Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL SKRIPSI

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI

MIM BANJARSARI METRO UTARA

Oleh :

INTAN SUSILOWATI

NPM :1901030020

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI METRO

1443 H/ 2022 M
KATA PENGANTAR

Rasa syukur selalu dipanjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena hidayah
dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal skripsi, yang
dimana Proposal skripsi merupakan syarat untuk melaksanakan penelitian skripsi
guna menyelesaikan Program Pendidikan Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan untuk memperoleh gelar S. Pd di IAIN Metro.

Dalam proses penulisan Proposal skripsi penulis banyak menerima bantuan


dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada Dr. HJ. Siti Nurjanah, M.Ag. selaku rektor IAIN Metro, H. Nindia
Yuliwulandana, M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, Edo
Dwi Cahyo, M. Pd selaku pembimbing akademik, dan Bunda Nurul Afifah,
M.Pd.I selaku pembimbing sekripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis, serta telah memberikan motivasi dan dorongan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Proposal skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada MIM Banjarsari, terutama kepala sekolah, wali kelas dan orang tua siswa
kelas V MIM Banjarsari yang telah membantu baik dalam bentuk sarana atau
prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran, serta masukan dengan tangan
terbuka untuk dapat terselesainya proposal penelitian ini dengan lebih baik lagi.

Metro,.............2022

Penulis

Intan Susilowati

NPM. 1901030020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5

D. Penelitian Yang Relevan ........................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Peran Orang Tua

1. Pengertian Peran................................................................ 8

2. Pengertian Orang Tua ....................................................... 9

3. Peran Orang Tua dalam Keluarga .................................... 9

B. Karakter Anak

1. Pengertian Karakter .......................................................... 11

2. Nilai-nilai Karakter ........................................................... 13

3. Faktor yang Mempengaruhi Karakter Anak ................... 17

4. Proses Pembentukan Karakter ......................................... 19

C. Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak ........... 21

ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian.......................................................... 28

B. Sumber Data ............................................................................. 29

C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 30

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data .......................................... 33

E. Teknik Analisis Data ................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 37

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang tua merupakan tempat pendidikan pertama untuk anaknya, dimana

orang tua memiliki kewajiban dalam mendidik dan menjaga sang anak,

seperti halnya dalam membentuk karakter anak, biasanya yang diajarkan

orang tua menyangkut karakter dasar seperti kejujuran, kemandirian, sopan

santun, kecerdasan berpikir, kecerdasan moral, religius serta kecerdasan

emosi agar anak dapat berinteraksi ke Tuhan, orang lain, diri sendiri dan

lingkungan disekitar dengan baik.

Bahkan pada era revolusi industri 4.0, serta gempuran teknologi yang

semakin maju, ditambah pandemi Covid-19 yang melanda dunia yang

mengakibatkan beberapa perubahan, seperti kebiasaan, perkembangan ilmu

pengetahuan dan perkembangan karakter pada anak, pada perubahan karakter

telah didapati perubahan yang begitu kompleks dibanding perkemabangan

karakter di-era terdahulu, sehingga peran orang tua dizaman ini harus lebih

selektif dalam memantau perkembangan karakter pada anak agar tidak masuk

kedalam daftar seseorang yang mengalami kekrisisan karakter, bahkan

kekrisisan karakter sekarang ini tengah menjadi polemik untuk bangsa ini,

banyak penerus bangsa yang mengalami permasalahan dalam perkembangan

karakternya, bukan tanpa alasan hal tersebut dipengaruhi oleh krisis ekonomi

dan kegagalan pendidikan karakter yang berdampak pada kekrisisan sosial

yang mengakibatkan berbagai macam permasalahan.


2

Dalam membentuk karakter seorang anak tidak cukup jika di dunia

pendidikan formal saja melainkan pengaruh peran orang tua dan masyarakat

juga sangat berdedikasi tinggi disini, karena pembelajaran karakter yang di

dapatkan dari lingkungan dan keluarga adalah pengembangan karakter

seumur hidup.

Sehingga peran orang tua disini sangat dibutuhkan dalam membentuk

sebuah karakter, dimana karakter itu sendiri harus didapatkan anak sejak

dini. 1 Hal ini juga didukung Elihami dalam bukunya dimana karakter harus
2
ditanamkan sejak dini dan dikembangkan diusia dini. Penanaman karakter

sejak dini dapat memperkokoh karakter yang dimiliki anak agar tidak

terdoktrin dari lingkungan luar, yang bersifat negatif untuk karakter sang

anak, pembentukan karakter sendiri didapatkan karena adanya sistem

pembiasaan, sikap yang diambil dalam mengambil keadaan, dan kata-kata

yang diucapkan kepada orang lain. 3

Karakter sendiri merupakan sebuah nilai nurani dan memberi yang harus

dimiliki seorang anak, karakter yang harus ditanamkan anak sejak dini yaitu

kejujuran, disiplin, kemandirian, kerja keras, daya cipta, menghargai orang

lain, dan rasa cinta tanah air.4

1
Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis Dan Praktis (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2014), 156.
2
Elihami, dan Hasnidar, Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini : Melalui Pendidikan
Karakter (Bandung: CV. Rasi Terbit, 2019), 5.
3
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), 44.
4
Elihami, dan Hasnidar, Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini : Melalui Pendidikan
Karakter., 5.
3

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah saya kaji, dalam

penelitian Indriani tentang kajian yang sama yaitu peran orang tua dalam

membentuk karakter anak dimana peran orang tua sangat berpengaruh

terhadap pembentukan karakter pada anak, dengan melalui sistem pembiasaan

dan prinsip keadilan. 5 Dan dalam penelitian Adawiyah tentang peran orang

tua dalam pendidikan karakter anak masa kini, terdapat dalam penelitian

beliau ada masalah dalam penanaman karakter yang di berikan orang tua

seperti teknologi dan faktor lingkungan, bahkan keluarga yang menjadi

penghamnbat dalam pendidikan karakter anak. 6

Berdasarkan hasil dari prasurvey yang dilakukan dikediaman orang tua

wali murid kelas V MIM Banjarsari Metro Utara pada 24 Agustus 2022

memperoleh informasi bahwa orang tua selalu memperhatikan anak serta

memberikan nasehat yang baik, hukuman dan sistem pembiasaan dalam

pembentukan karakter.7 Sehingga anak memiliki karakter yang menonjol,

menonjol disini dalam artian memiliki sikap jujur, disiplin, toleransi dan

sopan santun.

Namun ada juga orang tua yang kurang memahami pentingnya

pembentukan karakter pada anak, dan orang tua beranggapan bahwa

pandidikan formal sudah cukup untuk pembentukan karakter pada anak. Hal

5
Tia Indriani,“Judul Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Desa
Kedaton Induk Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur". Dalam
https://repository.metrouniv.ac.id/ diunduh pada 19 Agustus 2022
6
Atik Ulfah Adawiyah, “Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter Anak Masa
Kini (Di Lingkungan RT 014 RW 005, Kelurahan Cipete Selatan, Kecamatan Cilandak, Jakarta
Selatan)", Dalam https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/44203 diunduh pada 20
Oktober 2022.
7
Prasurvey di kediaman Ibu Eka Sriwahyuni dan Ibu Sri Widiani (Banjarsari, 24 Agustus
2022)
4

ini juga di akibatkan orang tua lebih memfokuskan tentang kebutuhan

finansial (sandang, pangan dan papan), sedangkan kebutuhan membimbing

anak, dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kurang maksimal. 8

Akibat kurangnya kasih sayang dan perhatian menjadikan anak memiliki

karakter yang kurang baik. Karakter yang kurang baik disini adalah

kurangnya sopan santun (perkataan atau perbuatan), kurangnya disiplin, dan

tidak jujur, serta kurangnya hormat kepada sesama bahkan ke orang yang

lebih tua.

Penelitian ini berfokus pada peran orang tua dalam membentuk karakter

anak di kelas V MIM Banjarsari Metro Utara, tepatnya pada kelas 5B yang

berkaitan dengan permasalahan karakter seperti, kejujuran, sopan santun,

disiplin, tanggung jawab, kepedulian dan religius, dalam membentuk karakter

anak.

Merujuk pada permasalah diatas terdapat perbedaan peran orang tua

dalam membentuk karakter anak, oleh karena itu peneliti menarik judul

penelitian “Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak di MIM

Banjarsari Metro Utara”.

B. Pertanyaan Penelitian

Dari pemaparan latar belakang masalah diatas, dapat ditarik pertanyaan

sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu : “Bagaimana peran orang tua dalam

membentuk karakter anak di MIM Banjarsari Metro Utara?”.

8
Ayuna Kiswarti, Wawancara Orang Tua dari Meilyza Ayu Ningtias siswi Kelas V MIM
Banjarsari Metro Utara (29 Banjarsari, 25 Agustus 2022)
5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran

orang tua dalam membentuk karakter anak di MIM Banjarsari Metro

Utara.

2. Manfaat Penelitian

a) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu membawa manfaat

dalam menambah wawasan, dan gambaran penelitian ilmiah tentang

peran orang tua dalam membentuk karakter anak.

b) Secara peraktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

dijadikan sebagai refrensi untuk peneliti selanjutnya, baik rujukan

untuk pembentukan karakter anak yang minim perhatian dan kasih

sayang dalam membantu pembentukan karakter.

D. Penelitian Yang Relevan

Dari beberapa Peneliti sebelumnya yang telah mengkaji peran orang

tua dalam membentuk karakter pada anak. Berikut adalah tabel persamaan

dan perbedaan yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, supaya dapat

menentukan persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan

peneliti kaji.
6

Tabel 1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan dengan Penelitian yang

akan Dilakukan

Penelitian Persamaan Perbedaan

Tia Indriani melakukan Persamaan Pada penelitian


penelitian dengan judul Peran penelitian yang yang akan
Orang Tua dalam Membentuk hendak dilakukan dilakukan yaitu
Karakter Anak Di Desa Kedaton yaitu mengkaji dengan mengkaji
Induk Kecamatan Batanghari masalah peran peran orang tua
Nuban Lampung Timur.9 orang tua dalam dalam
Penelitian ini mengkaji membentuk membentuk
bagaimana peran orang tua karakter pada anak. karakter pada
dalam membentuk karakter anak anak, dimana
di lingkungan masyarakat. orang tua menjadi
tauladan melalui
pembiasaan
dengan prinsip
keadilan.
Penelitian Persamaan Perbedaan

Atik Ulfah Adawiyah juga Pada penelitian ini Perbedaan


melakukan penelitian dengan adalah dengan penelitian
judul Peranan Orang tua dalam menggunakan jenis yang hendak
Pendidikan Karakter Anak Masa penekitian dilakukan adalah
Kini. 10 Penelitian ini mengkaji kualitatif dan di metodenya,
bagaimana peranan orang tua berkaitan dengan dimana penelitian
dalam pendidikan karakter pada peran orang tua yang akan
masa kini, menggunakan dalam dilakukan
penelitian kualitatif dengan menanamkan nilai- menggunakan
metode fenomenologi. nilai karakter. metode observasi,
wawancara dan
dokumentasi,
sedangkan di
penelitian
terdahulu

9
Tia Indriani,“Judul Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Desa
Kedaton Induk Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur". Dalam
https://repository.metrouniv.ac.id/ diunduh pada 19 Agustus 2022
10
Atik Ulfah Adawiyah, “Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter Anak Masa
Kini (Di Lingkungan RT 014 RW 005, Kelurahan Cipete Selatan, Kecamatan Cilandak, Jakarta
Selatan)". Dalam https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/44203 diunduh pada 20
Oktober 2022.
7

ditambah metode
fenomenologi
Penelitian Persamaan Perbedaan

Titin Sri Wahyuni dengan Persamaan Perbedaan


penelitian yang berjudul Peran penelitian yang dengan penelitian
Orang tua dalam Pembentukan akan dilakukan yang akan
Karakter Anak di Kecamatan adalah mencari dilakukan adalah
Matur.11 Penelitian ini tahu bagaimana pada konteks
menggunakan metode kualitatif peran orang tua kajian yang akan
dengan keabsahan data, analisi dalam membentuk dikaji yaitu pada
dengan pengumpulan data. karakter pada anak, populasi dan
dalam penerapan tempat, dimana
nilai-nilai karakter penelitian
di kehidupan terdahulu di
sehari-hari. sebuah
lingkungan
masyarakat,
penelitian yang
akan diteliti pada
tingkat
persekolahan,
tepatnya pada
kelas V.

11
Titin Sri Wahyuni, “Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak Di
Kecamatan Matur.” Dalam https://katalog-pustaka.iainbukittinggi.ac.id/pustaka/main/item/95383
diunduh pada 20 Oktober 2022.
8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran Orang Tua

1. Pengertian Peran

Peran merupakan seperangkat tingkah yang diharapkan di miliki oleh

sosok yang berkedudukan di sebuah masyarakat. 12 Dalam penelitian ini

peran yang dikaji merupakan sebuah peran yang dilakukan oleh orang tua

dimana orang tua memegang suatu posisi tertentu dalam sebuah keluarga,

yang di dalamnya orang tua memiliki fungsi sebagai pengasuh,

pembimbing dan pendidik bagi sang anak. 13 Sedangkan peran menurut

Segala, yaitu suatu kesiapan atau kemampuan yang dimiliki seseorang

untuk mempengaruhi, dan mengajak orang lain agar dapat menerima

pengaruh tersebut, serta melakukan sesuatu untuk suatu tujuan tertentu.14

Berdasarkan penjabaran diatas, maka peran yang dimaksud dalam

penelitian ini, yaitu sebuah perilaku yang diharapkan dalam mengajak,

membimbing, mengasuh dan mempengaruhi anaknya agar mencapai

tujuan yang di inginkan.

12
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, "Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kelima", Dalam KBBI V, Kelas Kata, Verbal, Aplikasi Luring Resmi Badan Pengembangan
Bahasa Dan Perbukuan di rambah pada 18 Agustus 2022
13
Novrinda,Nina Kurnia, Yuli Desni, “Peran Orangtua Dalam Pendidikan Anak Usia
Dini Ditinjau Dari Latar Belakang Pendidikan,” Jurnal Potensia Vol. 2 No. 1, 2017 : 42.
14
Syaful Segala, Supervise Pembelajaran Dan Profesi Pendidikan (Bandung: Alfabeta,
2009), 117.
9

2. Pengertian Orang Tua

Orang Tua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bapak atau

ibu kandung. 15 Orang tua juga dapat disebut sebagai sosok yang pertama

bahkan terutama yang berkewajiban atas kehidupan dan pengajaran putra

putrinya, 16 dimana orang tua merupakan tempat pendidikan yang pertama

dan utama untuk anak, karena orang tua adalah orang yang paling dekat

dengan mereka, orang tua memiliki kewajiban sebagai pembina baik

dalam hal intelektual maupun kepribadian anak, sehingga kepribadian

yang dimiliki orang tua menjadi sebuah pusat perhatian untuk anak. 17

Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa orang tua

merupakan pemegang pendidikan paling utama bahkan pertama untuk

anak, hal itu dikarenakan orang tua memiliki akses paling dekat dengan

anak, yang menjadikan orang tua memiliki peran dan tanggung jawab

yang besar terhadap perkembangan karakter dan keberlangsungan hidup

anaknya.

3. Peran Orang Tua dalam Keluarga

Dalam sebuah keluarga pemegang peran paling besar adalah orang

tua, hal itu dikarenakan orang tua memiliki tanggung jawab besar kepada

anaknya, bukan hanya memenuhi kebutuhan finansial saja namun juga

15
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kelima", Dalam KBBI V, Kelas Kata, Verbal, Aplikasi Luring Resmi Badan Pengembangan
Bahasa Dan Perbukuan dirambah pada 26 Agustus 2022.
16
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Revisi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), 39.
17
Zakiah Darazat, ImuPendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 35.
10

memberikan pengajaran, memimpin dan mengasuh anaknya agar sang

anak terhindar dari kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat.

Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara peran orang tua dalam

keluarga yaitu sebagai penuntun, pengajar dan memberi contoh.18 Di

mana anak terbiasa ikut serta baik dalam pekerjaan rumah, maupun

mengikuti watak dari salah satu anggota keluarga, sehingga peran orang

tua sangat mempengaruhi karakter anak, karakter disini menyangkut

kejujuran, sopan santun, toleransi dan masih banyak lagi.

Jadi peran orang tua begitu penting dalam keluarga, dimana hal

tersebut mampu membentuk nilai-nilai kemanusiaan dalam diri anak.

Indikator pelaksanaan peran orang tua dalam keluarga menurut Ki Hadjar

Dewantara, sebagai berikut :19

a. Pendidik

Dimana orang tua merupakan pendidik pertama dan utama untuk

anak, tak jarang anak mendapatkan pengetahuan baik dalam ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik dari orang tua.

b. Pelindung

Tentu orang tua merupakan tempat perlindungan yang aman bagi

anak baik dalam kondisi terancam atau kondisi sulit, sehingga

menjadikan orang tua sebagai tempat pelindung paling aman.

18
Efendy Rasyid Rustam, Jusman Tang, Fenny Hasanuddin, Buku Ajar Pengantar
Pendidikan (Jawa Barat: Perkumpulan Rumah Cermelang Indonesia, 2022), 56.
19
Desika Putri Mardiani, “Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Motivasi Dan
Kedisiplinan Belajar Anak Sebagai Dampak Wabah Covid-19” Jurnal Paradigma Vol. 11, no. 1
(2021): 118.
11

c. Motivator

Sebagai motivator orang tua sering memberikan dorongan atau

motivasi kepada anak maupun anggota keluarga lain.

d. Pelayan

Selain menjaga, mengajarkan maupun memberikan contoh orang

tua juga berperan melayani anak dengan baik, melayani dengan baik

disini sesuai dengan kebutuhan yang di butuhkan sang anak.

e. Tempat curahan hati

Orang tua juga harus mampu berperan sebagai tempat curahan

keluh kesah yang nyaman untuk anak dan bahkan anggota keluarga

yang lain.

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa peran orang tua begitu

penting untuk anak dan anggota keluarga lainnya baik sebagai pendidik,

pelindung, pelayan, dan bahkan sebagai tempat keluh kesah.

B. Karakter Anak

1. Pengertian Karakter

Karakter diartikan sebagai sebuah tabia, watak, sifat, akhlak dan budi

pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. 20 Sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter merupakan sifat-sifat

kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang

20
Aisyah, Pendidikan Karakter : Konsep Dan Implementasinya (Jakarta: Prenadamedia,
2018), 11.
12

lain. 21 Karakter juga merupakan jati diri yang di nampakan yang berupa

budi pekerti seperti sikap dan perbuatan. 22 Namun secara harfiah karakter

merupakan kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau

reputasi. 23

Karakter dapat sebagai identitas yang dimiliki seseorang yang

bersifat menetap sehingga seseorang atau sesuatu itu dapat berbeda

dengan yang lain. 24 Karakter juga dapat dikatakan watak, sifat atau hal-

hal yang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. 25 Hal yang

mendasar itu biasanya merupakan tingkah atau perilaku seseorang

tersebut.

Karakter juga merupakan kumpulan tata nilai yang menuju pada

suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang

ditampilkan. Namun menurut Koesoemo, bahwa karakter sama dengan

kepribadian.26 Kepribadian disini adalah sifat atau karakteristik bahkan

ciri khas yang dimiliki seseorang dimana hal itu didapatkan dari

lingkungan, seperti yang telah disebutkan oleh Kertajaya, yang

21
Depertemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), 623.
22
Yoseph Yapi Taum, Basuki Sarwo Edi, Kasma F. Amin, dkk, Wajah Kemanusiaan
DAlam Perspektif Bahasa,Sastra, Dan Pengajaran Bahasa Indonesia (Klaten: Lakaeisha, 2001),
191.
23
Barnawi dan M.Arifin, Strategi & Kebijakan Pemeliharaan Pendidikan Karakter
(Yogyakarta: AR – RUZZ MEDIA, 2004), 20.
24
Anita Yus, Pengembangan Karakter Melalui Hubungan Anak-Kakek-Nenek, Dalam
Arismantoro (Peny), Tinjauan Berbagai Aspek Building (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), 91.
25
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), 12.
26
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Mulitidimensional
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 70.
13

mendefinisikan karakter sebagai ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda

atau individu. 27

Dari beberapa pendapat diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa

karakter merupakan suatu jati diri atau suatu kepribadian yang mendasar

sehingga mempengaruhi kualitas diri seseorang. Karakter juga di tandai

dengan cara berpikir seorang individu yang memiliki keunikan untuk

dapat berbaur dan berkerja sama baik dalam lingkungan keluarga,

masyarakat, bangsa dan Negara.28

Dimana karakter akan menjadi sebuah perilaku yang mendasar dan

melekat dari moral seseorang, jika seseorang mengalami permasalahan

seperti bersikap buruk baik terhadap dirinya maupun orang lain, serta

munculnya sifat jahat dalam diri seseorang dan melakukan tindak

kejahatan, maka dapat disimpulkan bahwa karakter pada orang tersebut

telah menghilang atau rusak.

2. Nilai-nilai Karakter

Nilai merupakan sesuatu yang diyakinin tentang kebenarannya dan

mendorong untuk mewujudkannya. 29 Nilai-nilai karakter merupakan

suatu landasan yang harus di wujudkan didalam sebuah perilaku. 30

Dari penjabaran diatas bahwa nilai-nilai karakter merupakan sebuah

landasan yang membentuk karakter atau perilaku seseorang. Nilai

27
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, 2013, 11.
28
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter : Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), 33.
29
Mohammad Asrori, Pesikologi Pembelajaran (Bandung: CV. Wacana Primata, 2012),
5.
30
Sabar Budi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”
16, no. 03 (Mei 2010): 231.
14

karakter disini biasanya terbentuk dari sebuah pemikiran, dimana

pemikiran yang baik akan membentuk perilaku baik pula dan sebaliknya.

Nilai-nilai karakter yang harus dimiliki meliputi kejujuran, toleransi,

sopan santun, kerja keras, disiplin, cinta tanah air dan amanah. Nilai

karakter terbagi menjadi dua yaitu :

a. Nilai Nurani

1) Kejujuran
2) Keberanian
3) Cinta damai
4) Keandalan diri atau potensi
5) Kemurnian atau kesucian. 31

b. Nilai Memberi

1) Setia, dapat dipercaya


2) Hormat, sopan
3) Cinta, kasih sayang
4) Peka, tidak egois
5) Baik hati, ramah
6) Adil, murah hati. 32

Sedangkan menurut DIKNAS dalam buku Yaumi nilai-nilai dalam

pendidikan karakter sebagai berikut:33

a. Religious

Dimana seorang individu bersikap dan berperilaku taat dan patuh

kepada agamanya, dan toleransi dengan agama lain serta dapat hidup

rukun dan berdampingan dengan pemeluk agama lain.

31
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), 44.
32
Ibid.
33
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, Dan Implementasi (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), 85.
15

Patuh dan taat disini dalam menjalankan ajaran agama merupakan

sebuah tuntutan seluruh agama di dunia. Dimana setiap pemeluk

agama akan menyakini bahwa ajaran agama yang dipeluknya adalah

agama yang paling benar, namun juga harus menghormati keyakinan

yang dipeluk orang lain, sehingga dapat memicu perkembangan

kepercayaan dan keyakinan antar agama menjadi harmonis diantara

kalangan penganut keagamaan.

Toleransi sendiri, seharusnya bertumbuh serta diperkuat didalam

ruang lingkup dengan penganut agama yang berbeda. Toleransi disini

mengakui keberadaan agama lain, namun tidak mengimami dan

menambah kita yakin bahwa gama yang kita anut adalah yang paling

benar dan memiliki keunggulan tersendiri. Bahkan islam mengajarkan

bertoleransi, yang terdapat dalam firman Allah SWT :

َ ‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َو ِل‬


‫ي ِدي ِْن‬
Artinya : “Untukmu agama mu, dan untukku agamaku”. (Q.S Al-

Kafirun : 6).

Diayat tersebut menunjukkan bahwa islam tidak memaksa

seseorang untuk masuk islam, dan islam sangat menjunjung tinggi nilai

toleransi.

Kerukunan antar penganut agama, hal tersebut merupakan

penyongkong penting yang membuat terealisasinya kehidupan sosial

bermasyarakat dan bernegara. Kekuatan Negara dapat diukur

bagaimana rukun dan keharmonisan dari warga negaranya, kelemahan


16

suatu negara juga dapat diukur dari kerukunan warganya dimana warga

memandang ras, suku, agama, dan budaya, sedangkan di Indonesia

sangat beragam kebudayaan dan agama sehinga harus saling

menghormati, dan toleransi sehingga menjadi kerukunan antar warga,

sehingga mengakibatkan Negara menjadi kuat.

b. Kejujuran

Dimana seseorang berperilaku menjadi seorang individu yang

dapat di percaya baik perilaku yang dimana kesesuaian lahir batin dan

tidak ada yang di sembunyikan baik perkataan, perilaku dan pekerjaan.

c. Toleransi

Dimana seorang individu menghargai baik dalam sikap dan

tindakan seperti perbedaan agama, suku, ras, pendapat atau masukan,

dan sikap atau tindakan dari orang lain yang berbeda dengan kita.

d. Disiplin

Merupakan sebuah tindakan yang menunjukkan sebuah perilaku

untuk menaati tata tertib dan aturan yang berlaku. Disiplin merupakan

sebuah pengontrolan diri seseorang untuk mendorong agar melakukan

suatu daya dan upaya tanpa diperintah.

e. Kerja Keras

Sebuah upaya perilaku sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai halangan baik pembelajaran maupun tugas diselesaikan

dengan sebaik-baiknya.
17

f. Kreatif

Memberikan pemikiran dan melakukan sesuatu untuk melakukan

cara atau hasil yang baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Suatu perilaku yang tidak bergantung dengan orang lain dalam

menyelesaikan tugasnya.

h. Rasa Ingin Tahu

Dimana sikap dan tindakkan yang memiliki rasa ingin tahu baik

secara mendalam atau meluas dari sebuah pembelajaran (didengar atau

di lihat).

Berikut ciri-ciri perilaku seseorang yang memiliki rasa ingin tahu :

1) Mengajukan pertanyaan
2) Selalu timbul rasa penasaran
3) Menggali, menjejaki, dan menyelidiki
4) Tertarik pada berbagai hal yang belum ditemukan jawabannya
5) Mengintai, mengintip, dan membongkar berbagai hal yang masih
kabur.34

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai

karakter yang harus ada didalam diri seorang anak diantaranya seperti

kejujuran, saling menghormati, sopan santun, memiliki tanggung jawab

pada tugas yang berikan, baik hati, ramah, dan menaati peraturan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Karakter Anak

Karakter anak tidak terbentuk begitu saja, gen atau keturunan juga

merupakan suatu faktor yang mempengaruhi karakter, namun padangan

34
Muhammad Yaumi, 102.
18

anak tentang dunia seperti pengetahuan, pengalaman, prinsip moral yang

diterima, bimbingan pengarahan, dan hubungan orang tua kepada anak.35

Namun menurut Majid sendiri ada beberapa faktor lain seperti dari

makanan, teman, orang tua, dan tujuan yang menjadi faktor terkuat dalam

membentuk dan mewarnai karakter anak. 36

Jadi karakter anak dapat di bentuk, orang tua sendiri merupakan

pemeran utama dalam pembentukan karakter pada anak, saat

pembentukan karakter tentunya orang tua mengalami suatu hambatan

dalam peroses pembentukannya. Salah satu penghambatnya, orang tua

yang kurang perhatian kepada anak megakibatkan kurangnya kasih

sayang dan sosok figure orang tua, sehingga kurang memberikan

kenyamanan, namun menuntut anak dengan harapan yang tinggi,

menjadikan anak yang kurang percaya kepada orang tua, ditambah orang

tua tidak dapat menumbuhkan kreatifitas dan inisiatif pada diri anak. 37

Menurut Abdilah pembentukan karakter melalui beberapa faktor

yaitu: Faktor Biologis (berasal dari dalam diri atau bawaan lahir/gen),

Faktor sosial (orang sekitar atau masyarakat), Faktor budaya (budaya

dimana seseorang itu tinggal dan di besarkan contoh tempat budaya

seperti didaerah desa, pantai atau gunung).38

35
Anggia Listyaningrum, Umi Dayati, Ellyn Sugeng Desyanty, dan Rezka Arina Rahma,
Strategi Parenting Dalam Pembentukan Karakter Anak Pada Usia Dini : Pada Keluarga
Pemulung Di Kampung Sumur Jakarta Timur (Madiun: CV. Bayfa Cendekia Indonesia, 2021), 13.
36
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam., 20.
37
Ali Muhsin, “Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Dusun
Sumbersuko Desa Plososari Kecamatan Grati Kabupaten Pasruhandinamika” Dinamika 2, no. 2
(Desember 2017): 133.
38
Hamdi Abdillah, “Jurnal Peranan Orangtua Dan Guru Sebagai Pendidik Dalam
Membentuk Karakter Anak Mumtaz,” STAI Nur El-Ghazy Vol. 3, No.1 (Tahun 2019): 226.
19

Anak merupakan peniru ulung, dimana anak akan mengikuti perilaku

ayah dan ibu, dalam pembentukan karakter biasanya cenderung paling

banyak dibentuk oleh orang tua. Selain dari orang tua, faktor lingkungan

sosial, dan lingkungan alam juga dapat membentuk karakter.39

Karakter sendiri biasanya tetap dan tidak berubah, namun pada

kenyataanya banyak ditemukan perubahan pada karakter yang diakibatan

oleh faktor lingkungan, perubahan karakter sering dialami oleh seorang

anak yang belum dewasa. Perubahan karakter sendiri dapat terlihat atau

menonjol ketika bersama keluarga maupun orang terdekat.

Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pembentukan karakter di

pengaruhi oleh orang tua, yang dimana orang tua merupakan seorang

tokoh utama dalam pembentukannya, sedangkan lingkungan masyarakat

dan budaya adalah faktor pendukung dalam pembentukan karakter.

4. Proses Pembentukan Karakter

Anak memiliki naluri untuk membentuk karakternya, anak yang

masih berusia dini cenderung menerima segala macam masukkan dalam

membentuk karakter pada dirinya sehingga tidak ada sebuah filter dalam

menerima masukan tersebut, baik itu didapatkan dari orang tua maupun

lingkungan keluarga.40

39
Muchl As Samani, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), 43.
40
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam., 18.
20

Proses pembentukan karakter sendiri merupakan sebuah usaha yang

terencana untuk menanamkan nilai positif pada anak baik di lingkungan

sekolah (formal), keluarga, lingkungan dan masyarakat.41

Dari penjelasan diatas sudah di ketahui bahwa pembentukan karakter

dilakukan sejak anak dari usia dini, dan orang tua merupakan tokoh utama

atau pemeran utama yang berpengaruh dalam pembentukan karakter pada

anak, sedangkan lingkungan dan pendidikan merupkan faktor pendukung

dalam proses pembentukan karakter.

Tujuan yang diambil dari proses pembentukan karakter adalah agar

karakter anak sesuai dengan norma, kaidah dan moral yang berkembang

di masyarakat. Berikut proses dalam pembentukan karakter melalui :

a. Keluarga

b. Sekolah

c. Dan lingkungan masyarakat.42

Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap

yang diambil dalam menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan

kepada orang lain. 43 Sehingga karakter terbentuk karena pembiasaan yang

telah dilakukan dan dilalui, yang awalnya dilakukan dengan kesengajaan

karena dilakukan dengan cara terus menerus, kebiasaan tersebut menjadi

suatu pembiasaan dan tidak disadari seseorang tersebut, yang

mengakibatkan pembiasaan tersebut menempel pada diri seorang

41
Budhi Setianto Purwowiyoto, Candrajiwa Indonesia : Warisan Ilmiah Putra Indonesia
(Jakarta: H & B PERKI, 2021), 326.
42
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), 62.
43
Syamsul Kurniawan, 29.
21

individu, dipicu oleh suatu pemikiran dari sebuah informasi yang berasal

dari panca indra yaitu melihat, dan mendengar suatu hal mengakibatkan

anak berfikir.

Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa proses pembentukan

karakter dibentuk dari sebuah pemikiran yang di lihat maupun didengar

dari sebuah informasi, yang didapatkan dari keluarga maupun lingkungan

masyarakat, dan penanaman nilai positif melalui pembiasaan-pembiasaan

yang mengakibatkan anak terbentuk dengan nilai yang telah di tanamkan.

C. Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak

Anak merupakan sebuah amanah yang di berikan oleh tuhan kepada

manusia, anak-anak disini berusia 6-12 tahun, 44 karena anak merupakah

sebuah amanah yang diberikan tuhan maka kita harus menjaga amanah

tersebut dengan baik. Anak akan menjadi pribadi seperti apa kedepannya itu

tergantung didikan dari orang tua dan lingkungan.

Orang tua sendiri merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak,

sehingga peran orang tua sebagai pendidik yang mengajarkan anak baik

dalam intelektual maupun perkembangan karakter, perkembangan karakter

juga didapakan anak saat anak di usia dini, dikarenakan perkembangan

karakter dibentuk dan dikendalikan dengan binaan orang tua baik sejak anak

itu lahir sampai anak dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

44
Bisma Mustofa, Melejitnya Kecerdasan Anak Melalaui Dongeng (Yogyakarta: Parana
Ilmu, 2015), 40.
22

Imam Ghazali berkata bahwa dalam usaha melatih anak merupakan

sebuah perkara paling penting dan krusial. Anak merupakan individu yang

terlahir dengan fitrah yang suci dan bersih, seperti berlian yang berharga,

dengan pahatan yang berbentuk sederhana dan kosong, yang seakan

memungkinkan berlian itu menerima seluruh pahatan yang di terimanya. 45

Sehingga peran orang tua dalam membentuk karakter adalah

membimbing anak dengan perilaku yang baik dan efektif, perilaku efektif

disini harus didukung oleh sebuah kebijakan yang di terapkan oleh pembuat

peraturan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 46 guna

mengarahkan anak agar menjadi seseorang yang berguna kelak, serta peran

orang tua menjadi sebuah panutan utama untuk anaknya. Panutan disini

dengan menunjukkan hal-hal positif, seperti tidak emosian, jujur dan sopan

didepan anak, kenapa? Sebab anak akan belajar dari apa yang dilihatnya, 47

jadi orang tua harus bijak saat di depan anak.

Dimana orang tua sendiri merupakan kunci awal dalam membentuk dan

menanamkan nilai-nilai karakter, karakter yang kuat merupakan karakter

yang terbentuk dari penekanan nilai baik dan buruk,48 sehingga peran orang

tua dalam membentuk karakter ini sangat penting dan krusial, dimana orang

45
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan (Jakarta: Gema Insani Pers, 2005),
36.
46
Mohamad Roeslin, “Kajian Islam Tentang Partisipasi Orang Tua Dalam Pendidikan
Anak” 9 No.2 (2018): 337.
47
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter : Konsep Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan (Jakarta: KENCANA, 2012), 145.
48
Fauzil Adhin, Positive Pareting : Cara- Cara Islami Mengembangankan Karakter
Pada Anak Anda (Bandung: Mizan, 2006), 272.
23

tua berperan sangat besar dalam mendidik, membina dan membesarkan anak

hingga dewasa.49

Dari pemaparan diatas peran orang tua dalam membentuk karakter anak

adalah dengan mengajarkan suatu karakter yang baik bagi anak dan

mengajarkan nilai-nilai karakter seperti jujur, disiplin, sopan dan

menghormati sesama ciptaan tuhan, serta simpati dan empati, hal ini

dikarenakan agar anak dapat berbaur dan diterima dengan baik oleh

llingkungan masyarakat. Orang tua juga harus dapat menciptakan sebuah

suasana yang hangat dan tentram, serta menjadi sesosok panutan yang positif

untuk sang anak.

Ingat orang tua harus berhati-hati saat melakukan tindakan atau ucapan di

depan anak karena orang tualah yang dapat mempengaruhi kepribadian sang

anak, 50 hendaklah memilah dan memilih sebelum melakukan tindakan, hal ini

dikarenakan anak adalah seorang peniru yang ulung, sehingga jika orang tua

melakukan hal negatif baik itu dalam perilaku atau ucapan walaupun itu

tidak sengaja didepan anak secara tidak langsung anak akan berpikir itu baik

dan menirukannya. Hal ini sesuai dengan pedapat Zakiah dalam bukunya

mengatakan bahwa “anak sejak lahir bersama ibunya, sehingga anak

meirukan perilaku ibunya, sedangkan ayah di mata sang anak berperan

49
Didin Jamaludin, Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam (Bandung: Pustaka Setia,
2013), 135.
50
Jeanne Ellis Ormord, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh Dan
Berkembang (Jakarta: Erlangga, 2008), 93.
24

sebagai seorang pemimpin tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orang-

orang dikenalnya”.51

Jika karakter pada anak sudah terbentuk maka peran orang tua

berkewajiban mengembangkannya, pengembangan karakter merupakan

sebuah proses seumur hidup, menurut Gunandi ada tiga peran utama dalam

mengembangkan karakter anak, dimana orang tua harus:

1. Menciptakan suasana yang hangat dan tentram


2. Menjadi panutan yang positif untuk anaknya, karakter orang tua yang
diperlihatkan melalui perilaku nyata adalah bahan belajar yang mudah
diserap oleh anak.
3. Mendidik anak, dimana mengajarkan karakter yang baik dan
mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan apa yang diajarkan. 52

Terdapat juga 9 cara yang dapat dilakukan orang tua dalam

mengembangkan karakter anak diantaranya :

1. Menempatkan tugas dan kewajiban ayah dan ibu sebagai agenda utama.
2. Mengevaluasi dalam menghabiskan waktu selama sehari atau seminggu.
3. Menyiapkan diri menjadi conto yang terbaik.
4. Membuka mata dan telinga terhadap apa saja yang sedang anak serap
atau alami.
5. Menggunakan bahasa karakter. Anak-anak akan dapat mengembangkan
karakternya jika orangtuanya menggunakan bahasa yang lugas dan jelas
tentang tingkah laku yang baik dan buruk.
6. Memberi hukuman dengan kasih sayang.
7. Belajar untuk mendengakan anak.
8. Terlibat dalam kehidupan sekolah anak.
9. Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja.53

Dapat ditarik kesimpulan dalam membentuk menegembangkan karakter

anak diantaranya :

51
Zakiah Darazat, ImuPendidikan Islam, 35.
52
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter : Konsep Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, 145.
53
Ibid, 144–245.
25

1. Mendidik melalui contoh perilaku

Contoh perilaku disini adalah contoh perilaku yang efektif yang

mengarahkan anak agar menjadi seorang individu yang berguna.

Mendidik melalui perilaku biasanya menyangkut tentang kejujuran,

saling menghormati, sopan santun, simpati, empati, dan menaati aturan

yang ada baik di lingkungan masyarakat atau sekolah. Dalam mendidik

dengan prilaku biasanya lebih cocok di terapkan saat anak pada usia 6-12

tahun, karena pada masa ini anak cenderung mengikuti perilaku orang

terdekatnya terutama orang tuanya.

2. Merapkan pendidikan karakter sejak dini

Suatu pendidikan seharusnya di dapatkan anak semenjak dini, baik

itu pendidikan karakter maupun intelektual anak, dan lebih tepatnya di

dapatkan dari orang tua, kenapa? Hal ini dikarenakan orang tua

merupakan seorang pendidik pertama dan utama anak. 54 Dan keluarga

juga merupakan sebuah sekolah tempat putra-putri belajar.55

Pendidikan yang mendasar yang di terapkan untuk anak usia dini

adalah kejujuran, saling menghormati, sopan santun, disiplin, ramah dan

menaati aturan yang berlaku, agar pembentukan dan perkembangan

karakter anak lebih tertata dan terbentuk dengan baik nantinya.

54
Syamsul Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), 39.
55
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter : Konsep Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, 153.
26

3. Melakukan sistem pembiasaan kepada anak

Pembiasaan disini mengajarkan anak untuk menaati peraturan dan

printah agama seperti ibadah tepat waktu. Kebiasaan yang diharapkan

dapat timbul dengan kesadaran, keyakinan, sikap, dan kepekaan anak,

sehingga anak memiliki dorongan dari dalam dengan melakukan

pembiasaan bukan akibat paksaan, sehingga lebih natural dalam

melaksanakan peraturan agama, karena dalam agama islam sangat tidak

menyukai paksaan, seperti pada firman Allah SWT berbunyi :

َ ‫ٱّللِ َي ۡبغُونَ َولَهۥُ أَ ۡس َل َم َمن فِي ٱل‬


ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
‫ت‬ ِ ‫أَفَغ َۡي َر د‬
َ ‫ِين‬

ِ ‫َو ۡٱۡل َ ۡر‬


َ ‫ض‬
(٨٣ ) َ‫ط ۡوعٗ ا َو َك ۡر ٗها َوإِلَ ۡي ِه يُ ۡر َجعُون‬

Artinya : “Apakah mereka hendak mencari agama selain dari agama

Allah, sedangkan apa yang dilangit dan di bumi patuh kepada-Nya

sukarela atau terpaksa dan kepada-Nya mereka akan dikembalikan”. 56

(Q.S Al-Imran (3) : 83)

Dengan melakukan pembiasaan maka anak akan terlatih baik batin

dan perilaku menuju kearah keselamatan, dalam melatih anak dengan

melakukan pembiasaan menaati peraturan agama, secara tidak langsung

anak akan terbiasa dan seakan terukir didalam kepribadian anak bahkan

jiwa sang anak seperti ukiran di atas batu yang sulit di hapus. 57

56
Q.S Al-Imran (3) : 83.
57
Mohamad Roeslin, “Kajian Islam Tentang Partisipasi Orang Tua Dalam Pendidikan
Anak,” 340.
27

Akibat sistem pembiasaan itu membuat anak terdorong untuk

melaksanakan peraturan dan perintah tersebut tanpa adanya tekanan atau

paksaan dari pihak luar.

4. Menjalin komunikasi dengan anak

Komunikasi dengan anak sebaiknya tetap terjaga dari anak dalam

kandungan sampai anak dewasa. 58 Dengan komunikasi orang tua akan

mengetahui kesulitan anak dan bisa bertukar pikiran, biasanya orang tua

akan menyisipkan nasehat yang baik dan bijaksana kepada anak sehingga

anak tidak terjerumus didalam kesesatan. Anak cenderung mencari teman

curhat untuk setiap permasalahan dan yang di takutkan anak salah dalam

membagikan ceritanya kepada orang yang kurang tepat, sehingga anak

menerima nasehat yang salah, dengan orang tua yang dapat meluangkan

waktu dan menjalin komunikasi dengan anak menjadikan anak akan

lebih terpelihara dari sesuatu yang akan merusak karakter anak.

5. Prinsip keadilan dalam penerapan waktu

Di posisi ini orang tua sangat sulit dalam membagi waktu dimana

orang tua di wajibkan memenuhi kebutuhan anak dan anak membutuhkan

waktu orang tua, biasanya orang tua menomor duakan pendidikan anak di

keluarga sehingga anak kurang perhatian dari orang tua. Disini orang tua

harus selektif dalam membagi waktu, agar orang tua tidak memberatkan

salah satu kewajibannya.

58
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter : Konsep Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, 151.
28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan sebuah

metode deskripsi berbentuk kata-kata tertulis maupun lisan yang di peroleh

dari subjek penelitian serta tingkah laku yang diamati. 59 Kualitatf sendiri

merupakan sebuah model penelitian yang mengungkap fenomena secara

holistik dengan cara mendeskripsikan melalui bahasa non-numarik dalam

konteks dan paradigma alami. 60

Metode penelitian kualitatif yang biasa disebut penelitian naturalistik

yang disebabkan hasil riset, yang dilakukan dalam sebuah kondisi natural

dengan memperhatikan hal-hal yang ada di tempat penelitian dengan

menggunakan data kualitatif, dan tidak menggunakan suatu acuan matematik

statistik serta analisisnya lebih bersifat kualitatif. 61

Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif dikarenakan metode ini

sangat cocok untuk penelitian yang akan diteliti dengan identifikasi masalah

dari peran orang tua untuk membentuk karakter anak, dimana peneliti

mendengarkan pendapat dari persepsi fenomena yang diteliti dengan cara

mendeskripsikannya dengan bentuk kata untuk mengali informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian.

59
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 36.
60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2009), 9.
61
Muh. Fitrah, Lutfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas &
Studi Kasus (Suka Bumi: CV. Jejak, 2017), 44.
29

Maka peneliti akan menganalisa dan menguraikan secara sistematis dan

factual tentang bagaimana peran orang tua dalam pembentukan karakter,

yang berdasarkan pada data yang telah di dapatkan selama penelitian.

B. Sumber Data

Sumber data penelitian didapat dari subjek data yang di peroleh. 62

Sumber data kualitatif sendiri merupakan suatu bentuk data yang berbentuk

perkataan atau tulisan yang akan diteliti oleh peneliti, benda yang diteliti

dengan terperinci agar dapat mengambil makna yang tersirat pada dokumen

atau subtansinya.63

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu sumber dasar primer dan sumber

data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diberikan langsung kepada

pengumpul data.64 Data primer yang dimaksud disini yaitu suatu data

yang berbentuk kata-kata, diucapkan atau di lakuan oleh subjek yang di

percaya. Sumber data primer yang peneliti gunakan adalah 6 orang tua

(ayah atau ibu) dan 6 siswa kelas V MIM Banjarsari Metro Utara.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti. 65 Data sekunnder disini biasanya di

sebut data pendukung untuk pelengkap data utama. Sumber disini berupa

62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 172.
63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), Edisi Revisi
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 22.
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, 193.
65
Sugiyono, 196.
30

buku-buku penunjang yang dapat di jadikan refrensi yang terkait dengan

penelitian, sumber data sekunder lain adalah guru atau wali kelas V MIM

Banjarsari Metro Utara dan hasil observasi langsung sebagai penunjang

penulisan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan metode yang strategis untuk penelitian

dalam sebuah riset, hal ini diakibatkan arah tujuan utama riset untuk

mendapatkan suatu data. Jika tidak di ketahui bagaimana cara pengumpulan

data maka pengkaji tidak akan mendapatkan data sesuai dengan standart data

yang ditetapkan.66

Dalam penilitian kualitatif data yang di ambil dilaksanakan pada keadaan

sebenarnya atau tanpa di buat-buat (natural), pengumpulan data yang diambil

dalam riset ini adalah wawancara untuk mengali informasi lebih dalam,

dokumentasi dan angket.

1. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan atau dialog dari dua orang untuk

mencapai sebuah tujuan khusus dari pewawancara (interviewer) dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan sebuah jawaban kepada

pewawancara.67

66
Sugiyono, h. 224.
67
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
186.
31

Wawancara sendiri merupakan sebuah teknik yang mencari data dari

sebuah pemikiran, konsep, dengan cara melakukan percakapan secara

langsung dari pewawancara kepada pihak yang sedang di wawancarai. 68

Pada riset ini, peneliti memakai teknik wawancara mendalam atau

wawancara informal, diamana teknik ini merupakan wawancara yang

dilaksanakan dalam sebuah kondisi yang normal serta umum dirasakan

oleh pewawancara dan terwawancara. Proses wawancara yang

berlangsung menghasilkan jawaban seperti halnya percakapan yang

umum dilakukan dalam aktivitas sehari-hari. 69

Menurut patton wawancara mendalam merupakan sebuah proses

wawancara yang mendalam, menyelam dari permukaan, mengumpulkan

data dengan rinci, dan menyajikan pemahaman yang menyeluruh dari

kacamata orang yang diwawancarai. 70

Wawancara ini dilakukan kepada sumber data primer dan data

sekunder yaitu orang tua dan siswa kelas V MIM Banjarsari, serta untuk

data sekundernya adalah guru wali kelas V MIM Banjarsari. Data yang

ingin didapatkan yaitu mengenai informasi peran orang tua dalam

pembentukan karakter anak kelas V di MIM Banjarsari.

68
Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-2 (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2015), 75.
69
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), 31.
70
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
183.
32

2. Dokumentasi

Dimetode ini merupakan sebuah metode yang mengumpulkan

informasi dengan arsip-arsip. Arsip disini seperti buku dari sebuah

pendapat, teori dan hokum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian, hal tersebut juga merupakan golongan dari

dokumentasi. 71

Menurut Musfiquon, dokumen merupakan sebuah kumpulan fakta

dan data yang tersimpan di sebuah bentuk teks atau benda seperti sebuah

catatan, gambar atau sebuah karya monumental. 72

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data pada metode

dokumentasi difungsikan untuk mencari informasi profil di MIM

Banjarsari Metro Utara.

3. Angket

Angket merupakan instrumen penelitian yang merupakan pertanyaan

tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk mempermudah

peneliti untuk mengumpulkan data lapangan, 73 dimana angket sendiri

merupakan suatu alat riset atau survey yang terdiri dari daftar pertanyaan

tertulis, melalui wawancara secara pribadi atau dalam bentuk daftar

pertanyaan yang dapat dijawab oleh responden, atau hanya pelu memilih

jawabanyang sudah disediakan.

71
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 181.
72
Musfiquon, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), 131.
73
Anim Purwanto, Konsep Dasar Penelitian Kualitatif : Teori Dan Contoh Praktis
(Lombok Tengah: Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia, 2022), 86.
33

Pada penelitian ini angket di fungsikan untuk diberikan kepada anak

kelas 5B untuk mengetahui karakter yang dimiliki oleh anak tersebut, dan

menggunakan angket untuk mengetahui apa saja peran yang sudah

dilaksanakan dalam pembentukan karakter pada anak kelas 5B di MIM

Banjarsari.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Teknik penjamin keabsahan data merupakan sebuah cara untuk

menguji kredibilitas (kepercayaan) atau triagulasi (pengabungan data) dari

hasil penelitian peneliti. Triagulasi sendiri merupakan teknik pemeriksaan

data dari berbagai sumber dan cara pengumpulan data.74

Jenis triagulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari

triagulasi sumber dan triagulasi teknik, berikut adalah jabaran dari

triagulasi sebagai berikut:

1. Triagulasi Sumber

Triagulasi sumber merupakan sebuah penguji kreadibilitas dari

sebuah data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui

beberapa sumber. 75

Triagulasi ini digunakan untuk perbandingan data dari hasil

wawancara orang tua dan hasil wawancara anak. Peneliti sendiri

bermaksud untuk membandingkan data dari suatu sumber dengan data

sumber lain, sehingga mampu menghasilkan data yang bersifat

74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2014), 273.
75
Ibid., 274.
34

konsisten, dan peniliti akan mendapatkan suatu gambaran yang

berkaitan dengan indikasi yang tengah di teliti.

2. Triagulasi Teknik

Triagulasi teknik digunakan untuk menguji kreadibilitas data yang

dilakukan dengan cara pengecekan pada data dengan sumber yang

sama melalui teknik yang berbeda. Seperti data yang diperoleh dari

sebuah wawancara kemudian di buktikan dengan mengecek melalui

observasi, dokumentasi dan kuisioner. 76

Triagulasi teknik dalam penelitian ini digunakan untuk

membandingkan sebuah data yang diperoleh dari hasil wawancara

orang tua dan anak, dengan data dokumentasi yang diperoleh, sehingga

dapat diketahui kesesuaian data hasil wawancara dan dokumentasi.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif. Dengan

menggunakan teori dari Miles and Hubberman yang merupakan sebuah

kegiatan dalam data kualitatif yang dilakukan dengan interaktif dan terjadi

secara konsisten di setiap tahapan penelitian hingga selesai, hingga datanya

jenuh. Aktivitas di analisis data yaitu, reduksi data, penyajian data, serta

verifikasi data.77

Dari analisis data diatas dapat dipaparkan beberapa tahapan sebagai

berikut :

1. Reduksi Data

76
Ibid.
77
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 183.
35

Reduksi data adalah merangkum dengan memilih hal-hal pokok, yang

mefokuskan hal-hal penting, dicari tema serta polanya, dan membuang hal

yang kurang perlu di masukkan.

Saat mereduksi data harus melalui beberapa tahapan, tahapan pertama

adalah editing, pengategorian, dan mempersingkat sebuah data. Tahapan

kedua adalah pengkajian mengorganisasian petunjuk dan catatan atau

memo dari berbagai bab, meliputi sebuah kegiatatan dan prosedur

sehingga peneliti mampu menciptakan kelompok, pokok-pokok, serta

format sebuah data. Fase selanjutnya adalah menata sebuah kerangka

konsep dan penguraianya yang berhubungan dengan pokok, kelompok

atau golongan serta format data yang berkaitan. 78

Riset yang dilakukan disebuah lapangan akan menghasilkan data yang

banyak, hal itu yang mengakibatkan jumlah data yang dihasilkan menjadi

banyak, komplek dan rumit, sehingga memerlukan analisis data melalui

reduksi data. Tahapan yang dilakukan peneliti adalah merangkum,

memilih, dan mefokuskan data yang berkaitan dengan peran orang tua

dalam membentuk karakter anak. Dengan melalui reduksi data peneliti

dapat mengambarkan dengan jelas bagaimana peran orang tua dalam

membentuk karakter anak di MIM Banjarsari Metro Utara.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan pada saat

pengumpulan sebuah data informasi yang disusun, sehingga membantu

78
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKiS, 2007), 104.
36

peneliti dalam membuat pengambilan kesimpulan. Format data kualitatif

adalah berbentuk wacana diskripsi (bersifat catatan lapangan). 79

Presentasi dari data riset ini adalah mendeskripsikan data hasil riset

tentang peran orang tua dalam membentuk karakter pada anak, didapatkan

pada tahap wawancara dari lokasi yang telah di reduksi pada tahapan

sebelumnya. Dan dipaparkan dalam bentuk narasi yang sesuai dengan

pokok-pokok isi dari wawancara.

3. Verifikasi Data

Pada tahap ini sering disebut dengan data verification (verifikasi data),

yaitu menyusun sebuah sistematis data yang telah dikumpulkan dari hasil

tahapan diatas, guna untuk mempermudah peneliti menarik kesimpulan dari

hasil penelitian.

79
A. Zakariah, V. Afriani, M. Zakariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,
Action Research, Research and Development (R n D) (Kolaka: Yayasan Pondok Pesantren Al
Mawaddah Warrahmah Kolaka, 2020), 55–56.
37

DAFTAR PUSTAKA

A. Zakariah, V. Afriani, M. Zakariah. Metodologi Penelitian Kualitatif,


Kuantitatif, Action Research, Research and Development (R n D). Kolaka:
Yayasan Pondok Pesantren Al Mawaddah Warrahmah Kolaka, 2020.

Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Abdul Mun’im Ibrahim. Mendidik Anak Perempuan. Jakarta: Gema Insani Pers,
2005.

Agus Wibowo. Pendidikan Karakter : Strategi Membangun Karakter Bangsa


Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012.

Aisyah. Pendidikan Karakter : Konsep Dan Implementasinya. Jakarta:


Prenadamedia, 2018.

Ali Muhsin. “Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Dusun
Sumbersuko Desa Plososari Kecamatan Grati Kabupaten
Pasruhandinamika” Dinamika 2, no. 2 (Desember 2017).

Anggia Listyaningrum, Umi Dayati, Ellyn Sugeng Desyanty, dan Rezka Arina
Rahma. Strategi Parenting Dalam Pembentukan Karakter Anak Pada Usia
Dini : Pada Keluarga Pemulung Di Kampung Sumur Jakarta Timur.
Madiun: CV. Bayfa Cendekia Indonesia, 2021.

Anim Purwanto. Konsep Dasar Penelitian Kualitatif : Teori Dan Contoh Praktis.
Lombok Tengah: Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian
Indonesia, 2022.

Anita Yus. Pengembangan Karakter Melalui Hubungan Anak-Kakek-Nenek,


Dalam Arismantoro (Peny), Tinjauan Berbagai Aspek Building.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.

Atik Ulfah Adawiyah. “Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter Anak
Masa Kini (Di Lingkungan RT 014 RW 005, Kelurahan Cipete Selatan,
Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan),” n.d.

Barnawi dan M.Arifin. Strategi & Kebijakan Pemeliharaan Pendidikan Karakter.


Yogyakarta: AR – RUZZ MEDIA, 2004.
38

Bisma Mustofa. Melejitnya Kecerdasan Anak Melalaui Dongeng. Yogyakarta:


Parana Ilmu, 2015.

Budhi Setianto Purwowiyoto. Candrajiwa Indonesia : Warisan Ilmiah Putra


Indonesia. Jakarta: H & B PERKI, 2021.

Depertemen pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Desika Putri Mardiani. “Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Motivasi Dan
Kedisiplinan Belajar Anak Sebagai Dampak Wabah Covid-19” Jurnal
Paradigma Vol. 11, no. 1 (2021).

Didin Jamaludin. Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam. Bandung: Pustaka


Setia, 2013.

Djamal. Paradigma Penelitian Kualitatif. Cet. Ke-2. Yogyakarta: Mitra Pustaka,


2015.

Efendy Rasyid Rustam, Jusman Tang, Fenny Hasanuddin. Buku Ajar Pengantar
Pendidikan. Jawa Barat: Perkumpulan Rumah Cermelang Indonesia, 2022.

Elihami, dan Hasnidar. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini : Melalui


Pendidikan Karakter. Bandung: CV. Rasi Terbit, 2019.

Fauzil Adhin. Positive Pareting : Cara- Cara Islami Mengembangankan Karakter


Pada Anak Anda. Bandung: Mizan, 2006.

Hamdi Abdillah. “Jurnal Peranan Orangtua Dan Guru Sebagai Pendidik Dalam
Membentuk Karakter Anak Mumtaz.” STAI Nur El-Ghazy Vol. 3, No.1
(Tahun 2019).

Haris Herdiansyah. Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups. Jakarta: Rajawali


Pers, 2013.

Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2013.

Helmawati. Pendidikan Keluarga Teoritis Dan Praktis. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset, 2014.

Jeanne Ellis Ormord. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh Dan


Berkembang. Jakarta: Erlangga, 2008.
39

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. “‘Kamus Besar Bahasa Indonesia


Edisi Kelima’, Dalam KBBI V, Kelas Kata, Verbal, Aplikasi Luring Resmi
Badan Pengembangan Bahasa Dan Perbukuan,” n.d.

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,


2012.

Masnur Muslich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis


Mulitidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Michael Quinn Patton. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2009.

Mohamad Roeslin. “Kajian Islam Tentang Partisipasi Orang Tua Dalam


Pendidikan Anak” 9 No.2 (2018).

Mohammad Asrori. Pesikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Primata,


2012.

Muchl As Samani. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2013.

Muh. Fitrah, Lutfiyah,. Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan


Kelas & Studi Kasus. Suka Bumi: CV. Jejak, 2017.

Muhammad Yaumi. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, Dan Implementasi.


Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.

Musfiquon. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Prestasi Pustaka,


2012.

Novrinda,Nina Kurnia, Yuli Desni. “‘Peran Orangtua Dalam Pendidikan Anak


Usia Dini Ditinjau Dari Latar Belakang Pendidikan.’” Jurnal Potensia Vol.
2 No. 1, 2017 (n.d.).

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS, 2007.

Q.S Al-Imran (3) : 83, n.d.

S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Sabar Budi Raharjo. “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak


Mulia” 16, no. 03 (Mei 2010).

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.


40

———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2009.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Edisi


Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Syaful Segala. Supervise Pembelajaran Dan Profesi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta, 2009.

Syamsul Kurniawan. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004.

Syamsul Yusuf LN. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2014.

Tia Indriani. “Judul Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Di Desa
Kedaton Induk Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur,” n.d.

Titin Sri Wahyuni. “Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak Di
Kecamatan Matur,” n.d.

Yoseph Yapi Taum, Basuki Sarwo Edi, Kasma F. Amin, dkk. Wajah
Kemanusiaan DAlam Perspektif Bahasa,Sastra, Dan Pengajaran Bahasa
Indonesia. Klaten: Lakaeisha, 2001.

Zakiah Darazat. ImuPendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter : Konsep Dan Aplikasinya Dalam Lembaga


Pendidikan. Jakarta: KENCANA, 2012.

Anda mungkin juga menyukai