Anda di halaman 1dari 12

Keperawatan jiwa II

“TERAPI SOMATIK”

Di susun oleh: kelompok 2


Resti
Yiyin Saputri
Maria Ndamung
Puji hafizah
Nurhidayah
DEFENISI

Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada


klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan
pada kondisi fisik klien.
JENIS-JENIS
TERAPI
SOMATIK

1. pengikatan
Merupakan tindakan yang paling lama dalam sejarah
perawatan jiwa. Pengikatan dilakukan dengan rantai,
diikat di pohon atau dipasung. Tujuan pengikatan adalah
mengamankan lingkungan dari perilaku pasien yang
tidak terkontrol. Saat ini tindakan yang sama masih
tetap dilakukan, hanya peralatannya sudah lebih aman
dan perlakuan juga manusiawi.
Alasan pengikatan adalah :
1) Menghindari risiko menciderai diri sendiri atau orang lain.
2) Pengobatan yang untuk menurunkan perilaku agresif sudah
tidak mempan lagi
3) Mencegah jatuh pada pasien yang sedang bingung
4) Agar pasien bisa istirahat
5) Pasien minta sendiri agar perilakunya bisa terkontrol.
• Indikasi pengikatan yaitu:
1) Perilaku amuk
2) Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan
pengobatan
3) Ancaman terhadap infegritas fisik
4) Permintaan pasien untuk pengendalian perilaku
eksternal
2. isolasi
Pasien dikurung dalam satu ruangan tersendiri dengan alasan yang
sama dengan pengikatan. Pastikan ruangan aman dan tidak
memungkinkan pasien menyakiti dirinya sendiri. Isolasi adalah
menempatkan pasien dlm suatu ruang di mana dia tdk dpt keluar
dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya.

• Indikasi penggunaan:
1.Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan
pasien atau orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain
dengan intervensi pengekangan yang longgar, seperti kontak
interpersonal atau pengobatan
2. Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh pasien.
• Kontraindikasi adalah:
1) Kebutuhan untuk pengamatan masalah medik
2) Risiko tinggi untuk bunuh diri
3) Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
4) Hukuman.
3. Terapi kejang listrik
Mula-mula pengobatan ini dilakukan pada pasien yang mengalami
epilepsi tetapi akhirnya dipakai pada pasien dengan kondisi lain.
Terapi ini dilakukan dengan memberikan kejutan listrik di kepala
melalui elektroda yang ditusukkan di kulit kepala. Kejutan listrik bisa
memberikan dampak pada nerokimia, neuroendrokrin, dan
neuropsikologis seperti dampak obat-obatan antidepresan dalam
waktu yang lama.
(Black, 1993). Fink (1990) juga mengatakan bahwa ECT
menghasilkan perubahan pada reseptor neurotransmitter seperti
asetilkolin, nor epinefrin, dopamin dan serotonin sama seperti obat
antidepresan.
ECT
 bisa dilakukan pada :
1) pasien yang kekurangan gizi karena dikhawatirkan akan ada komplikasi medis
2) Pasien dengan penyakit jantung yang tidak bisa mentoleransi obat-obat anti depresan
3) Pasien psikotik yang depresi dan tidak mempan lagi dengan obat
4) Pasien yang pda fase depresi tidak mempan lagi dengan obat
5) Pasien dengan katatonia, karena depresi, atau lesi pada otak
Risiko yang mungkin terjadi sudah sangat diminimalkan dengan peralatan yang baik, seperti :
1. Risiko patah tulang bisa dihindari dengan pemakaian obat relaksan otot dan anestesi.
2. Risiko apneu bisa dihindari dengan pemakaian bantuan oksigen dan staf yang sudah
terlatih untuk mengatasinya.
3. Dampak pada kardiovaskuler adalah akut miokard, aritmia, henti jantung, gagal jantung atau
hipertensi.
Walaupun sebagai terapi ECT cukup aman, akan tetapi ada beberapa kondisi merupakan
kontra indikasi diberikan terapi ECT. Kondisi kondisi klien yang kontra indikasi tersebut adalah:
1) Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intra kranial.
2) Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran.
3) Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya fraktur tulang.
4) Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung.
5) Asthma bronkial, karena ECT dapat memperberat penyakit ini.
 
Indikasi penggunaan adalah:
1) Penyakit depresi berat yang tidak berespons
terhadap obat antidepresan atau pada
pasien yang tidak dapat menggunakan obat
2) Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak
berespons lagi terhadap obat
3) Pasien dengan buttuh diri akut yang sudah
lama tidak menerima pengobatan untuk
dapat mencapai efek terapeutik
4) Jika efek sampingan ECT yang
diantisipasikan lebih rendah daripada efek
terapi pengobatan, seperti pada pasien lansia
dengan blok jantung, dan selama kehamilan
4. Foto terapi atau terapi sinar
Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang
5-20x lebih terang daripada sinar ruangan. Klien biasanya duduk,
mata terbuka, 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi
mata. Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari orang per
orang. Beberapa klien berespon kalau terapi diberikan pada pagi
hari, sementara yang lain lebih berespon kalau diberikan pada sore
hari. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi juga
ditentukan oleh kekuatan cahaya yang digunakan. Dengan
kekuatan cahaya sebesar 2500 lux yang diberikan selama 2 jam
sehari efeknya sama dalam menurunkan depresi dengan terapi
dengan kekuatan cahaya sebesar 10.000 lux dalam waktu 30 menit
sehari. Terapi sinar sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang
positif. Kebanyakan klien membaik setelah 3-5 hari terapi dilakukan
tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan.
Indikasi penggunaan fototerapi : Fototerapi dpt menurunkan
75% gejala depresi yg dialami klien akibat perubahan cuaca
(seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim hujan
atau musim dingin(winter) di mana terjadi hujan, mendung
terus menerus yg bisa mencetuskan depresi pd beberapa org.
Mekanisme Kerja :
Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh
cahaya gelap terang pada kondisi biologis. Dengan adanya
cahaya terang terpapar pada mata akan merangsang sistem
neurotransmiter serotonin & dopamin yang berperanan pada
depresi.
 Efek Samping :
Kebanyakan efek samping yang terjadi meliputi ketegangan
pada mata, sakit kepala, cepat terangsang, insomnia,
kelelahan, mual, mata menjadi kering, keluar sekresi dari
hidung dan sinus.
5. Terapi deprivasi tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan cara mengurangi jumlah jam tidur klien. Hasil penelitian
ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan yg
bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1 malam.
Umumnya lama penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.
· Indikasi :
Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.
· Mekanisme Kerja:
Mekanisme kerja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah
neuroendokrin yang berdampak anti depresan. Dampaknya adalah
menurunnya gejala-gejala depresi.
· Efek Samping :
Klien yang didiagnosa mengalami gangguan efektif tipe bipolar bila
diberikan terapi ini dapat mengalami gejala mania.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai