TINJAUAN PUSTAKA
C. KONTRAINDIKASI
Tidak ada kontraindikasi yang mutlak pada terapi elektro konvulsi. Namun
beberapa kondisi di bawah ini dapat menimbulkan risiko yang relatif tinggi. (Tomb,
2004)
1. Resiko sangat tinggi
a) Peningkatan tekanan intrakranial karena tumor otak ataupun infeksi sistem saraf
pusat. ECT dengan singkat meningkatkan tekanan SSP dan resiko herniasi
tentorium.
b) Infark miokard. ECT sering menyebabkan aritmia yang berakibat fatal jika
terdapat kerusakan otot jantung.
2. Resiko sedang
a) Osteoatritis berat, osteoporosis, atau fraktur yang baru.
b) Penyakit kardiovaskuler (misalnya hipertensi, angina, aneurisma, aritmia).
c) Infeksi berat, cedera serebrovaskular, kesulitan bernafas yang kronis, ulkus peptik
akut, feokromasitoma.
D. EFEK SAMPING
Tidak ada pengobatan yang tidak mempunyai risiko dan efek samping. ECT
juga mempunyai beberapa risiko seperti halnya penanganan medis lain yang terbagi
dalam tiga kategori risiko yaitu: [ CITATION Daw12 \l 1033 ]
1. Kategori pertama adalah risiko kesehatan dan fisik, termasuk reaksi negatif terhadap
obat anestesi dan obat relaksasi otot, komplikasi kardiovaskular, trauma fisik, nyeri,
ketidaknyamanan, kejang berkepanjangan dan kematian.
2. Kategori kedua adalah risiko disfungsi kognitif dan memori karena aliran listrik ECT
diberikan pada area medial temporal yang berhubungan dengan memori termasuk
hipokampus yang merupakan area dengan ambang kejang rendah. Pasien harus
diperingatkan akan risiko amnesia menetap dan kemungkinan gangguan kognitif
lainnya.
3. Kategori ketiga adalah risiko kerusakan pada alat ECT karena kurang pengetahuan
tentang perawatan dan penggunaannya. Oleh karena itu, kualitas alat ECT yang
digunakan harus memenuhi Standard International Electro Technical Commission.
E. EFEKTIVITAS
Berdasarkan penelitian, penggunaan kombinasi ECT dengan obat antipsikotik
pada pasien skizofrenia mempunyai respon yang baik. ECT lebih unggul untuk
pengobatan lanjutan daripada monoterapi (dengan obat antipsikotik saja) dalam
mencegah kekambuhan. Pasien dengan gambaran prognosis yang baik akan
membutuhkan frekuensi ECT yang lebih sedikit. ECT efektif dalam meningkatkan fungsi
sosial dan kualitas hidup pada pasien dengan Treatment Resistant Schizophrenia (TRS)
yang memiliki riwayat respon baik terhadap ECT sebelumnya. (Chanpattana, 2007)
Selain itu, penggunaan kombinasi ECT dengan obat antidepresan pada pasien
depresi yang mempunyai respon yang baik terhadap ECT sebelumnya mempunyai angka
kekambuhan yang lebih rendah dibandingkan monoterapi antidepresan saja ataupun
placebo saja. Pemberian ECT tiga kali seminggu responnya lebih cepat daripada ECT dua
kali seminggu. [ CITATION Cha07 \l 1033 ]