat : 0 buah


97

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Orang Tua

Didapatkan hasil dari penelitian tentang usia orang tua

untuk usia 21-35 tahun terdapat 22 responden (92%) dan usia

>35 tahun terdapat 2 responden (8%).

UMUR ORANG TUA


8%

21-35 Th
> 35 Th
92%

Diagram 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia orang


tua di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari
Banyuwangi Tahun 2020.

Berdasarkan diagram 5.1 didapatkan bahwa mayoritas

responden berusia21-35tahun sebanyak 22 responden (92%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang

Tua

Didapatkan hasil dari penelitian tentang pendidikan orang

tua untuk tidak sekolah terdapat 1 responden (4%),pendidikan

SD terdapat 3 responden (12%), pendidikan SMP terdapat 3

responden (13%), pendidikan SMA terdapat 12 responden

(50%), dan pendidikan Sarjana terdapat 5 responden (21%).


98

PENDIDIKAN ORANG TUA


4%
21% 12% Tidak Sekolah
13% SD
SMP
50% SMA
Sarjana

Diagram 5.2 Distribusi responden berdasarkan


pendidikan orang tua di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun
2020.

Berdasarkan diagram 5.2 didapatkan bahwa 50% responden

berpendidikan SMA sebanyak 12 responden.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang

Tua

Didapatkan hasil dari penelitian tentang pekerjaan orang tua

untuk kategori tidak bekerja atau ibu rumah tangga terdapat 19

responden (79%), Swasta terdapat 1 responden (4%), dan

Wirausaha terdapat 4 responden (17%).

PEKERJAAN ORANG TUA

4% 17%
Tidak Bekerja
Swasta
79%
Wirausaha
99

Diagram 5.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan


orang tua di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi Tahun 2020.

Berdasarkan diagram 5.3 didapatkan bahwa sebagian besar

tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebanyak 19 responden

(79%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak

Didapatkan hasil dari penelitian tentang usia anak

didapatkan hasil yaitu jumlah responden berusia 1 tahun

terdapat 5 responden (21%), usia 2 tahun terdapat 11 responden

(46%), dan usia 3 tahun terdapat 8 responden (21%).

UMUR ANAK

33% 21%
1 Tahun
2 Tahun
46% 3 Tahun

Diagram 5.4 Distribusi responden berdasarkan umur anak


di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari
Banyuwangi Tahun 2020.

Berdasarkan diagram 5.4 didapatkan bahwa hampir dari

50% responden berusia 2 tahun sebanyak 11 responden (46%).


100

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak

Didapatkan hasil dari penelitian tentang jenis kelamin anak

yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 13 responden (54%)

dan yang berjenis kelamin perempuan terdapat 11 responden

(46%).

JENIS KELAMIN ANAK

46%
54% Laki-laki
Perempuan

Diagram 5.5 Distribusi responden berdasarkan jenis


kelamin anak di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi Tahun 2020.

Berdasarkan diagram 5.5 didapatkan bahwa lebih dari 50%

responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden

(54%).

5.1.3 Data Khusus

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang

Tua

Didapatkan hasil dari penelitian tentang pola asuh orang tua

didapatkan hasil yaitu pola asuh kategori baik sebanyak 6

responden (27%), cukup sebanyak 13 responden (59%), dan

kurang5 responden (14%).


101

POLA ASUH

14% 27%
Baik
Cukup
59%
Kurang

Diagram 5.6 Karakteristik responden berdasarkan pola


asuh orang tua di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi Tahun 2020.

Berdasarkan diagram 5.6 didapatkan bahwa lebih dari 50%

pola asuh orang tua kategori cukup sebanyak 13 responden

(59%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pertumbuhan Anak

Didapatkan hasil dari penelitian tentang pertumbuhan anak

didapatkan hasil yaitu sangat kurus terdapat 0 responden (0%),

kurus terdapat 2 responden (8%), normal terdapat 19 reponden

(79%) dan gemuk terdapat 3 responden (13%).

PERTUMBUHAN
13% 0% 8%

Sangat Kurus
Kurus
Normal
79%
Gemuk
102

Diagram 5.7 Karakteristik responden berdasarkan


pertumbuhan anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun
2020.

Berdasarkan diagram 5.7 didapatkan bahwa sebagian

besarpertumbuhan responden normal sebanyak 19 responden

(79%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Perkembangan

Anak

Didapatkan hasil dari penelitian tentang pertumbuhan anak

didapatkan hasil yaitu untuk perkembangan yang menyimpang

terdapat 6 responden (25%), perkembangan yang meragukan

terdapat 1 responden (4%), dan perkembangan yang sesuai

terdapat 17 responden (71%).

PERKEMBANGAN

25%
Sesuai
4%
Meragukan
71%
Menyimpang

Diagram 5.8 Karakteristik responden berdasarkan


perkembangan anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun
2020.

Berdasarkan diagram 5.8 didapatkan bahwa lebih dari

50%perkembangan responden sesuai sebanyak 17 responden

(71%).
103

4. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan

Dan Perkembangan Anak (Usia 1-3 Tahun) Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020

Tabel 5.1 Hubungan pola asuh orang tua dengan pertumbuhan


anak (usia 1-3 tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi Tahun 2020.

Pola Asuh Baik Cukup Kurang Total

Pertumbuhan N % N % N % N%
Gemuk 1 4% 2 8% - - 3 12%
Normal 5 21% 10 42% 4 17% 19 80%
Kurus - - 1 4% 1 4% 28%
Total 6 25% 1354% 5 21% 24 100%

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total 24

responden. Tertinggi terdapat pada pola asuh kategori cukup

dengan pertumbuhan normal terdapat 10 responden (42%).

Terendah terdapat pada pola asuh kategori baik dengan

pertumbuhan gemuk terdapat 1 responden (4%), pola asuh

kategori cukup dengan pertumbuhan kurus terdapat 1

responden (4%) dan pola asuh kategori kurang dengan

pertumbuhan kurus terdapat 1 responden (4%).


104

Tabel 5.2 Hubungan pola asuh orang tua dengan


perkembangan anak (usia 1-3 tahun) di Wilayah
Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun
2020.

Pola Asuh Baik Cukup Kurang Total

Perkembangan N % N % N % N %
Sesuai 6 25% 1042% 1 4% 1771%
Meragukan - - - - 14% 14%
Menyimpang - - 3 13% 312% 625%
Total 6 25% 13 55% 5 20% 24 100%

Berdasarkan data di atas, didapatkan dari total 24

responden. Tertinggi terdapat pada pola asuh kategori cukup

dengan perkembangan sesuai terdapat 10 responden

(42%).Terendah terdapat pada pola asuh kategori kurang

dengan perkembangan sesuai terdapat 1 responden (4%).

Berdasarkan data pola asuh orang tua dengan pertumbuhan

anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

dengan menggunakan uji Rank Spearman sebagai berikut :

Tabel 5.3 Hubungan pola asuh orang tua dengan pertumbuhan


anak (usia 1-3 tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari Banyuwangi Tahun 2020
Correlations
Pola Asuh Pertumbuhan
Spearman's rho Pola Asuh Correlation Coefficient 1,000 ,342
Sig. (2-tailed) . ,018
N 24 24
Pertumbuhan Correlation Coefficient ,342 1,000
Sig. (2-tailed) ,018 .
N 24 24
Setelah dilakukan uji analisa Rank Spearman didapatkan

hasil Correlation Coefficient 0,342 dan Sig. (2-Tailed) =


105

0,018< 0,05 level Sig. (2-Tailed) yang artinya Ho ditolak dan

Ha diterima yang berarti ada hubungan antara pola asuh orang

tua dengan pertumbuhan anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020.

Berdasarkan data pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari dengan menggunakan uji Rank Spearman

sebagai berikut :

Tabel 5.2 Hubungan pola asuh orang tua dengan


perkembangan anak (usia 1-3 tahun) di Wilayah
Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun
2020
Correlations
Pola Asuh Perkembangan
Spearman's rho Pola Asuh Correlation Coefficient 1,000 ,682
Sig. (2-tailed) . ,000
N 24 24
Perkembangan Correlation Coefficient , 682 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 24 24

Nilai analisa Rank Spearman hasil Correlation Coefficient

0,682 dan Sig. (2-Tailed) = 0,000< 0,05 level Sig. (2-Tailed)

yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan

anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

Banyuwangi Tahun 2020.


106

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan diagram 5.6 didapatkan bahwa mayoritas pola

asuh orang tua anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari kategori cukup 13 responden (59%).

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang

diterapkan pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu

ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi

negatif maupun positif. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan

seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak.

Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara

orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencangkup perawatan

seperti dari mencukupi kebutuhan makan. Pendampingan orang tua

diwujudkan melalui pendidikan cara-cara orang tua dalam

mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anaknya disebut

sebagai pola pengasuhan dalam interaksinya dengan orang tua,

anak cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap

paling baik bagi dirinya (Rachmadiana, 2005).

Menurut Supartini (2005) mengatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi pola asuh orang tua diantaranya : usia orang tua,

pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

Berdasarkan diagram 5.1 didapatkan bahwa mayoritas

responden berusia 21-35 tahun sebanyak 22 responden (92%).

Menurut Supartini (2005) menjelaskan rentang usia tertentu adalah


107

baik untuk menjalankan pengasuhan. Menurut Marsidi (2007)

menyebutkan bahwa pada usia dewasa awal (21-35 tahun)

seseorang memasuki situasi antara rasa kebersamaan sambil

mengalahkan rasa kehilangan identitas dan memasuki taraf

memelihara dan mempertahankan apa yang telah ia miliki yang

akan berpengaruh pada pola pengasuhan kepada anak dan juga

rentan usia yang baik untuk menjalankan peran pengasuhan adalah

dewasa awal (21-35 tahun). Apabila terlalu muda atau terlalu tua,

mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal

karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial. Berdasarkan

hasil penelitian dan menunjukkan bahwa orang tua dengan usia

produktif cukup baik dalam mengasuh anaknya. Oleh karena itu,

umur merupakan salah satu indikator untuk mengukur kedewasaan

seseorang. Semakin bertambah umur, dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuan yang dimiliki, serta perilaku yang mandiri sehingga

dalam mendidik, membimbing serta mengajarkan anak dapat

berjalan dengan baik dan benar.

Berdasarkan diagram 5.2 didapatkan setengahnya

pendidikan SMA sebanyak 12 responden (50%). Edwards (2006)

menyimpulkan bahwa pendidikan orang tua dalam perawatan anak

akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap

dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain : mengamati

segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu


108

berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak, menilai

perkembangan fungsi keluarga terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak dan terlibat aktif dalam setiap pendidikan

anak.

Adanya pendidikan menengah yang dimiliki oleh orang tua

(SMA) dapat menumbuh kembangkan pola pemikiran yang lebih

logis dan matang sehingga terbentuk atau menghasilkan

perubahan-perubahan pada diri orang tua seperti lebih baik dalam

mengasuh dan merawat anaknya, menyediakan waktu yang cukup

untuk menemani dan mengasuh anak.

Berdasarkan diagram 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebanyak 19

responden (79%). Menurut Middlebrook (dalam Badingah, 2006)

pengertian sibuk yaitu kegiatan (bekerja dan sebagainya). Kerja

yang dimiliki arti kegiatan melakukan sesuatu sehingga dapat

disimpulkan bahwa kesibukan kerja adalah volume bekerja yang

menyita banyak waktu yang dilakukan untuk mencari nafkah guna

mencukupi kebutuhan hidup dalam suatu keluarga. Kegiatan

bekerja yang dilakukan banyak waktu diluar jam kerja semestinya

dan setiap hari sehingga waktu untuk orang tua memberikan

perhatian terhadap anaknya berkurang. Kesibukan orang tua sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak

terutama dalam orang tua mengasuh anak. Salah satu faktor yaitu

pekerjaan orang tua. Semakin sibuk orang tua, anak akan semakin
109

kekurangan kasih sayang karena waktu orang tua untuk bersama

anaknya semakin berkurang.

5.2.2 Pertumbuhan Anak Usia Toddler

Berdasarkan diagram 5.7 didapatkan bahwa sebagian besar

pertumbuhan anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari kategori normal sebanyak 19 responden (79%).

Masa pertumbuhan anak adalah masa yang sangat beresiko

bagi kehidupan setiap anak, maka sangat penting untuk

memperhatikan semua aspek yangmendukung dan yang

mempengaruhi pertumbuhan.Pertumbuhan (growth) itu

sendirimempunyai pengertian yaitu berkaitan dengan masalah

perubahan ukuran, besar,jumlah, atau dimensi pada tingkat sel,

organ maupun individu. Pertumbuhanbersifat kuantitatif sehingga

dapat diukur dengan satuan berat (g,kg),satuan panjang (cm,m),

umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensikalsium dan

nitrogen dalam tubuh) (Krisdiyanti, 2015).Opini peneliti

menyimpulkan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan secara

kuantitatif dari tubuh akibat pembelahan sel dan sintesis protein

yang hasilnya dapat diukur

Menurut Marmi (2013) mengatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan anak sebagai berikut : usia orang tua,

pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua.

Berdasarkan diagram 5.7 didapatkan bahwa sebagian besar

pertumbuhan anak kategori normal sebanyak 19 responden (79%).


110

Sesuai dengan pendapat Marmi (2013), dapat diketahui bahwa

faktor usia, pendidikan dan pekerjaan orang tua dapat

mempengaruhi status kesehatan anak. Apakah anak tersebut

memiliki pertumbuhan yang baik (normal) atau (sangat kurus

bahkan obesitas).

Berdasarkan umur orang tua dapat diketahui bahwa

mayoritas usia orang tua antara 21-35 tahun. Usia orang tua dapat

mempengaruhi psikologis dalam mengambil keputusan atau

kebijakan dalam memberikan perhatian kepada anak khususnya

pertumbuhan. Pada usia ini orang tua termasuk dalam kelompok

usia dewasa sehingga orang tua lebih matang dalam memberikan

perawatan kepada anak yang dapat mendukung terciptanya

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Pemahaman pertumbuhan yang baik berkaitan dengan

pendidikan orang tua dimana faktor tersebut mendukung pola pikir

orang tua dalam pertumbuhan anaknya. Orang tua dengan

pendidikan rendah (SD-SMP) tentunya juga dalam pengasuhan

anaknya kurang memperhatikan aspek-aspek pertumbuhan seperti

pemberian menu makanan yang mengandung gizi, hal ini juga

berkaitan langsung dengan pekerjaan orang tua yang bekerja

sebagai ibu rumah tangga.


111

5.2.3 Perkembangan Anak Usia Toddler

Dari diagram 5.8 didapatkan bahwa lebih dari 50% perkembangan

anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari kategori

sesuai sebanyak 17 responden 71%).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill

(kemampuan)dalamstruktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur dan dapatdiramalkan, sebagai hasil dari

proses pematangan. Disini menyangkut adanyaproses diferensiasi

dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemorgan

yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing

dapatmemenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,

intelektual, dantingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).

Perkembangan merupakan proses perluasan kemampuan

melalui proses belajar dan maturasi (Wong, 2008). Rahmawati

(2008) mengemukakan bahwa perkembangan adalah perubahan

dalam diri seseorang yang bersifat progresif dan

berkesinambungan dari lahir hingga meninggal. Opini peneliti

perkembangan merupakan sebuah proses perubahan yang dimulai

sejak lahir hingga meninggal untuk mencapai maturasi atau

kematangan.

Perkembangan awal antara usia 1-3 tahun, anak sudah

mampu menunjukkan perkembangan motorik halus mulai

memiliki kemampuan menggoyangkan jari -jari kaki, menggambar


112

dua atau tiga bagian, melambaikan tangan dan sebagainya

(Hidayat, 2009:26). Pada perkembangan motorik kasar pada

masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri

dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki,

membuat posisi merangkak dan lain-lain (Hidayat,

2009:25).Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebut

hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua warna,

menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata,

meniru berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya

(Hidayat, 2009:26). Dan perkembangan adaptasi yang

berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya(Hidayat, 2009:26).

Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu usia

dan pendidikan orang tua, dimana usia dan pendidikan orang tua

sangat berpengaruh terhadap kualitas perkembangan anak. Karena

orang tua yang berpendidikan dan usianya yang sudah tua akan

mempunyai pengalaman dalam mengontrol perkembangan anak,

sehingga anak akan mengalami perkembangan yang optimal sesuai

dengan usianya. Pola asuh yang sesuai akan memberikan dampak

yang baik terutama perkembangan anak. Dan jika orang tua salah

memberikan pola asuh kepada anak maka perkembangan anak

akan mengalami kemunduran atau perkembangannya akan

terganggu.
113

5.2.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan

Perkembangan Anak (Usia 1-3 Tahun) Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020

Setelah dilakukan uji analisa dengan Rank Spearman

dengan SPSS 25 terlihat nilai Sig. (2-Tailed) 0,018 < 0,05. Maka

Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara pola

asuh orang tua dengan pertumbuhan anak usia 1-3 tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020dan

terlihat nilai Sig. (2-Tailed) 0,000 < 0,05 level Sig. (2-Tailed) yang

artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia 1-3

tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun

2020.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak selain faktor pola asuh antara lain : faktor usia

orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

Disamping itu faktor budaya turut mempengaruhi melalui

pemberian status gizi kepada anak, padahal gizinya sangat baik

dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut

(Munawaroh, 2016).

Berdasarkan tabel 5.1 ditemukan terdapat pola asuh

kategori cukup dengan pertumbuhan kurus sejumlah 1 responden

(4%), dengan usia orang tua 32 tahun. Pendidikan ibu dari anak

dengan pola asuh kategori cukup dengan pertumbuhan kurus


114

berpendidikan SMA. Pengetahuan diperoleh dari hasil proses

belajar baik secara formal dan informal. Semakin tinggi

pendidikannya maka semakin tinggi pengetahuannya. Pengetahuan

yang kurang baik akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

ataupun praktek dalam mengasuh anak. Pengetahuan yang kurang

juga berhubungan dengan pendidikan yang masih rendah

(Notoatmodjo, 2005).Pekerjaan ibu dari anak dengan pola asuh

kategori cukup dengan pertumbuhan kurus sebagai IRT. Biasanya

ibu tidak bekerja memiliki banyak waktu luang bersama anaknya

dan dalam mengasuh anaknya. Perlu diketahui juga biasanya pola

asuh dengan kategori baik maupun cukup, anak memiliki

pertumbuhan yang baik atau normal. Cukup yang dimaksud adalah

dalam pemberian perawatan, pendidikan dan memberi perhatian

penerapannya masih cukup, tidak memiliki pola pengasuhan yang

sangat tepat dalam menerapkannya. Ditemukan juga pola asuh

kategori kurang dengan pertumbuhan normal sejumlah 4 responden

(17%) denga usia orang tua 25-28 tahun.Pendidikan ibu dari anak

dengan pola asuh kategori kurang dengan pertumbuhan normal

berpendidikan SMA dan S1. Seharusnya semakin tinggi

pendidikannya maka semakin tinggi pengetahuannya, ada

kemungkinan orang tua kurang baik dalam praktek dan mengasuh

anaknya. Pekerjaan ibu dari anak dengan pola asuh kategori kurang

dengan pertumbuhan normal juga sebagai IRT yang dimana

seharusnya ibu tidak bekerja / IRT memiliki banyak waktu luang


115

bersama anaknya dan pola pengasuhan yang diberikan juga baik.

Kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan

anak yang salah satunya adalah faktor nutrisi. Nutrisi adalah faktor

paling penting yang mempengaruhi pertumbuhannya, kebutuhan

nutrisi yang tidak terpenuhi atau kurang terpenuhi dapat membuat

proses pertumbuhan anak menjadi terhambat (Hidayat, 2006).

Berdasarkan tabel 5.2 ditemukan terdapat pola asuh

kategori cukup dengan perkembangan menyimpang sejumlah 3

responden (13%), dimana biasanya pola asuh yang baik maupun

cukup maka perkembangan anak juga sesuai. Ada kemungkinan

disebabkan oleh faktor usia, pendidikan dan pekerjaan orang tua.

Usia orang tua adalah 31-40 tahun. Pendidikan ibu dari anak yang

memiliki perkembangan menyimpang sejumlah 3 responden (13%)

adalah ada yang berpendidikan Tidak pernah sekolah, SD dan

SMA. Tidak pernah sekolah dan pendidikan SD merupakan

pendidikan yang masih rendah. Pengetahuan yang kurang juga

berhubungan dengan pendidikan yang masih rendah maka ada

kewajaran jika dalam pola pengasuhannya masih cukup atau tidak

terlalu baik. Berbeda dengan orang tua yang berpendidikan SMA

yang seharusnya memiliki pola pengasuhan yang baik. Namun

kemungkinan meski pendidikannya tinggi tentunya dalam praktek

maupun perilaku dalam pengasuhan juga ada yangtidak terlalu baik

atau belum menemukan cara pengasuhan yang sangat baik kepada

anak (Notoatmodjo, 2005). Pekerjaan ibu sebagai IRT yang dimana


116

seharusnya ibu tidak bekerja / IRT memiliki banyak waktu luang

bersama anaknya dan pola pengasuhan yang diberikan juga

baik.Berdasarkan tabel 5.2 juga ditemukan terdapat pola asuh

kategori kurang dengan perkembangan sesuai sejumlah 1

responden (4%), dimana biasanya ada kemungkinan disebabkan

oleh faktor usia, pendidikan dan pekerjaan orang tua. Usia orang

tua adalah 25 tahun. Pendidikan ibu dari anak yang memiliki pola

asuh kurang dan perkembangan sesuai sejumlah 1 responden (4%)

adalah berpendidikan S1. Pendidikan S1 merupakan pendidikan

tinggi, yang seharusnya ibu memiliki atau telah menemukan pola

pengasuhan yang lebih baik untuk anaknya (Notoatmodjo,

2005).Pekerjaan ibu sebagai IRT yang dimana ibu tidak bekerja /

IRT memiliki banyak waktu luang bersama anaknya dan pola

pengasuhan yang diberikan juga baik. Namun mengapa

perkembangan anak menjadi normal kemungkinan ada

faktorpendidikan maupun pekerjaan orang tua yang meskipun

kurang namun berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Berdasarkan tabel 5.2 juga ditemukan terdapat pola asuh

kategori kurang dengan perkembangan menyimpang sejumlah 1

responden (4%). Usia orang tua adalah 23 tahun. Pendidikan ibu

dari anak yang memiliki pola asuh kurang dan perkembangan

menyimpang sejumlah 1 responden (4%) adalah berpendidikan

SMA. Pendidikan SMA merupakan pendidikan tinggi, yang

seharusnya ibu memiliki atau telah menemukan pola pengasuhan


117

yang lebih baik untuk anaknya (Notoatmodjo, 2005). Pekerjaan ibu

sebagai IRT yang dimana ibu tidak bekerja / IRT memiliki banyak

waktu luang bersama anaknya dan pola pengasuhan yang diberikan

juga baik. Namun mengapa alasan perkembangan anak

meragukansebab ada faktor selain usia, pendidikan maupun

pekerjaan orang tua yaitu stress pada anak saat bertemu dengan

petugas kesehatan.

Disadari atau tidak pada usia ini merupakan usia keemasan

pada anak (the golden age), jika pada usia ini anak mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya bahkan

dapat menyebabkan kematian. Peran orang tua dalam merawat

sehari-hari mempunyai kontribusi yang besar dalam pertumbuhan

dan perkembangan anak.

Hasil penelitian pola asuh kategori cukup dengan

pertumbuhan kategori normal sebanyak 10 responden (42%) dan

pola asuh kategori cukup dengan perkembangan kategori sesuai

sebanyak 10 responden (42%). Dengan demikian, pola asuh orang

tua dengan pertumbuhan dan perkembangan didapatkan tidak ada

hubungan yang signifikan. Hal ini terkait dengan pola asuh orang

tua yang cukup tidak mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Menurut peneliti pola asuh ini tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pernah dilakukan penelitian oleh Muhammad Ervan, S. Kep (2014)

dengan judul hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan


118

anak usia 1-3 tahun, dengan hasil yang signifikan yaitu adanya

hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia 1-3

tahun.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data, analisa, dan pembahasan

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

6.1.1 Pola asuh orang tua anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Banyuwangi, mayoritas kategori cukup

sebanyak 13 responden (59%).

6.1.2 Pertumbuhan pada anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Banyuwangi, sebagian besar kategori normal

sebanyak 19 responden (79%).

6.1.3 Perkembangan pada anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Banyuwangi, sebagian besar kategori sesuai

sebanyak 17 responden (71%).

6.1.4 Dari hasil perhitungan dengan uji rank spearmanSPSS versi 25

didapatkan hasil Corellation Coefficientdiperoleh nilai sig. (2-

Tailed) < nilai α (0,05), artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua

dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1-3 tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020.

119
120

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, digarapkan menjadi

masukan bagi beberapa pihak terkait yaitu :

6.2.1 Bagi Profesi Keperawatan

Profesi keperawatan lebih meningkatkan penyuluhan

tentang pola asuh orang tua yang berkualitas dan baik untuk

pertumbuhan dan perkembangan pada anakn usia 1-3 tahun.

6.2.2 Bagi Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi

pendidikan khususnya bagi STIKES Banyuwangi terutama sebagai

masukan dan menambah pengetahuan tentang pertumbuhan dan

perkembangan anak sehingga mahasiswa STIKES Banyuwangi

lebih memahami tentang pola asuh orang tua dengan pertumbuhan

dan perkembangan anak.

6.2.3 Bagi Peneliti yang akan datang

Bagi peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua

dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga masalah

yang muncul dalam orang tua dan anak teratasi.

6.2.4 Bagi responden/orang tua responden

Orang tua bisa menerapkan pola asuh yang tepat

(Demokratif) bagi anaknya, terutama pada usia 1-3 tahun. Orang

tua bisa lebih banyak memberikan waktu kepada anak dan lebih

menekankan komunikasi yang terapeutik pada anak sehingga


121

pertumbuhan dan perkembangan anak di masa mendatang tidak

mengalami gangguan.
DAFTAR PUSTAKA

Asri, I. G. (2018). Hubungan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar Volume 2, Number 1, Tahun 2018, pp. 1-9 P-
ISSN: 2579-3276 E-ISSN: 2549-6174 .
Banyuwangi, D. K. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 2016.
Banyuwangi: Dinkes.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawata. Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.
Ervan, M. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
Usia 1-3 Tahun di Paud Al-Fqhih Desa Sukosari Kecamatan Tamanan
Kabupaten Bondowoso. Banyuwangi.
F, H., & Nasrul. (2016). Faktor Resiko Stunting pada Anak Usia 2-3 Bulan di
Kabupaten Jeneponto, Malang. Journal of Human Nutrition , 42-53.
Fatimah, L. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang.
Gizi, K. K. (2011). Standart Antopometri Penilaian Statuz Gizi Anak. Jakarta:
Direktorat Bina Gizi.
Handayani, D. S., Sulastri, A., Mariha, T., & Nurhaeni, N. (2017). Penyimpanan
Tumbuh Kembang Pada Anak Dari Orang Tua Yang Bekerja. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.1, Maret 2017 , 48-55.
Husna, R. M., Nurizma, R., Adyaksa, F. R., Zahro, S. M., Wahyu, V., Aulia, A.,
et al. (2015). Hubungan Antara Pola Asuh dan Pengetahuan Orang Tua
Terhadap status Gizi Anak.
Indonesia, D. K. (2017). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan. Jakarta.
Indonesia, K. K. (2018). Buku saku Pemantauan Statuz Gizi. Jakarta: Direktorat
Gizi Masyarakat.
Indonesia, K. K. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018 Provinsi Jawa Timur.
Indonesia, K. K. (2014). Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Balita.
Indriati, R., Nugraheni, S. A., & Kartini, A. (2015). Evaluasi Program Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan pada . Jurnal Ksehatan Indonesia .
Israfil. (n.d.). (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan
Anak usia Prasekolah. 2015 Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-
796-324-8 .

122
123

Kusparlina, E. P. (2016). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan


Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun Di Desa Manisrejo Kecamatan
Taman Kota Madiun. RAKERNAS AIPKEMA .

Kusuma, & Nuryanto. (2013). Faktor Resiko Kejadian Stunting pada Anak Usia2-
3 tahun (studi di Kecamtan Semarang). Journal of Nutrition "ollege , 523-
530.
Malik, A. I., Ratnawati, M., & Prihantanti, N. G. (2017). Hubungan Pola Asuh
Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Sumber
Mulyo Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Jurnal Bidan "Midwife
Journal" Volume 3 No. 02, Julli 2017 .
Munawaroh, S. (n.d.). (2016). Pola Asuh Mempengaruhi Statuz Gizi Balita.
Jurnal Keperawatan P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900 .
Notoatmojo, & Soekirno. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rahim, F. K. (2014). Faktor Resiko Underweight Balita Umur 7-59 Bulan. 2014
Universitas Negeri Semarang ISSN 1858-1196 .
Rahmayanti, S. D., & Pujiastuti, S. (2012). Hubungan Pola Asuh Dengan
Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kartika X-9 Cimahi 2012.
RI, K. K. (2011). Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI 613.2.
RI, K. K. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Depkes RI.
Santoso, S., & Sugiyanto. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK-IT Al-Muhajirin Sawangan
Magelang.
Setiawan, D. A. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Status Gizi
pada Anak Usia Prasekolah di TK Muslimat Khadijah Singotrunan
Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi.
Sugeng, H. M., Tarigan, R., & Sari, N. M. (n.d.). ( 2019). Gambaran Tumbuh
Kembang Anak pada Periode Emas Usia 0-24 Bulan di Posyandu Wilayah
Kecamatan Jatinangor.
UNICEF. (2018). Undernutrition Contributes to Nearly Half of All Death in
Children Under 5 and is Widespread in Asia and Africa .
Utami, S. (2016). Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita Usia 9-24
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Singotrunan Banyuwangi.
Banyuwangi.
124

Widodo, Y., Muljati, S., & Salimar. (2012). Partisipasi Masyarakat dalam
Rehabilitasi Anak Balita Kurang Gizi Melalui Program Edukasi dan
Rehabilitasi Gizi (Pergizi). Penel Gizi Makani , 139-149.
Yulita, R. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Terhadap Perkembangan Anak
Balita di Posyandu Sakura Ciputat. (Skripsi) .
Yuniarti, S., & Andriyani, M. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Anak Prasekolah di R.A Almardiyah Rajamandala Bulan
Juli 2016. Jenderal Achmad Yani (SNIJA) 2017 .
2

Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran6
2

Lampiran 8

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Responden
Orang tua balita di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arfian Viona Aulia Inayah

NIM : 2016.02.005

Judul : HubunganPola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan

Perkembangan Anak (Usia 1-3 Tahun) Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020

Akan mengadakan penelitian dengan judul “HubunganPola Asuh

Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak (Usia 1-3

Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Banyuwangi Tahun 2020”.

Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan saudara/i untuk menjadi responden

saya dalam penelitian.

Apabila responden menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan

untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan yang

saya ajukan.Atas perhatian responden saya ucapkan terimakasih.

Banyuwangi, 23 Juli2020

Arfian Viona Aulia Inayah


2016.02.005
Lampiran 9

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Judul : HubunganPola Asuh Orang Tua Dengan

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak (Usia 1-3

Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

Banyuwangi Tahun 2020

Nama Peneliti : Arfian Viona Aulia Inayah

NIM : 2016.02.005

Pembimbing 1 : Atik Pramesti W., S. Kep., Ns., M. Kep

Pembimbing 2 : Annisa Nur Nazmi, S. Kep., Ns., M. Kep

Alamat : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banuwangi

Jl. Letkol Istiqlah No. 109 Giri Banyuwangi

Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Arfian Viona

Aulia Inayahmahasiswi STIKES Banyuwangi dengan Judul Penelitian

“HubunganPola Asuh Orang Tua Dengan Pertumbuhan Dan

Perkembangan Anak (Usia 1-3 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kertosari Banyuwangi Tahun 2020”.

Demikian persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa

paksaan dari siapapun.

Banyuwangi, 23 Juli 2020

Responden
Lampiran 10

LEMBAR KUESIONER

Pola Asuh Orang Tua

A. Identitas Responden

No : ………………………..…………….(diisi peneliti)

Nama : ……………………………………………………

Jenis Kelamin : Pria/Wanita *)

Umur : …………………………………………………….

Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi *)

Pekerjaan : ……..………………………………………………

Suku : ……..………………………………………………

B. Identitas Anak

Nama : ……………………………………………………..

Jenis Kelamin : ……………………………………………………..

Umur : …..…………………………………………………

Catatan :

C. Petunjuk Pengisian

• Berilah tanda checklist (√) pada kolom

(Sesuai/Meragukan/Menyimpang).

• Jawablah berdasarkan situasi yang sebenarnya.


ASAH

No Pernyataan Selalu Kadang- Tidak


kadang Pernah
1. Membiasakan anak untuk 3 2 1
memanggil ‖mama‖ atau
‖papa‖
2. Melatih anak melakukan 3 2 1
kegiatannya sendiri (makan,
minum, mengambil
mainannya)
3. Melatih anak untuk berdiri 3 2 1
dan berjalan sendiri tanpa
berpegangan selama 5 menit
4. Menyuruh anak untuk 3 2 1
mengambil bola mainan
sendiri
5. Melatih anak untuk 3 2 1
menunjukkan gambar yang
benar sesuai kemauan orang
tua
6. Melatih anak dalam menata 3 2 1
kubus sesuai dengan bentuk
kubus tersebut
7. Mengajarkan anak untuk 3 2 1
mengambil mainannya
sendiri dan menatanya
ASIH

No Pernyataan Selalu Kadang- Tidak


kadang Pernah
8. Memberikan ciuman pada 3 2 1
anak saya saat dia riang
gembira
9. Melampiaskan emosi saya 3 2 1
pada anak ketika ada
masalah dengan orang lain
10. Memberikan semua apa 3 2 1
yang anak saya inginkan
tanpa memikirkannya
11. Menemani saat bermain 3 2 1

12. Menemani dan menjaga 3 2 1


anak saya ketika dia belajar
berjalan
13. Menggendong anak waktu 3 2 1
dia rewel atau menangis
14. Memberikan mainan sesuai 3 2 1
yang anak inginkan
15. Memberikan pujian pada 3 2 1
anak ketika anak tersebut
dapat bermain dan
menunjukkan sesuatu yang
benar
16. Saya membiarkan anak 3 2 1
saya bermain sendiri
17. Mengajarkan anak untuk 3 2 1
mengambil apa yang
dibutuhkan dengan sendiri
(tanpa meminta tolong
orang lain)
18. Mengenalkan anak pada 3 2 1
barang-barang yang
dimiliki
19. Memberikan kesempatan 3 2 1
pada anak untuk bermain
sendiri tanpa pengawasan
ASUH

No Pernyataan Selalu Kadang- Tidak


kadang Pernah
20. Saya memberikan anak 3 2 1
saya makanan yang bergizi
(nasi, lauk, sayur, susu)
21. Memberikan makan pada 3 2 1
anak 3 kali dalam sehari
22. Memberikan anak 3 2 1
imunisasi dengan lengkap
23. Membawa anak control ke 3 2 1
pelayanan kesehatan
secara rutin
24. Membawa anak yang sakit 3 2 1
lebih dari 3 hari ke
pelayanan kesehatan
(dokter, puskesmas)
25. Memberikan pakaian yang 3 2 1
bersih dan mengganti
pakaian setelah mandi
26. Memberikan pakaian yang 3 2 1
tidak membuat anak
nyaman (kekecilan,
kebesaran)
27. Memberikan tempat 3 2 1
tinggal anak yang bersih
28. Membiarkan tempat 3 2 1
tinggal anak berantakan
(tidak rapi)
29. Memotong kuku anak 3 2 1
setiap kukunya terlihat
panjang
30. Memberikan rasa hangat 3 2 1
pada waktu anak mau tidur
ketika musim hujan
31. Memberikan susu pada 3 2 1
waktu anak minta susu
32. Mengajak anak rekreasi 3 2 1
(jalan-jalan)
33. Menemani anak waktu 3 2 1
tidur disampingnya
Lampiran 11

LEMBAR KPSP

Nama Anak :

Umur Anak :

Nama Ayah :

Nama Ibu :

Petunjuk observasi

 Lembar KPSP digunakan oleh masing-masing responden

 Pengisian dilakukan oleh Ibu/ Ayah / Pengasuh

 Beri tanda (√) pada jawaban Ya atau Tidak


KPSP Anak Umur 12 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Jika anda bersembunyi di belakang Ya Tidak
sesuatu/di pojok, kemudian muncui dan
menghilang secara berulang-ulang di Sosialisasi
1
&
hadapan anak, apakah ia mencari anda
kemandirian
atau mengharapkan anda muncul
kembali?
Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Ya Tidak
2 Coba ambil pensil tersebut dengan
Gerak halus
perlahan-lahan. Sulitkah anda
mendapatkan pensil itu kembali?
Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik Ya Tidak
3
atau lebih dengan berpegangan pada Gerak kasar
kursi/meja?
Apakah anak dapat mengatakan 2 suku Ya Tidak
4 kata yang sama, misalnya: ―ma-ma‖, ―da- Bicara &
da‖ atau ―pa-pa‖. Jawab YA bila ia bahasa
mengeluarkan salah—satu suara tadi.
5 Apakah anak dapat mengangkat badannya Ya Tidak
Gerak kasar
ke posisi berdiri tanpa bantuan anda?
Apakah anak dapat membedakan anda Ya Tidak
dengan orang yang belum ia kenal? la Sosialisasi
6
akan menunjukkan sikap malu-malu atau &
raguragu pada saat permulaan bertemu kemandirian
dengan orang yang belum dikenalnya.
Apakah anak dapat mengambil Benda Ya Tidak
kecil seperti kacang atau kismis, dengan
meremas di antara ibu jari dan jarinya
seperti pada gambar?
7
Gerak halus

8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa Ya Tidak


Gerak kasar
bantuan?
Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh Ya Tidak
9 anak (tidak perlu kata-kata yang Bicara &
lengkap). Apakah ia mencoba meniru bahasa
menyebutkan kata-kata tadi?
Tanpa bantuan, apakah anak dapat Ya Tidak
10 mempertemukan dua kubus kecil yang
Gerak halus
ia pegang? Kerincingan bertangkai dan
tutup panel tidak ikut dinilai.
KPSP Anak Umur 15 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Tanpa bantuan, apakah anak dapat Ya Tidak
mempertemukan dua kubus kecil yang
1 Gerak halus
ia pegang? Kerincingan bertangkai dan
tutup, panci tidak ikut dinilai
Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan Ya Tidak
2 Gerak kasar
dengan berpegangan?
Tanpa bantuan, apakah anak dapat Ya Tidak
bertepuk tangan atau melambai-lambai? Sosialisasi
3 &
Jawab TIDAK bila ia membutuhkan
kemandirian
kemandirian bantuan.
Apakah anak dapat mengatakan ―papa‖ Ya Tidak
ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan ―mama‖ jika Bicara &
4
memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bahasa
bila anak mengatakan salah satu
diantaranya.
Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa Ya Tidak
5 Gerak kasar
berpegangan selama kira-kira 5 detik?
Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa Ya Tidak
6 Gerak kasar
berpegangan selama 30 detik atau lebih?
Tanpa berpegangan atau menyentuh Ya Tidak
lantai, apakah anak dapat membungkuk
7 Gerak kasar
untuk memungut mainan di lantai dan
kemudian berdiri kembali?
Apakah anak dapat menunjukkan apa Ya Tidak
yang diinginkannya tanpa menangis atau Sosialisasi
8 merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, &
menarik atau mengeluarkan suara yang kemandirian
menyenangkan
Apakah anak dapat berjalan di Ya Tidak
9 sepanjang ruangan tanpa jatuh atau Gerak kasar
terhuyunghuyung?
Apakah anak dapat mengambil benda Ya Tidak
kecil seperti kacang, kismis, atau
potongan biskuit dengan menggunakan
ibu seperti pada gambar ini
10 Gerak halus
KPSP Anak Umur 18 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Tanpa bantuan, apakah anak dapat Ya Tidak
bertepuk tangan atau melambai-lambai? Sosialisasi &
1
Jawab TIDAK bila ia membutuhkan kemandirian
bantuan.
Apakah anak dapat mengatakan ―papa‖ Ya Tidak
ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau Bicara &
2
mengatakan ―mama‖ jika bahasa
memanggil/melihat ibunya?
Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa Ya Tidak
3 Gerak kasar
berpegangan selama kira-kira 5 detik?
Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa Ya Tidak
4 Gerak kasar
berpegangan selama 30 detik atau lebih?
Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, Ya Tidak
apakah anak dapat membungkuk untuk
5 Gerak kasar
memungut mainan di lantai clan kemudian
berdiri kembali?
Apakah anak dapat menunjukkan apa Ya Tidak
yang diinginkannya tanpa menangis atau
Sosialisasi
6 merengek? Jawab YA bila ia menunjuk,
&kemandirian
menarik atau mengeluarkan suara yang
menyenangkan.
Apakah anak dapat berjalan di Ya Tidak
7 sepanjang ruangan tanpa jatuh atau Gerak kasar
terhuyung-huyung?
Apakah anak anak dapat mengambil benda Ya Tidak
kecil seperti kacang, kismis, atau potongan
biskuit dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk seperti pada gambar ?
8 Gerak halus

Jika anda menggelindingkan bola ke anak, Gerak halus; Ya Tidak


9 apakah ia menggelindingkan/melemparkan Sosialisasi &
kembali bola pada anda? kemandirian
Apakah anak dapat memegang sendiri Ya Tidak
Sosialisasi &
10 cangkir/gelas dan minum dari tempat
kemandirian
tersebut tanpa tumpah?
KPSP Anak Umur 21 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Tanpa berpegangan atau menyentuh Ya Tidak
lantai, apakah anak dapat
1 membungkuk untuk memungut mainan Gerak kasar
di lantai dan kemudian berdiri
kembali?
Apakah anak dapat menunjukkan apa Ya Tidak
yang diinginkannya tanpa menangis
Sosialisasi
2 atau merengek? Jawab YA bila ia
&kemandirian
menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan.
Apakah anak dapat berjalan di Ya Tidak
3 sepanjang ruangan tanpa jatuh atau Gerak kasar
terhuyunghuyung?
Apakah anak dapat mengambil benda Ya Tidak
kecil seperti kacang, kismis, atau
potongan biskuit dengan menggunakan
ibu jari clan jari telunjuk seperti
4 Gerak halus

padagambar ?

Jika anda menggelindingkan bola ke Ya Tidak


anak, apakah ia
5 Gerak halus
menggelindingkan/melemparkan
kembali bola pada anda?
Apakah anak dapat memegang sendiri Ya Tidak
Sosialisasi
6 cangkir/gelas clan minum dari tempat
&kemandirian
tersebut tanpa tumpah?
Jika anda sedang melakukan Ya Tidak
pekerjaan rumah tangga, apakah Sosialisasi
7
anak meniru apa yang anda &kemandirian
lakukan?
Apakah anak dapat meletakkan satu Ya Tidak
kubus di atas Gerak halus Ya Tida kubus
8 yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Gerak halus
Kubus yang digunakan ukuran 2.5-
5.0cm
Apakah anak dapat mengucapkan Ya Tidak
paling sedikit 3 kata yang Bicara &
9
mempunyai arti selain ―papa‖ dan bahasa
―mama‖?.
Apakah anak dapat berjalan mundur 5 Ya Tidak
10 langkah atau lebih tanpa kehilangan Gerak kasar
keseimbangan? (Anda mungkin dapat
95

melihatnya ketika anak menarik


mainannya)
KPSP Anak Umur 24 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Jika anda sedang melakukan pekerjaan Sosialisasi Ya Tidak
1 rumah tangga, apakah anak meniru apa &
yang anda lakukan? kemandirian
Apakah anak dapat meletakkan 1 buah Ya Tidak
kubus di atas kubus yang lain tanpa
2 Gerak halus
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 — 5 cm.
Apakah anak dapat mengucapkan paling Ya Tidak
Bicara &
3 sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain
bahasa
"papa" dan "mama"?
Apakah anak dapat berjalan mundur 5 Ya Tidak
langkah atau lebih tanpa kehilangan
4 keseimbangan? Gerak kasar
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika
anak menarik mainannya).
Gerak halus Ya Tidak
Dapatkah anak melepas pakaiannya
; sosialisasi
5 seperti: baju, rok, atau celananya? (topi
&kemandiri
dan kaos kaki tidak ikut dinilai).
an
Dapatkah anak berjalan naik tangga Ya Tidak
sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga
dengan posisi tegak atau berpegangan
pada dinding atau pegangan tangga.
6
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan
merangkak atau anda tidak membolehkan
anak naik tangga atau anak harus
berpegangan pada seseorang.
Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan Ya Tidak
anda, dapatkah anak menunjuk dengan
7 benar paling sedikit satu bagian badannya
(rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian
badan yang lain)?
Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa Ya Tidak
8
banyak tumpah?
Dapatkah anak membantu memungut Ya Tidak
9 mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta?
Dapatkah anak menendang bola kecil Ya Tidak
(sebesar bola tenis) ke depan tanpa
10
berpegangan pada apapun? Mendorong
tidak ikut dinilai.
KPSP Anak Umur 30 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: Sosialisasi Ya Tidak
1 baju, rok, Sosialisasi & atau celananya? &kemandiria
(topi clan kaos kaki tidak ikut dinilai) n
Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Ya Tidak
Jawab YA jika ia naik tangga dengan posisi
tegak atau berpegangan pada Binding atau
2 pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik Gerak kasar
tangga dengan merangkak atau anda tidak
membolehkan anak naik tangga atau anak
harus berpegangan pada seseorang.
Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan Ya Tidak
anda, dapatkah anak menunjuk dengan
Bicara &
3 benar paling seclikit satu bagian
bahasa
badannya (rambut, mata, hidung, mulut,
atau bagian badan yang lain)?
Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa Sosialisasi & Ya Tidak
4
banyak tumpah? kemandirian
Dapatkah anak membantu Ya Tidak
memungut mainannya sendiri atau Bicara &
5
membantu mengangkat piring jika bahasa
diminta?
Dapatkah anak menendang bola kecil Ya Tidak
(sebesar bola tenis) Gerak kasar ke depan
6 Gerak kasar
tanpa berpegangan pada apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai.
Bila diberi pensil, apakah anak Ya Tidak
7 mencoretcoret kertas tanpa Gerak halus
bantuan/petunjuk?
Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus Ya Tidak
satu persatu di atas kubus yang lain tanpa
8 Gerak halus
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada Ya Tidak
saat berbicara seperti ―minta minum‖, ―mau Bicara &
9
tidur‖? ―Terimakasih‖ dan ―Dadag‖ tidak bahasa
ikut dinilai.
Apakah anak dapat menyebut 2 diantara Ya Tidak
gambar-gambar ini tanpa bantuan?

Bicara &
10
bahasa
KPSP Anak Umur 36 Bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK
Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret Ya Tidak
1 Gerak halus
kertas tanpa bantuan/petunjuk?
Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu Ya Tidak
persatu di atas kubus yang lain tanpa
2 Gerak halus
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan
ukuran 2.5 – 5cm.
Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat Ya Tidak
Bicara &
3 berbicara seperti ―minta minum‖; ―mau tidur‖?
―Terimakasih‖ dan ―Dadag‖ tidak ikut dinilai. bahasa
Apakah anak dapat menyebut 2 diantara Ya Tidak
gambargambar ini tanpa bantuan?

Bicara &
4
bahasa

Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah Ya Tidak


5 Gerak kasar
perut atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Ya Tidak
memberi isyarat dengan telunjuk atau mata
pada saat memberikan perintah berikut ini:
―Letakkan kertas ini di lantai‖. Bicara &
6 ―Letakkan kertas ini di kursi‖. bahasa
―Berikan kertas ini kepada ibu‖.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah
tadi?
Buat garis lurus ke bawah Ya Tidak
sepanjang sekurangkurangnya 2.5
cm. Suruh anak menggambar garis
lain di samping garis tsb.
7 Gerak halus

Letakkan selembar kertas seukuran buku di Ya Tidak


lantai. Apakah anak dapat melompati bagian
8 lebar kertas dengan mengangkat kedua Gerak kasar
kakinya secara bersamaan tanpa didahului
lari?
Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Sosialisasi & Ya Tidak
9
kemandirian
Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga Ya Tidak
10 Gerak kasar
sejauh sedikitnya 3 meter?
Lampiran 12

DATA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KERTOSARI

No Nama JK BB TB Kategori
1. An. MZ L 12,5 kg 77 cm Normal
2. An. St P 17 kg 102 cm Normal
3. An. SW P 14 kg 97 cm Normal
4. An. Rd L 10 kg 84 cm Normal
5. An. RA L 22,1 kg 105 cm Gemuk
6. An. RJ P 8 kg 65 cm Normal
7. An. SM P 10 kg 77 cm Normal
8. An. NM P 11,4 kg 81 cm Normal
9. An. Kn P 10 kg 90 cm Normal
10. An. Ad P 14 kg 91 cm Normal
11. An. AE P 11 kg 95 cm Normal
12. An. M L 10,5 kg 86 cm Normal
13. An. C L 10 kg 70 cm Normal
14. An. MA L 11 kg 99 cm Kurus
15. An. Ar P 12 kg 98 cm Normal
16. An. As P 10 kg 95 cm Kurus
17. An. Ars P 11 kg 71 cm Gemuk
18. An. At L 10 kg 69 cm Gemuk
19. An. RZ L 11 kg 74 cm Normal
20. An. AP L 11 kg 76 cm Normal
21. An. AA L 8 kg 65 cm Normal
22. An. AR L 11 kg 75 cm Normal
23. An. MN L 11 kg 78 cm Normal
24. An. ZA L 8 kg 66 cm Normal
Lampiran 13

SOP KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

PENGISIAN KPSP

Pengertian Kuesioner Yang berisi 9-10 pertanyaan tentang


kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak
dengan sasaran anak umur 0-72 bulan
Tujuan Untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan
Prosedur Persiapan Pasien
1. Identifikasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan

Persiapan alat
1. Kuesioner ( daftar pertanyaan ) sesuai umur anak
2. kertas, pensil
3. Bola karet atau plastic seukuran bola tenis
4. Kerincingan
5. Kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah
6. Benda-benda kecil seperti kismis / potongan biscuit
kecil berukuran 0,5 –1 cm

Pelaksanaan
1. Hitung umur anak ( tanggal, bulan, tahun )
1) Bila umur anak lebih 16 tahun dibulatkan
menjadi 1 bulan. Contoh : bayi 3 bulan 16 hari,
dibulatkan menjadi 4 bulan.
2) Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan
menjadi 3 bulan
2. Buka kuesioner KPSP sesuai dengan umur anak
3. Jelaskan tujuan KPSP pada orangtua
4. Tanyakan isi KPSP sesuai urutan atau melaksanakan
perintah sesuaiKPSP
5. Interprestasi hasil KPSP :
1) Hitung jawaban YA (Bila dijawab bisa atau
sering atau kadang-kadang )
2) Hitung Jawaban TIDAK ( Bila jawaban belum
pernah atau tidakpernah )
3) Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak
sesuai dengan tahapan perkembangan (S)
4) Bila Jawaban YA =7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M)
5) Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan
adapenyimpangan
6) Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa
saja

Untuk anak dengan Perkembangan SESUAI ( S )


1) Orangtua / pengasuh anak sudah mengasuh anak
dengan baik
2) Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai
dengan baganstimulasi sesuaikan dengan umur
dan kesiapan anak
3) Ketelibatan orangtua sangat baik dalam tiap
kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil
momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai
kegiatan sehari-hari yang terarah
4) Ikutkan anak setiap ada kegiatan posyandu

Untuk anak dengan Perkembangan Meragukan ( M )


1) Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah
jenis stimulasi apa yang diberikan lebih sering
2) Lakukan stimulasi insentif selama 2 minggu
untuk mengejar
3) ketinggalan anak
4) Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan
pada dokter / dokter anak. tanyakan adakah
penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya
5) Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu
menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat
anak pertama dinilai
6) Bila usia anak sudah berpindah golongan dan
KPSP yang pertama sudah bisa semua dilakukan.
Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak
7) Lakukan skrining rutin, pastikan
anak tidak mengalami
8) ketertinggalan lagi
9) Bila setelah 2 minggu insentif stimulasi, jawaban
masih (M) = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan
dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit
dengan fasilitas klinik tumbuh kembang

Untuk anak dengan PENYIMPANGAN ( P )


1) Segera rujuk ke Rumah Sakit
2) Tulis jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (misalnya :gerak kasar, halus,
bicara dan bahasa, sosial dan kemandirian)
Lampiran 14

SOP MENIMBANG BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN PADA


BAYI/ANAK

PENGUKURAN BERAT BADAN DAN TINGGI


BADAN

Pengertian Tinggi badan merupakan data ukuran tubuh manusia


dalam sisi tingginya yang diukur dalam keadaan murni
tinggi dari tumit hingga ujung kepala tanpa ada benda
lain yang ikut diukur. Tinggi badan diukur dalam satuan
centimeter ( cm ).

Berat badan merupakan ukuran tubuh dalam keadaan


berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat
badan diukur dalam satuan kilogram ( kg )
Tujuan 1.Untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi
2.Sebagai acuan penerapan langkah – langkah petugas
untuk pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Prosedur 1. Petugas memberitahu tujuan dan prosedur kepada
responden
2. Petugas menyiapkan alat-alat :
1) Timbanganberatbadanuntuk bayi/anak
2) Pengukur tinggi badan/Infantometer
3) Alat Tulis
4) Lembar Observasi

Pelaksanaan
1. Lakukan anamnesa untuk memperoleh data
bayi maupun orang tuanya sesuai dengan
formulir yang ada
2. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan
dengan handuk kering
3. Periksa timbangan apakah jarum timbangan
menunjukkan angka nol. Bila belum atur
timbangan sebelum digunakan
4. Pada pasien bayi : baringkan bayi diatas
timbangan
Pada pasien anak : bantu anak untuk berdiri
diatas timbangan
5. Lihat hasil timbangan
6. Lalu ukur tinggi/panjang badan anak
Pada pasien bayi : baringkan bayi lalu ukur
menggunakan infantometer
Pada pasien anak : bantu anak untuk berdiri
lalu ukur menggunakan stature meter
7. Berikani informasi kepada keluarga hasil dari
penimbangan berat badan
8. Catat hasil penimbangan berat badan pada
kartu KMS
9. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
tentang hal-hal yang kurang dimengerti
10. Beri penyuluhan pada ibu sesuai dengan
penimbangan berat badan
11. Rapikan alat-alat seperti semula
12. Cuci tangan dengan sabun hingga bersih dan
keringkan dengan handuk
Lampiran 15

DOKUMENTASI
Lampiran 16

DATA ANAK DATA ORANG TUA Pola


No Pertumbuhan Perkembangan
Nama JK Usia BB TB Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Asuh
1 An. MZ L 2 th 12,5 kg 77 cm Ny. EH 31 th SD IRT 2 3 1
2 An. St P 3 th 17 kg 102 cm Ny. R 32 th SD IRT 3 3 3
3 An. SW P 2 th 14 kg 97 cm Ny. R 32 th SD IRT 3 3 3
4 An. Rd L 2 th 10 kg 84 cm Ny. K 40 th Tidak Sekolah IRT 2 3 1
5 An. RA L 3 th 22,1 kg 105 cm Ny. LA 42 th SMA Swasta 2 4 3
6 An. RJ P 1 th 8 kg 65 cm Ny. KI 26 th SMP IRT 2 3 2
7 An. SM P 1 th 10 kg 77 cm Ny. ID 24 th S1 IRT 2 3 3
8 An. NM P 2 th 11,4 kg 81 cm Ny. S 26 th SMA IRT 3 3 3
9 An. Kn P 3 th 10 kg 90 cm Ny. SN 31 th SMP IRT 2 3 3
10 An. Ad P 3 th 14 kg 91 cm Ny. P 35 th SMA Wirausaha 2 3 3
11 An. AE P 3 th 11 kg 95 cm Ny. DE 30 th S2 Wirausaha 2 3 3
12 An. M L 2 th 10,5 kg 86 cm Ny. DP 28 th SMA IRT 1 3 1
13 An. C L 1 th 10 kg 70 cm Ny. R 27 th S1 IRT 1 3 2
14 An. MA L 2 th 11 kg 99 cm Ny. SA 32 th SMA IRT 2 2 1
15 An. Ar P 3 th 12 kg 98 cm Ny. C 31 th SMA IRT 2 3 3
16 An. As P 2 th 10 kg 95 cm Ny. QA 27 th SMA IRT 1 2 1
17 An. Ars P 3 th 11 kg 71 cm Ny. Y 31 th SMA IRT 2 4 3
18 An. At L 2 th 10 kg 69 cm Ny. ED 26 th SMP IRT 3 4 2
19 An. RZ L 2 th 11 kg 74 cm Ny. SQ 23 th SMA IRT 1 3 2
20 An. AP L 2 th 11 kg 76 cm Ny. RA 30 th S1 Wirausaha 3 3 2
21 An. AA L 1 th 8 kg 65 cm Ny. CA 25 th S1 IRT 1 3 3
22 An. AR L 3 th 11 kg 75 cm Ny. AS 23 th SMA IRT 2 3 3
23 An. MN L 2 th 11 kg 78 cm Ny. ZA 22 th SMA IRT 3 3 3
24 An. ZA L 1 th 8 kg 66 cm Ny. YS 23 th SMA Wirausaha 2 3 2
Lampiran 17

Anda mungkin juga menyukai