DISUSUN OLEH :
ISTYANA CHRISDAYANTI
1303027
SEMARANG
2016/2017
IDENTITAS KLIEN
1. Pengertian
Electro Convulsive Therapy/ ECT merupakan suatu pengobatan untuk penyakit
psikiatri berat dimana pemberian arus listrik singkat pada kepala digunakan untuk
kejang tonik klonik umum. (Szuba and Doupe, 1997).
Efek samping ECT secara fisik hampir mirip dengan efek samping dari anesthesia
umum. Secara psikis efek samping yang paling sering muncul adalah kebingungan dan
memory loss (75% kasus) setelah beberapa jam kemudian (biasanya hilang satu minggu
sampai beberapa bulan setelah perawatan). Biasanya ECT akan menimbulkan amnesia
retrograde terhadap peristiwa tepat sebelum masing-masing pengobatan dan anterograde,
gangguan kemampuan untuk mempertahankan informasi baru. Beberapa ahli juga
menyebutkan bahwa ECT dapat merusak struktur otak. Namun hal ini masih
diperdebatkan karena masih belum terbukti secara pasti.
Efek Cardiovaskuler :
a) Segera : stimulasi parasimpatis (bradikardi, hipotensi)
b) Setelah 1 menit : Stimulasi simpatis (tachycardia, hipertensi, peningkatan
konsumsi oksigen otot jantung, dysrhythmia)
c) ECT dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau kematian (kasus yang
sangat jarang). Orang dengan masalah jantung tertentu biasanya tidak
diindikasikan untuk ECT.
Efek Cerebral :
a) Peningkatan konsumsi oksigen.
b) Peningkatan cerebral blood flow
c) Peningkatan tekanan intra cranial
d) Amnesia (retrograde dan anterograde) – bervariasi, dimulai setelah 3-4 terapi,
berakhir 2-3 bulan atau lebih. Lebih berat pada terapi dengan metode bilateral,
jumlah terapi yang semakin banyak, kekuatan listrik yang meningkat dan adanya
organisitas sebelumnya.
Efek lain :
a) Peningkatan tekanan intra okuler
b) Peningkatan tekanan intragastric
c) Kebingungan (biasanya hanya berlangsung selama jangka waktu yang singkat),
pusing.
d) Mual, Headache/ sakit kepala, nyeri otot.
e) Fraktur vertebral dan ekstremitas dan Rahang sakit. Efek ini dapat berlangsung
dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jarang terjadi bila relaksasi otot baik.
f) Resiko anestesi pada ECT
g) Kematian dengan angka mortalitas 0,002%
5. Peran Perawat
Perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan klien dan
mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
6. Persiapan klien
a. Menganjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan
yang akan dilakukan.
b. Melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT
c. Menyiapkan surat persetujuan
d. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
e. Meminta klien untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
7. Pelaksanaan.
a. Setelah alat sudah disiapkan, memindahkan klien ke bed yang sudah disiapkan.
Memposisikan klien hiperektensi punggung tanpa bantal. Seluruh badan di tutup
dengan selimut, kecuali bagian kepala.
b. Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan ECT
c. Menganastesi klien sebelun dilakukan ECT
d. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat
elektrode menempel.
e. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang dibasahi gel.
f. Klien mulutnya dibuka dan memasang karet yang dimasukkan di mulut klien.
g. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang.
h. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama kejang dengan mengikuti
gerak kejang.
i. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan tombol sampai timer
berhenti dan dilepas.
j. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan kejang
(menahan tidak boleh dengan kuat).
k. Saat berhenti nafas memberikan O2.
l. Mengecek tanda-tanda vital klien setelah dilakukan ECT
m. Membawa klien ke ruang pemulihan (recovery room)
n. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan
8. Setelah ECT
a. Mengobservasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil.
b. Menjaga kemamanan klien agar kondisi klien kembali stabil.
c. Saat klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai kebutuhan,
biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.
REFERENSI
Donahue, Anne B. Electroconvulsive Therapy And Memory Loss, Vermont, USA. Diakses
melalui: retina.anatomy.upenn.edu/pdfiles/5524.pdf
Kaplan dan Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku, Psikiatri Klinis.
Tangerang: Bina Rupa Aksara.