Anda di halaman 1dari 7

RESUME

ELEKTRO CONVULSIF THERAPIE (ECT)

Disusun oleh :

ARISA VIRA OKTAFIANI

1803016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
A. Pengertian
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah
bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall. Terapi
elektrokonvulsif ECT untuk pasien yang telah berhasil dengan terapi obat yang
memiliki masalah kejiwaan yang mengancam jiwa atau menderita keadaan katatonik
mengalami kejang pada pasien dengan mengatur ulang fungsi otak terkait dengan
beberapa gangguan kejiwaan yang diindikasikan untuk gangguan kondisi kejiwaan
yang resistan terhadap pengobatan atau depresi, sehingga dapat juga digunakan untuk
mengobati depresi bipolar.
B. Indikasi
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik depresi,
klien schizofrenia stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik. ECT lebih efektif dari
antidepresan untuk klien depresi dengan gejala psikotik (waham, paranoid, dan gejala
vegetatif), berikan antidepresan saja (imipramin 200-300 mg/hari selama 4 minggu)
namun jika tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan ECT. Mania
(gangguan bipolar manik) juga dapat dilakukan ECT, terutama jika litium karbonat
tidak berhasil. Pada klien depresi memerlukan waktu 6-12x terapi untuk mencapai
perbaikan, sedangkan pada mania dan katatonik membutuhkan waktu lebih lama yaitu
10-20x terapi secara rutin. Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 hari sekali. Jika
efektif, perubahan perilaku mulai kelihatan setelah 2-6 terapi.
Terapi ini dapat dilakukan juga pada klien:
1. Pasien dengan penyakit depresif mayor yang tidak berespon terhadap
antidepresan atau yang tidak dapat meminum obat.
2. Pasien dengan bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima
pengobatan untuk mencapai efek terapeutik.
3. Ketika efek samping Electro Convulsive Therapy yang diantisipasi
kurang dari efek samping yang berhubungan dengan blok jantung, dan
selama kehamilan.
C. Efek Samping
1. Kematian, angka kematian yang disebabkan ECT adalah bervariasi antara 1-
1.000 dan 1-10.000 pasien. Resiko ini sama dengan resiko karena pemberian
anastesi umum. Kematian biasanya karena komplikasi kardiovaskuler.
2. Efek sistemik, pada pasien dengan gangguan jantung, dapat terjadi arritmia
jantung sementara. Arritmia ini terjadi karena bradikardia post ictal yang
sementara dan dapat dicegah dengan peningkatan dosis premedikasi anti
kolinerjik. Arritmia dapat juga terjadi karena hiperaktifitas simpathetik sewaktu
kejang atau saat pasien sadar kembali. Dilaporkan pula adanya reaksi toksis dan
allergi terhadap obat yang digunakan untuk prosedur ECT premedikasi, tetapi
frekwensinya sangat jarang.
3. Efek cerebral, pada pemberian ECT bilateral dapat terjadi amnesia dan acute
confusion. Fungsi memori akan membaik kembali 1-6 bulan setelah ECT, tetapi
ada pasien yang melaporkan tetap mengalami gangguan memori
D. Kontraindikasi
ECT merupakan prosedur yang hanya digunakan pada keadaan yang
direkomendasikan. Sedangkan kontraindikasi dan komplikasi dari tindakan ECT,
adalah sebagai berikut:
a. Kontraindikasi
1. Peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak, infeksi SSP).
2. Keguguran pada kehamilan, gangguan sistem muskuloskeletal (osteoartritis
berat, osteoporosis, fraktur karena kejang grandmal).
3. Gangguan kardiovaskuler: infark miokardium, angina, hipertensi, aritmia dan
aneurisma.
4. Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
5. Keadaan lemah.
b. Komplikasi
1. Luksasio dan dislokasi sendi
2. Fraktur vertebra
3. Robekan otot rahang
4. Apnoe
5. Sakit kepala, mual dan nyeri otot
6. Amnesia
7. Bingung, agresif, distruktif
8. Demensia
E. Peran Perawat
Perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan alat dan
mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
pada pasien.
F. Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT, adalah sebagai
berikut:
1. Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
2. Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain
3. Kain kasa
4. Cairan Nacl secukupnya
5. Spuit disposibel
6. Obat SA injeksi 1 ampul
7. Tensimeter
8. Stetoskop
9. Slim suiger
10. Set konvulsator
G. Persiapan klien
1. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
2. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT.
3. Siapkan surat persetujuan.
4. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT.
5. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang mungkin
dipakai klien.
6. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi.
7. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT.
8. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-hipnotik, dan
antikonvulsan harus dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan
beberapa hari sebelumnya karena berisiko organik.
9. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum
ECT. Pemberian antikolinergik ini mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan
sekresi gastrointestinal.
H. Pelaksanaan
1. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan rata
dan cukup keras. Posisikan hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian
dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian kepala.
2. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai
untuk menghasilkan koma ringan.
3. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk
menghindari kemungkinan kejang umum.
4. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat
elektrode menempel.
5. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang dibasahi
caira Nacl.
6. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet yang dibungkus
kain dimasukkan dan klien diminta menggigit.
7. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang dengan
dilapisi kain.
8. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama kejang dengan mengikuti
gerak kejang.
9. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan tombol sampai timer
berhenti dan dilepas.
10. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan kejang
(menahan tidak boleh dengan kuat).
11. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan
diafragma.
12. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger.
13. Kepala dimiringkan.
14. Observasi sampai klien sadar.
15. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan.
I. Setelah ECT
1. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil.
2. Jaga keamanan dan kenyamanan klien.
3. Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai kebutuhan,
biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.

Sumber Materi dari Video:


1. https://youtu.be/LPBTEHYlZK4
2. https://youtu.be/ZFNQAvO_ja8

Anda mungkin juga menyukai