Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH GANGGUAN

POLA TIDUR DAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA MAHASISWA


PROFESI NERS ANGKATAN 36 DAN 37 UNDIP

Disusun untuk Melengkapi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas

Dosen Pembimbing:
Ns. Artika Nurrahima, M.Kep.
Megah Andriany, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom.,Ph.D.

Disusun oleh:
Auzan Hudzaifah 22020120210030
Adriana Agustina Herewila 22020120210083
Mundir Rahmawati 22020120210050
Niken Saraswati 22020120210037
Firdausa Aminah Maharani 22020120210069
Nindya Rachma Gardhika S 22020120210029
Savitri 22020120210043
Nur Wahyuni 22020120210054
Amsaini Zakia 22020120210071
Kelompok 6

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVI


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan asuhan


keperawatan komunitas kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas
dengan Masalah Gangguan Pola Tidur dan Gangguan Rasa Nyaman pada
Mahasiswa Profesi Ners Angkatan 36 dan 37 Undip” seluruhnya merupakan
hasil karya kami sendiri dan bebas dari plagiarisme.
Adapun bagian–bagian tertentu dalam penulisan laporan yang kami kutip
dari hasil karya orang lain telah di tulis dalam sumbernya secara jelas sesuai
dengan norma, kaidah, dan cita penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh dari
penelitian dan karya ilmiah ini dari hasil-hasil penelitian tersebut terdapat
indikasi plagialisme, kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dengan pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun.

Semarang, 8 Maret 2021


Hormat kami,

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa artikel penelitian yang
berjudul:
“ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH GANGGUAN
POLA TIDUR DAN GANGGUAN RASA NYAMAN PADA MAHASISWA
PROFESI NERS ANGKATAN 36 DAN 37 UNDIP”

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Auzan Hudzaifah 22020120210030
Adriana Agustina Herewila 22020120210083
Mundir Rahmawati 22020120210050
Niken Saraswati 22020120210037
Firdausa Aminah Maharani 22020120210069
Nindya Rachma Gardhika S 22020120210029
Savitri 22020120210043
Nur Wahyuni 22020120210054
Amsaini Zakia 22020120210071
Kelompok 6 Ners XXXVI

Telah Memenuhi Tugas Profesi Ners State Keperawatan Komunitas


Pembimbing Utama

Ns. Artika Nurrahima, M.Kep.


NIP. 19840824 200812 2 002

Pembimbing Kedua

Megah Andriany, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom.,Ph.D.


NIP. 19790507 200212 2 001
A. PENYAJIAN DATA CVS (COMPUTER VISSION SYNDROME) PADA
MAHASISWA PROFESI NERS UNDIP ANGKATAN 36 DAN 37
1. SOSIAL
Diagram 1. Distribusi Frekuensi Pengaruh Computer Vision Syndrome
pada Mahasiswa Ners 36 & 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021
(n=27)

25

20
Jumlah Mahasiswa

15

10

0
Aktivitas sehari - hari Interaksi sosial Konsentrasi

Berdasarkan diagram 1. didapatkan bahwa CVS berpengaruh pada


aktivitas sehari-hari sebanyak 25 mahasiswa (92,6%), berpengaruh pada
interaksi sosial sebanyak 19 mahasiswa (70,3%), dan berpengaruh pada
konsentrasi sebanyak 21 mahasiswa (77,8%).
2. EPIDEMIOLOGI
2.1 Identitas
Diagram 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Mahasiswa Ners
36 & 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)
Laki - laki Perempuan

7%

93%

Berdasarkan diagram 2. didapatkan bahwa sebanyak 25 mahasiswa


berjenis kelamin perempuan (93%) dan sebanyak 2 mahasiswa
berjenis kelamin laki-laki (7%).

Diagram 3. Distribusi Frekuensi Usia pada Mahasiswa Ners 36 & 37


Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)
≤ 22 23 ≥ 24
15%

41%

44%

Berdasarkan diagram 3. didapatkan bahwa sebanyak 12 mahasiswa


berusia 23 tahun (44%), sebanyak 11 mahasiswa berusia ≤ 22 tahun
(41%), dan sebanyak 4 mahasiswa (15%) berusia ≥ 24 tahun.
2.2 Status Kesehatan
Diagram 4. Distribusi Frekuensi Keluhan Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Ners 36 & 37 Universitas
Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)
25 23
21
19 19 18 18 19
20 16 16 17
15 14 14 15
15 13 12 12
12 13 12 13 12 12 12 13
11 10 10 10 10 10 10 11 1112
9 899 7 8 9 9 9 9 8 9 9
10 66 7 8 76 6 7 7 6 887
4 4 4 35 5 4 5 5 4 43 4 5 5 44
3 4 2
5 2 1 1 2 1 1 1 2 12 1 2 12 3 11 3
1 01 1 1 2 3 3
1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Sangat sering sering kadang - kadang tidak pernah


Berdasarkan diagram 4. didapatkan bahwa:
- Sebanyak 15 mahasiswa kadang-kadang merasa matanya lelah
(55,5%)
- Sebanyak 14 mahasiswa kadang-kadang merasa matanya terasa
berat (51,8%)
- Sebanyak 11 mahasiswa kadang-kadang merasa matanya pegal
(40,7%)
- Sebanyak 10 mahasiswa tidak merasakan sakit didaerah mata
(37%)
- Sebanyak 13 mahasiswa tidak merasakan mata kering (48,1%)
- Sebanyak 19 mahasiswa kadang-kadang merasa nyeri kepala
(70,3%)
- Sebanyak 12 mahasiswa tidak pernah merasakan matanya berair
(44,4%)
- Sebanyak 21 mahasiswa tidak pernah merasa matanya seperti
berpasir (77,8%)
- Sebanyak 19 mahasiswa merasa matanya pedih (70,3%)
- Sebanyak 18 mahasiswa tidak merasakan tulisan bergerak-gerak
(66,7%)
- Sebanyak 9 mahasiswa kadang-kadang penglihatannya blur
(33,3%)
- Sebanyak 18 mahasiswa tidak pernah merasa penglihatannya
ganda (66,7%)
- Sebanyak sebanyak 12 mahasiswa kadang-kadang kesulitan
memfokuskan penglihatan (44,4%)
- Sebanyak 16 mahasiswa kadang-kadang merasa kesilauan saat
melihat (59,3%)
- Sebanyak 16 mahasiswa kadang-kadang penglihatannya tidak
jelas (59,3%)
- Sebanyak 9 mahasiswa kadang-kadang merasa nyeri bahu
(33,3%)
- Sebanyak 13 mahasiswa kadang-kadang merasa nyeri leher
(48%)
- Sebanyak 23 mahasiswa tidak pernah mengalami perubahan
penglihatan warna (85,1%)
- Sebanyak 17 mahasiswa tidak pernah mengalami gelap sesaat
saat melihat (63%)
- Sebanyak 12 mahasiswa kadang-kadang mengucek mata
(44,4%)
- Sebanyak 13 mahasiswa kadang-kadang matanya berkedut-kedut
(48%)
- Sebanyak 10 mahasiswa sering mengantuk (37%)
- Sebanyak 14 mahasiswa kadang-kadang sulit berkonsentrasi
(51,8%)
- Sebanyak 11 mahasiswa kadang-kadang menyipitkan mata
(40,7%)
- Sebanyak 19 mahasiswa kadang-kadang mengalami banyak
kesalahan saat bekerja (70,3%)
- Sebanyak 12 mahasiwa kadang-kadang merasa berat di kepala
(44,4%)
- Sebanyak 8 mahasiswa sering merasa kekakuan bahu (29,6%)
- Sebanyak 15 mahasiswa tidak pernah mengalami
ketidakseimbangan berdiri (55,5%)
- Sebanyak 12 mahsiswa kadang-kadang daya pikirnya menurun
(44,4%)
- Sebanyak 12 mahasiwa kadang-kadang lupa mengingat apa yang
baru saja dibaca (44,4%).
3. PERILAKU DAN LINGKUNGAN
3.1 Perilaku Risiko CVS
Diagram 5. Distribusi Frekuensi Durasi Penggunaan Komputer dan
Perangkat Digital lainnya pada Mahasiswa Ners 36 & 37 Universitas
Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)

11%

< 5jam
≥ 5 jam

89%

Berdasarkan diagram 5. didapatkan bahwa sebanyak 24


mahasiswa menggunakan komputer dan perangkat digital lainnya
dengan durasi ≥ 5 jam (89%) dan sebanyak 3 mahasiswa (11%)
menggunakan komputer dan perangkat lainnya dengan durasi < 5
jam.

Diagram 6. Distribusi Frekuensi Jarak Pandang Penggunaan


Perangkat Digital pada Mahasiswa Ners 36 & 37 Universitas
Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)

11%

< 25cm
> 25 cm

89%

Berdasarkan diagram 6. didapatkan bahwa sebanyak 24 mahasiswa


(89%) dengan jarak pandang penggunaan perangkat digital > 25 cm
dan sebanyak 3 mahasiswa (11%) dengan jarak pandang
penggunaan perangkat digital < 25 cm.
Diagram 7. Distribusi Frekuansi Sudut Pandang Penggunaan
Perangkat Digital pada Mahasiswa Ners 36 & 37 Universitas
Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)

26%

15 - 20 derajat
30 - 50 derajat
74%

Berdasarkan diagram 7. didapatkan bahwa sebanyak 20 mahasiswa


(74%) dengan sudut pandang penggunaan perangkat digital 30-50
derajat dan sebanyak 7 mahasiswa (26%) dengan sudut pandang
penggunaan perangkat digital 15-20 derajat.

3.2 Perilaku Pencegahan CVS


Diagram 8. Distribusi Frekuensi Upaya Pencegahan Computer Vision
Syndrome pada Mahasiswa Ners 36 & 37 Universitas Diponegoro
Bulan Maret 2021 (n=27)

30
27
25

20 19
16
15
11
10 8

5
0
0
Menggunakan antiradiasi Mengistirahatkan mata 5 - Mengatur intensitas cahaya
10 menit

Tidak Ya

Berdasarkan diagram 8. didapatkan bahwa upaya pencegahan CVS


sebanyak 16 mahasiswa menggunakan kacamata antiradiasi
(59,2%), sebanyak 19 mahasiswa mengistirahatkan mata 5-10 menit
(70,3%), dan sebanyak 27 mahasiswa mengatur intensitas cahaya
komputer atau perangkat digital lainnya (100%).
Hasil Wawancara terkait perilaku pencegahan CVS
Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh responden didapatkan
sebagian besar responden menggunakan cara berikut untuk
mencegah/menangani rasa tidak nyaman ketika menggunakan
computer atau perangkat digital lainnya dalam waktu yang lama
1. Kacamata
 Nn. S.R berkata, ”Saya kebetulan punya minus, jadi kalo saya
menggunakan komputer emang engga bisa lama-lama kan
jadi cepet pusing. Itu biasanya saya menggunakan kacamata,
itu udah pasti. Terus setiap udah ngerasa matanya lelah gitu
saya mengalihkan gitu dulu loh, engga di depan laptop terus.
Jadi setiap mungkin satu jam sekali itu mengalihkan
pandangan gitu kaya misalnya ngeliat luar rumah. Soalnya
kalo diforsir itu bener-bener kaya rasanya pusing gitu.”
 Nn. Rs berkata, “Aku lebih milih baca buku misal materinya
ada di buku. Aku pernah sih beberapa kali dry eyes, kelopak
mata bengkak, mata berair pas awal-awal pandemi. Aslinya
mau ke klinik tapi karna pandemi jadi pake telemedicine, terus
diresepin tetes mata insto, sehari 3-5x, semingguan itu
sakitnya. Habis itu aku beli kacamata yang ada embel-embel
anti radiasi, mayan lah, bikin ngga terlalu dry eyes.”
 Nn. H.M berkata, “Kalau yang sering aku lakuin biasanya
kadang kan tahukan semisal kita kira-kira mau nugas berapa
lama, dari awal udah makek kacamata tapi kacamata bukan
minus si tapi tetap pake kacamata antiradiasi cuman buat
pake gadget atau laptop tok, terus sama kalau dalam jangka
waktu menugas bentar ya mengistirahatkan mata semisal
menatap tembok yang bersih beberapa detik terus lanjut lagi,
kalau mata perih sama merah gitu pake obat tetes mata gitu
saja sih Ay.
2. Istirahat
 Nn. T berkata, “Biasanya kalau lagi nugas atau lagi rapat di
ms. Teams dan merasakan capek saya berhenti sejenak dan
melakukan peregangan tangan.”
 Ny. Y. V berkata, “Saya buat jeda ya, berhenti sejenak,
misalnya 10-15 menit atau melakukan kegiatan lain dulu
sampai nanti terasa mata udah enak itu baru saya lanjutkan
pekerjaan.”
 Nn. S berkata, “Kalo aku sih biasanya berheanti dulu, istirahat
dulu walaupun lagi banyak tugas kalo mata udahh mulai cape
ya berhenti dulu.”
3. Mengatur jarak
 Tn. M berkata, “Caranya pake kacamata anti radiasi, terus
diredupkan layarnya, terus dimode baca jadi mengurangi sinar
biru di laptonya, terus penerangan cahaya dikamar harus
terang, terus jarak layar dengan mata sekitar 25 cm. Kira-kira
seperti itu.”
 Ny. I. A berkata, “Pertama adalah saya mengatur jarak antara
mata dan komputer.”
4. EDUKASI DAN ORGANISASI
4.1 Predisposisi
Diagram 9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Ners 36 & 37
Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)
30
25
20
15
10
5
0

Tidak tau Salah Benar


Berdasarkan diagram 9. didapatkan bahwa:
- Semua mahasiswa (100%) mengetahui definisi CVS, faktor penyebab
CVS, dan upaya pencegahan CVS dengan mengistirahatkan mata 5-
10 menit
- Sebanyak 4 mahasiswa tidak mengetahui gejala CVS (14,8%)
- Hanya 2 mahasiswa yang mengetahui gejala astenopia CVS (7,4%)
- Sebanyak 20 mahasiswa yang mengetahui gejala ekstraokuler CVS
(74%)
- Sebanyak 6 mahasiswa yang mengetahui pencegahan CVS dengan
penerangan cahaya (22,2%)
- Sebanyak 8 mahasiswa tidak mengetahui upaya pencegahan CVS
dengan berkedip (29,6%)
- Sebanyak 9 mahasiswa yang mengetahui pencegahan CVS dengan
kacamata antiradiasi (33,3%).

Diagram 10. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner pada


Mahasiswa Ners 36 & 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021
(n=27)
25

25

20

15

10

5 2
0

0
Benar < 5 Benar 5 - 8 Benar Semua (9)

Berdasarkan diagram 10. didapatkan bahwa mahasiswa yang


menjawab dengan benar 5-8 soal sebanyak 25 (92,6%) dan yang
menjawab benar < 5 soal sebanyak 2 mahasiswa (7,4%).
4.2 Enabling (Hasil Wawancara)
a. Mencari informasi mengenai computer vision syndrome
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan bahwa
sebagian besar responden belum pernah mencari informasi dan
belum pernah mendengar mengenai computer vision syndrome.
 Nn. S.E berkata, “Aku belum pernah mencari tau sih zak. Ini
tau karena kamu sebar kuesioner, terus ngerasa pas banget
sama yang aku rasain. Pengen coba cari tau, tapi belum
sempet.”
 Nn. I berkata, “Untuk CVS jujur saya baru tahu ini sih waktu
kelompok ini, sebelumnya pernah baca ngga pernah nyari-
nyari. Terus kemarin penasaran ini tentang apa sih jadi nyari
di internet.”
 Nn. G.A berkata, “Ini pertama kali aku tahu cvs, gak pernah
browsing-browsing juga.”
b. Keterjangkauan akses fasilitas kesehatan
Hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan sebagian
besar responden menyatakan sangat dekat untuk mengakses
fasilitas kesehatan dan sebagian besar responden belum
melakukan pengecekan apakah mengalami computer vision
syndrome atau tidak.
 Nn. Y berkata, “Deket si, sama kek tadi yang aku bilang tadi,
deket sama puskesmas, RS, klinik.”
 Nn. R berkata, “Adanya ya paling puskesmas yang dekat.”
 Nn. S.V bekata, ”Kalo aksesnya ya banyak. Kalo paling dekat
ya RSND.”
4.3 Reinforcing (Hasil Wawancara)
a. Reward untuk diri sendiri jika berhasil mengatasi computer
vision syndrome
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan sebagian
besar responden menyatakan bahwa belum ada reward untuk
diri sendiri jika berhasil mengatasi computer vision syndrome.
 Ny. R.N berkata, “Tidak ada reward khusus sih mba, paling
apa ya kalau matanya sudah lelah diistirahatkan.”
 Nn. T berkata, “Tidak ada reward. Paling ya kalau terlalu lama
main lama hp atau laptop ya larinya ke tidur.”
 Nn. S. E berkata, “Kalo self-reward ga ada sih aku. Karena
menurutku penggunaan komputer saat ini meningkat tapi
karena kewajiban tugas. Jadi kalo berhasil mencegah CVS
yaa langsung tidur ajaa. Hmmm, tapi tidur juga termasuk self-
reward deng yaa.”
b. Punishment jika mengalami computer vision syndrome
(Hasil Wawancara)
Berdasarkan dari jawaban responden didapatkan sebagian besar
responden menyatakan bahwa tidak ada punishment kepada
responden jika responden mengalami computer vision syndrome.
 Nn. O berkata, “Gak aja juga sih.”
 Nn. Ty berkata, “Sejauh ini gak pernah kasih punishment ke
diri sendirikarena punishment itu menurutku bentuk self
blaming jadi malah negative.”
 Nn. Rg berkata, “Aku sih ngga ada, Fir.”
5. ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN (Hasil Wawancara)
5.1 Administrasi
Hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan bahwa belum ada
alokasi dana dari institusi pendidikan untuk pemeriksaan mata untuk
mahasiswa.
 Nn. T.V berkata, “Gada zak, kayanya belum pernah”.
 Nn. U berkata, “Sejauh ini belum ada sih untuk khusus untuk
pemeriksaan mata anggaran untuk CVS.”
 Nn. G berkata, “Sejauh ini sih aku belum tau dan belum denger
informasinya apakah institusi atau departemen memberikan
alokasi dana untuk kesehatan mahasiswa, kalaupun ada ya bisa
dimanfaatkan fasilitas itu dengan baik.”
5.2 Kebijakan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan
bahwa tidak ada kebijakan dari institusi mengenai pembatasan
belajar online untuk mengurangi computer dimasa pandemi.
 Nn. K berkata, “Oh ga ada setauku kalau program resmi, paling ya
dari temen-temen yang kasih terapii komplementer.”
 Nn. Y berkata, “Ngga ada Fir karna kan emang udah konsekuensi
pandemi jadinya PJJ.”
 Nn. F berkata, “Kayanya ngga ada, selama keberjalanan pandemi
aku gapernah denger ataupun tau”.
B. PENYAJIAN DATA GANGGUAN POLA TIDUR PADA MAHASISWA
PROFESI NERS UNDIP ANGKATAN 36 DAN 37
1. SOSIAL
Diagram 11. Distribusi Frekuensi Kepuasan terhadap Pola Tidur pada
Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021
(n=27)

10

14

Tidak puas Cukup puas Puas Sangat puas

Diagram 11. menunjukkan bahwa tidak ada mahasiswa yang tidak puas
dengan pola tidurnya. Jumlah mahasiswa yang cukup puas sebanyak 10
(37%) mahasiswa, puas sebanyak 14 (52%) mahasiswa dan sangat
puas sebanyak 3 (11%) mahasiswa.
Diagram 12. Distribusi Frekuensi Dampak Gangguan Tidur pada
Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021
(n=27)
25

20
20
17 17

15
Jml mahasiswa

10 10
10
7

0
Gangguan tidur Gangguan tidur Gangguan tidur
mengganggu aktivitas menganggu konsentrasi menganggu interaksi
sosial

Tidak Ya

Diagram 12 menunjukkan distribusi frekuensi dampak gangguan pola


tidur pada mahasiswa ners 36 dan 37 Undip.
Pernyataan 1 (gangguan pola tidur mengganggu aktivitas): Sebanyak 17
(63%) mahasiswa menyatakan bahwa gangguan pola tidur mengganggu
aktivitas dan 10 (37%) lainnya menyatakan tidak.
Pernyataan 2 (ganggun pola tidur mengganggu konsentrasi):
Sebanyak 20 (74%) mahasiswa menyatakan bahwa gangguan pola tidur
mempengaruhi konsentrasi dan 7 (26%) mahasiswa menyatakan tidak.
Pernyataan 3 (gangguan tidur mengganggu interaksi sosial):
Sebanyak 10 (37%) mahasiswa menyatakan bahwa gangguan pola tidur
mempengaruhi interaksi sosialnya dan 17 (63%) mahasiswa menyatakan
tidak.
2. EPIDEMIOLOGI
2.1 Identitas
Diagram 13. Distribusi Frekuensi Usia pada Mahasiswa Ners 36 dan
37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)
14

12

10

6 12
11
4

2 4

0
≤ 22 tahun 23 tahun ≥ 24 tahun

Diagram 13 menunjukkan sebaran usia responden. Sebanyak 11


(41%) mahasiswa berusia < 22 tahun, 12 (44%) mahasiswa berusia
23 tahun dan 4 (15%) mahasiswa berusia > 24 tahun.

Diagram 14. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Mahasiswa


Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)

2
Laki - laki
Perempuan

25

Diagram 14 menunjukkan sebaran jenis kelamin responden, dimana


sebanyak 25 (93%)responden adalah perempuan dan sebanyak 2
(7%) responden adalah laki-laki.
2.2 Prevalensi
Diagram 15. Distribusi Frekuensi Waktu Bangun Tidur pada
Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret
2021 (n=27)

3 2

15

> 06.00 WIB 05.01 - 6.00 WIB 04.01 - 05.00 WIB ≤ 04.00 WIB

Diagram 15 menunjukkan persebaran waktu bangun tidur. Sebanyak


15 mahasiswa (56%) bangun antara pukul 04.01-05.00, 7
mahasiswa (26%) bangun pada pukuk 05.01-06.00, 3 mahasiswa
(11%) bangun < 04.00, dan 2 mahasiswa (7%) bangun lebih dari jam
6 pagi.

Diagram 16. Distribusi Frekuensi Waktu Memulai Tidur pada


Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret
2021(n=27)

7 6

6
8

≤ 22.00 WIB 22.01 - 23.00 WIB 23.01 - 24.00 WIB > 24.00 WIB

Diagram 16 menunjukkan waktu memulai tidur pada mahasiswa.


Sebanyak 8 (30%) mahasiswa memulai tidur antara pukul 23.01-
24.00, 7 (26%) mahasiswa memulai tidur lebih dari pukul 24.00, 6
(22%) mahasiswa mulai tidur < 22.00, dan 6 (22%) mahasiswa
lainnya mulai tidur antara 22.01-23.00.

Diagram 17. Distribusi Frekuensi Lama Tidur pada Mahasiswa Ners


36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)

3
5

14

> 7 jam 6 - 7 jam 5 - 6 jam < 5 jam

Diagram 17 menunjukkan jumlah jam tidur pada mahasiswa.


Sebanyak 14 (53%) mahasiswa tidur dalam rentang waktu 5-6 jam, 5
(18%) mahasiswa tidur selama 6-7 jam, 5 (18%) mahasiswa tidur <5
jam dan 3 (11%) mahasiswa tidur >7 jam per hari.

Diagram 18. Distribusi Frekuensi pada Mahasiswa Ners 36 dan 37


Universitas Diponegoro yang Antusias Menyelesaikan Masalah Tidur
Bulan Maret 2021 (n=27)

1 1

12

13

Tidak antusias Kecil Sedang Besar

Diagram 18 menunjukkan bahwa sebanyak 13 (48%) mahasiswa


memiliki antusias sedang untuk menyelesaikan gangguan tidur yang
dialami, 12 (44%) mahasiswa memiliki antusias besar dalam
menyelesaikan gangguan tidurnya, 1 (4%) mahasiswa memiliki
antusias yang kecil untuk mengatasi masalah tidurnya dan 1 (4%)
mahasiswa lainnya tidak antusias untuk mengatasi masalah tidurnya.

Diagram 19. Distribusi Frekuensi Pernyataan Subjektif terkait


Kualitas Tidur Sebulan Terakhir pada Mahasiswa Ners 36 dan 37
Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)

12

13

Sangat baik Baik Kurang Sangat kurang

Diagram 19 menunjukkan data pernyataan subjektif mahasiswa


terkait kualitas tidurnya dalam satu bulan terakhir. Sebanyak 13
(48%) mahasiswa menyatakan memiliki kualitas tidur yang baik
dalam satu bulan terakhir, 12 (44%) mahasiswa menyatakan
memiliki kualitas tidur yang kurang baik dalam satu bulan terakhir
dan 2 (8%) mahasiswa menyatakan memiliki kualitas tidur yang
sangat baik dalam satu bulan terakhir.

Diagram 20. Distribusi Frekuensi PSQI pada Mahasiswa Ners 36


dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)

23

Kualitas Tidur Buruk Kualitas Tidur Baik


(Skor PSQI > 5) (Skor PSQI ≤ 5)
Berdasarkan diagram 20 diketahui bahwa sebagian besar
mahasiswa mengalami kualitas tidur buruk. Terdapat 23 mahasiswa
(85%) memiliki kualitas tidur buruk atau skor PSQI > 5 dan hanya 4
mahasiswa (15%) memiliki kualitas tidur baik atau skor PSQI ≤ 5.

2.3 Status Kesehatan


Diagram 21. Distribusi Frekuensi Keluhan Seminggu Terakhir pada
Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret
2021 (n=27)

Tampak warna hitam disekitar mata 5


Mudah sakit 4
Merasa lelah/lemah 12
Mood jelek 7
Gampang marah/emosi 3
Sering lupa 6
Tidak dapat berkonsentrasi 8
Mengantuk di siang hari 17
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
JmlMahasiswa

Diagram 21 menunjukkan keluhan yang dialami mahasiswa dalam


seminggu terakhir. Sebanyak 5 mahasiswa (8%) mengeluhkan
warna hitam di sekitar mata, sebanyak 4 mahasiswa (7%) mengeluh
mudah sakit, 12 mahasiswa (19%) mengeluh merasa lelah, 7
mahasiswa (11%) merasakan mood yang buruk, 3 mahasiswa (5%)
mengeluh mudah marah/emosi, 6 mahasiswa (10%) mengeluh
sering lupa, 8 mahasiswa (13%) mengeluh sulit berkonsentrasi dan
17 mahasiswa (27%) mengeluh meangantuk di siang hari.
2.4 Morbiditas
Diagram 22. Distribusi Frekuensi Latensi Tidur pada Mahasiswa
Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret 2021 (n=27)

12
5

≤ 15mnt 16 - 30 mnt 31 - 60 mnt > 60mnt

Diagram 22 menunjukkan data waktu yang diperlukan sampai


tertidur. Sebanyak 12 (46%) mahasiswa memerlukan waktu <15
menit untuk tertidur, 5 (18%) mahasiswa memerlukan waktu antara
16-30 menit untuk tertidur, 5 (18%) mahasiswa memerlukan waktu
31-60 menit untuk tertidur dan 5 (18%) mahasiswa memerlukan lebih
dari 60 menit untuk dapat tertidur.

Diagram 23. Distribusi Frekuensi Pernyataan Subjektif Mahasiswa


Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro terkait Gangguan Tidur yang
dialami Bulan Maret 2021 (n=27)

Tidak
Ya 48%
52%

Tidak Ya

Diagram 23 menunjukkan data sebanyak 14 (52%) mahasiswa


mengalami gangguan tidur dan 13 (48%) mahasiswa lainnya tidak
mengalami gangguan tidur.
Diagram 24. Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur pada Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan
Maret 2021 (n=27)
30 25
25 22 21
20 17
14 15
15 10 13
11 11
9 9
10 8 6 7 65 5
8
5
7
5
8
3 3 4
5 2 2 2 21 1 11 1
J m l m a h a sis w a

Tidak pernah 1x seminggu 2x seminggu ≥ 3x seminggu


Diagram 24 menunjukkan gangguan tidur yang dialami mahasiswa:
Pernyataan 1 (Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak
berbaring)
Sebanyak 10 mahasiswa mengalami sebanyak 1 kali dalam
seminggu, sebanyak 3 mahasiswa tidak mampu tertidur selama 30
menit dalam frekuensi 2 kali dalam seminggu, 6 mahasiswa tidak
mampu tertidur selama 30 menit sejak berbaring dalam frekuensi
>3kali dalam seminggu.
Pernyataan 2 (Terbangun ditengah malam atau terlalu dini)
Sebanyak 7 mahasiswa terbangun di tengah malam dalam frekuensi
1 kali dalam seminggu, 9 mahasiswa mengalami kejadian serupa
dalam frekuensi 2 kali seminggu, dan 2 mahasiswa mengalami hal
yang sama dalam frekuensi 3 kali seminggu.
Pernyataan 3 (Tidak mampu bernafas dengan leluasa)
14 mahasiswa tidak mengalami gangguan nafas dalam seminggu, 6
mahasiswa mengalami gangguan nafas 1 kali dalam seminggu, 5
mahasiswa mengalami gangguan nafas sebanyak 2 kali dalam
semiinggu dan 2 mahasiswa mengalami gangguan nafas saat tidur
lebih dari 3 kali dalam seminggu.
Pernyataan 4 (Terbangun untuk ke kamar mandi)
25 mahasiswa tidak terbangun untuk ke kamar mandi dan 2
mahasiswa lainnya terbangun di tengah malam untuk ke kamar
mandi.
Pernyataan 5 (Batuk atau mengorok)
22 mahasiswa tidak batuk atau mengorok selama tidur dan 5
mahasiswa terganggu tidurnya karena batuk atau mengorok dengan
frekuensi 1 kali dalam seminggu
Pernyataan 6 (Kedinginan dimalam hari)
11 mahasiswa idak kedinginan di malam hari, 8 mahasiswa merasa
kedinginan 1 kali dalam seminggu, 5 mahasiswa mengalami
kedinginan dalam frekuensi 2 kali seminggu, dan 3 mahasiswa
mengalami kedinginan lebih sering yaitu 3 kali atau lebih dalam
seminggu
Pernyataan 7 (Kepanasan dimalam hari)
17 mahasiswa tidak mengalami kepanasan di malam hari, 7
mahasiswa mengalami kepanasan saat tidur 1 kali dalam seminggu,
2 mahasiswa mengalami kepanasan saat tidur dalam frekuensi 2 kali
seminggu, dan 1 mahasiswa mengalami kepanasan lebih sering
yaitu 3 kali atau lebih dalam seminggu.
Pernyataan 8 (Mimpi buruk)
15 mahasiswa tidak mengalami mimpi buruk, 11 mahasiswa
mengalami mimpi buruk sekali dalam seminggu, dan 1 mahasiswa
mengalami mimpi buruk dalam frekuensi 2 kali seminggu
Pernyataan 9 (Terasa nyeri)
21 tidak mengalami nyeri, 4 mahasiswa terganggu tidurnya karenya
nyeri dalam frekuensi 1 kali seminggu, 1 mahasiswa mengalami
gangguan tidur karena nyeri sebanyak2 kali seminggu, dan 1
mahasiswa lainnya mengalami gangguan tidur karena nyeri
sebanyak 3 kali dalam seminggu
Pernyataan 10 (Alasan lain: ingin sholat malam)
13 mahasiswa menyatakan tidak ada alasan lain yang mengganggu
tidurnya, 5 mahasiswa menyatakan bangun untuk solat malam sekali
dalam seminggu, 1 mahasiswa menyatakan bangun untuk solat 2
kali seminggu, dan 8 mahasiswa menyatakan bangun untuk solat
malam 3 kali dalam seminggu.
Diagram 25. Distribusi Frekuensi Minum Obat Tidur pada
Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret
2021 (n=27)

Tidak pernah
100%

Tidak pernah 1x seminggu 2x seminggu ≥ 3x seminggu

Diagram 25 menyatakan bahwa tidak ada mahasiswa yang


mengonsumsi obat tidur untuk mengatasi gangguan tidurnya.

Diagram 26. Distribusi Frekuensi Mengantuk ketika Beraktivitas


pada Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan
Maret 2021 (n=27)

4
6

Tidak pernah 1x seminggu 2x seminggu ≥ 3x seminggu

Diagram 26 menunjukkan 9 (33%) mahasiswa mengantuk ketika


beraktivitas 1 kali seminggu, 8 (30%) mahasiswa mengantuk saat
beraktivitas dalam frekuensi 2 kali seminggu, 6 (22%) mahasiswa
mengantuk saat beraktivitas sebanyak 3 kali atau lebih dalam
seminggu.
3. PERILAKU DAN LINGKUNGAN
3.1 Perilaku beresiko
Diagram 27. Distribusi Frekuensi Perilaku Risiko Gangguan Pola
Tidur pada Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan
Maret 2021 (n=27)

5 8

16

18

Konsumsi kopi Stres


Menggunakan gadget Lainnya

Diagram 27 menunjukkan perilaku-perilaku beresiko yang dapat


mengganggu pola tidur. Sebanyak 18 (66%) mahasiswa menyatakan
stress merupakan hal yang dapat mengganggu tidur, 16 (60%)
mahasiswa menyatakan menggunakan gadget sebelum tidur
mengganggu pola tidurnya, 8 (30%) mahasiswa menyatakan bahwa
minum kopi dapat mengganggu pola tidurnya dan 5 (18%)
mahasiswa menyatakan alasan lain yang dapat mengganggu pola
tidur diantaranya adalah mengerjakan tugas.
3.2 Perilaku Pencegahan
Cara untuk meningkatkan jam tidur
Sebagian besar responden menjawab bahwa cara yang dilakukan
untuk meningkatkan jam tidur yaitu mengurangi pencahayaan kamar,
menyalakan kipas angina, meminum susu, tidak menggunakan
gadget, dan memaksimalkan agenda di pagi hingga siang hari.
Terdapat satu responden yang mengalami kendala dalam mengatur
cara meningkatkan jam tidur.
 Tn. M berkata, “Paling ya kalau mau tidur menjauhkan
handphone, mematikan laptop, lampunya di matikan, tidak ada
kebisangan. Kalau saya tidur menggunakan selimut, dan tidur
menggunakan kipas agar tidak kegerahan di malam hari,
ruangannya wangi, dan tidur di jam-jam yang sudah waktunya
untuk tidur.”
 Nn. K berkata, “Hal utama yang bisa buat tidur cepet adalah
minum susu hangat karena manis dan nyaman aja di badan. Aku
selalu pake guling karena udah kebiasaan gitu. Oh ya lampunya
juga harus mati atau paling pake lampu tidur kalau lagi ngerasa
takut. “
 Nn. Rs berkata, “Aku biasanya biar malem bisa langsung tidur,
pagi siang di full in kegiatan. Otak dibuat mikir terus. Dicapek in
lah pokoknya otaknya. Jadinya bangun udah ngga ngantuk lagi.
Kalau lingkungan, aku kipas harus nyala terus.”
 Nn. Rg berkata, “Lingkungan ngga ada hal khusus yang dilakuin.
Kalau kebiasaan berupaya tidur lebih cepat, sempetin tidur siang,
tapi akhir-akhir ini kalau tidur selalu pagi karna malemnya nugas
dan ngga bisa ngerjain pas pagi. Jadinya aku balik. Tidur jam
setengah 7 bangun jam 9. Tapi akibatnya bangun jadi ngga fresh.
Baru semangat kalau maghrib atau sore. Aslinya mau berubah
tapi jam tubuhku emang kaya gitu. Aku kalau tidur slimut ngga
selalu pake.”
3.3 Lingkungan
Diagram 28. Distribusi Frekuensi Lingkungan Risiko Gangguan Pola
Tidur pada Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan
Maret 2021 (n=27)
14 13
12 11
10
J m l M ahas is w a

6 5 5 5
4 4
4 3
2

0
Lingkungan Suhu Suhu Gelap Terang Bising Bau tak Kurang
yang lingkungan lingkungan sedap privasi
lembab yang terlalu yang terlalu
dingin panas

Diagram 28 menunjukkan faktor resiko dari lingkungan penyebab


gangguan pola tidur sebanyak 13 (48%) mahasiswa mengalami
gangguan pola tidur dikarenakan suhu lingkungan terlalu panas.
Sebanyak 11 (40%) mahasiswa mengalami gangguan pola tidur
dikarenakan lingkungan bising. Sebanyak 5 (18%) mahasiswa
mengalami gangguan pola tidur dikarenakan suhu lingkungan terlalu
dingin. Sebanyak 5 (18%) mahasiswa mengalami gangguan pola
tidur dikarenakan suhu lingkungan terang. Sebanyak 5 (18%)
mahasiswa mengalami gangguan pola tidur dikarenakan bau tak
sedap. Sebanyak 4 (14%) mahasiswa mengalami gangguan pola
tidur dikarenakan lingkungan gelap. Sebanyak 3 (11%) mahasiswa
mengalami gangguan pola tidur dikarenakan lingkungan yang
lembab.
4. EDUKASI DAN ORGANISASI
4.1 Predisposisi
Diagram 29. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Kualitas
Tidur pada Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan
Maret 2021 (n=27)

angan yang panas/dingin meningkatkan kualitas tidur 18


9

Aromaterapi meningkatkan kualitas tidur 26


1

encahayaan yang rendah meningkatkan kualitas tidur 23


4

26
Kisi-Kisi Soal

ngkat kebisingan rendah meningkatkan kualitas tidur 1

Solusi 0 27

Penyebab 0 27

Tanda dan gejala 0 27

Definisi 0 27

0 5 10 15 20 25 30

Salah/Tidak Benar/Ya

Hasil distribusi frekuensi pada diagram 29 menunjukkan bahwa 27


mahasiswa (100% responden) mengetahui tentang definisi kualitas
tidur, tanda dan gejala gangguan kualitas tidur, penyebab, dan solusi
mengatasi gangguan kualitas tidur. Responden yang mengetahui
tentang: tingkat kebisingan rendah dapat meningkatkan kualitas tidur
sebanyak 26 mahasiswa (86%), pencahayaan yang rendah dapat
meningkatkan kualitas tidur sebanyak 23 mahasiswa (72%),
aromaterapi dapat meningkatkan kualitas tidur sebanyak 2
mahasiswa (7%), dan suhu ruangan panas/dingin dapat
meningkatkan kualitas tidur sebanyak 18 mahasiswa (60%).
Diagram 30. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner pada
Mahasiswa Ners 36 dan 37 Universitas Diponegoro Bulan Maret
2021 (n=27)
16
15

14

12
12

10
Jml Mahasiswa

0
0
Benar ≤ 5 Benar 6-7 Benar 8
(Benar semua)

Hasil distribusi frekuensi pada diagram 30 menjelaskan bahwa tidak


ada responden yang memiliki jawaban benar ≤ 5, sebanyak 12
mahasiswa (44%) menjawab benar 6-7 pertanyaan, dan sebanyak
15 mahasiswa (56%) menjawab semua pertanyaan dengan benar.

4.2 Enabling (Hasil Wawancara)


a. Mencari sumber informasi gangguan pola tidur
Sebagian responden menjawab bahwa pernah mencari informasi
terkait kualitas dan pola tidur. Sumber informasi dominan melalui
internet seperti media sosial dan website. Sumber lainnya yaitu
membaca artikel jurnal, diskusi saat kelas, membaca materi
kuliah, dan sharing dengan teman.
 Nn. H berkata, “Pernah mencari sumber informasi dan
mendapatkannya dari internet.”
 Nn. I berkata, “Kalau informasi tentang gangguan pola tidur
pernah mencari. Waktu itu mencari ketika mendapatkan tugas
tentang gangguan pola tidur. Dan sumbernya dari jurnal.”
 Tn. I berkata, “Pernah, dapat informasinya dari diskusi kelas,
kuliah, cari jurnal.”
b. Akses keterjangkauan dengan pelayanan kesehatan jika
mengalami gangguan pola tidur yang memburuk
Sebagian besar mahasiswa menyebutkan bahwa akses
keterjangkauan dengan pelayanan kesehatan cukup dekat dari
tempat tinggal seperti klinik dan rumah sakit namun tidak khusus
memberikan pelayanan gangguan tidur.
 Tn. M berkata, “Akses pelayanan terjangkau, terlebih saat
ini sudah ada BPJS.”
 Nn. H berakat, “Untuk akses pelayanan kesehatan belum
menemukan secara khusus penanganan khusus untuk
mengatasi gangguan pola tidur.”
 Nn. T.V berkata, “Kalo pola tidur memburuk akses
pelayanannya gampang sih zak, apalagi sekarang aku di
tembalang. Kalo mau ke klinik deket, ke rumah sakit deket.
Tapi sejauh ini aku belum merasa butuh pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan. masih bisa terkontrol lah”.
c. Pernah mendapatkan program edukasi terkait pola tidur dari
pelayanan kesehatan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar responden
belum pernah mendapatkan program edukasi tekait pola tidur dari
pelayan kesehatan.
 Nn. S.E berkata, “Dari pelayanan kesehatan pun gada, selama
ini kaya lebih ke masalah fisik yang umum, baru dikasih
edukasi sama pelayanan kesehatan.”
 Nn. F berkata, “Karena aku ga mengakses pelayanan
kesehatan, jadi aku gatau ada edukasi tentang pola tidur apa
engga. Tapi setau aku kayanya belumada edukasi tentang pola
tidur, biasanya tentang covid akhir-akhir ini. Padahal menurutku
penting juga tentang pola tidur.”
4.3 Reinforcing
a. Reward kepada diri sendiri jika berhasil tidur tepat waktu
(tidak begadang dan tidak mengalami gangguan pola tidur)
Sebagian besar responden mengungkapkan bahwa bentuk
reward yang diberikan adalah bersyukur dan afirmasi positif
terhadap diri-sendiri. Terdapat responden yang tidak pernah
memberikan reward apabila berhasil tidur tepat waktu.
 Nn. S.R berkata, ”Kalo reward sih ya paling kata-kata buat
diri sendiri sih, kaya wah hebat kamu udah ngerjain tugas di
siang-siang nih, eh terus tidurmu juga jadi tepat waktu gitu.
Paling kaya kata-kata positi ke diri sendiri gitu sih Mba.”
 Tn. I berkata, “Ndak ada sih reward, kalau bisa tidur lebih
awal ya bersyukur aja.”
 Ny. Y.V berkata, “Saya rasa belum pernah saya memberikan
reward pada diri saya bila saya berhasil tidur tepat waktu.”
b. Punishment atau sanksi dari diri sendiri atau orang lain jika
mengalami gangguan pola tidur
Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka tidak
mendapatkan punishment ketika mengalami gangguan pola tidur
namun sebagian yang lain mengatakan mendapatkan peringatan
dari teman, dinasihati orang tua, dan berkomitmen untuk
memperbaiki kualitas tidur.
 Ny. R.N berkata, “Belum pernah dapat punishment juga,
paling-paling kalau misalnya kurang tidur ya jadinya
mengantuk di siang hari dan cepat capek.”
 Nn. T berkata, “Kalau hukuman dari orang lain tidak.
Kalau misalkan terdapat gangguan pola tidur biasanya saya
mendapatkan peringatan dari orang terdekat. Kalau di rumah
orang tua yang mengingatkan dan kalau di kosan diingatkan
sama teman.”
 Nn. G berkata, “Aku gak ngasih punishment ke diri sendiri,
tapi lebih memperbaiki kalau aku mengalami gangguan tidur,
enggak menyalahkan diri sendiri, jadi aku memperbaiki diri
gitu supaya aku gak mengalami gangguan tidur, misalkan
kalau aku mengalaminya.”

5. ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN (Hasil Wawancara)


5.1 Kebijakan jam malam yang ada ditempat tinggal
Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengatakan tidak ada jam malam di tempat tinggalnya. Responden
yang lain menyatakan bahwa tempat tinggalnya diberlakukan jam
malam.
 Nn. T.V berkata, “Ngga ada kebijakan jam malam dikos ku. Jadi
ga berpengaruh kayanya. Kalo gada kuliah atau tugas ya aku
kadang tidur siang. Tapi akhir-akhir ini jarang banget”.
 Nn. K berkata, “Aku biasanya udah sering tu tidur jam 10
atau 11 karena kayak udah ajdi waktu tidur tetap aku, udah ke
setting buat tidur dan ngantuk. Selian itu hal utama yang bisa
buat tidur cepet adalah minum susu hangat, karena manis dan
nyaman aja di badan. Aku selalu pake guling karena udah
kebiasaan gitu. Oh ya lampunya juga harus mati atau paling
pake lampu tidur kalau lagi ngerasa takut. “
5.2 Institusi pendidikan responden memiliki kebijakan atau
peraturan tentang penilaian pola tidur
Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian responden
mengatakan tidak ada kebijakan khusus tentang penilaian pola tidur
dari institusi pendidikan kecuali dosen memberikan tugas dan
membantu teman dalam menyelesaikan tugas.
 Nn. F berkata, “Belum pernah ikut sih kalo pun ada, tapi kayanya
juga ga ada. Cuma ada diperkuliahan dulu menilai pola tidur
sendiri di semester 4 hehee”.
 Nn. G berkata, “Ngga ada kecuali dari temen-temen yang lagi
penelitian atau lagi ada tugas kayak kelompokmu ini nin”
C. ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1. DO: Gangguan pola Hambatan Gangguan pola tidur
SOSIAL tidur (D.0055) lingkungan b.d hambatan
1. Dampak gangguan pola tidur (suhu lingkungan
- Terdapat 17 (63%) menyatakan bahwa gangguan pola lingkungan,
tidur mengganggu aktivitas kebisingan)
- Terdapat 20 (74%) mahasiswa menyatakan bahwa
gangguan pola tidur mempengaruhi konsentrasi
EPIDEMIOLOGI
1. Hasil pengukuran kualitas tidur menggunakan PSQI
- Terdapat 23 (85%) mahasiswa memiliki kualitas tidur
buruk atau skor PSQI > 5
2. Pernyataan Subjektif terkait gangguan tidur
- Terdapat 14 (52%) mahasiswa mengalami gangguan tidur
3. Keluhan yang muncul selama 1 minggu terakhir
terkait kualitas tidur
- Terdapat 5 mahasiswa (8%) mengeluhkan warna hitam di
sekitar mata
- Terdapat 4 mahasiswa (7%) mengeluh mudah sakit
- Terdapat 12 mahasiswa (19%) mengeluh merasa lelah
- Terdapat 7 mahasiswa (11%) merasakan mood yang
buruk
- Terdapat 3 mahasiswa (5%) mengeluh mudah
marah/emosi
- Terdapat 6 mahasiswa (10%) mengeluh sering lupa
- Terdapat 8 mahasiswa (13%) mengeluh sulit
berkonsentrasi
- Terdapat 17 mahasiswa (27%) mengeluh meangantuk di
siang hari.
4. Latensi tidur
- Terdapat 5 (18%) mahasiswa memerlukan waktu 31-60
menit untuk tertidur
- Terdapat 5 (18%) mahasiswa memerlukan lebih dari 60
menit untuk dapat tertidur
No Data Masalah Etiologi Diagnosa
Keperawatan
5. Mengantuk ketika beraktivitas
- Terdapat 9 (33%) mahasiswa mengantuk ketika
beraktivitas 1 kali dalam seminggu
- Terdapat 8 (30%) mahasiswa mengantuk saat
beraktivitas sebanyak 2 kali dalam seminggu
- Terdapat 6 (22%) mahasiswa mengantuk saat
beraktivitas sebanyak 3 kali atau lebih dalam seminggu
PERILAKU DAN LINGKUNGAN
1. Fakto resiko gangguan pola tidur
- Terdapat 18 (66%) mahasiswa menyatakan stress
mengganggu pola tidurnya
- Terdapat 16 (60%) mahasiswa menyatakan
menggunakan gadget sebelum tidur mengganggu pola
tidurnya
- Terdapat 8 (30%) mahasiswa menyatakan bahwa minum
kopi mengganggu pola tidurnya
- Terdapat 5 (18%) mahasiswa menyatakan alasan lain
yang dapat mengganggu pola tidur diantaranya adalah
mengerjakan tugas
- Terdapat 13 (48%) mahasiswa mengalami gangguan pola
tidur dikarenakan suhu lingkungan terlalu panas.
- Terdapat 11 (40%) mahasiswa mengalami gangguan pola
tidur dikarenakan lingkungan bising.

DS:
ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN
1. Sebagian besar responden mengatakan bahwa belum
pernah ada program edukasi tentang pola tidur dari institusi
pendidikan atau pelayanan kesehatan
- Nn.T berkata,“Dari kampus tidak ada program edukasi
mengenai pola tidur.”
- Ny. R.N berakta,“Belum pernah mendapatkan program
edukasi terkait pola tidur dari pelayanan kesehatan.”
2. Sebagian besar responden menjawab bahwa program
No Data Masalah Etiologi Diagnosa
Keperawatan
pelatihan tentang menilai pola tidur belum pernah
diselenggarakan oleh Undip atau pelayanan kesehatan.
- Nn. S.R berkata,”Ada sih Mba, ada penilainnya. Biasanya
dosen yang ngajarin kan cara menilainya nanti kita dari
mahasiswa yang kaya ngitung sendiri gitu. Tapi
programnya belum ada.”
- Nn.G berkata,“Sejauh ini belum ya, kalau pihak kampus
melakukan penelitian tentang pola tidur dan ada
evaluasinya iya ada, cuman kan kalau tidak ada maksud
gitu ke mahasiswa sepertinya belum ada.”
2. DO: Gangguan rasa Gejala penyakit Gangguan rasa
SOSIAL nyaman (D.0074) (Computer nyaman b.d Gejala
1. Dampak CVS (Computer Vision Syndrome) Vision penyakit (Computer
- Sebanyak 25 mahasiswa (92,6%) menyatakan CVS Syndrome) Vision Syndrome)
(Computer Vision Syndrome) berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari.
- Sebanyak 19 mahasiswa (70,3%) menyatakan CVS
(Computer Vision Syndrome) berpengaruh pada
interaksi sosial.
- Sebanyak 21 mahasiswa (77,8%) menyatakan CVS
(Computer Vision Syndrome) berpengaruh pada
konsentrasi.
EPIDEMIOLOGI
1. Keluhan mata atau gejala okuler yang dialami akibat
CVS (Computer Vision Syndrome)
- Sebanyak 15 mahasiswa (55,5%) menyatakan kadang-
kadang merasa matanya lelah.
- Sebanyak 14 mahasiswa (51,8%) menyatakan kadang-
kadang merasa matanya terasa berat.
- Sebanyak 11 mahasiswa (40,7%) menyatakan kadang-
kadang merasa matanya pegal.
- Sebanyak 19 mahasiswa (70,3%) menyatakan matanya
pedih.
- Sebanyak 9 mahasiswa (33,3%) kadang-kadang
No Data Masalah Etiologi Diagnosa
Keperawatan
penglihatannya blur.
- Sebanyak 12 mahasiswa (44,4%) menyatakan kadang-
kadang kesulitan memfokuskan pengelihatan.
- Sebanyak 16 mahasiswa (59,3%) menyatajan kadang-
kadang pengelihatannya tidak jelas.
- Sebanyak 13 mahasiswa (48%) menyatakan
kadangkadang matanya berkedut-kedut.

2. Keluhan atau gejala lain yang dialami akibat CVS


(Computer Vision Syndrome)
- Sebanyak 19 mahasiswa (70,3%) menyatakan kadang-
kadang merasa nyeri kepala.
- Sebanyak 9 mahasiswa (33,3%) menyatakan kadang-
kadang merasa nyeri bahu.
- Sebanyak 13 mahasiswa (48%) menyatakan kadang-
kadang merasa nyeri leher.
- Sebanyak 12 mahasiwa (44,4%) menyatakan kadang-
kadang merasa berat di kepala.
- Sebanyak 8 mahasiswa (29,6%) menyatakan sering
merasa kekakuan bahu.
PERILAKU DAN LINGKUNGAN
1. Perilaku pencegahan: Durasi
- Sebanyak 24 mahasiswa (89%) menyatakan
menggunakan komputer dan perangkat digital lainnya
dengan durasi ≥ 5 jam
DS:
PERILAKU DAN LINGKUNGAN
1. Cara menangani ketidaknyamanan akibat CVS
(Computer Vision Syndrome)
- Tn. M : “Iyaa bener, mata ku suka pedih banget. Kalo
cara mengguranginya pake kacamata anti radiasi, terus
diredupkan layarnya, terus dimode baca jadi
mengurangi sinar biru di laptonya, terus penerangan
cahaya dikamar harus terang, terus jarak layar dengan
No Data Masalah Etiologi Diagnosa
Keperawatan
mata sekitar 25 cm. Kira-kira seperti itu.”
- Nn. U : “Baik kalau saya sendiri biasanya kalau mata
udah perih terus kaya uda kering gitu biasanya aya
langsung memberhentikan aktivitas entah itu
handphone atau menatap komputer itu saya
berhentikan atau kalau engga saya tidur, terus habis itu
20 sampai 30 menit lagi baru saya mulai pekerjaan itu
lagi, seperti itu keseringan yang saya lakukan.”
- Nn. T.V : “Kalo melihat komputer dalam waktu lama iyaa
kadang pandangan ku jadi blur gituu. Terus aku
ngatasinnya dengan memandang jauh, misalnya
mandang keluar jendela 2 menitan atau kalo matanya
lelah banget ya tidur dulu sebentar gitu.”
2. Mencari sumber informasi
- Nn. S.R : ”Eh sejujurnya sih aku baru tau computer
vision syndrome itu setelah kemarin isi kuesioner, jadi
sebelumnya itu aku belum nyari informasi tentang ini.”
- Nn. S.V : ”Kalo untuk pengetahuan awam itu lewat aja
sih di timeline sosmed twitter.”
- Nn. S : “Kalau dulu banyak temen ngeluh ke aku terus
aku jadi penasaran jadi cari di internet terkait CVS itu
apa, tapi ya hanya sebatas tahu pengertiannya sama
gejalanya aja.”
ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN
1. Program pembatasan pembelajaran untuk
mengurangi kejadian CVS (Computer Vision
Syndrome)
- Nn. H : “Tidak ada pembatasan penggunaan computer.
Karena sekarang lagi online dan tugasnya juga
dikumpulkan melalui online.”
- Nn. S.V : ”Kalo selama saya kuliah, saya merasa tidak
ada. Pun ketika durasi perkuliahan dengan dosen tidak
lama, ndilalah tugas kita banyak. Mau tidak mau kita
harus nugas di depan laptop gitu loh. Meskipun untuk
No Data Masalah Etiologi Diagnosa
Keperawatan
tatap muka dengan dosen atau pengajar itu engga
lama, tapi karena tuntutan tugas dan lain sebagainya
menuntut kita untuk lama menatap laptop.”
- Tn. I :“Pembatasan belajar pasti ada diatur juga dari jam
7 sampai jam 4, tapi kan kita kuliah tergantung dosen,
kalau dosen menghendaki di luar jam yang sudah
ditetapkan apa boleh buat. Belum lagi tugas banyak
yang harus dikerjakan.”
- Nn. Y : “Ngga ada Fir karna kan emang udah
konsekuensi pandemi jadinya PJJ.”
- Nn. K : “Sebenernya kalau daring kan , kalau dari jadwal
dari jam 8 – 4, tapi kan namanya daring malah jari lebih
sibuk dosen juga sibuk, kadang meetnya malam sore
lebih dari jadwal, dan kita juga nugas sampai malam
juga kan, aslinya ada peraturannya tapi untuk
pelaksanaannya kadang gak sesuai jadwalnya.”
2. Program pemeriksaan mata akibat CVS (Computer
Vision Syndrome)
- Nn. R : “Engga ada sih kalo program pemeriksaan
mata gratis, nek mau periksa ya datang sendiri ke
klinik atau dokter mata. Tapi aku juga belum pernah
periksa.”
- Nn. Ty : “Jelas ga ada nin, setauku malah gara-gara
nilai covid akin tinggi kita yang awalnya praktik malah
jadi PJJ, hampr setahun penuh kita PJJ bayangin aja
tu mata kita sekuat apa.”
- Nn. G : “Sejauh ini sih aku belum tau dan belum
denger informasinya apakah institusi atau departemen
memberikan alokasi dana untuk kesehatan
mahasiswa, kalaupun ada ya bisa dimanfaatkan
fasilitas itu dengan baik.”
- Nn. H.M : “Setahuku juga belum ada untuk anggaran
masalah CVS sendiri.”
- Nn. S.E : “Kalo pembatasan pembelajaran kayanya
No Data Masalah Etiologi Diagnosa
Keperawatan
engga ada ya, malah karena online mungkin beberapa
dosen ada yang meminta kesadaran diri kita buat
menyelesaikan tugas dengan segera jadi penggunaan
komputer atau gadgetnya malah meningkat, apalagi
kalau ngerasa butuh hiburan di handphone hehee”.
D. POHON MASALAH
Gangguan Rasa Nyaman
Mahasiswa mengeluh tidak nyaman,
Akibat nyeri, sulit tidur, lelah, tidak mampu
rileks, mudah marah/tersinggung

Mata terasa pegal, terasa sakit di


daerah mata, mata kering, mata pedih,
Core nyeri kepala, penglihatan kabur,
kesulitan memfokuskan penglihatan,
nyeri disekitar bahu, daya pikir anda
menurun

Menatap layar komputer atau perangkat


Penyebab digital lainnya dengan durasi lama

Gangguan Pola Tidur

Mengantuk di siang hari, sulit


Akibat berkonsentrasi, sering lupa, mudah
marah, pikiran negative, suasana hati
tidak baik, merasa lelah/lemah, mudah
sakit, tampak kehitaman di daerah
sekitar mata

Core Kualitas tidur rendah, waktu tidur


berkurang, pola tidur berubah

Ketidaknyamanan fisik (mata terasa


Penyebab
pegal, terasa sakit di daerah mata,
nyeri kepala, nyeri disekitar bahu)
E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Presentase Populasi Keseriusan Keefektifan Intervensi Skor
dalam Masalah (A) Masalah (B)

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi Paraf
Keperawatan Umum Khusus
1 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas/Istirahat (I.12362)
tidur b.d keperawatan selama 1 tindakan keperawatan Obsevasi
hambatan minggu diharapkan masalah selama 1 minggu  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
lingkungan keperawatan gangguan diharapkan hambatan menerima informasi: gangguan pola tidur
pola tidur pada mahasiswa lingkungan pada Terapeutik
Ners angkatan 36 dan 37 mahasiswa Ners 36  Sediakan materi dan pengaturan aktivitas dan
Universitas Diponegoro dan 37 Universitas istirahat
dapat teratasi dengan Diponegoro dapat  Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan
kriteria hasil: meningkat dengan sesuai kesepakatan
Pola Tidur (L05045) kriteria hasil: Edukasi
 Gangguan pola tidur Pola Tidur (L05045)  Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
mengganggu aktivitas  Keluhan sulit atau aktivitas lainnya
yang dihadapi menurun memulai tidur  Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
dari 63% menjadi < 10% akibat berbagai istirahat
 Gangguan pola tidur faktor pada 18%
mempengaruhi mahasiswa Terapi Musik (I.08250)
konsentrasi yang dihadapi berkurang menjadi Observasi
menurun dari 74% 10% mahasiswa  Identifikasi musik yang disukai
menjadi < 10% Terapeutik
 Pengukuran kualitas tidur  Pilih musik yang disukai
menggunakan PSQI (85%  Batasi rangsangan eksternal selama terapi
kyalitas tidur buruk) pada dilakukan (mis: lampu, suara, pengunjung,
mahasiswa menurun dari panggilan telepon)
No Diagnosa Tujuan Intervensi Paraf
Keperawatan Umum Khusus
85% menjadi < 10%  Sediakan peralatan terapi musik
 Keluhann akibat istirahat  Atur volume suara yang sesuai
dan tidur tidak cukup  Berikan terapi musik sesuai indikasi
berkurang dari data awal  Hindari pemberian terapi musik dalam waktu
- Mata hitam dari yang lama
8% menjadi 2% Edukasi
- Maa sakit dari 7%  Jelaskan tujuan dan prosedur terapi musik
menjadi 2%  Anjurkan rileks selama mendengarkan musik
- Mood buruk dari
11% menjadi 3% Terapi Relaksasi Otot Progresif (I.05187)
- Sering lupa dari Observasi
10% menjadi 3%  Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman
- Mengantuk
 Monitor secara berkala untuk memmastikan
disiang hari dari
otot rileks
27% menjadi 6%
Terapeutik
Tingkat Keletihan
 Atur lingkungan agar tidak ada gangguan saat
(L05046)
terapi
 Mahasiswa yang merasa
 Berikan posisi bersandar pada kursi atau
lelah eskipun sudah tidur
posisi lainnya yang nyaman
berkurang dari 19%
mejadi 9%  Hentikan sesi relaksasi secara bertahap
 Mahasiswa yang  Beri waktu mengungkapkan perasaan tentang
mengalmai gangguan terapi
konsentrasi berkurang Edukasi
dari 13% menjadi 6%  Anjurkan memeakai pakaian yang nyaman
 Gangguan melakukan dan tidak sempit
aktivias rutin yang dialami  Anjurkan melakukan relaksasi otot rahang
mahaiswa menurun dari  Anjurkan menegangkan otot selama 5 sampai
63% menjadi 21% 10 detik, kemudian anjurkan untuk
merilekskan otot 20-30 detik, masing-masing 8
sampai 16 kali
 Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak
lebih dari 5 detik untuk menghindari kram
 Anjurkan fokus pada sensasi otot yang
No Diagnosa Tujuan Intervensi Paraf
Keperawatan Umum Khusus
menegang
 Anjurkan fokus pada sensasi otot yang rileks
 Anjurkan bernapas dalam dan perlahan
2 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.12383)
nyaman b.d keperawatan selama 1 tindakan keperawatan Observasi
Gejala penyakit minggu diharapkan masalah selama 1 minggu  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
(Computer keperawatan gangguan diharapkan Gejala menerima informasi: edukasi tentang
Vision rasa nyaman pada penyakit (Computer Computer Vision Syndrome
Syndrome) mahasiswa Ners angkatan Vision Syndrome)  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
36 dan 37 Universitas pada mahasiswa meningkatkan dan menurunkan motivasi
Diponegoro dapat teratasi Ners 36 dan 37 perilaku CVS
dengan kriteria hasil: Universitas Terapeutik
Status Kenyamanan Diponegoro dapat  Sediakan materi dan media pendidikan
(L08064) menurun dengan kesehatan
 Keluhan tidak nyaman kriteria hasil:  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
pada mata yang dihadapi  Sebanyak <10% kesepakatan
menurun menjadi < 10% mahasiswa tidak Edukasi
- Mata letih mengalami CVS  Jelaskan faktor resiko yang dapat
- Mata terasa berat mempengaruhi kesehatan: CVS
- Mata pegal  Ajarkan strategi yang dapat dilakukan untuk
- Penglihatan blur meningkatkan perilaku menghindari atau
- Sulit fokus dalam mengurangi dampak CVS seperti Senam Mata
melihat
- Penglihatan tidak Terapi Akupresur (I.06209)
jelas Observasi
- Mata berkedut  Periksa tingkat kenyamanan psikologis
 Gangguan interaksi sosial dengan sentuhan
yang dilamai 70,3%  Periksa tempat yang sensitif untuk dilakukan
mahasiswa berkurang penekanan dengan jari
mmenjadi< 35% Terapeutk
 Rangsang titik akupresur dengan jari atau ibu
jari dengan kekuatan tekanan yang memadai
 Tekan bagian otot yang tegang hungga rileks
No Diagnosa Tujuan Intervensi Paraf
Keperawatan Umum Khusus
atau nyeri menurun, sekitar 15-20 detik
 Lakukan akupresur setiap hari dalam satu
pekan pertama untuk mengurangi dampak
CVS
Edukasi
 Anjurkan untuk rileks
 Anjurkan keluarga atau orang terdekat
melakukan akupresur secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai