Anda di halaman 1dari 24

PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA

PROGRAM STUDI STATISTIKA ANGKATAN 2019


MELALUI PROGRAM KADERISASI

MAKALAH

NUR SAKINAH
G 501 19 054

PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah”Pembentukan
Karakter Mahasiswa Program Studi Statistika Angkatan 2019 Melalui Program
Kaderisasi” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter Dan Anti
Korupsi.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh
karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
kami semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak
yang terkait.
Sehubungan hal tersebut, perlu kiranya kami dengan ketulusan hati
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rais, S.Si, M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Karakter dan Anti Korupsi.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari pengetahuan dan
pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih
baik dan bermanfaat. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Palu, 11 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................... 5
1.4 Manfaat ......................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi..................................... 6
2.1.1 Pendidikan Karakter ............................................................ 6
2.1.2 Kaderisasi ............................................................................ 8

III. METODE PEENLITIAN


3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................... 11
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 11
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 12
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 12
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil .............................................................................................. 14
4.2 Pembahasan ................................................................................... 17

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 19
5.2 Saran .............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, manusia dihadapkan pada hegemoni media, revolusi ilmu,


pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang tidak hanya mampu menghadirkan
sejumlah kemudahan dan perubahan positif tetapi juga mengundang sejumlah
kekhawatiran.1 Kekhawatiran tersebut ditandai dengan perubahan negatif yang
gencar terjadi, yaitu degradasi moral, dimana degradasi moral merupakan
sebuah penuruan sikap dan perilaku positif.2 Menurut Widjaja moral adalah
ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlaq).3 Moral
seharusnya menjadi pengendali dalam bertingkah laku,namun di era
globalisasi, faktanya justru semakin terkikis.

Terkikisnya moral masyarakat Indonesia, secara kongkrit, salah satunya


dapat dibuktikan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang
menilai bahwa kasus narkoba semakin mengancam anak- anak. Dimana
Jumlah pengguna narkoba di usia remaja naik menjadi 14 ribu jiwa dengan
rentang usia 12-21 tahun.

1
Doni Koesuma A,Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger (Jakarta: Grasindo, 2009), hlm. 115
2
Windi Siti Jahroh, Nana Sutarna, “ Pendidikan Karakter sebagai Upaya/ Mengatasi Degradasi
Moral” , Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan-Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, (Widya Sari, 2017), hlm. 396
3
AW Widjaja, Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila (Jakarta: Era Swasta,
1985), hlm. 154

1
Jumlah tersebut terbilang fantastis karena data terakhir dari Badan
Narkotika Nasional (BNN) dan Puslitkes Universitas Indonesia menyebutkan
total pengguna narkoba segala usia mencapai 5 juta orang di Indonesia. Angka
tersebut 2,8 persen dari total seluruh penduduk Indonesia pada 2015.4

Belum lagi adanya data yang bersumber dari survei yang dilakukan oleh
Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Kementrian Kesehatan,
(Kemenkes) pada Oktober 2013, yang memaparkan bahwa sekitar 62,7%
remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah . 20% dari
94.270 perempuan yang mengalami hamil di luar nikah juga berasal dari
kelompok usia remaja dan 21% diantaranya pernah melakukan aborsi. Lalu
pada kasus terinfeksi HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak 10.203 kasus, 30%
penderitanya berusia remaja.5

Terkikisnya moral di era globalisasi, semakin diperkuat oleh Abidin


dengan menyebutkan jika Kemendiknas mengakui bahwa dikalangan pelajar
dan mahasiswa degradasi moral tidak kalah memprihatinkan.6 Perilaku
menabrak etika, moral, dan hukum dari ringan sampai yang berat masih kerap
diperlihatkan oleh pelajar dan mahasiswa.Seperti kasus pembuangan bayi di
saluran irigasi yang dilakukan oleh seorang mahasiswa di malang,7

4
Ririn Indriani, “Memprihatinkan, Anak Pengguna Narkoba Mencapai 14 Ribu”, dalam
https://www.suara.com/lifestyle/2016/05/02/173838/memprihatinkan-anak-pengguna-narkoba
capai-14-ribu, diakses pada Sabtu, 21 Maret 2020
5
Anonim, “63 Persen Remaja di Indonesia Melakukan Seks Pra Nikah”, dalam
https://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/63-persen-remaja-di-indonesia-melakukan-
seks-pra-nikah_54f91d77a33311fc078b45f4, diakses pada Sabtu, 21 Maret 2020
6
Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter (Bandung: Refika
Aditama,2012),hlm.27
7
Andi Hartik,“Buang Bayinya di Saluran Irigasi Seorang Mahasiswi Ditangkap”,
http://regional.kompas.com/read/2018/01/12/13504811/buang-bayinya-di-saluran-irigasi-seorang-
mahasiswi-ditangkap-polisi, diakses pada Sabtu, 21 Maret 2020

2
serta pemukulan seorang siswa terhadap gurunya di Sampang, sehingga
menyebabkan guru tersebut meninggal.8

Cukup dianggap perkara yang biasa, manakala segala bentuk penurunan


moral yang terjadi, dilakukan oleh kalangan awam. Suatu permakluman,
karena keterbatasan pengetahuan akan baik buruk, menjadikan mereka yang
awam melakukan tindakan yang bersifat degradasi moral. Cukup dianggap
perkara yang biasa, manakala segala bentuk penurunan moral yang terjadi,
dilakukan oleh kalangan awam. Suatu permakluman, karena keterbatasan
pengetahuan akan baik buruk, menjadikan mereka yang awam melakukan
tindakan yang bersifat degradasi moral

Namun, ironi rasanya, manakala degradasi moral yang terjadi selama ini
justru dipicu oleh kalangan terpelajar. Padahal, hakikatnya, pendidikan yang
dilalui kalangan pelajar, seharusnya mampu membawa mereka menjadi
manusia yang bermartabat. Tetapi, jika melihat fenomena degradasi moral di
lapangan, nampak sekali bahwa pendidikan seakan tidak mampu
meninggalkan value yang berarti dalam diri para pelajar.

Menyikapi fenomena ini, marak bermunculan wacana tentang pendidikan


karakter sebagai salah satu upaya meredam degradasi moral yang terjadi.
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral,
watak atau pendidikan etika yang bertujuan mengembangkan potensi peserta
didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan
mewujudkan itu dalam kehidupan sehari-hari.9
Eksistensi pendidikan karakter yang terinternalisasi dalam dunia
pendidikan semakin diperkuat oleh Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut menegaskan

8
Lukman Hakim,“Guru di Sampang Meninggal Setelah Dipukul Siswanya“,
https://daerah.sindonews.com/read/1278843/23/guru-di-sampang-meninggal-setelah-dipukul-
siswanya-1517557007, diakses pada Sabtu, 21 Maret 2020
9
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Kritis Multidimensial (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011),hlm.36-37

3
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab .

Mengingat salah satu tujuan pendidikannasional adalah membentuk


manusia yang berakhlaq mulia, maka sangat tepat jika pendidikan dijadikan
salah satu sarana dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter. Karena itu, tri
pusat pendidikan yang meliputi keluarga, lembaga pendidikan formal dan
masyarakat harus saling bersinergi untuk sama sama menyukseskan
pendidikan karakter, termasuk perguruan tinggi.

Permasalahan ini perlu segera dibenahi bersama, salah satunya melalui


pembenahan karakter, penguatan kembali terhadap penanaman moral dalam
berperilaku, menghargai sesama dan keberagaman tanpa menodai SARA,
serta memiliki bekal nilai-nilai agama yang melekat dalam diri, sehingga
mampu menyeleraskan nilai luhur agama dan persatuan kebhinekaan bangsa
yang beraneka ragam. Perubahan ini bisa dibina salah satunya melalui
mahasiswa sebagai agent of change. Salah satu pendidikan nonformal yang
dapat diterapkan untuk membangun karakter cerdas dan beretika melalui
kampus sebagai wadah yang dapat menaungi generasi muda, khususnya
mahasiswa.
Dalam hal ini, peneliti menyoroti mengenai aktivitas kaderisasi yang dapat
melahirkan calon-calon generasi pemimpin yang memiliki kualitas handal
dalam segi sikap dan intelektual. Adapun kegiatan kaderisasi ini bersifat
terbuka, untuk mahasiswa di seluruh nusantara untuk mengikuti rangkaian
kegiatan kaderisasi. Oleh karena itu, melalui makalah ini akan membahas
pembentukan karakter mahasiswa melalui program kaderisasi khususnya
mahasiswa baru angkatan 2019.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat memberikan
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
a) Apa yang dimaksud kaderisasi dalam organisasi ?
b) Bagaimana peran kaderisasi dalam pembentukan karakter mahasiswa?
c) Apa saja faktor-faktor kegagalan dalam kaderisasi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud kaderisasi dalam organisasi.
b) Untuk mengetahui bagaimana peran kaderisasi dalam pembentukan
karakter mahasiswa.
c) Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor kegagalan dalam kaderisasi.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Bagi penulis
Penulisan makalah ini di susun sebagai salah satu pemenuhan tugas dari
mata kuliah pendidikan karakter dan anti korupsi
b) Bagi pihak lain
Makalah ini di harapkan dapat menambah referensi bagi pembaca yang
berhubungan dengan pembentukan karakter mahasiswa program studi
statistika angkatan 2019 melalui program kaderisasi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi

2.1.1 Makna Pendidikan Karakter

Sudirman N. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang


dijalankan oleh seseorangatau sekelompok orang untuk memengaruhi
seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap.10

Doni Koesoema A. mengartikan pendidikan sebagai proses internalisasi


budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.11

Sedangkan Marimba menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan


atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.12

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian , kecerdesan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

10
Sudirman N, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), hlm. 4
11
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern (Jakarta:
Grasindo, 2007), hlm. 80
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam PerspektifIslam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), hlm.24

6
Dapat dipahami bahwa intinya pendidikan selain sebagai proses
humanisasi, pendidikan juga merupakan usaha untuk membantu manusia
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (olahrasa, raga dan rasio)
untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Setelah memahami makna pendidikan, maka berlanjut memahami makna


karakter. Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa
Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”13 Kata “to engrave”
bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.14 Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang
lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbol khusus
yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.15

Selain itu karakter juga mempunyai arti: 1) Sebuah bagi jumlah total sifat
seseorang, yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, hal-hal yang
tidakdisukai, kemampuan, bakat, potensi, nilai dan pola piker. 2) Struktur yang
terkait secara relatif atau sisi sebuah kepribadian yang menyebabkan sifat seperti
itu. 3) Kerangka kerja sebuah kepribadian yang secara relatif telahditetapkan
sesuai dengan sifat-sifat tertentu itu di dalam mewujudkandirinya. Bila
disimpulkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa karakter itu terkait dengan
sikap mental yang menjadi watak, tabiat dan pembawaan seseorang.16

Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat,


bertabiat, atau berwatak. Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan
kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat

13
Ryan Kevin & Karen E. Bohlin, Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral
Instruction to Lif (San Francisco: Jossey Bass, 1999), hlm. 5
14
John M Echols,.dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1987), Cet.
XV, hlm. 214
15
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa.2008), Cet. I, hlm. 628
16
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Rineka cipta,
2009), hlm. 132

7
khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima
dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak
lahir.17

Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah


upaya yang dilakukan untuk mengembangkan potensi baik setiap individu, yang
dengannya dapat menjadi ciri atau karakteristik dari diri seseorang.

2.1.2 Kaderisasi

Kaderisasi atau pengkaderan adalah proses menyeluruh dalam pembentukan


pemikiran, kepribadian dan perilaku, maka dibutuhkanlah sebuah mekanisme
yang baik, agar kader dapat memiliki bekal yang baik dalam bermasyrakat dan
berorganisasi(Hasbullah, 2012).

Kaderisasi menurut Islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-


calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan
mengembangkan identitas khairu ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruan
Allah dalam Al-Qur’an. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran: 110)

Dalam (Ciphardian, 2010)Kader dalam bahasa Perancis, cadre, yang artinya


elite (golongan atas yang terpilih dari terbaik karena terlatih). Dalam Suarsyif,
2009 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaderisasi berarti proses, cara,
perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader merupakan
orang yang diharapkan akan memegang peranan penting di dalam pemerintahan,
partai, ormas, dan sebagainya. Dalam kehidupan kampus, kaderisasi ini bertujuan

17
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:
Grasindo, 2007), Cet. I, hlm. 80

8
untuk membentuk kader yang bisa menggerakkan organisasi, himpunan, ataupun
kelompok dengan kepentingan masing-masing agar dapat terus berkembang.

Sistem kaderisasi kepemimpinan mempunyaipengertian, yaitu (1) Sistem


adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu (Kartono, 2002), (2) sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang
bekerjasama untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau
tidak dapat menjalankan tugas maka tujuan yang hendak dicapai tidak akan
terpenuhi atau sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan (Marbun,
1980), jadi kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapkan atau mencetak
seseorang untuk menjadi pemimpin di masa depan(Sagir, 1984).

Komponen Kaderisasi terdiri dari dua macam, yaitu (1) pertama, pelaku
kaderisasi (subjek) adalah individu atau sekelompok orang yang
dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya
yangmelakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugastugas organisasi, dan
(2) kedua, sasaran kaderisasi (objek) adalah individu-individu yang dipersiapkan
dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi(Alfian,1980).

Proses kaderisasi adalah kegiatan yang berisi upayaupayayang mendukung


bagi terbentuknya integritas kepribadian dan kemampuan menggerakan orang lain
secara intensif sehingga dapat mempersiapkannya untuk menjadi pemimpin di
masa depan. Kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapkan atau
mencetak seseorang untuk menjadi pemimpin di masa depan. Dari proses
kaderisasi ini menghasilkan seorang kader. Dalam salah satu kamus istilah kader
ini diartikan sebagai bagian dari anggota yang terikat dengan disiplin dan bekerja
secara maksimal. Akan tetapi disini seorang kader diartikan sebagai orang yang
diharapkan akan memegang sebuah amanah kepemimpinan atau sebuah jabatan
baik itu di organisasi pemerintahan maupun di organisasi lain.

Dalam pelaksanaannya proses kaderisasi ada duamacam yaitu (1) Kaderisasi


Informal yang merupakan sebuah proses atau usaha-usaha untuk mempersiapkan
seorang calon pemimpin atau seorang kader yang dilaksanakan tidak secara
berencana, teratur, tertib, sistematis, terarah dan disengaja serta tidak

9
menggunakan kurikulum tertentu. Akan tetapi kaderisasi informal ini merupakan
sebuah proses pendidikan sehari-hari yangdimulai dari sejak dini, baik itu proses
belajar di sekolah, pendidikan yang diberikan keluarga dan lingkungan
masyarakat setempat. Proses ini menekankan pembentukan kepribadian dan
penanaman akhlak dan sikap yang baik dalam jangka waktu yang lama.
Kepribadian positif perlu dipupuk sejak dini dan seumur hidup.Dari proses
kaderisasi informal ini dapat diketahui kelebihan seseorang calon pemimpin yang
memiliki kepribadian positif. Hal ini bisa dilihat dari prestasinya, loyalitas dan
dedikasinya dalam sebuah kelompok atau organisasi yang diikutinya, serta akhlak
dan agamanya atau loyalitasnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan (2)
Kaderisasi Formal merupakan proses kaderisasi atau upaya mempersiapkan
seseorang menjadi calon pemimpin yang dilaksanakan secara disengaja, terarah,
teratur, tertib, sistematis dan mengikuti kurikulum tertentu dalam jangka waktu
tertentu yang berisi bahanbahan teoritis dan praktik tentang kepemimpinan dan
berbagai aspek pendukungnya.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods


research yaitu penggunaan pendekatan baik kuantitatf maupun kualitatif
dalam suatu penelitian guna memahami masalah penelitian (Sugiyono,2012).
Penggunaan dua pendekatan ini tidak hanya terbatas pada menggabungkan
keduanya, akan tetapi memadukan kedua pendekatan itu sehingga datanya
membaur dalam studi metode gabungan. Penggunaan pendekatan ini
didasarkan pada pertimbanagn –pertimbangan karena data yang dikumpulkan
penulis mencakup dua jenis data, yaitu data kuantitatf dan kualitatif.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.
Penelitian ini yang menjadi sasaran populasinya adalah seluruh
Mahasiswa Statistika Angkatan 2019 yang terdiri dari 89 orang.

3.2.2. Sampel
Merujuk pada pendapat di atas maka penentuan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik random
sampling, dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan dan penentuan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu (Arikanto,2017). Dalam hal ini untuk dijadikan
sampel penelitian adalah 40 orang Mahasiswa Statistika Angkatan 2019.
11
3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data


Ditinjau dari jenisnya, secara garis besarnya data dalam penelitian ini
adalah data primer. Jenis data primer dalam penelitian ini berkenaan dengan
data tentang pendidikan karakter dan kaderisasi di perguruan tinggi
3.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer. Sumber
data primer yakni sampel peneliti ada 40 mahasiswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung.
3.4.2. Angket
Teknik angket digunakan untuk menggali data tentang bagaimana
Pembentukam Karakter Mahasiswa Melalui Program Kaderisasi. Angket ini
ditujukan kepada 40 mahasiswa . Angket ini terdiri dari 4 item untuk
mengetahui bagaimana pandangan mahasiswa terhadap pentingnya
kaderisasi dalam pembentukan karakter. Dengan 4 alternatif jawaban yang
disesuaikan dengan item. Sistem penskorannya sebagai berikut: Sangat
Sretuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

3.5 Teknik Analisi Data

3.5.1 . Penentuan Jumlah Skor Terendah dan Tertinggi


Jumlah Pilihan =4
Jumlah Pertanyaan =4
Skor Terendah =1
Skor Tertinggi =4

12
Jumlah Skor Terendah = Skor Terendah Jumlah Pertanyaan
= 1 4=4
= 4/16 100% = 25%

Jumlah Skor Tertinggi = Skor Tertinggi Jumlah Pertanyaan


= 4 4 = 16
= 16/16 100% = 100%

3.5.2. Penentuan Skor pada Kriteria Objektif

Rumus Umum :

Range (R) = Skor Tertinggi – Skor Terendah


= 100% - 25% = 75%

Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun pada


kriteria objektif suatu variabel. Kategori yaitu
“Setuju” dan “Tidak Setuju”.

Interval (I) =

Krteria Penilaian =
= 100% 37,5%
= 62,5%

Tabel 3.5.1 Skoring Pentingnya Sistem Kaderisasi

Skor Kualifikasi

62,5% - 100% Setuju

< 62,5% Tidak Setuju

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1.1

Pertanyaan
No Angkatan JUMLAH SKOR PREDIKAT
1 2 3 4
1 2019 4 4 4 2 14 87.5% SETUJU
2 2019 3 3 3 3 12 75% SETUJU
3 2019 3 3 4 3 13 81.25% SETUJU
4 2019 3 3 3 3 12 75% SETUJU
5 2019 3 3 3 3 12 75% SETUJU
6 2019 3 4 3 2 12 75% SETUJU
TIDAK
7 2019 2 2 2 3 9 56.25%
SETUJU
8 2019 4 3 3 2 12 75% SETUJU
9 2019 3 3 3 3 12 75% SETUJU
10 2019 4 3 2 3 12 75% SETUJU
TIDAK
11 2019 1 2 3 3 9 56.25%
SETUJU
12 2019 2 3 4 3 12 75% SETUJU
13 2019 3 3 2 2 10 62.5% SETUJU
TIDAK
14 2019 1 1 2 3 7 43.75%
SETUJU
15 2019 2 3 3 3 11 68.75% SETUJU
TIDAK
16 2019 2 2 3 2 9 56.25%
SETUJU
17 2019 2 3 4 3 12 75% SETUJU
18 2019 3 3 3 1 10 62.5% SETUJU
19 2019 4 4 4 2 14 87.5% SETUJU
20 2019 3 3 2 2 10 62.5% SETUJU
TIDAK
21 2019 2 3 3 1 9 56.25%
SETUJU
22 2019 3 3 4 3 13 81.25% SETUJU
23 2019 3 3 3 3 12 75% SETUJU
24 2019 3 2 3 2 10 62.5% SETUJU
25 2019 2 3 3 2 10 62.5% SETUJU
26 2019 3 3 3 2 11 68.75% SETUJU
27 2019 3 3 3 2 11 68.75% SETUJU
28 2019 3 3 4 3 13 81.25% SETUJU
29 2019 3 4 3 3 13 81.25% SETUJU
14
30 2019 3 3 3 3 12 75% SETUJU
31 2019 3 4 4 2 13 81.25% SETUJU
32 2019 3 3 4 3 13 81.25% SETUJU
33 2019 3 3 3 2 11 68.75% SETUJU
34 2019 3 3 3 3 12 75% SETUJU
35 2019 3 3 4 2 12 75% SETUJU
36 2019 4 4 4 2 14 87.5% SETUJU
37 2019 3 3 3 2 11 68.75% SETUJU
38 2019 3 3 4 2 12 75% SETUJU
39 2019 2 2 3 3 10 62.5% SETUJU
TIDAK
40 2019 2 3 2 2 9 56.255
SETUJU
Rerata 2.8 2.98 3.15 2.45 11.375 71.09%
Min 7 43.75
Q1 10 62.5
Median 12 75
Q3 12 75
Max 14 87.5
Stdv 1.61225 10.077
Var 2.59936 101.54
Modus 12 75
Presentase
Pentingnya Sistem

71%
Kaderisasi dalam
Pembentukan
Karakter
Mahasiswa Baru
Angkatan 2019

Adapun steam and leaf dari data diatas adalah :

Stem-and-leaf of C1 N = 40
Leaf Unit = 0,10

1 7 0
1 8
6 9 00000
12 10 000000
17 11 00000
(14) 12 00000000000000
9 13 000000
3 14 000

15
Boxplot of C1

14

13

12

11
C1

10

Probability Plot of C1
Normal
99
Mean 11,38
StDev 1,612
95 N 40
AD 1,205
90
P-Value <0,005
80
70
Percent

60
50
40
30
20

10

1
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
C1

16
PENTINGNYA SISTEM KADERISASI DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA
BARU ANGKATAN 2019
30 20

18
25
16

14
20
12

15 10

8
10
6

4
5
2

0 0
Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Histogram 4.1.2

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,dengan mengajukan
empat pernyataan kepada 40 responden dimana setiap pernyataan diberi nilai
1-4.Adapun pernyataan yang diajukan yaitu:

1. Sistem Kaderisasi Sangat Penting dalam Pembentukan Karakter


Mahasiswa Baru
2. Sistem Kaderisasi Dapat Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan dalam
Diri Mahasiswa Baru
3. Sistem Kaderisasi Menumbuhkan Sikap Kerjasama & Kekompakan
pada Mahasiswa Baru
4. Sistem Kaderisasi Membatasi Ruang Gerak Mahasiswa Baru dalam
Menyampaikan Opini

17
Sedangkan keterangan untuk nilai yang diberikan yaitu:

o 4 = Sangat Setuju
o 3 = Setuju
o 2 = Tidak Setuju
o 1 = Sanagat Tidak setuju

Berdasarkan hasil observasi pentingnya sistem kaderisasi dalam


pembentukan karakter mahasiswa Program Studi Statistika angkatan 2019
yang terlihat pada tabel 4.1.1 dimana rata-rata pentingnya sistem kaderisasi
bagi mahasiswa pada pernyataan pertama “Sistem Kaderisasi Sangat
Penting dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa Baru” 2.8, pernyataan
kedua “Sistem Kaderisasi Dapat Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan dalam
Diri Mahasiswa Baru” 2.98, pernyataan ketiga “Sistem Kaderisasi
Menumbuhkan Sikap Kerjasama & Kekompakan pada Mahasiswa Baru”
3.15, pernyataan keempat “Sistem Kaderisasi Membatasi Ruang Gerak
Mahasiswa Baru dalam Menyampaikan Opini” 2.45, Adapun rata-rata dari
seluruh pernyataan yaitu 2.84. Dimana pada persentase pentingnya sistem
kaderisasi dalam pembentukan karakter mahasiswa Program Studi Statistika
angkatan 2019 yaitu 71%,sehingga dapat dikatakan bahwa pembentukan
karakter mahasiswa melalui program kaderisasi sangat penting. Jika dilihat
dari perindividu masing-masing mahasiswa yang memiliki skor >62,5%
dengan predikat “Setuju” berjumlah 34 orang dan mahasiswa yang memiliki
skor < 62,5 dengan predikat “Tidak Setuju” berjumlah 6 orang.

Pada bagian steam and leaf terlihat bahwa modus dari data di atas
adalah 12 dengan frekuensi sebanyak 14.

Adapun pada histogram 4.1.2 merupakan konversi dari table 4.1.1.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pembentukan karakter


mahasiswa program studi statistika angkatan 2019 melalui program
kaderisasi sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kaderisasi atau pengkaderan adalah proses menyeluruh dalam


pembentukan pemikiran, kepribadian dan perilaku, maka dibutuhkanlah
sebuah mekanisme yang baik, agar kader dapat memiliki bekal yang baik
dalam bermasyrakat dan berorganisasi.
Dimana pada persentase pentingnya sistem kaderisasi dalam pembentukan
karakter mahasiswa Program Studi Statistika angkatan 2019 yaitu
71%,sehingga dapat dikatakan bahwa sistem kaderisasi dianggap sangat
penting dalam pembentukan karakter.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pembentukan Karakter
Mahasiswa Program Studi Statistika Angkatan 2019 Melalui Program
Kaderisasi dikategorikan sangat penting/berpengaruh dalam pembentukan
karakter mahasiswa.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, diharapkan dengan adanya kaderisasi


dapat membentuk karekter mahasiswa dan melahirkan calon-calon generasi
pemimpin yang memiliki kualitashandal dalam segi sikap dan intelektual.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam PerspektifIslam (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2005), hlm.24
Alfian. (1980). Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia (Kumpulan
Karangan). Jakarta: PT. Gramedia.
Andi Hartik,“Buang Bayinya di Saluran Irigasi Seorang Mahasiswi Ditangkap”,
http://regional.kompas.com/read/2018/01/12/13504811/buang-bayinya-di-
saluran-irigasi-seorang- mahasiswi-ditangkap-polisi, diakses pada Sabtu,
21 Maret 2020

Anonim, “63 Persen Remaja di Indonesia Melakukan Seks Pra Nikah”, dalam
https://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/63-persen-remaja-di-
indonesia-melakukan- seks-pra-nikah_54f91d77a33311fc078b45f4,
diakses pada Sabtu, 21 Maret 2020
AW Widjaja, Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila (Jakarta:
Era Swasta, 1985), hlm. 154
Ciphardian, Y. (2010). Bukan Generasi Kepalang Tanggung.
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, (Jakarta: Grasindo, 2007), Cet. I, hlm. 80

Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman


Modern (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 80
Doni Koesuma A,Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger (Jakarta: Grasindo,
2009), hlm. 115
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta:
Rineka cipta, 2009), hlm. 132
Hasbullah, M. (2012). Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia.
John M Echols,.dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta:
Gramedia, 1987), Cet. XV, hlm. 214
Kartono, K. (2002). Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan & Industri.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lukman Hakim,“Guru di Sampang Meninggal Setelah Dipukul Siswanya“,
https://daerah.sindonews.com/read/1278843/23/guru-di-sampang-
meninggal-setelah-dipukul-siswanya-1517557007, diakses pada Sabtu, 21
Maret 2020
20
Marbun, B. (1980). Konsep Manajemen Indonesia. Jakarta: PPM.
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Kritis
Multidimensial (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),hlm.36-37
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa.2008), Cet. I, hlm. 628
Ririn Indriani, “Memprihatinkan, Anak Pengguna Narkoba Mencapai 14 Ribu”,
dalam https://www.suara.com/lifestyle/2016/05/02/173838/memprihatinkan-
anak-pengguna-narkoba capai-14-ribu, diakses pada Sabtu, 21 Maret 2020
Ryan Kevin & Karen E. Bohlin, Building Character in Schools: Practical Ways to
Bring Moral Instruction to Lif (San Francisco: Jossey Bass, 1999), hlm. 5
Sagir, S. (1984). Kesempatan Kerja Ketahanan Nasional dan Pembangunan
Manusia Seutuhnya. Bandung: Nova.
Sudirman N, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), hlm. 4
Windi Siti Jahroh, Nana Sutarna, “ Pendidikan Karakter sebagai Upaya/
Mengatasi Degradasi Moral” , Prosiding Seminar Nasional Inovasi
Pendidikan-Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN, (Widya Sari, 2017), hlm. 396
Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter (Bandung:
Refika Aditama,2012),hlm.27

21

Anda mungkin juga menyukai