Anda di halaman 1dari 5

TERAPI SOMATIC

A. Pengertian
Terapi somatic adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa.
Penerapan terapi somatic didasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa
dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang
memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Terapi somatic diberikan
dengan tujuan mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.

B. Jenis-jenis Terapi Somatic Pada Klien Gangguan Jiwa


1) Pengikatan

Tujuan pengikatan adalah mengamankan lingkungan dari perilaku pasien yang


tidak terkontrol. Alat pengikat berupa kamisol, jaket, ikatan pada pergelangan kaki
atau tangan dan berupa selimut yang dililitkan.

Pada saat akan diikat, perawat mengatakan alasan pengikatan walaupun


pasien belum tentu dalam keadaan siap mendengar. Perhatikan ikatan agar tidak
melukai pasien dan harus dibuka secara periodik agar tidak terjadi kontraktur dan
dapat digerakan. Setelah pasien sadar, alasan pengikatan disampaikan lagi,
kemudian didiskusikan penyebab pasien marah agar bisa diatasi.

Alasan pengikatan adalah :

 Menghindari risiko menciderai diri sendiri atau orang lain


 Pengobatan yang untuk menurunkan perilaku agresif sudah tidak mempan
lagi
 Mencegah jatuh pada pasien yang sedang bingung d) Agar pasien bisa
istirahat
 Pasien minta sendiri agar perilakunya bisa terkontrol

Indikasi pengikatan yaitu:

 Perilaku amuk
 Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
 Ancaman terhadap infegritas fisik
 Permintaan pasien untuk pengendalian perilaku eksternal

2) Isolasi

Pasien dikurung dalam satu ruangan tersendiri dengan alasan yang sama
dengan pengikatan. Pastikan ruangan aman dan tidak memungkinkan pasien
menyakiti dirinya sendiri. Isolasi adalah menempatkan pasien dalam suatu ruang di
mana dia tidak dapat keluar dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya. Tingkatan
pengisolasian dapat berkisar dari penempatan dalam ruangan yang tertutup, tapi
tidak terkunci sampai pada penempatan dalam ruangan terkunci dengan kasur tanpa
seprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yang dibatasi, dan pasien memakai
pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat. Penggunaan kain terpal kurang
dapat diterima dan hanya digunakan untuk melindungi pasien atau orang lain.

Indikasi Penggunaan:

 Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan pasien atau


orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi
pengekangan yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan
 Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh pasien

Kontraindikasi adalah:

 Kebutuhan untuk pengamatan masalah medik


 Risiko tinggi untuk bunuh diri
 Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
 Hukuman.

3) Terapi Kejang Listrik

Terapi ini dilakukan dengan memberikan kejutan listrik di kepala melalui


elektroda yang ditusukkan di kulit kepala. Kejutan listrik bisa memberikan dampak
pada neurokimia, neuroendrokrin, dan neuropsikologis seperti dampak obat-obatan
antidepresan dalam waktu yang lama. ECT menghasilkan perubahan pada reseptor
neurotransmitter seperti asetilkolin, nor epinefrin, dopamin dan serotonin sama
seperti obat antidepresan.

ECT bisa dilakukan pada :

 pasien yang kekurangan gizi karena dikhawatirkan akan ada komplikasi


medis
 Pasien dengan penyakit jantung yang tidak bisa mentoleransi obat-obat anti
depresan
 Pasien psikotik yang depresi dan tidak mempan lagi dengan obat
 Pasien yang pada fase depresi tidak mempan lagi dengan obat
 Pasien dengan katatonia, karena depresi, atau lesi pada otak

Risiko yang mungkin terjadi seperti :

 Risiko patah tulang bisa dihindari dengan pemakaian obat relaksan otot dan
anestesi.
 Risiko apneu bisa dihindari dengan pemakaian bantuan oksigen dan staf
yang sudah terlatih untuk mengatasinya.
 Dampak pada kardiovaskuler adalah akut miokard, aritmia, henti jantung,
gagal jantung atau hipertensi.

Kondisi kondisi klien yang kontra indikasi ECT adalah:

 Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intra kranial
 Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran
 Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya
fraktur tulang.
 Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung
 Asthma bronkial, karena ECT dapat memperberat penyakit ini

Indikasi penggunaan ECT adalah:

 Penyakit depresi berat yang tidak berespons terhadap obat antidepresan atau
pada pasien yang tidak dapat menggunakan obat
 Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak berespons lagi terhadap obat
 Pasien dengan butuh diri akut yang sudah lama tidak menerima pengobatan
untuk dapat mencapai efek terapeutik
 Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada efek
terapi pengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok jantung, dan
selama kehamilan

Peran Perawat dalam pemberian ECT :

 Memberikan dukungan emosi dan penjelasan kepada pasien dan keluarganya


 Mengkaji kondisi fisik pasien
 Menyiapkan pasien
 Mengamati respon pasien setelah ECT
 Pastikan pasien atau keluarganya sudah memberikan inform consent.

4) Fototerapi

Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih
terang dari pada sinar ruangan. Klien biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter di
depan klien diletakkan lampu setinggi mata. Waktu dilaksanakan foto terapi
bervariasi dari orang per orang. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi
juga ditentukan oleh kekuatan cahaya yang digunakan. Terapi sinar sangat
bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif. Kebanyakan klien membaik setelah
3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan.
Keuntungan yang lain klien tidak akan mengalami toleransi terhadap terapi ini.

a) Indikasi penggunaan fototerapi:

Fototerapi dapat menurunkan 75% gejala depresi yg dialami klien akibat


perubahan cuaca (seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim
hujan atau musim dingin(winter) di mana terjadi hujan, mendung terus menerus
yang bisa mencetuskan depresi pada beberapa orang.

b) Mekanisme Kerja
Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh cahaya
gelap terang pada kondisi biologis. Dengan adanya cahaya terang terpapar pada
mata akan merangsang sistem neurotransmiter serotonin & dopamin yang
berperanan pada depresi

c) Efek Samping

Kebanyakan efek samping yang terjadi meliputi ketegangan pada mata,


sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi kering,
keluar sekresi dari hidung dan sinus.

5) Terapi deprivasi tidur

Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan cara
mengurangi jumlah jam tidur klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien
depresi mengalami perbaikan yang bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama
1 malam. Umumnya lama penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.

Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi. Mekanisme kerja


terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah neuroendokrin yang berdampak anti
depresan. Dampaknya adalah menurunnya gejala-gejala depresi. Efek Samping
Klien yang didiagnosa mengalami gangguan efektif tipe bipolar bila diberikan terapi
ini dpt mengalami gejala mania

Anda mungkin juga menyukai