Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

Penyimpangan Seksual , Incest & PSK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas


pada mata kuliah kesehatan reproduksi II

Di susun oleh :

1. Ike Paramida Septiani 526080618008


2. Mutia Meliza 526080618016
3. Paradia Sri Wahyuni 526080618023
4. Vivin Nursyahdina Zebua 526080618032

Dosen pembimbing :
Desi Pramita S.ST.,M.Kes

STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM


DIII KEBIDANAN TINGKAT 2
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-Nya
lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta
ampunan dan kami meminta pertolongan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta. Dengan hormat serta pertolongan-Nya,puji
syukur, pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
“Penyimpangan seksual , Incest & PSK” dengan lancar.
Penulis pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan
pada makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat menantikan kritik dan saran yang
membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan
makalah berikutnya. Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk
untuk kami supaya kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang
selanjutnya.

Batam, 21 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i


Daftar Isi ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 5
1.3 Manfaat .................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi penyimpangan seksual ............................................................. 7
2.1.1 Pervesi Seksual dan Penyebab Penyimbang Seksual...................... 7
2.1.2 Abnormalitas Seks Sebab Dorongan Seksual Yang Abnormal....... 9
2.1.3 Abnormalitas Seks disebabkan Partner Seks yang Abnormal......... 13
2.1.4 Cara-cara yang abnormal dalam Pemuasan Dorongan Seksual......16
2.1.5 Dampak Perilaku Penyimpangan Seksual......................................18
2.1.6 Upaya Pencegahan Penyimpangan Seksual...................................18

2.2 Definisi Incest ....................................................................................... 20


2.2.1 Sejarah Incest..................................................................................21
2.2.2 Jenis Incest......................................................................................22
2.2.3 Penyebab Incest..............................................................................23
2.2.4 Dampak Incest................................................................................25
2.2.5 Gambaran incest diluar ikatan perkawinan....................................28
2.2.6 Upaya pencegahan Incest…...........................................................28
2.2.7 Tindakan yang dilakukan pada korban tindakan Incest.................28
2.2.8 Perlindungan hukum......................................................................29

2.3 Definisi Pekerja Seks Komersial (PSK).................................................29


2.3.1 Faktor-faktor penyebab adanya Pekerja Seks Komersial...............30
2.3.2 Perilaku sosial budaya masyarakat.................................................31

ii
2.3.3 Persoalan-persoalan psikologis.......................................................31
2.3.4 Dampak yang ditimbulkan Pekerja Seks Komersial.......................32
2.3.5 Aspek Kesehatan Reproduksi..........................................................32

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 34
3.2 Saran....................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang


untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu
mencintai dirinya (autoerotik,mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual
namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain
ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam
perilaku seksual amat banyak. Manusia walaupun diciptakan ya sempurna namun
ada keterbatasan.
Hubungan Sedarah atau dalam bahasa Inggris disebut incest adalah
hubungan saling mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan
yang memiliki ikatan keluarga kekerabatan) yang dekat, biasanya antara ayah
dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama
saudara kandung atau saudara tiri. Pengertian istilah ini lebih bersifat sosio
antropologis daripada biologis (bandingkan dengan kerabat-dalam untuk
pengertian biologis) meskipun sebagian penjelasannya bersifat biologis.
Hubungan Sedarah diketahui berpotensi tinggi menghasilkan keturunan yang
secara biologis lemah, baik fisik maupun mental (cacat), atau bahkan letal
(mematikan). Fenomena ini juga umum dikenal dalam dunia hewan dan tumbuhan
karena meningkatnya koefisien erabat-dalam pada anak-anaknya. Akumulasi gen-
gen pembawa 'sifat lemah' dari kedua orang tua pada satu individu (anak)
terekspresikan karena genotipenya berada dalam kondisi homozigot.

1
Secara sosial, hubungan sumbang dapat disebabkan, antara lain, oleh
ruangan dalam rumah yang tidak memungkinkan orangtua, anak, atau sesama
saudara pisah kamar. Hubungan sumbang antara orang tua dan anak dapat pula
terjadi karena kondisi psikososial yang kurang sehat pada individu yang terlibat.
Beberapa budaya juga mentoleransi hubungan sumbang untuk kepentingan-
kepentingan tertentu, seperti politik atau kemurnian ras.
Masalah perilaku seksual menyimpang yang dilakukan oleh Pekerja Seks
Komersial (PSK) selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya
untuk dibahas dan diperbincangkan, merupakan masalah sensitif yang menyangkut
masalah-masalah peraturan sosial, segi-segi moral, etika dalam masyarakat dan
aturan-aturan dalam agama.
Penelitian Sedyaningsih, mengatakan pada dasarnya dikotomi antara
perempuan baik-baik dan perempuan tidak baik tampaknya masih melekat dalam
pandangan masyarakat dan lebih lagi dikuatkan oleh berbagai kebijakan, adat serta
aturan yang ada. Pandangan tersebut sering memojokkan perempuan, kebijakan
pembangunan yang tidak berpihak kepada perempuan di tengah langkanya
lapangan pekerjaan serta rendahnya tingkat pendidikan kaum perempuan menjadi
penyebab utama munculnya Pekerja Seks Komersial (PSK), ditambah terjadinya
krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Data dari Official Journal of The American Academy of Pediatrics dengan
judul Global Prevalence of Past-Year Violence Against Children: A Systematic
Review and Minimum Estimates, 2016. Rata-rata 50% atau diperkirakan lebih dari
1 milyar anak-anak di diunia berusia 2-17 tahun, mengalami kekerasan fisik,
seksual, emosional, dan penelantaran di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Utara
mengalami kekerasan dalam satu tahun terakhir. Data dari WHO (September
2016), 1 dari 4 orang dewasa melaporkan pernah mengalami kekerasan saat usia
anak/remaja. 1 dari 5 anak perempuan dan 1 dari 13 laki-laki melaporkan pernah
mengalami kekerasan seksual saat usia anak/remaja. 12% anak-anak didunia
mengalami kekerasan seksual pada satu tahun terakhir, dan 37% dari Negara

2
anggota WHO menerapkan intervensi pencegahan kejadian kekerasan seksual
pada skala yang lebih besar.
Laporan dari UNICEF tahun 2015 kekerasan terhadap anak terjadi secara
luas di Indonesia, 40% anak berusia 13-15 tahun melaporkan pernah diserang
secara fisik sedikitnya satu kali dalam setahun, 26% melaporkan pernah mendapat
hukuman fisik dari orangtua atau pengasuh dirumah, dan 50% anak melaporkan di
bully di sekolah. Hasil penelitian mengenai kekerasan seksual oleh Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
(B2P3KS) Kementrian Sosial bekerja sama dengan End Child Prostitution, Child
Pornography & Trafficking of Children for Sexual Purposes (ECPAT) Indonesia
pada tahun 2017. (1) Penelitian dilakukan di Jakarta Timur, Magelang,
Yogyakarta, Mataram, dan Makassar. Penilitian dilakukan terhadap 49 anak yang
mengalami kekerasan seksual. (2) Lebih dari 50% kasus kekerasan seksual anak
dilakukan oleh anak. (3) Pelaku kekerasan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki
dengan rata-rata usia 16 tahun. (4) 67% kekerasan seksual dilakukan oleh pelaku
melalui paksaan. (5) 30% bentuk kekerasan yang dilakukan berupa
sentuhan/rabaan organ sensitive dan 26% hingga hubungan badan. (6) 30,56%
tempat terjadinya kekerasan seksual diantaranya di rumah teman dan 19,4%
dirumah korban. (7) 87% pelaku dan korban telah saling mengenal (8) Korban
Seksual 5-17 tahun. (9) Karakteristik korban sebanyak 35,44% bersifat pendiam,
cengeng dan pemalu. (10) 24,05% bersifat hiperaktif dan bandel dan 3,92% senang
berpakaian minim.
Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2018, di
Ranah Privat/personal, persentase tertinggi adalah kekerasan fisik 41% (3.982
kasus), diikuti kekerasan seksual 31% (2.979 kasus), kekerasan psikis 15%
(1.404% kasus), dan kekerasan ekonomi 13% (1.244 kasus). Pada tahun 2018,
Incest (pelaku orang terdekat yang masih memiliki hubungan keluarga) merupakan
kasus yang paling banyak dilaporkan yakni sebanyak 1.210 kasus. CATAHU juga
menemukan pelaku kekerasan seksual tertinggi di ranah privat/personal adalah

3
pacar sebanyak 1.528 orang, diikuti ayah kandung sebanyak 425 orang, kemudian
paman sebanyak 322 orang.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Halawa (2013) kepada 124 responden
mengenai faktor yang menyebabkan wanita menjadi pekerja seks komersial yaitu
faktor kebutuhan ekonomi didapat sebanyak 57,3%, faktor pelampiasan rasa
kecewa sebanyak 76,6%, faktor penipuan sebanyak 54,8%, faktor status sosial
sebanyak 63,7% dan faktor media sebanyak 52,4%. Menurut Kartono (2011),
mengungkapkan data statistik di Indonesia menunjukkan, bahwa kurang lebih 75%
dari jumlah pelacur adalah wanita-wanita muda di bawah umur 30 tahun. Mereka
itu pada umumnya memasuki dunia pelacuran pada usia yang muda, yaitu 13 – 24
tahun dan yang paling banyak ialah usia 17 – 21 tahun. Dampak akibat kegiatan
pekerja seks komersial ini yaitu menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit
kelamin dan kulit. Penyakit yang paling banyak terjadi ialah syphillis dan
gonorrhoe (kencing nanah), yang mana jika tidak mendapatkan pengobatan yang
sempurna, bisa menimbulkan cacat jasmani dan rohani pada diri sendiri dan anak
keturunan. Akibat lainnya yaitu rusaknya sendi-sendi kehidupan keluarga. Suami-
suami yang tergoda oleh PSK biasanya melupakan fungsinya sebagai kepala
keluarga, sehingga keluarga menjadi berantakan. Keberadaan PSK ini juga
mengakibatkan rusaknya sendi-sendi moral, susila, hukum dan agama. Terutama
goyahnya norma perkawinan, sehingga menyimpang dari adat kebiasaan, norma
hukum dan agama. Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi Riau, jumlah PSK
yang terdata di Kopertis Wilayah X 304 Provinsi Riau tahun 2014 yaitu 2.865
PSK.
Dampak Perilaku Penyimpangan Seksual, yaitu : Akibat dari meningkatnya
aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi
diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah , Akibat yang ditimbulkan dari
aktivitas sekssual yang tidak sehat adalah Infeksi Menular Seksual (IMS), Akibat
dari perilaku menyimpang seksual adalah munculnya berbagai penyakit kelamin
atau penyakit hubungan seksual.

4
Dampak Incest , yaitu : Dampak psikologis ,Dampak terhadap fisik ,Dampak
dari segi kemanusiaan , Dampak dari segi social. Selain itu banyak penyakit
genetik yang peluang munculnya lebih besar pada anak yang dilahirkan dari kasus
incest seperti: Skizofrenia ,Leukodystrophine , Idiot & Hemophilia
Dampak Pekerja Seks Komersial, yaitu : Keluarga dan masyarakat tidak dapat
lagi memandang nilainya sebagai seorang perempuan, Stabilitas sosial pada
dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan selalu mencemooh dirinya,
Memberikan citra buruk bagi keluarga, Mempermudah penyebaran penyakit
menular seksual seperti gonore, clamidia¸ herpes kelamin, sifilis, hepatitis B,
HIV/AIDS
Peran pemerintah , yaitu melakukan Program Selamatkan dan Lindungi Anak
dari Kekerasan Seksual (SELARAS) seperti Mensosialisasikan bahaya kekerasan
pada anak , Membangun daya tangkal dan daya tanggap masyarakat terhadap
kekerasan seksual pada anak , Menstimulasi kemitraan masyarakat dan lembaga
penegakan hukum dlm pemberantasan kekerasan seksual pada anak, Membangun
kapasitas guru dalam pendidikan seksual anak . program Sistem Perlindungan
Anak Terintegrasi dan Membangun Kota Layak Anak (KLA)

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah untuk mengetahui tentang penyimpangan seksual ,


incest & PSK dan permasalahannya dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi.
Adapun tujuan khususnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi mengetahui tentang penyimpangan seksual ,
incest & PSK
2. Untuk mengetahui penyebab mengetahui tentang penyimpangan seksual ,
incest & PSK
3. Untuk mengetahui dampak mengetahui tentang penyimpangan seksual ,
incest & PSK

5
1.3 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan dan


menambah wawasan khususnya yang berkaitan pengetahuan tentang perilaku
penyimpangan seksual, incest & PSK.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyimpangan Seksual


Penyimpangan seksual adalah tindakan atau perilaku seskual yang tidak
sewajarnya atau tidak selayaknya untuk dilakukan, terutama oleh para remaja
yang masih membutuhkan banyak pembelajaran dan bimbingan.
Penyimpangan seksual (Sexually Deviation) adalah bentuk dorongan
dan kepuasan seksual yang diperoleh atau ditunjukkan kepadaobjek seksual
secara tidak lazim. Disebut tidak lazim karena perilaku menyimpang seksual
diikuti oleh fantasi seksual yang diorientasikan pada pencapaian orgasme
melalui hubungan diluar hubungan kelamin heteroseksual dengan jenis kelamin
yang sama atau dari partner seks dibawah umur atau hubungan seksual yang
secara normative bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual yang
diakui masyarakat secara umum (Junaedi, 2010).
Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang
menyimpang karena melanggar norma-norma yang berlaku. Penyimpangan
seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk perbuatan yang mengabaikan nilai
dan norma yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan
hukum.

2.1.1 Pervesi Seksual dan Penyebab Penyimbang Seksual


Ketidakwajaran seksual (Sexual Pervesion) mencakup perilaku-
perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada
pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual,
dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa,
dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam
masyarakat yang bisa diterima secara umum. Penyimpangan seksual ini
bergantung pada:

7
a. Struktur kepribadian seseorang dan perkembangan pribadinya.
b. Menetapnya (Fixity) kebiasaan yang menyimpang
c. Kuatnya tingkah laku seksual yang menyimpang
d. Sikap pribadi individu yang bersangkutan terhadap gejala
penyimpangannya
e. Adanya sekaligus perilaku-perilaku seksual yang menyimpang
lainnya, yang parallel tumbuhnya
Perilaku seksual yang menyimpang atau abnormal ini lebih banyak
dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan neuritis dan dorongan-dorongan
nonseksual daripada kebutuhan erotis. Sedangkan pada tingkah laku
seksual yang normal dan sehat dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan
untuk saling memuaskan, saling memberi, dan saling menerima kasih
sayang dan kenikmatan.
Sebab-sebab penyimpangan seks mencakup:
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor hereditas atau keturunan yang berupa
predisposisi dan konstitusi jasmaniah dan mentalnya. Faktor intrinsik
juga mencakup faktor genetis dan predisposisi hormonal.
Faktor genetis berperan penting dalam pemunculan gejala hormone
seksualitas. Walaupun dalam beberapa kasus juga bisa terjadi lewat
identifikasi yang sangat intens, atau lewat imitasi terhadap kebiasaan
lingkungan khusus. Jadi ada sesitisasi/pemekaan individu terhadap
pengaruh-pengaruh lingkungan tertentu.
Pada masa prinatal, faktor-faktor endokrin, konstitusi pembawaan,
dan beberapa basis biologis bisa menumbuhkan tingkah laku seksual
yang menyimpang. Cairan dan kelenjar endokrin pada fase-fase
pertumbuhan yang kritis, bisa ikut mempengaruhi arah dari dorongan-
dorongan seksual dan tingkah laku dimorfik seksual (dua jenis kelamin,
jenis kelamin ganda) pada manusia.

8
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah relasi anak dengan orang tua. Kondisi
penentu pada tingkah laku seksual yang menyimpang sudah diletakkan
oleh orang tua pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Maka,
gangguan dalam relasi anak dengan orang tua yang sifatnya tidak
harmonis, menjadi fasilitas atau predisposisi untuk perkembangan
penyimpangan-penyimpangan seksual. Pola tingkah laku menyimpang
ini dipelajari oleh anak melalui pengalaman-pengalaman belajar sosial
atau buah dari proses belajar pada awal kehidupannya sebagai anak-
anak dalam suatu keluarga.
Perilaku seks menyimpang pada masa kanak-kanak itu bisa terus
berlangsung sebagai perilaku peranan-seks yang abnormal pula pada
masa kedewasaan (ada perkembangan psikoseksual yang abnormal).
Oleh karena itu, interaksi-interaksi tingkah laku yang buruk antara anak
dengan orang tua dan dengan lingkungan sekitar itu jelas memainkan
peranan penting sekali dalam membentuk perkembangan psikoseksual
pribadi.

2.1.2 Abnormalitas Seks Sebab Dorongan Seksual Yang Abnormal


a. Pelacuran
Pelacuran merupakan bentuk penyimpangan seksual berupa
penukaran kenikmatan seksual dengan materi dan uang, dengan pola
dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam
kepribadian, sehingga relasi seks itu sifatnya impersonal, tanpa afeksi,
dan emosi (kasih sayang), berlangsung cepat, tanpa mendapatkan
orgasme dari satu pihak atau pihak lain.

9
b. Promiskuitus
Promiskuitus ialah hubungan seks secara bebas dengan siapa pun
juga, dengan banyak orang. Merupakan tindak seksual immoral,
terang-terangan, tanpa malu-malu, sebab didorong oleh nafsu-nafsu
seks yang tidak terintegrasi, tidak matang, dan tidak wajar
c. Seduksi dan perkosaan
Seduksi merupakan bujukan dan godaan untuk mengajak partner-
Nya bersetubuh, yang sebenarnya melanggar norma susila atau
hukum. Dalam seduksi terdapat unsur-unsur paksaan halus dan
tekanan-tekanan tertentu yang sifatnya kurang/tidak normal.
Perkosaan adalah perbuatan cabul, melakukan persetubuhan
dengan kekerasan dan paksaan. Perkosaan selalu didorong oleh nafsu-
nafsu seks yang sangat kuat atau abnormal, di barengi emosi-emosi
yang tidak dewasa dan tidak adekuat. Biasanya dimuati unsur-unsur
kekejaman dan sifat sadistis.
d. Frigiditas
Frigiditas adalah ketidakmampuan wanita mengalami hasrat-
hasrat seksual atau mengalami orgasme selama bersenggama.
Maksudnya adalah wanita yang bersangkutan tersebut kurang sekali
atau justru tidak tertarik sama sekali pada masa seks dan relasi seks
atau tidak mampu menghayati orgasme dalam coitus. Sebab-sebab
frigiditas ialah:
1) Secara organis, kelainan pada Rahim dan vagina sehingga
penderita tidak mampu melakukan coitus secara normal.
2) Relasi sosial, hubungannya dengan partner seks yang tidak
baik atau penderitanya dihinggapi rasa antipasti dan androfobia
(takut pada laki-laki) sehingga tidak bisa mengadakan jalinan
efeksi denga seorang pria.

10
3) Sebab psikologis (oleh faktor psikogen), misalnya ada rasa
bersalah dan berdosa, rasa cemas dan rasa takut yang kronis,
sehingga hal ini menghalang-halangi wanita untuk menjalani
relasi efektif dengan seorang pria atau suaminya.
e. Ejakulasi premature
Ejakulasi premature adalah pembuangan sperma yang terlalu
cepat sebelum zakar melakukan penetrasi atau beberapa detik
sesudah penetrasi. Umumnya disebabkan oleh rasa tidak aman dan
rasa kurang percaya diri. Peristiwa demikian biasanya disebabkan
oleh rasa kegagalan-kegagalan tertentu dalam karirnya dan bisa pula
disebabkan oleh rasa-rasa berdosa atau bersalah pada partner seks
yang bersangkutan
f. Impotensi kaitan
Impotensi kaitan adalah kemampuan pria untuk mengadakan
ereksi yang akan terjadi setelah zakar masuk dalam vagina dan tiba-
tiba zakar menjadi lemah dan lemas. Penyebab utamanya adalah
kecemasan yang takut dan berdosa yang tidak disadari atau secara
sadar pria tersebut tidak mau memberikan kepuasan pada istrinya.
g. Nymphomania
Nymphomania adalah peristiwa gejala seksualitas pada wanita
yang memiliki nafsu seksual kegila-gilaan serta patologis, dan
dorongan seks yang luar biasa yang ingin melampiaskan nafsu
seksnya berulangkali tanpa terkendali.
Sebab-sebab nymphomania antara lain:
1) Kekurangan kasih sayang dan kehangatan emosional pada masa
kanak-kanak
2) Adanya perasaan selalu kekurangan atau ketinggalan
pengalaman seks di remaja

11
3) Sebagai kompensasi pembalasan terhadap seseorang yang
dibencinya atau pria bekas kekasihnya yang tidak setia
4) Selalu diliputi ketegangan-ketegangan emosional yang ingin
disalurkan dengan relasi seks yang tanpa terkendali
5) Timbul keinginan-keinginan rasional untuk dipuja-puja dan
dicintai oleh banyak orang, terutama oleh banyak pria
h. Satyriasis
Satyriasis atau Satryomania adalah keinginan seks yang tidak
kunjung puas, patologis dan luar biasa besarnya pada seorang pria.
Disebut pula hiperseksual pria. Penyebabnya adalah adanya ereksi atau
ketegangan zakar secara terus-menerus yang biasanya tidak disertai
dorongan atau nafsu seks.
i. Vaginismus
Vaginismus adalah urat yang sangat menyakitkan pada vagina.
Peristiwa vaginismus bisa timbul karena spontan tanpa ada sadaran,
bisa reflektif sewaktu zakar mengeluarkan penetrasi air mania tau
berlangsung pada waktu diadakan pemeriksaan ginekologis.
Macam-macam vaginismus:
1) Vaginismus refleks primer, terjadi pada senggama pertama kali
2) Vaginismus reflekes sekunder, disebabkan karena adanya
kelainan somatis atau gangguan organis
3) Vaginismus psikogen primer, disebabkan oleh psikis seperti
ketakutan dan kecemasan yang hebat, rasa-rasa berdosa, dan
lain-lain
4) Vaginismus psikogen sekunder, disebabkan adanya rasa
antipasti atau rasa tidak mapan terhadap partner seksnya
j. Dispareuni
Dispareuni adalah adanya kesulitan dalam melakukan senggama
atau merasakan sakit pada saat bersenggama. Rasa sakit ini terjadi

12
pada saat pria mengadakan emission (pengeluaran air mani) atau
karena adanya transudasi (keluarnya lender pelican) yang berkurang.
k. Anorgasme
Anorgasme ialah ejakulasi dini (pengeluaran mani) tanpa
mengalami puncak kepuasan seksual atau orgasme pada pihak pria.
Namun anorgasme sering pula dirasakan oleh banyak pihak wanita.
Penyebab anorgasme adalah faktor-faktor psikis, seperti perasaan-
perasaan yang tidak mapan terhadap partner seksnya.

2.1.3 Abnormalitas Seks disebabkan Partner Seks yang Abnormal


1) Homoseksualitas
Homoseksualitas merupakan suatu istilah untuk menunjukkan
adanya dorongan seksual dan tingkah laku seksual terhadap orang
lain dari kelamin sejenis. Faktor-faktor penyebab homoseksualitas
antara lain:
a. Faktor herediter berupa ketidakseimbangan hormon-hormon seks
b. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
c. Seseorang selalu mencari kepuasan relasi homoseks, karena ia
pernah menghayati pengalaman-pengalaman homoseks yang
menggairahkan pada saat remaja
d. Seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman yang
traumatis dengan ibunya yang mengakibatkan timbulnya
kebencian/antipasti pada ibunya bahkan wanita
2) Lesbianism
Lesbianisme adalah homoseksual dikalangan wanita. Pada
umumnya cinta homoseksual wanita (lesbianisme) itu sangat
mendalam dan lebih hebat daripada cinta heteroseksual. Meskipun
pada hubungan ini sering terjadi diperoleh kepuasaan seksual yang
wajar. Cinta lesbian biasanya juga lebih hebat daripada cinta

13
dikalangan homoseksual kaum pria. Manifestasi lesbianism yang
sangat khas adalah kedua partner wanita selalu berganti peranan,
secara bergantian berganti peranan sebagai laki-laki dan wanita.
3) Bestiality
Bestiality adalah relasi seksual dan kepuasan seksual dengan
jalan melakukan persetubuhan dengan binatang.
4) Zoofilia
Zoofilia adalah bentuk cinta yang sangat mesra dan abnormal
pada binatang. Kepuasan seksual zoofilia antara lain dilakukan
dengan tidur bersama dengan binatang kesayangannya, membelai-
belai binatang, menciumi dan memanipulasi tubuh binatang itu.
5) Nekrofilia
Nekrofilia adalah fenomena hubungan seks dan menikmati
orgasme dengan mayat. Praktik nekrofilia disebabkan antara lain
oleh adanya rasa inferior yang begitu hebat yang dialami pelaku
karena trauma yang serius sehingga dia tidak berani mengadakan
relasi seks dengan seorang wanita yang masih hidup
6) Pornografi dan obscenity
Pornografi adalah lektur/bacaan yang immoral, berisikan
gambar-gambar dan tulisan yang asusila yang khusus dibuat untuk
merangsang nafsu seks. Sedangkan obscenity adalah pola tingkah
laku, gerak-gerik, perkataan-perkataan, dan ekspresi lainnya yang
bersifat erotis, yang berlangsung secara terang-terangan atau terbuka,
tidak sopan, jorok, dan menjijikkan.
7) Pedofilia
Pedofilia adalah gejala rasa tertarik dan mendapatkan kepuasan
seksual dengan melakukan persetubuhan dengan anak-anak kecil.
Praktik pedofilia biasanya dilakukan oleh laki-laki yang mempunyai

14
kelainan/penyimpangan mental, bersifat osikotis, psikopat, dan
alkoholik atau asusila.
8) Fetishisme
Fetishisme adalah gejala abnormalitas seks dengan dorongan
seks yang diarahkan pada satu benda yang dianggap sebagai substitut
kekasih. Biasanya benda tersebut berasal dari seorang kekasih yang
sudah meninggal atau meninggalkan dirinya. Symbol fetishisme
antara lain berupa pakaian dalam, kaus kaki, sapu tangan, sepatu,
potret, topi, dan lain-lain.
9) Frottage
Frottage adalah memperoleh orgasme dengan cara menggosok-
gosokkan dan meremas-remas pakaian lawan jenis. Maksudnya ialah
seseorang tersebut mendapatkan kepuasan seksual dengan meraba-
raba orang lain yang disenangi, biasanya tanpa sepengetahuan
korbannya.
Frottage biasanya dilakukan oleh seseorang yang sangat pemalu
dan tidak mempunyai keberanian sama sekali untuk melakukan
coitus. Dirinya diselimuti oleh perasaan rendah diri, malu dan tidak
berdaya.
10) Geronto seksualitas
Geronto seksualitas adalah gejala seksual yang dialami oleh
seorang pemuda yang lebih senang melakukan hubungan seks
dengan wanita tua atau berumur lanjut.
11) Incest
Incset adalah hubungan pria dan wanita didalam atau diluar
pernikahan dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau
keturunan yang dekat sekali.

15
2.1.4 Cara-cara yang abnormal dalam Pemuasan Dorongan Seksual
1) Onani atau masturbasi
Onani atau masturbasi adalah upaya mencapai suatu keadaan
ereksi organ-organ kelamin dan perolehan orgasme lewat
perangsangan manual dengan tangan atau perangsang mekanis.
Maksudnya adalah aktivitas penodaan diri berupa penyalahgunaan
seksual dalam bentuk merangsang alat kelaminnya sendiri secara
manual (dengan tangan), secara digital (dengan jari-jari), atau cara
lainnya.
Sekalipun melakukan onani pada umumnya tidak mengakibatkan
produk yang patologis, namun pelampiasan onani tanpa kendali akan
berakibat buruk terhadap pembentukan watak seseorang, karena ada
cara pemuasan nafsu yang terlalu murah sehingga daya tahan
psikisnya menjadi lemah.
2) Sadisme
Sadisme adalah kelainan seksual yang diasosiakan dengan
penderitaan, kesakitan dan hukuman.
3) Masokhisme
Masokhisme adalah lawan dari sadism, yaitu mendapatkan
kepuasan seks dan bisa merasakan orgasme dengan jalan melakukan
siksaan mental dan fisik pada diri sendiri.
4) Voyeurisme atau skoptofilia
Voyeurisme atau skoptofilia adalah kepuasan seksual dengan
diam-diam melihat orang lain telanjang atau melakukan senggama
atau melihat kelamin orang lain melalui lubang kunci atau lubang
angin-angin. Kelainan seperti ini disebabkan adanya pengalaman di
masa kanak-kanak melihat orang tuanya bersenggama.

16
5) Ekshibisionisme seksual
Ekshibisinisme seksual adalah gejala seseorang yang
mendapatkan kepuasaan seksual dengan cara memperlihatkan
genitalia atau alat kelaminnya. Misalnya berlangsung dalam bus, di
jalan-jalan atau tempat-tempat umum. Penderitanya biasanya
memiliki sifat pemalu, pendiam, dan pasif dan pada umumnya
mereka mempunyai ibu yang sangat dominan.

Penyimpangan seksual tidak hanya bersangkutan dengan


kepuasan seksual saja, tetapi sering kali merupakan mekanisme
pertahanan diri terhadap perasaan-perasaan tidak senang, ketakutan,
kecemasan, dan depresi. Sebab dan proses penyimpangan seksual
multifaktor sifatnya dan sangat kompleks sehingga untuk usaha
penyembuhannya, disamping menggunakan pendekatan klinis, secara
esensial harus menggunakan metode pikoanalitis, medis, treatment
behavioural, pekerjaan sosial, dan pendekatan sosial dan budaya.
Bagi penyimpangan seksual primer, karena terjadi kerusakan
pada fungsi system otak biasanya digunakan cara penyembuhan medis.
Pada orang-orang yang agresif secara seksual, misalnya kaum pedofilia
habitual, para pemerkosa, dan psikopat, diberikan pengobatan dengan
obat antilibido, yaitu hormone estrogen. Juga dapat diberikan obat
antiadrogen, yaitu cyproterone dan chlormadinone yang bisa menekan
dorongan-dorongan seks yang paling dasar. Obat tersebut juga dapat
diberikan kepada para pasien yang mengidap terlalu banyak fantasi
seksual dan mereka yang memiliki sedikit sekali kemampuan untuk
mengendalikan nafsu-nafsu seksualnya. Pengobatan seperti ini
digunakan untuk menjinakkan atau menenangkan pasien-pasien,
dengan dibarengi pengobatan psikoterapeutik, treatment behavioral,

17
dan bimbingan psikis lainnya agar pasien bisa membatasi dan
mengendalikan libidonya.

2.1.5 Dampak Perilaku Penyimpangan Seksual


3) Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak
diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan
remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan
tindakan aborsi dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi sehingga
kematian si calon ibu.
4) Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas sekssual yang tidak sehat
adalah Infeksi Menular Seksual (IMS). Penularan penyakit ini
biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan
hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumnya sudah terkena
salah satu penyakit menular seksual.
5) Akibat dari perilaku menyimpang seksual adalah munculnya
berbagai penyakit kelamin atau penyakit hubungan seksual. Berbagai
penyakit kelamin yang dikenal diantara lain sifilis, gonore, herpes
simplex, limprogranuloma akuminata venerium, granuloma
inguinale, trikomonas, kondiloma, dan HIV/AIDS

2.1.6 Upaya Pencegahan Penyimpangan Seksual


1) Sikap dan pengertian orang tua
Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bisa secara
optimal diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari
orang tua terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat
penting. Orang tua perlu mengawasi secara bijaksan hal-hal yang
bersifat pornografi dan pornoaksi yang terpapar pada anak.
Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan

18
pemberian hukuman hanya akan anak putus asa dan menghentikan
usaha untuk mencontohnya. Orang tua perlu memberikan penjelasan
seksual secara jujur, sederhana dan terus terang kepada anaknya pada
saat-saat yang tepat berhubungan dengan perubahan-perubahan
fisiologi seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dan fenomena
sexual sekunder lainnya. Secara khusus, biasanya anak remaja
melakukan masturbasi jika punya kesempatan melakukannya.
Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-tempat yang sunyi, sepi dan
menyendiri. Maka, jangan dibiarkan anak untuk mendapatkan
kesempatan menyepi sendiri. Beri anak kesibukan dan pekerjaan
menarik yang menyita seluruh perhatiannya, hindarkan anak dari
melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar
porno, mengajak anak berolahraga khususnya olahraga bela diri yang
akan menyalurkan kelebihan energy tubuhnya atau membiasakan
mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan keolahragaan.
2) Pendidikan Seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam
mencegah remaja pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks
dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terus-menerus
dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan
sex information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran
lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan seksual yang
sederhana dan informative. Hal penting yang ingin dicapai dengan
pendidkan seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia remaja
telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.
3) Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan
pendekatan yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang
dan dengan sikap yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita.

19
Menciptakan suasana dimana penderita dapat menumpahkan semua
masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi.
Pada kasus-kasus remaja, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks
dan memungkinkan dilakukan semacam interview sex education.
Psikoterapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan
keyakinan penderita
1) Hypnoterapi
Self-hypnoterapi dapat diterapkan pada penderita dengan
masturbasi kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran
bawah sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah
masturbasi.
2) Genital Multilation (sunat)
Genital multilation (sunat) merupakan pendekatan yang
lazim dan jarang dianjurkan secara medis. Pada beberapa
daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan
mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang
dilakukan sunat dengan model yang beraneka ragam.
3) Menikah
Bagi remaja yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah
dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk
menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan masturbasi.

2.2 Definisi Incest


Hubungan sedarah (incest) adalah hubungan badan atau hubungan seksual
yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah, missal ayah
dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesame
saudara kandung atau saudara tiri.
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota
keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan

20
pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah cucu,
batas kesamping keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest. Pelaku
biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak
adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh
mertua, cucu oleh kakeknya.
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi
akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan, namun ada
juga yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinannya. Diluar negeri
perkawinan incest diperbolehkan, sedangkan di Indonesia perkawinan incest tidak
dibenarkan menurut hukum. Perkawinan di Indonesia dinyatakan sah dilakukan
menurut agama. Sedangkan pencatatannya, bila agama islam di Kantor Urusan
Agama (KUA) dan selain agama islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya
perkawinan di Indonesia berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama
di Indonesia melarang perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah
(muhrim dalam agama islam) sedangkan perkawinan telah dilakukan dan
walaupun sudah mempunyai anak, maka perkawinan harus dibatalkan.

2.2.1 Sejarah Incest


Peristiwa incest telah terjadi sejak dulu kala. Dalam sejarah dicatat
raja-raja Mesir kuno dan putra-putrinya kerap kali melakukan tingkah
laku incest dengan motif tertentu, sangat mungkin bertujuan untuk
meningkatkan dan kualitas generasi penerusnya. Pascainvasi Alexander
the Great (Iskandar Zulkarnain) para bangsawan Mesir banyak yang
melakukan perkawinan dengan saudara kandung dengan maksud untuk
mendapatkan keturunan berdarah murni dan melanggengkan kekuasaan.
Contoh yang terdokumentasi adalah perkawinan Ptolemeus II dengan
saudara perempuannya, Elsione. Toleransi semacam ini didasarkan pada
mitologi Mesir Kuno tentang perkawinan Dewa Osiris dengan

21
saudaranya, Dewi Isis. Sedangkan dalam mitologi Yunani Kuno ada
kisah Dewa Zeus yang kawin dengan Hera, yang merupakan kakak
kandungnya sendiri. Di Indonesia sendiri sampai saat ini perilaku incest
masih ada pada kelompok masyarakat tertentu, seperti Suku Polahi di
Kabupaten Polahi, Sulawesi, dimana praktik hubungan Incest banyak
terjadi.

2.2.2 Jenis Incest


Incest terbagi menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu:
1. Incest yang bersifat sukarela (tanpa paksaan)
Hubungan seksual yang dilakukan terjadi karena unsur suka sama
suka tanpa paksaan sedikitpun.
2. Incest yang bersifat paksaan
Hubungan seksual dilakukan karena unsur keterpaksaan, misalkan
pada anak perempuan diancam dibunuh oleh ayahnya karena tidak
mau melayani nafsu seksual.
Jenis-jenis yang berdasarkan penyebabnya adalah:
1) Incest yang terjadi secara tidak sengaja, misalnya kakak-asik lelaki-
perempuan remaja yang tidur sekamar, bisa tergoda melakukan
eksplorasi dan eksperimental seksual sampai terjadi incest
2) Incest akibat psikopatologi berat. Jenis ini bisa terjadi antara ayah
yang alkoholik atau psikopatik dengan anak perempuannya.
Penyebabnya adalah kendornya control dari akibat alcohol atau
psikopati pada sang ayah
3) Incest akibat peudofilia, misalnya seorang lelaki yang harus
menggauli anak-anak perempuan dibawah umur, termasuk anaknya
sendiri
4) Incest akibat patologi keluarga dan hubungan perkawinan yang
tidak harmonis. Seorang suami-ayah yang tertekan akibat sikap

22
memusuhi serba mendominasi dari istrinya bisa terperosok
melakukan incest dengan anak perempuannya.

2.2.3 Penyebab Incest


Ada beberapa penyebab atau pemicu timbulnya incest. Akar dan
penyebab tersebut tidak lain adalah karena pengaruh aspek structural,
yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Kompleksitas
situasi menyebabkan ketidakberdayaan pada diri individu. Khususnya
apabila ia seorang laki-laki akan sangat terguncang, dan menimbulkan
ketidakseimbangan mental-psikologis. Dalam ketidakberdayaan
tersebut, tanpa adanya iman sebagai kekuatan internal/spiritual,
seseorang akan dikuasai oleh dorongan primitive, yakni dorongan
seksual ataupun agresivitas. Dilihat dari datangnya incest sendiri, faktor
penyebabnya dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal
1) Faktor Internal
a. Biologis
Dorongan seksual yang terlalu besar dan ketidak mampuan
pelak mengendalikan hawa nafsu seks nya. Faktor biologis ini
merupakan faktor yang susah untuk di sembuhkan. Menurut
pengakuan pelaku incset yang dipublikasikan di media massa,
hubungan incest mereka lakukan dengan alas an kesepian di
tinggal istr, kurang puas dengan layanan istri, kebiasaan anak
perempuan tidur dengan bapaknya selain itu juga kejadian ini
dapat terjadi Karen adanya dugaan pelaku mengidak seks dan
gangguan kejiwaan.
b. Psikologis
Pelaku memiliki kepribadian menyimpang, seperti minder,
tidak percaya diri, kurang pergaulan, menarik diri dan

23
sebagainya. Selain faktor biologis incset juga berpengaruh pada
psikologis si pelaku, dalam hal ini mungkin saja si pelaku tidak
percaya diri, susah bergaul dengan lingkungannya. Kurang
pergaulan yang mana pada keluarga tertentu dilarang bergaul
dengan dunia luar. Kadang-kadang ada juga penyebab dimana
satu keluarga dilarang menkah diluar kalangannya agar semua
harta yang dimiliki tidak keluar dari keluarga besarnya.

2) Faktor eksternal
a. Ekonomi keluarga
Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah atau
mempunyai keterbatasan pendapatan untuk bermain diluar
lingkungan mereka sehingga mempengaruhi cara pandang dan
mempersempit ruang lingku pergaulan. Kemiskinan yang
absolut menyebabkan seluruh anggota keluarga suami istri dan
anak-anak tidur dalam satu tempat tidur. Apabila satu waktu
ayah bersentuhn dengan anak perempuannya yang masih gadis
makak ada kemungkinan salah satu dari keduanya bisa
terangsang yang akhirnya terjadi hubungan seksual, paling tidak
kontak seksual.
b. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah
Selain faktor ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendahpun mempengaruhi, karena faktor
inilah kemampuan berfikir seseorang tidak berkembang, mereka
tidak berfikir logis, tidak memikirkan dampak kedepannya
seperti apa, mereka hanya berfikir hanya untuk kepuasan semata
c. Konflik budaya
Pengaruh sosial yang terjadi begitu cepat seiring dengan
perkembangan teknologi. Alat-alat komunikasi seperti radio,

24
TV, VCD, HP, Koran dan majalah telah masuk keseluruh
pelosok wilayah Indonesia. Orang dengan mudah mendapatkan
berita criminal seks melalui tayangan TV maupun tulisan seperti
Koran dan majalah juga informasi dan pengalaman pornografi
dan berbagai jenis media. Akibatnya, tayangan TV, VCD, dan
berita di Koran dan majalah yang sering menampilkan kegiatan
seksual incest serta tindak kekerasannya, dapat menjadi model
bagi mereka yang tidak bisa mengontrol hawa nafsu birahinya.
d. Pengangguran
Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK
yang berakibat banyak orang yang menganggur. Dalam situasi
sulit mencari pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak
jarang suami istri banting tulang bekerja seadanya. Dengan
kondisi istri jarang diruah, membuat sang suami kesepian.
Mencari hiburan diluar rumahpun membutuhkan biaya
sedangkan uang tidak ada sehingga tidak menutup kemungkinan
anak yang sedang dalam perkembangan (remaja) akan menjadi
sasaran pelampiasan nafsu birahi sang ayah.

2.2.4 Dampak Incest


1) Dampak psikologis
a) Masalah konstruksi sosial tentang keluarga, misalnya
masyarakat mengenal ayah dan anak sebagai satu kesatuan
keluarga. Tetapi jika terjadi kasus incest, maka status ayahnya
tersebut menjadi ganda, ayah sekaligus kakek
b) Kasus pemerkosaan incest, misalnya pemerkosaan ayah
terhadap anak perempuannya, anak laki-laki kepada ibunya.
Dalam hal ini mungkin terjadi didasarkan kelainan anak yang

25
terlalu mencintai ibunya, dalam ilmu psikologis disebut dengan
istilah Oedipus Compleks.
c) Gangguan psikologis akibat dan kekerasan seksual atau trauma
post sexual-abuse antara lain, tidak mampu mempercayai orang
lain, takut atau khawatir dalam berhubungan seksual, depresi,
ingin bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri, harga diri
yang rendah, merasa berdosa, marah, menyendiri dan tidak
mau bergaul dengan orang lain, dan makan tidak teratur.
2) Dampak terhadap fisik
Dari segi medis tidak setiap pernikahan incest akan melahirkan
keturunan yang memiliki kelainan atai gangguan kesehatan. Incest
memiliki alas an besar yang patutu dipertimbangkan dari kesehatan
medis. Peristiwa incest apalagi pemerkosaan incest dapat
menyebabkan rusaknya alat reproduksi anak dan resiko tertular
penyakit menular seksual. Korban dan pelaku menjadi stress yang
akan merusak kesehatan kejiwaan mereka. Dampak lainnya dari
hubungan incest adalah kemungkinan menghasilkan keturunan
yang lebih banyak membawa gen homozigot. Beberapa penyakit
yang diturunkan melalui gen homozigot resesif yang dapat
menyebabkan kematian pada bayi yaitu fetal anemia, gangguan
penglihatan pada anak umur 4-7 tahun yang bisa berakibat buta,
albino, polydactyl dan sebagainya.
Selain itu banyak penyakit genetik yang peluang munculnya
lebih besar pada anak yang dilahirkan dari kasus incest seperti:
A. Skizofrenia
Penyakit ini merupakan suatu gangguan psikologis
fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai
dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh
kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.

26
B. Leukodystrophine
Kelainan pada bagian syaraf yang disebut milin, yang
merupakan lemak yang meliputi insulates serat saraf yang
menyebabkan proses pembentukan enzim terganggu.
C. Idiot
Keterlambatan mental secta perkembangan otak yang
lemah. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan
pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada
tahun 1886 oleh Dr. Jhon Longdon Down.
D. Hemophilia
Penyakit sel darag merah yang pecah yang mengakibatkan
anak harus terus menerus mendapatkan transfuse darah.
Penyakit ini merupakan gangguan perdarahan yang bersifat
herediter akibat kekurangan faktor pembekuan darah.
3) Dampak dari segi kemanusiaan
Nurani kemanusiaan universal (secara umum) yang beradab
mengutuk incest sebagai kriminalitas terhadap nilai-nilai
kemanusiaan. Meskipun dilakukan secara suka rela dan tidak ada
yang merasa menjadi korban, incest ini moral-moral kemanusiaan
akan menghilang dan masa depan bangsa akan terpuruk apabila
generasi mempunyai moral-moral yang tidak manusiawi dan tidak
mellihat pada agama.
4) Dampak dari segi sosial
Peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga
akan menyebabkan hancurnya nama kelurga tersebut dimata
masyarakat. Keluarga tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat dan
menjadi bahan pembicaraan ditengan masyarakat. Masalah yang
lebih penting di cermati dalam kasus anak hasil incest, dimana
anak-menghamili anak perempuannya, maka bila janin yang

27
dikandung oleh anak perempuan tersebut maka status ayah itu
menjadi ganda yaitu ayah seklaigus kakek.

2.2.5 Gambaran incest diluar ikatan perkawinan


1.Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban,
tinggal dalam satu rumah.
2.Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan
perlawanan diri. Biasanya di bawah tekanan karena ancaman pelaku
sehingga ketakutan atau diberi imbalan atau dengan bujuk rayu
misalnya diberi uang atau makanan
3.Sering berakibat trauma fisik dan psikis

2.2.6 Upaya pencegahan Incest


1. Memperkuat keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara
benar.
2. Memperkuat rasa empati, sehingga lebih sensitive terhadap
penderitaan oranglain, seklaigus tidak sampai hati membuat orang
lain sebagai korban
3. Mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif-positif
4. Menjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal yang dapat
membangkitkan syahwat
5. Memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap angota keluarga,
sehingga dapat terkontrol
6. Memeberikan pendidikan seks sejak dini, sesuai dengan usia anak

2.2.7 Tindakan yang dilakukan pada korban tindakan Incest


1. Mengamankan untuk sementara ke tempat yang tenang
2. Meminta bantuan kepada individu atau organisasi yang
memberikan pelayanan konseling untuk korban kekerasan seksual

28
3. Menyerahkan pelayanan medis ke dokter atau rumah sakit yang
dapat dipercaya dapat menjaga privasi korban
4. Melapor kepada yang berwajib dan memberikan bantuan hukum
5. Memberikan advokasi kepada keluarga yang sedang panik dan
bingung

2.2.8 Perlindungan hukum


Undang-undang perlindungan anak (UUPA) pasal 81-82.
UUPKDRT, KUHP pasal 285, KUHP pasal 98, KUHP Perdata pasal
1365
Upaya mengatasi:
1) Waspada dalam mengasuh anak. Tidak membiasakan anak
dirumah sendirian dengan anggota keluarga yang berlainan
jenis
2) Tidak mengabaikan kata hati tiap ada gelagat yang menjurus
pada tindakan pelecehan dalam keluarga
3) Memisahkan tempat tidur anak mulai dari umur 3 tahun dari
ayah atau saudara baik sesama jenis kelamin maupun
berlainan jenis
4) Perlu melibatkan orang lain di luar lingkungan keluarga
5) Lapor pada petugas penegak hukum walaupun dibawah
ancaman pelaku

2.3 Definisi Pekerja Seks Komersial (PSK)


Sebelum istilah PSK diperkenalkan, dahulu istilah yang kita kenal adalah
pelacuran. Namun kalangan feminis diubah untuk mencoba mengangkat posisi
sosial pelacur menjadi setara dengan pencari nafkah lainnya, dan berlaku tidak
hanya bagi perempuan saja tetapi juga lelaki dan kaum transversit dan laki-laki
homoseks.

29
Transversit adalah seseorang yang secara anatomis laki-laki. Tetapi secara
psikologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan. Ia akan
berperilaku dan berpakaian seperti perempuan. Pekerja seks komersial adalah
suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau
mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang.

2.3.1 Faktor-faktor penyebab adanya Pekerja Seks Komersial


1) Kemiskinan
Diantaranya alasan penting yang melatarbelakangi adalah
kemiskinan yang bersifat structural. Structural kebijakan tidak
memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin semakin
miskin, sedangkan orang yang kaya semakin menumpuk harta
kekayaannya.
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan
memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan
yang memuaskan namun kadang dari beberapa merek aharus bekerja
sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
2) Kekerasan seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan
menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh
bapak kandung, paman, guru dan sebagainya.
3) Penipuan
Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen
penyalur kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua
sendiripun kerap ditemui.
4) Pornografi
Menurut definisi Undang-Undang Anti-pornografi, pornografi
adalah bentuk ekspresi visual berupa gambar, lukisan, tulisan, foto,
film, atau yang dipersamakan dengan film, video, tayangan atau media

30
komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara
terang-terangan atau tersamar kepada public alat vital dan bagian-
bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis yang menonjolkan
sensualitan dan/atau seksualitas, serta segala bentuk perilaku seksual
dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan
rangsangan nafsu birahi pada orang lain.

2.3.2 Persoalan-persoalan psikologis


1) Akibat gaya hidup modern
Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh
dan barang-barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa
mereka yang terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan
keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan
menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.
2) Broken Home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seorang
remaja untuk melakukan hal-hal yang kurang baik diluar rumah dan
itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab
dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
3) Kenangan masa kecil yang buruk
Tindakan pelecehan yang semakin meningkat pada seseorang
perempuan bahkan adanya pemerkosaan pada anak kecil bisa
menjadi faktor dia menjadi seorang PSK

2.3.3 Dampak yang ditimbulkan Pekerja Seks Komersial


1) Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai
seorang perempuan
2) Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya
akan selalu mencemooh dirinya

31
3) Memberikan citra buruk bagi keluarga
4) Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual seperti gonore,
clamidia¸ herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS

2.3.4 Penanganan masalah Pekerja Seks Komersial


1) Keluarga
a. Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan
pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas
b. Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar
dari perbuatan dosa
2) Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap
kehidupan PSK
3) Pemerintah
a. Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi
b. Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK
c. Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi
PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi

2.3.5 Aspek Kesehatan Reproduksi


Tidak dapat disangkal bahwa masalah PSK sangat erat kaitannya
dengan kesehatan reproduksi dan masalah ketimpangan status sosial
kaum perempuan. Perilaku seksual yang selalu berganti pasangan
membuat para PSK mempunyai risiko yang tinggi untuk tertular dan
menular penyakit seksual.
Disebagian besar lokalisasi, pemeliharaan kesehatan bagi pekerjanya
dilakukan oleh paramedic atas inisiatif sendiri. Mengingat kualitas
paramedik Indonesia pada umumnya, sangat sulit diharapkan bahwa
mereka akan melakukan penyuluhan dan konseling tentang penyakit

32
menular seksual ke lokasi-lokasi PSK. Pengabaian terhadap masalah ini
hanya karena PSK secara resmi dianggap “tidak ada”, padahal
pengabaian ini akan memperbesar risiko mereka dan para pelangan
mereka untuk tertular penyakit seksual. Pada gilirannya para pelanggan
itu akan menularkan penyakit pada keluarganya sendiri. Pemerintah
sendiri mengalami kesulitan untuk mendeteksi perilaku seksual
masyarakat, terutama kaum remaja, yang mencari pemuasan seksual
dengan PSK.
Ada hal yang menarik untuk dicatat dari laporan MHR Sianturi, yang
mengungkapkan bahwa diantarav remaja puteri berusia 11-15 tahun, yang
diterlitinya, ada beberapa yang mengidap penyakit menular seksual
Trikomonas dan Human Papilloma Virus (HPV). Ini mengisyaratkan
bahwa kalangan remaja puteri dalam usia yang masih sangat muda sudah
melakuka hubungan seks dengan laki-laki, bahkan tertular penyakit.
Yang lebih menarik lagi adalah penelitian ini dilakukan di klinik spesialis
swasta. Ini menunjukkan bahwa mereka yang dating disana adalah
kalangan menengah keatas. Kembali hendak dikemukakan disini, bahwa
bukan masalah ekonomi yang mendorong remaja puteri menjadi PSK,
tetapi lebih karena pengaruh hedonistic. Dampak perilaku seksual yang
sudah merambah dalam usia yang masih sangat muda ini akan
mempengaruhi kondisi kesehatan reproduksi mereka dikemudian hari.
Akibatnya bisa terjadi kemandulan atau beberapa penyakit saluran
reproduksi lainnya, terutama mereka yang sudah pernah terinfeksi oleh
Human Papilloma Virus (HPV).

33
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penyimpangan seksual (Sexually Deviation) adalah bentuk dorongan dan
kepuasan seksual yang diperoleh atau ditunjukkan kepadaobjek seksual secara
tidak lazim. Disebut tidak lazim karena perilaku menyimpang seksual diikuti oleh
fantasi seksual yang diorientasikan pada pencapaian orgasme melalui hubungan
diluar hubungan kelamin heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau dari
partner seks dibawah umur atau hubungan seksual yang secara normative
bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual yang diakui masyarakat
secara umum (Junaedi, 2010).
Penyimpangan seksual tidak hanya bersangkutan dengan kepuasan seksual
saja, tetapi sering kali merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap perasaan-
perasaan tidak senang, ketakutan, kecemasan, dan depresi. Sebab dan proses
penyimpangan seksual multifaktor sifatnya dan sangat kompleks sehingga untuk
usaha penyembuhannya, disamping menggunakan pendekatan klinis, secara
esensial harus menggunakan metode pikoanalitis, medis, treatment behavioural,
pekerjaan sosial, dan pendekatan sosial dan budaya.
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga.
Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai
hubungan pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling
bawah cucu, batas kesamping keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk
incest. Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga
terjadi akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan, namun
ada juga yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinannya
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan
menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang.
Disebagian besar lokalisasi, pemeliharaan kesehatan bagi pekerjanya dilakukan

34
oleh paramedic atas inisiatif sendiri. Mengingat kualitas paramedik Indonesia pada
umumnya, sangat sulit diharapkan bahwa mereka akan melakukan penyuluhan dan
konseling tentang penyakit menular seksual ke lokasi-lokasi PSK. Pengabaian
terhadap masalah ini hanya karena PSK secara resmi dianggap “tidak ada”,
padahal pengabaian ini akan memperbesar risiko mereka dan para pelangan
mereka untuk tertular penyakit seksual. Pada gilirannya para pelanggan itu akan
menularkan penyakit pada keluarganya sendiri. Pemerintah sendiri mengalami
kesulitan untuk mendeteksi perilaku seksual masyarakat, terutama kaum remaja,
yang mencari pemuasan seksual dengan PSK.

3.2 SARAN
Berdasarkan pada fakta dan realita yang coba diungkapkan, maka penulis
dapat merumuskan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat,
yaitu sebagai berikut :
1. Pentingnya peranan orang tua dalam menjalankan fungsinya adalah dapat
melakukan dengan baik fungsi mendidik, membimbing, dan mengawasi
anak-anak mereka agar terhindar dari tindak penyimpangan seks
(pedofilia) dengan cara yang dapat diterima oleh anak-anak.
2. Masyarakat juga berharap upaya untuk mencegah penyimpangan seks
(pedofilia) ini juga dilakukan oleh instansi-instansi pemerintahan yang
terkait pada orang tua. Bisa saja berupa penyuluhan atau seminar, agar
ekses informasi yang para orangtua miliki tentang penyimpangan seks
(pedofilia) bertambah dan upaya pencegahannya.
3. Bagi semua pihak diharapkan dapat membantu percegahan semakin
menyebar luasnya tindak penyimpangan seks (pedofilia) kepada anak.
4. Aparat berwenang diharapkan mengambil tindakan tegas bagi para pelaku
tindak penyimpangan seks (pedofilia) agar menimbulkan efek jera kepada
para pelaku dan tidak rusaknya masa depan anak-anak penerus kemajuan
dan cita-cita bangsa.

35
DAFTAR PUSTAKA

Halawa, Aristina. Firza, Sendy. (2013). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita


Menjadi Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Dolly RW 10 Surabaya.
(Online), Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 3 (http://ejournal.akperwilliam
booth.ac.id/index.php/D3KEP/article /view/37).
Kartono, Kartini. (2011). Patologi Sosial Jilid I. Jakarta: Rajawali Pers
Noviana, Nana. 2018. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media
Purwoastuti, E & Siwi Walyani, E. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Brencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Widyastuti, Yani S.SiT, dkk.2011. Kesehatan Reproduksi . Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai