Anda di halaman 1dari 35

Tepid Sponge

Pendahuluan:
 Demam; Peningkatan suhu tubuh berkaitan
ketidakmampuan tubuh utk menghilangkan panas
ataupun mengurangi produksi panas ( Isnaeni,2014. )
 Hipertermi ; terapi non farmakologi dg
“ Kompres” hangat, dingin, alkohol.
 Lokasi: dahi ( fore head ), leher ( nape of neck ),
ketiak ( armpit ), lipat paha ( groin ).
1. Pengertian:

 Tepid Sponge ; A/ sebuah tehnik kompres hangat yg


menggabungkan tehnik kompres blok pada pembuluh darah
supervisial dg tehnik Seka ( Alves, 2008 ).

 Pada lima titik ( 1 leher, 2 ketiak, 2 lipat paha ), dan melakukan


seka pada perut, dada ataupun seluruh badan dg kain/wash lap

 Lebih efektif dari kompres hangat.

 Bekerja dg vasodilatasi pembuluh darah perifer diseluruh tubuh


sehingga evaporasi panas dari kulit kelingkungan lebih cepat.
2. Tujuan:
1. Meningatkan kontrol panas tubuh melalui
evaporasi/penguapan, dan konduksi/perpindahan.
2. Menurunkan suhu tubuh.
3. Memberikan kenyamanan.
4. Mencegah terjadi kejang demam.

3. Manfaat:
1. Memberikan rasa nyaman
2. Tehnik Tapid Sponge > efektif/cepat menurunkan suhu
tubuh.
3. Perbedaan dg kompres hangat sebesar 0,2 %
4. Indikasi:
 Febris/demam dg suhu diatas 38 derjad celsius.
 Tidak ada luka pada daerah pemberian Tepid Sponge.
 Tidak diberikan pada neonatus ( 6 bulan s/d 3 thn ).

5. Tehnik Tepid Sponge:


1. Tahap Persiapan;
a. Persiapan alat & bahan
- waskom utk air hangat ( 37 derjad celsius )
- Lap mandi/wash lap
- Handuk mandi
- Selimut mandi & perlak
-Termometer
- Tempat pakain kotor
b. Cuci tangan 6 langkah
2. Tahap Pelaksanaan

a. Jelaskan prosedur & demonstrasikan kpd keluarga cara tepid


sponge.
b. Beri kesempatan klien utk buang air sebelum dilakukan tepid
sponge.
c. Ukur suhu tubuh & catat jenis & waktu pemberian antipiretik pd
pasien.
d. Buka seluruh pakaian klien dan alas dg perlak/pengalas
e. Tutup tubuh klien dg handuk mandi, kemudian basahkan wash lap,
usap mulai dari kepala, dan dg tekanan lembut yg lama, lap seluruh
tubuh meliputi leher, kedua ketiak, perut, ekstremitas atas dan
bawah. Lap tubuh kurang lebih 15 menit.Pertahankan suhu 37 0 C
f. Bila wash lap mulai mengering, rendam kembali dg air hangat, ulangi
kegiatan ini.
g. Hentikan prosedur jika klien kedinginan/ menggigil atau segera
setelah suhu tubuh mendekati normal.
Selimuti klien dg selimut mandi & keringkan, pakaikan baju tipis &
menghisap/ menyirap keringat.

As-Kep:
1.Pengkajianan
2.Masalah Keperawatan: “ Hipertermi”
3.Perencanaan: (NOC & NIC)
Kriteria: - Mengembalikan suhu tubuh dlm rentang nolmal .
- Mengembalikan tubuh kedalam kondisi
sefisiologis mungkin.
4. Implementasi
5. Evaluasi
TERIMA KASIH
P.2
INTERVENSI KEPERAWATAN PD BAYI DAN
ANAK

A. Oksigen Pd anak
B. Nebulisasai
C. Suctioning
D. Pemasangan infus pd bayi & anak
E. Transfusi darah
F. Pencegahan infeksi lingkungan pd BBL
OKSIGENASI PADA ANAK:

Pendahuluan:
 Perbedaan anatomi jln nfs bayi & anak, subglotis lebih sempit &
lebih tegang dg tlg rawan yg kurang berkembang dari dewasa.
 OK itu jln nfs mudah tersumbat oleh lendir, darah, edema atau
perbedaan tekanan saat usaha bernfs.
 Tulang2 iga & intercostae sangat lentur dan kurang menyokong
paru, sehingga kapasitas residu berkurang.
 Adanya sumbatan inspirasi aktif menyebabkan gerakan dada
paradoksal dg retraksi sternal.
 Bayi & anak membutuhkan O2 perkilogram BB lebih besar
karena tingginya metabolisme ( 6 - 8 ml/kg BB/menit.), dewasa
3-4 ml/kg/menit.
Pengertian:

 Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen/O2.


 A/ peristiwa menghirup udara dari luar yg mengandung O2
kedalam tubuh serta mengeluarkan CO2 dari dalam tubuh
keluar.
 A/ Pemenuhan kebutuhan O2, dimana mrp’ kebutuhan dasar
manusia yg digunakan utk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
aktifitas berbagai organ & sel dalam mempertahankan hidup.
 A/ proses penambahan O2 kedalam sistem kimia dan fisika.
 A/ memberikan aliran gas O2 lebih 21 % pada tekanan 1 atmosfir
sehingga konsentrasi o2 meningkat dalam tubuh.
Terapi Oksigen:

A/ memasukan oksigen tambahan dari luar ke paru


melalui sal. pernafasan dg menggunakan alat sesuai
kebutuhan pemberian O2 dg konsentrasi yg lebih
tinggi sehingga konsentrasi O2 dalam darah
meningkat.
Gagal nafas, kurang oksigenasi dapat
melalui 2 mekanisme utama:

1. Hipoksemia Arterial;
- Tekanan partial O2 rendah
- Hipoventilasi alvioli
- Ketidak sesuaian ventilasi & perfusi
- Pirau kanan ke kiri
2. Gangguan sistem transportasi oksigen -hemoglobin;
- Perfusi jaringann tdk adekuat
- Kadar hemoglobin rendah
-Kurva disosiasi O2 abnormal
- Keracunan histotoksik dari enzim intraseluler.
Indikasi Terapi Oksigen:
 Cardiac- respiratory Arrest
 Hipoksemia ( Pa O2 < 60 mmHg, Sa O2 < 90 % )
 Hipotensi
 Curah jantung rendah dan asidosis metabolik
 Distress Respirasi

Tujuan:
1. Mengatasi hipoksemia.
Bila tek’O2 menurun terjadi hipoksemia darah arteri,
dapat diperbaiki dg meningkatkan fraksi O2 udara yg
dihisap pd inspirasi.
2.Menurunnya usaha bernafas ( Work of breathing).
Usaha bernafas yg meningkat mrp’ respons terhadap
hipoksemia.Meningkat konsentrasi O2 udara inspirasi
memungkinkan pertukaran gas alveoli. Hasilnya kebutuhan
ventilasi total akan menurun sehingga usaha nafas akan
berkurang tanpa mempengaruhi tingkat oksigenasi.

3. Mengurangi Kerja Miokardium.


Sistem KV a/ mekanisme kompensasi utama terhadap keadaan
hipoksia atau hipoksemia. Pemberian O2 akan mengurangi atau
mencegah peningkatan kebutuhan kerja miokardium.
Tehnik pemberian oksigen:

1. Sistem aliran rendah ( low flow )


2. Sistem aliran tinggi ( high flow )

Sistem Aliran Rendah:


Utk klien yg memerlukan O2 tp masih mampu bernafas dg
pola pernafasan normal. Volume tidal 500 ml dg kecepatan
pernafasan 16-20x/menit.
Ex;
 Kateter nasal
Alat sederhana, memberikan O2 scr kontinue dg aliran 1-6
L/mt dg konsentrasi 24 %- 44 %
 Kanula nasal
Idem dg kanula nasal (1-5/6 L/mt )
 Sungkup muka sederhana
Alat pemberian O2 kontinu/selang seling 5-8 L/mt dg konsentrasi
O2 40-60%.
 Sungkup muka dg kantong rebreathing
Tehnik pemberia O2 dg konsentrasi tinggi 60-80 % dg aliran 8-12
L/mt.
 Sungkup muka dg kantong Non rebreathing
Tehnik pemberian O2 dg konsentrasi O2 mencapai 90 % dg aliran
8-12 L/mt, dimana udara inspirasi tdk bercampur dg udara ekspirasi.
Sistem Aliran Tinggi:
Tehnik pemberian O2 dimana Fi O2 ( Fraksi Inspirasi O2 ) lebih
stabil dan tidak dipengaruhi tipe pernafasan, sehingga dapat
menambahkan konsentrasi O2 yg lebih tepat & teratur.

Ex:
 Sungkup Muka dg Ventury ( Venturi Mask )
Prinsip; Gas yg dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup,
kemudian akan dihimpit utk mengatur suplai O2 sehingga
tercipta tekanan negatif akibatnya udara luar dapat dihisap dan
aliran udara yg dihasilkan lebih banyak
4 -14 L/mt dg konsentrasi 30-55 %.
Evaluasi Terapi Oksigen:
Homeostatis Kardiopulmonal.

• Evaluasi dg pemeriksaan fisik SS’ KP’, penilaian Analisa Gasa


Darah dan pulse Oksimeter.
• Penilaian KV; kesadaran laju jantung, laju nadi, dan perfusi
serta TD pd anak yg lebih besar.
• Kesadaran Baik; berarti perfusi O2 , SS saraf pusat adekuat,
perfusi perifer/pengisian kapiler, kulit kering, hangat ( baik ).
• Sistem Nafas; laju nafas, ada tidaknya retraksi sela iga dan
supra sternal.
• AGD; pH, PaO2,PaCO2 dan penilaian klinik.
• Pulsa Oksimetri; mrp’ alat non invasif yg paling baik dlm
memantau anak dg insuffisiensi menunjukan
saturasi O2 secara berkesinambungan dan tidak menunjukan
status ventilasi ( indikator paling awal ggn respirasi dan cukup
dapat dipercaya dalam terapi O2).

Penghentian Oksigen:
Bila O2 arteri adekuat, pasien dapat bernafas dg udara kamar. (
Pa O2 > 8 kPa, Sa O2 > 90 % ).

Pada pasien dg resiko terjadi hipoksemia jaringan , O2


dihentikan bila status asam- basa dan penilaian klinis fungsi
vital membaik.
NEBULISASI
Pengertian:
 Terapi dg menggunakan alat nebulizer. ( dry Powder
Inhaler/DPI, dan Matered Dose Inhaler/MDI )

 Nebulizer, Alat yg mengubah obat bentuk cair menjadi


aerosol secara terus-menerus dg tenaga berasal dari udara, yg
dipadatkan atau gelombang ultrasonik. Merubah partikel
menjadi uap yg dihirup sehingga langsung menuju paru-paru.
Ultrasonik dan kompressor.

 Aerosol; a/ campuran antara partikel gas dan partikel


cair/obat.
Kontra Indikasi :

• Kateter nasal tidak cocok utk neonatus.


• Kateter nasal tidak boleh pada pasien dg trauma
maksikofasial, fraktur basis cranii, ganggua koagulasi.
• Kanul O2 & kateter nasal tidak boleh diberikan pada pasien
dg obstruksi nasal.

Hal-hal yg harus di perhatikan/observasi;


• Kondisi kulit ( kemerahan,dll )
• Adanya iritasi saluran nafas
• komplikasi terapi O2.
Jenis Nebulizer:
1. Nebulizer mini
2. Nebulizer jet- aerosol
3. Nebulizer ultrasonik

Cara Kerja Nebulizer:


Dengan penguapan yg dihirup dg masker. Waktu ± 5-10 menit, 3
-4 X/hari
apat dipakai sejak bayi/ O bulan, anak2 ( Todler/Kids) hingga
dewasa.
Tujuan;
1. Mengurangi sesak nafas pada pasien asma
2. Mengencerkan sputum
3. Mengurangi bronkhospasme/menghilangkan.
Manfaat Nebulizer Untuk Bayi :

1.Mengatasi radang sal. Pernafasan.


2. Mengeluarkan sputum dg lancar
3.Mengatasi gejala asma
4.Terapi influenza
5.Mengatasi alergi ( Rhinitis )
6.Mengobati pneumonia ( t/u setelah pasang ventilator )
7. Membantu pada kasus Sinusitis.
Cara Pemberian Nebulisasi:
1. Persiapan Alat
• Tabung O2 dg flowmeter, humidifier.
• Masker Alat
• Obat yg dibutuhkan
• Spuit 2 ml ( sesuai jlh obat )
• Alat tulis.
2. Persiapan Pasien
• Menjelaskan prosedur yg akan dilakukan.
• Menyiapkan lingkungan yg aman utk klien.
3. langkah-langkah
• Memberikan posisi yg nyaman pd klien
• Mengontrol flowmeter dan humidifier.
• Mencuci tangan
• Menyambungkan masker nebulizer dg tabung O2 dg selang
penghubung.
• Mengontrol apkh selang & masker berfungsi baik.
• Menghisap obat sesuai instruksi medik & memasukan ke dlm
tabung masker nebulizer.
• Memasang masker sesuai wajah klien
• Mengalirkan O2 sesuai indikasi medik
• Meevaluasi respons klien ( pola nafas )
• Merapihkan pasien
• Cuci tangan
• Dokumentasi ( jenis obat & jlh liter O2 yg diberikan, wkt 10-15
menit, reaksi pasien )
4. Sikap
Teliti, sabar, hati2, tanggap terhadap reaksi pasien .

Efek Samping:
 Iritasi
 Infeksi
 Suara serak ( dysphonia).

Tehnik Pemasangan Nebulizer pd Bayi:


1. Hand hygiene
2. Kontrol alat nebulizer & obat2an
3. Hub’ kompressor udara ke stop kontak listrik
4. Tuangkan obat kedlm cangkir sesuai dosis.
5. Hub’ bgn lain dg menyematkan slang udara ke alat nebulizer pd
mesinnya, dan hub’ masker dg cangkir nebulizer.
6. Kenakan masker hingga menutupi bgn hidung bayi dan mulut
( fiksasi )
7. Awasi bayi saat pemasangan nebulizer
8. Rapihkan alat nebulizer/bilas cangkir dg air hangat.
9.Tidak boleh digunakan pd bayi menangis.

=ooo=
PENCEGAHAN INFEKSI LINGKUNGAN PD BBL

By: Ns.ardianis, S.Pd, S.Kep,MM

PRODI KEPERAWATAN
STIKes INDONESIA
Pendahuluan:

 Kematian sepsis neonatorum cukup tinggi dari angka


kematian BBL.
 Infeksi lebih sering pada BBLR.

1.Pengertian:
Merupakan perilaku awal yg harus dilakukan pada
BBL , karena rentan terhadap infeksi
2. Tindakan Pencegahan Infeksi:
1. Cuci tangan seb’ & sesudah kontak dg bayi.
2. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yg
belum dimandkan.
3. Pastikan semua peralatan telah didesinfeksi tingkat
tinggi/steril, jika menggunakan deeley sebaiknya
pakai yg baru/bersih /satu bayi.
4. Pastikan semua linen dalam keadaan bersih.
5. Pastikan timbangan, pita pengukur,dll dalam
keadaan sudah bersih/dekontaminasi & dibersihkan
setelah digunakan.
6. Anjurkan ibu menjaga kebversihan diri t/u payudara
& papila mamae
7. Bersihkan muka, pantat dan tali pusat BBL dg air
bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8. Menjaga bayi dari orang yg menderita infeksi &
pastikan sudah cuci tangan.

3. Prinsip Umum Pencegahan Infeksi:


1. Berikan perawatan rutin kepada BBL.
2. Pertimbangkan setiap orang berpotensi menularkan
infeksi.
3. Cuci tangan atau gunakan pembersih beralkohol.
4. Pakai pakaian pelindung & sarung tangan
5. Gunakan tehnik aseptik.
6. Pegang instrumen tajam dg hati2 dan disterilkan.
dan buang sampah sesuai tempatnya.
7. Bersihkan unit perawatan secara rutin & buang sampah.
8. Pisahkan bayi yg menderita infeksi utk mencegah
infeksi nosokomial.

4. Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi pada BBL:


a. Setelah 6 jam /suhu tubuh bayi stabil, bersihkan bayi
dg air hangat dg kain katun. Tunda mandi bayi jika
gestasi < 37 mg/prematur s/d minimal hari kedua.
b. Bersihkan bokong setiap kotor dg air hangat dan
dikeringkan.
c. Pastikan posisi bayi saat menyusui dg benar.
d. Perawatan talipusat setiap kotor dg mencuci dan
mengeringkan dg kassa steril. Mengikat tali popok
dibawah tali pusat.
e. Observasi kondisi tali pusat ( warna, bau, tanda infeksi,
pus, perdarahan , pembengkakan, keluar cairan).
f. Pencegahan infeksi kulit.
g. Pencegahan infeksi pada mata, dibersihkan dg kapas
mata dg air hangat, berikan zalf mata tetrasiklin 1 %/
eritromisin 0,5 %.

h. Imunisasi, BCG setelah lahir, 2 minggu tetes polio,


hepatitis B sebelum bayi pulang.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai