Anda di halaman 1dari 50

PERAN PERAWAT PADA

TERAPI SOMATIK

OLEH:
Ns. Jumilia, S.Kep, M.Kep
Pengertian terapi somatik

Terapi somatik adalah terapi yang diberikan


kepada klien dengan gangguan jies dengan
tujuan mengubah prilaku yang maladaptif
menjadi prilaku adaptif dengan melakukan
tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik
klien .
Perlakuan : fisik
Target : prilaku klien
Jenis terapi somatik

 Pengekangan fisik
 Isolasi
 Terapi kejang listrik
 Fototerapi
 Terapi deprivasi tidur
Pengekangan Fisik

 DEFINISI
Terapi dengan menggunakan alat-alat
mekanik atau manual untuk mengatasi
mobilitas fisik klien.
 TUJUAN
melindungi klien dan orang lain dari cidera
fisik, khususnya apabila terapi lain seperti
perubahan lingkungan dan strategi prilaku
sudah tidak mempan lagi.
1. Pengekangan Fisik

Indikasi :
 Klien tidak mampu mengendalikan prilaku
 Berisiko menciderai diri sendiri dan orang lain
 Mengalami toleransi dan tidak lai responsif
terhadap obat yang menekan prilaku patologi
 Mengalami gangguan kesadaran bingung yang
beresiko mengalami cidera atau jatuh.
 Butuh penurunan stimulasi dan istirahat tenang
 Klien yang butuh bantuan untuk mendapatkan
rasa aman dan pengendalian dirinya.
PROSEDUR PELAKSANAAN
PENGEKANGAN FISIK (PF)
A. TAHAP PERSIAPAN
1. PERSIAPAN RUANGAN
- Ruangan Khusus → perhatian privacy :
merasa martabat direndahkan, frustasi
(bersifat sementara).
- ruangan harus aman, nyaman dan lengkap
2. PERSIAPAN ALAT
- Alat pengekangan fisik : camisoles (jaket),
manset : kulit / kain → kondisi siap pakai.
Contoh manset/ kain
3. PERSIAPAN PETUGAS
- petugas terampil sebagai satu tim :
dokter, perawat dan pekerja sosial yang
sudah terlatih
- jumlah petugas adekuat minimum : 3
orang
- siapkan petugas sejak dini dengan sikap
tenang dan empati → bila sejak semula
sudah diduga diperlukan pengekangan
- petugas tidak dibenarkan mengancam atau
menentang
Lanjutan . . .

4. PERSIAPAN KLIEN
- jelaskan secara singkat, berulang – ulang
tentang tindakan dan alasan melakukan
tindakan pengekangan.

5. PERSIAPAN KELUARGA
- Keluarga juga diberitahukan tentang
tindakan dan alasan → dianggap tidak
manusiawi
Lanjutan . . .

B. TAHAP PELAKSANAAN
1. CARA PETUGAS MELAKUKAN PF
- ditempatkan tidur dengan posisi
telentang diruangan khusus
- pengekangan pada tangan dan kaki →
tidak terlalu kencang / terlalu longgar
- memasang sabuk pengaman
- selimuti klien sambil menjelaskan
kembali tujuan tindakan
Lanjutan . . .

2. TINDAKAN PETUGAS PADA KLIEN DALAM


KONDISI TERKEKANG
- memantau respon emosi klien
- berikan pengobatan / terapi sesuai order dokter
- cek klien tiap 15 menit, spt : vital sign, posisi
pengekangan dan ekstremitas
- merubah posisi klien, memberi latihan pergerakan
aktif dan pasif setiap 30 menit – 2 jam
- cek sirkulasi dan kondisi kulit
- memberikan cairan nutrisi, untuk pemenuhan
kebutuhan makanan / diet dan hidrasi, pemenuhan
kebutuhan eliminasi dan personal hygiene
Lanjutan . . .

C. TAHAP EVALUASI
1. EVALUASI TERHADAP KEAMANAN DAN
KENYAMANAN KLIEN
2. MELAKUKAN PENDOKUMENTASIAN
TINDAKAN YANG DILAKUKAN
EFEK PENGEKANGAN FISIK
EFEK FISIK
iritasi kulit, gangguan sirkulasi darah, kontraktur atau
dislokasi sendi.
EFEK PSIKOLOGIS
1. KLIEN
- cemas, curiga, ketakutan, marah
- Kehilangan kepercayaan pada petugas
- Merasa diperlakukan seperti anak – anak → kebutuhan
dasar harus dibantu oleh petugas
- Merasa diperlakukan tidak manusiawi
2. KELUARGA
menilai petugas tidak manusiawi/sadis → perlu penjelasan
tentang tujuan pengekangan fisik.
CARA MELEPASKAN PENGEKANGAN
FISIK
1. Mengkaji kemampuan klien apakah dapat
berespon baik terhadap perintah verbal
2. Melepaskan ikatan dalam waktu singkat
untuk melihat toleransi klien
3. Melepaskan ikatan secara bertahap
 Dimulai dengan melepaskan satu ikatan dan
sterusnya
 Disarankan mulai dari kaki, tangan kiri dan tangan
kanan.
2. ISOLASI

Pengertian : bentuk terapi dengan menempatkan


klien sendiri diruangan sendiri.
Indikasi : klien tidak mampu mengendalikan
prilakunya yang tidak bisa dikendalikan dengan
cara lain.
Tujuan : melindungi klien, orang lain dan
lingkungan dari bahaya yang akan terjadi
Kontra indikasi : klien RBD, klien yang mengalami
agitasi disertai gangguan pengaturan suhu tubuh
akibat obat, prilaku sosial yang menyimpang.
Lanjutan . . .

Tindakan keperawatan dalam ruang isolasi :


1. Bantu kebutuhan dasar
2. Observasi sesering mungkin
3. Pertahankan komunikasi verbal
4. Catat dan dokumentasikan hasil observasi
5. Beri umpan balik tentang prilakunya sehingga
klien sadar alasan dan tujuan isolasi
6. Tetap berikan terapi lain untuk menenangkan
7. Segera keluarkan dari ruang isolasi jika prilaku
sudah terkendali
3. TERAPI KEJANG LISTRIK

PENGERTIAN
Terapi kejang listrik atau electro convulsive
therapy merupakan terapi pada klien
gangguan jiwa dengan menimbulkan kejang
grand mall dengan mengalirkan arus listrik
melalui elektrode yang ditempelkan pada
pelipis.
DOSIS PEMBERIAN

 Pemberian I dipakai 100 – 150 volt dengan


lama pemberian 0.2 – 0.3 detik
 Pemberian ke II dan seterusnya 2 – 3 detik
 Nilai ambang kejang pada tiap orang
berlainan, umumnya pada wanita dan lansia
nilai ambang kejang lebih tinggi sesudah
mendapatkan ECT yang I.
FREKUENSI PEMBERIAN

 Tergantung keadaan pasien.


1) secara “Blok” 2- 4 hari berturut – turut 1- 2
kali sehari.
2) 2- 3 kali seminggu
3) ECT Maintenance rutin tiap 2 – 4 minggu
sekali
4) sebelum psikotropika maju ECT diberikan
serial minimal 12 kali bila perlu 20 kali.
Indikasi ECT

1. Depresi pada umumnya


- fase depresi dari psikomanik - depresif
- reaksi depresi psikotik
- melankolia
2. Mania pada psikosa manik – depresif
3. Schyzophrenia
- gaduh gelisah katatonik
- stupor katatonik
4. Depresi Schyzophrenia yang tidak responsive
pada pengobatan
Persiapan Pasien ECT

1. Pemeriksaan fisik seksama terutama :


jantung, paru, tulang terutama vertebra
2. Puasakan klien 6 – 8 jam
3. Blader dan bowel dikosongkan
4. Antara os frontalis dan os temporalis
dibersihkan bila perlu dicukur
5. Gigi palsu dilepas
6. Pakaian yang digunakan longgar
Penatalaksanaan Saat ECT

1. Tidur klien terlentang lurus diatas tempat


tidur dengan alas rata dan agak keras
2. Antara molares (rahang atas dan bawah) beri
bantalan lunak, perhatikan pipi dan bibir
tidak terjepit
3. Daerah os frontal dan temporal yang akan
dipasang elektroda dibersihkan dengan Na
Cl 0, 96 % atau gelombang elektroda.
Lanjutan . . .

4. Tahan dagu pasien jangan sampai terbuka


lebar untuk mencegah luxatio rahang dan
rahang tergigit.
5. Elektroda dipasang dan ditekan dengan
kekuatan sedang pada daerah yang sudah
dibersihkan
6. Pasien dipegang pada bagian tangan dan
kaki tetapi tidak terlalu keras (mencegah
bahaya robekan otot, fraktur dan luxatio)
d. Setelah ECT
- mencegah injury
- Observasi ABC dan TTV
- Observasi tingkat kesadaran
- Berikan obat – obatan sesuai program
Reaksi Konvulsi ECT
FASE TONIK ± 10”

FASE KLONIK ± 30 – 40”

FASE RELAKSASI DENGAN PERNAFASAN DALAM DAN KERAS →


KEPALA DIMIRINGKAN

PASIEN TIDAK SADAR 3 – 5’

KESADARAN PULIH (5-10’) TERJADI AMNESIA

LANGSUNG TIDUR / KEBINGUNGAN→ JAGA PASIEN


Peran Perawat

a. Pendidikan kesehatan pada pasien dan


keluarga tujuan dan hal – hal yang terjadi
dengan ECT
b. Menyiapkan klien, memeriksa kelengkapan
alat – alat emergenci, pemeriksaan fisik,
pengkajian resiko cidera yang terjadi.
c. Memberikan dorongan pada klien dan
keluarga, bantu untuk mengerti terhadap
perubahan setelah ECT
KOMPLIKASI ECT

 Luxatio rahang
 Fraktur vertebra – otot robek
 Apneu → cyanosis
 Sakit kepala post ECT
 Retrograde amnesia
 Bingung → gelisah → agresif/destruktif
 Mudah lupa
 Bila insertb ˃ 20 kali → demensia
Lanjutan . . .

Kontra Indikasi :
1. Tumor intra karnial : meningkatkan TIK
2. Kehamilan : keguguran
3. osteoporosis : fraktur tulang
4. Infark miokardium : henti jantung
5. Asma branchial : memperberat penyakit
PERAN PERAWAT PADA
TERAPI PSIKOFARMAKA

OLEH:
Ns. Jumilia, S.Kep, M.Kep
THERAPI PSIKOFARMAKA

Prinsip Pemberian Obat


1. Persiapan : percocokan resep, tujuan
pemberian, cara kerja obat, dosis, efek samping,
cara pemberian
2. Pemberian : pedoman pemberian obat
3. Evaluasi
Respon klien dengan pengamatan : indentifikasi
TL ( Cara berjalan, saliva berlebihan), kaji fisik
dan mental klien secara adekuat, monitor
keadaan klien, dokumentasi.
Keunikan Klien Gangguan Jiwa

 Banyak pasien jiwa tidak merasa sakit


sehingga merasa tidak perlu obat
 Menolak, mencurigai obat sebagai racun,
tidak mau menelan
 Menyimpan obat untuk bunuh diri
Kekhawatiran klien dan
keluarga
Pemberian obat sering kali sangat lama
sehingga menimbulkan kekhawatiran
sebagai berikut :
 Klien menjadi tergantung dengan obat
 Lama kelamaan akan mengalami keracunan
karena terlalu lama
Penggolongan Obat

Terapi dengan obat


Tujuan : mengurangi atau menghilangkan
gejala gangguan jiwa.
1. Obat anti psikotik
2. Anti depresan
3. Anti ansietas
4. Anti maniak
Anti Psikotik

Untuk skizoprenia akut dan kronis (halusinasi,


ansietas).
Klasifikasi obat :
1. Derivat fenotiazin
- klorpromazin (largactil, promactil, ethibernal)
- Trifluopereazin (stelazine)
- fluferazin (anatensol)
- thioridazin (melleril)
2. Derivat butifenon
- haloperidol (haldol, serenance)
Lanjutan . . .
Efek Utama : mensupresi gejala psikosis seperti gangguan proses waham,
ganggan depresi (halusinasi), aktivitas psikomotor yang berlebihan
(agresifitas)
Efek samping :
Gangguan neurologis
1. Gejala ektrapiramidal (gelisah motorik, tidak dapat duduk diam)
- distonia akut (kekakuan otot)
- sindroma parkinson (rigiditas otot, tremor kasar)
- diskenesia tardif (gerakan involunter berulang)
2. Sindroma Neurolepik maligna, gejala darurat tanda : (febris tinggi,
kejang – kejang, nadi meningkat, keringat berlebihan, kesadaran
menurun) → terjadi pada pemakaian kombinasi antipsikotik golongan
butirofenol dengan garam lithium
3. Penurunan ambang kejang perhatikan pada epilepsi yang diberi
antipsikotik
Lanjutan . . .

Gangguan Otonom
1. Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah
pada perubahan posisi)
2. Gangguan sistem saraf gatrointestinal (mulut
kering, diare, obat hipersalivasi)
3. Gangguan sistem saraf urogenital (inkontinensia)
4. Gangguan mata (sulit akomodasi, mata kabur,
fotophobia)
5. Ganggua hidung (hidung mampet)
Gangguan Hormonal
Gangguan Sistem Saraf Hematologi
Anti Depresan

Untuk mengurangi atau menghilangkangejala


depresif → meningkatkan neurotransmitter
norepinefrin dan serotonin
Jenis :
1. Amirtriphylin (Laroxyl)
2. Amoxapin
3. Desipramin
4. Imipramin (tofranil)
Gangguan berat dengan kecendrungan bunuh diri
juga dipertimbangkan ECT
Efek Samping

1. Gangguan sistem saraf kardiovaskuler


- hipotensi
- hipertensi → antidepresan gol MAOI klasik
- perubahan gambaran EKG → golongan
trisklik
2. Gangguan sistem saraf otonom
→ akibat efek antikolinergik (obstipasi,
mulut dan tenggorokan kering, mual, sakit
kepala).
Antiansietas
→ mengurangi kecemasan yang patologis tanpa banyak
pengaruh pada fs kognitif
Efek : sedatif
Potensi : ketergantungan golongan benzodiazepin
Klasifikasi :
1. Derivat benzodiazepin (kardiozepoksid / lubrium, diazepam
/ valium, bromazepam / lexotan, lorazepam / ativan,
clobazam / frisium, alprazolam / xanam, buspiron / buspar)
2. Derivat gliserol (meprobamat / deparon)
3. Derivat barbiturat (fenobarbital / luminal)
Banyak disalah gunakan → efek hipnotik dan aman
pemakaian dosis besar kecepatan dikombinasikan.
Anti Maniak (Mood
Stabilizer)
Untuk kasus gangguan efektif bipolar episode
maniak dan mencegah kambuh.
Jenis :
1. Golongan garam lithium
2. Karbamazepin
3. As. Valproal

Perlu diperhatikan kadarnya dalam darah dapat


bersifat : toksis pada ginjal.
Lanjutan . . .

Efek samping :
1. Tremor
2. Vertigo dan lelah
3. Diare, muntah
4. Oliguria, dan anuria
5. Kejang
6. Kesadaran menurun
7. Edema
8. Ataksia (gg. Koordinasi gerak)
Peran Perawat

 Menggunakan data sebelum pengobatan


 Koordinasikan obat dengan terapi modalitas
 Pendidikan kesehatan
 Monitor efek samping obat
 Melaksanakan prinsip pengobatan
 Melaksanakan program pengobatan
berkelanjutan
 Sesuai dengan terapi non farmaka
 Ikut dalam riset klinik interdisipliner
Perawat perlu menguasai ilmu
dan tehnologi pengobatan
 Jenis dan golongan obat
 Efek terapi dan efek samping
 Dosis dan cara pemberian obat
 Indikasi dan kontra indikasi obat
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping
yang timbul
 Tindakan rujukan bila kasus pengobatan
tidak berhasil
Penatalaksanaan pemberian
obat
 Cek lembaran obat klien
 Cek kemasan obat
 Kaji riwayat pengobatan klien
 Kaji pengetahuan klien tentang obat
 Kaji kondisi klien sebelum pemberian obat.
Beberapa pengetahuan yang perlu diberikan
pada klien dan keluarga
 Tujuan pemberian obat
 Proses pengobatan pada gangguan jiwa
 Pentingnya pengobatan rutin
 Jenis, efek dan cara penanngulangan efek
samping waktu dll
Pengelolaan obat ruangan

 Simpan di almari terkunci


 Kunci tidak boleh diletakkan sembarangan
 Almari diletakkan diruang jaga perawat
 Letak obat masing – masing klien tersendiri
dan berlabel
 Obat golongan narkotik harus berlebel dan
diletakkan khusus
 Selalu serah terima obat pada saat
pengantian sift
6 benar pemberian obat

 Benar obat
 Dosis obat benar
 Benar klien
 Cara pemberian yang benar
 Waktu pemberian benar
 Kontinuitas minum obat
Efek Samping

 Ngantuk berat
 Sakit kepala
 Nafsu makan meningkat
 Ketergantungan
 Gejala putus obat (gelisah, tremor, kejang)
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai