Anda di halaman 1dari 13

TERAPI SOMATIC DAN

PSIKOFARMAKA

Oleh :
KELOMPOK 7
Asbudiman (P2116213)
Handayani (P2116214)
Latar Belakang
Klien gangguan jiwa mempunyai keunikan yang
tidak didapatkan pada penderita penyakit fisik.
Pada penderita penyakit fisik sangat menyadari
bahwa dirinya sakit dan membutuhkan
pertolongan tenaga kesehatan sedangkan pada
penderita klien dengan gangguan jiwa tidak
merasa atau menyadari ia sakit. Dengan keunikan
ini sering kali perawat kesulitan dalam pemberian
obat karena klien menolak apabila disuruh minum
obat, tidak mau menelan, mencurigai obat sebagai
bunuh diri.
Pengertian Terapi Somatik
Terapi somatik adalah terapi yang
diberikan kepada klien dengan tujuan
merubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif dalam melakukan
tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.
Terapi somatik terdiri atas : restrain,
seklusi, elektrokonvulsi dan foto terapi.
1. Restrain
Restrain adalah terapi yang menggunakan alat-
alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas
fisik klien. Alat tersebut meliputi penggunaan mantest
untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain
pengikat.
Indikasi restirain yaitu :
 Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri
dan lingkungannya
 Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi obat-obatan
 Klien yang mengalami gangguan kesadaran
 Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan
rasa aman dan pengendalian diri
 Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan
dengan penolakan klien untuk istirahat, makan dan
minum.
2. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi yang mengurung
klien dalam ruangan khusus. Klien tidak dapat
meninggalkan ruangan tersebut secara bebas.
Bentuk siklusi dapat berupa pengurungan diruangan
tidak terkunci sampai pengurungan dalam ruangan
yang terkunci dengan kasur tanpa seprei,
tergantung dari tingkat kegawatan klien. Indikasi
seklusi yaitu dengan perilaku kekerasan yang
membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
3. ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tidakan terapi dengan
menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang
pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan
ini adalah bentuk terapi pada klien dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempelkan pada plipis klien untuk membangkitkan
kejang grandmall. Indikasi terapikejang listrik
adalah klien depresi pada psikosa manik depresi,
klien schizophrenia stupor katatonik dan gaduh
gelisa katatonik.
4. Foto terapi
Foto terapi atau sinar adalah terapi
somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan
memaparkan klien pada sinar terang (5-20
kali lebih terang dari sinar ruangan). Klien
disuruh duduk dengan mata terbuka 1,5
meter, didepan klien diletakkan lampu
flouresen spektrum luas setinggi mata.
Waktu dan dosisi terapi ini bervariasi pada
tiap individu.
Terapi Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang
digunakan untuk klien dengan gangguan
mental. Psikofarmaka termasuk obat-
obatan psikotropik yang bersifat
Neuroleptik (bekerja pada sistim
saraf).Pengobatan pada gangguan mental
bersifat komprehensif, yang meliputi
Teori biologis (somatik).
Klasifikasi Terapi Psikofarmaka
Yang temasuk obat-obatan psikofarmaka adalah
golongan :
 Anti Psikotik, pemberian sering disertai
pemberian anti perkinson
 Anti Depresi
 Anti Maniak
 Anti Cemas ( Anti Ansietas)
 Anti Insomnia
 Anti Obsesif – Kompulsif
 Anti Panik
PERAN PERAWAT DALAM
PEMBERIAN OBAT
1. Melaksanakan Prinsip Pengobatan
Psikofarmaka
2. Laksanakan program pengobatan
berkelanjutan, melalui program rujukan
3. Menyesuaikan dengan terapi non
farmakoterapi
4. Turut serta dalam penelitian tentang obat
psikofarmaka
Sebelum melakukan pengobatan
psikofarmakologis, evaluasi psikiatri yang
lengkap harus dilakukan, mencakup hal –
hal sebagai berikut :
 Pemeriksaan fisik
 pemeriksaan lab
 Evaluasi status mental
 Riwayat medis dan psikiatri
 Riwayat medikasi
 Riwayat keluarga
Kesimpulan
Salah satu somatic terapi ( terapi fisik ) pada klien
gangguan jiwa adalah pemberian obat psikofarmaka,
Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis
yang digunakan untuk mengobati gangguan mental, obat-
obatan yang paling sering digunakan di Rumah Sakit
Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol dan
Trihexypenidil. Obat-obatan yang diberikan selain dapat
membantu dalam proses penyembuhan pada klien
gangguan jiwa, juga mempunyai efek samping yang
dapat merugikan klien tersebut, untuk menghindari hal
tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang
langsung berhubungan dengan pasien selama 24 jam,
harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan
mengenai kondisi klien, terutama efek dari pemberian
obat psikofarmaka.

Anda mungkin juga menyukai