Anda di halaman 1dari 57

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA BUDAYA

ORGANISASI SEKOLAH DI MTSN 13


JAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam


Darunnajah (STAIDA)
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh :
Frisca Ana Yulia
NIM: 19021035

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
JAKARTA
2022 M/1444 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................1

B. Fokus Penelitian dan Sub Fokus Penelitian .......................................5

C. Rumusan Masalah ..............................................................................5

D. Tujuan Penelitian................................................................................5

E. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................6

F. Sistematika Penulisan .........................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 8

A. Kepemimpianan Kepala Sekolah .......................................................8

1. Pengertian Kepemimpinan ............................................................. 8

2. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah ....................................... 12

3. Prinsip Kepemimpinan Kepala Sekolah ...................................... 18

B. Budaya Organisasi Sekolah ..............................................................23

1. Definisi Budaya Organisasi……………………………………. 23

2. Definisi Budaya Sekolah………………………………………..30

3. Fungsi Budaya Organisasi……………………………………... 32

4. Budaya Organisasi Pada Lembaga Pendidikan…………………33

5. Peran Budaya Organisasi………………………………………. 37

i
6. Upaya Kepala Sekolah dalam Membina Budaya Organisasi Sekolah
38

C. Hasil Penelitian Relevan ..................................................................38

BAB III ................................................................................................................... 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................43

B. Metode Penelitian .............................................................................43

C. Data dan Sumber Data ......................................................................43

D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................45

E. Teknik Analisis Data ........................................................................47

F. Validitas Data ...................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan globalisasi mengalami peningkatan yang sangat
pesat dari tahun ke tahun. Pendidikan yang berkualitas erat kaitannya
dengan factor lingkungan dan budaya. Budaya organisasi yang positif
dapat mengasilkan pendidikan yang berkualitas dan bermartabat.
Dalam beberapa tahun terakhir budaya organisasi telah mengalami
penurunan. Dampak dari perkembangan organisasi ini adalah
terjadinya perubahan budaya, dan mengalami peralihan dari budaya
tradisional ke budaya teknologi dan informasi.

Perubahan budaya tersebut merupakan tantangan bagi komunitas


pendidikan. Oleh karena itu budaya organisasi yang positif sangat
diharapkan dapat menyaring budaya organisasi yang negatif tersebut.
Menurut Sentot, budaya organisasi yang baik adalah praktik yang
menjadikan setiap anggota organisasi menjadi individu yang
produktif, inovatif dan kreatif dan dapat bekerja dengan aturan sesuai
permintaan.1

Hasil pendidikan saat ini sangat memprihatinkan. Banyak sekali


siswa yang memiliki tingkat intelektual dan karakter yang rendah dan
belum memahami mana yang benar dan mana yang salah. Didalam
aspek kehidupan kita telah mengalami banyak perubahan. Misalnya :
masalah social, gaya hidup, aspek, tingkat dan perilaku. Banyak
siswa berani melakukan kejahatan, mulai dari perkelahian sampai
dengan pelecehan seksual.

1
Sentot, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 34

1
2

Salah satu Factor penyebab permasalahan yang terjadi ini adalah


lingkungan sekolah yang tidak baik. Selain itu banyak pula
ditemukan, tindakan-tindakan diluar norma yang dilakukan oleh para
pendidik yang tidak mencerminkan kepribadian atau contoh yang
baik terhadap anak didiknya 2. Keadaan tersebut tentunya sangat
menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri. Hak atas pendidikan
yang luas adalah hak setiap warga Negara, sebagaimana tercantum
dalam pembukaan amanat konstitusi 1945 paragraf IV, yakni
mencerdaskan kehidupan kerohanian bangsa.

Undang-Undang Pasal 31 1945 mengatur bahwa setiap warga


Negara mempunyai hak (Pendidikan dan Pengajaran). Undang-
Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,
mengatur bahwa: Pendidikan nasional berkaitan dengan pembentukan
kehidupan bangsa, dengan tujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik agar menjadi pribadi yang beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, bertaqwa, serta memperhatikan pengembangan
keterampilan dan pendidikan masyarakat, bangsa yang bermartabat,
tentang pembangunan karakter dan peradaban akhlak mulia,
kesehatan pengetahuan, kompetensi, kreatifitas, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Sebagai lembaga pendidikan sekolah memiliki bagian yang


penting bagi warga Negara, diantara nya sebagai sarana dimana siswa
mendapatkan perhatian secara khusus dalam bidang pendidikan. Oleh
karena itu masa depan bangsa ditentukan oleh lembaga pendidikan.

2
Baharudin, dan Muh Makin, Pendidikan Humanistik, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2007) hlm. 5
3
Surya kanta dkk, “Budaya Organisasi Sekolah dalam meningkaytkan kinerja guru
pada sekolah menengah atas di kota banda aceh”, Jurnal no. 1 (Februari 2017), Hlm. 56
3

Maka lembaga pendidikan ini dijadikan tolak ukur keberhasilan


pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan pilar pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM). Begitu pula masa depan bangsa
sangat bergantung terhadap kualitas pendidikan yang diampu.

Berbagai upaya Pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan


di Indonesia. Namun itu bukan hal yang mudah, karena
membutuhkan proses dan indicator yang diperlukan untuk diperbaiki
dan dikembangkan lagi. Untuk itu perlu adanya peningkatan dalam
hal upaya dan tidakan nyata di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Budaya sekolah adalah seprangkat nilai yang mendasari perilaku,
tradisi, rutinitas dan symbol yang di praktikan oleh pemimpin sekolah
seperti guru, administrator, siswa dan masyarakat sekitar. Nilai
budaya sekolah meliputi : gaya hidup, etika, kejujuran, kasih sayang,
suka belajar, bertanggung jawab, menghormati hukum dan peraturan,
menghormati sesama, mencintai pekerjaan, suka menabung, suka
bekerja.4

Semua lembaga pendidikan mempunyai budaya organisasi atau


ciri khas dari lembaga pendidikan tesebut. Budaya organisasi sekolah
di bina dan dilakukan bersama Direktur lembaga pendidikan, guru,
tenaga pendidik dan semua elemen yang mendukung berjalanya
budaya organisasi sekolah. Sekolah, sebagai salah satu wadah
pendidikan islam dan yang memberikan pengaruh terhadap
pengembangan pendidikan berlandaskan keislaman untuk
memperkuat organisasinya dengan budaya yang baik, agar

4
Dr. Riyuzen Praja Taula, S.Pd., M.Pd, Budaya Organisasi Sekolah dan
kepemimpinan di lembaga pendidikan, pusaka media bandung 2020
4

serangkaian kegiatan yang berjalan dengan efektif sehingga


menghasilkan output yang berkualitas.5

Peran seorang pemimpin sekolah sebagai pemimpin lembaga


pendidikan memiliki tugas penting untuk dilakukan. Secara
fungsional, kepemimpinan berfungsi sebagai tindakan pemimpin
untuk menggerakkan bawahan untuk melakukan sesuatu, untuk
mensukseskan program kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kemudian untuk mensukseskan program kerja juga dibutuhkan
bawahan yang terampil dan berkualitas. Dalam hal ini harus kepala
Madrasah/Kepala Sekolah berusaha meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang merupakan tugas pokok kepala madrasah.

Mtsn. 13 Merupakan sekolah yang terletak di Jl. Ulujami, Kec.


Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Yang memiliki serangkaian budaya
yang menjadi ciri khas dari sekolah tersebut, guna menjadikan para
siswa atau siswi memiliki budaya yang baik yang nantinya akan
terbawa sampai mereka berkiprah di masyarakat. Menyadari budaya
organisasi yang diciptakan oleh kepala madrasah setiap warga
madrasah harus bisa mengikutinya. Sebagai pendidik, dan guru
diharapkan mampu mengikuti budaya organisasi yang menjadi
model di madrasah. Maka berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai budaya organisasi
sekolah yang diterapkan di Mtsn. 13 Jakarta. Dengan judul penelitian
“Upaya Kepala Sekolah Dalam Budaya Organisasi Sekolah Di
Mtsn. 13 Jakarta”

5
Jurman, “Budaya Organisasi dalam meningkatkan kinerja Guru pada SMA Negeri
1 Simeulue Timur”, ilmiah, 15 (2) Februari 2014
5

B. Fokus Penelitian dan Sub Fokus Penelitian


Adapun fokus penelitian ini adalah “Upaya Kepala Sekolah
Dalam Membina Budaya Organisas”. Adapun Sub focus penelitian
ini adalah :

1. Budaya Organisasi Sekolah


2. Upaya Kepala Sekolah dalam membina budaya oraganisasi
sekolah.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Sekolah dalam
membina budaya organisasi sekolah.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka
permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah
bagaimana upaya Kepala sekolah dalam membina budaya organisasi
sekolah. Adapun rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana budaya organisasi sekolah yang diterapkan di Mtsn.


13 Jakarta ?
2. Bagaimana Upaya Kepala Sekolah dalam membina Budaya
Organisasi Sekolah di Mtsn 13 Jakarta?
3. Apa saja Faktor Pendukung dan penghambat yang dialami kepala
sekolah dalam membina budaya organisasi di Mtsn. 13 Jakarta ?

D. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana Budaya organisasi sekolah


yang diterapkan pada Mtsn. 13 Jakarta
2. Untuk Mengetahui bagaimana upaya kepala sekolah dalam
membina budaya organisasi sekolah di Mtsn 13 Jakarta
6

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan pengambat yang


dialami Kepala Sekolah dalam membina budaya organisasi di
Mtsn. 13.

E. Manfaat Hasil Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
a) Mengetahui lebih dalam tentang Budaya Organisasi sekolah
b) Mengetahui dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang upaya kepala sekolah dalam membina budaya
organisasi sekolah di Mtsn. 13 jakarta.
c) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengembangkan keilmuan dalam bidang manajemen
pendidikan secara khusus dalam hal Budaya organisasi
sekolah serta upaya kepala sekolah dalam membina hal
tersebut.
2. Manfaat Praktis
a) Untuk memberikan informasi yang baik bagi Mtsn 13 jakarta.
tentang bagaimana Upaya Kepala Sekolah dalam membina
budaya organisasi sekolah.
b) Untuk memberikan masukan dan pedoman dalam
meningkatkan kualitas budaya organisasi sekolah.

F. Sistematika Penulisan
Proposal Skripsi yang berjudul “Upaya Kepala Sekolah
Dalam Membina Budaya Organisasi Sekolah di Mtsn 13 Jakarta“ di
susun dengan sistematika penulisan yang terdiri atas tiga bab, yaitu:
7

BAB I: Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, fokus penelitian,


rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat sistematika penulisan.

BAB II: Kajian Teori

Bab ini berisi tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah:


pengertian kepemimpinan, fungsi kepemimpinan, prinsip
kepemimpinan. Peningkatan kompotensi guru: pengertian
kompotensi guru.

BAB III: Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang tempat dan waktu penelitian, metode


dan prosedur penelitian, data dan sumber data, teknik dan prosedur
pengumpulan data, prosedur teknik analisa data, validasi data.

BAB IV: Hasil Penelitian

Bab ini berisi tentang gambaran umum Mtsn. 13 Jakarta


Seatan seperti sejarah sekolah, visi dan misi, data guru pegawai dan
siswa. Temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V: Penutup

Bab ini berisi tentang bab penutup dari serangkaian


pembahasan skripsi yang meliputi kesimpulan dan saran
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kepemimpianan Kepala Sekolah


1. Pengertian Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpianan Kepala Sekolah Setiap orang
adalah pemimpin, setidaknya pemimpin diri sendiri. Jadi
manajemen adalah urusan semua orang. Setiap pemimpin
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Setiap manajer
bertanggung jawab kepada atasan yang mengangkatnya.
Misalnya, kepala sekolah bertanggung jawab kepada direktur
dinas pendidikan.
Manajer di posisi yang lebih rendah bertanggung jawab
kepada manajer di posisi yang lebih tinggi. Seorang pemimpin
dipilih karena memiliki kepentingan tertentu dalam kelompoknya.
Manfaat fisik seperti penampilan yang menarik dan tegas.
Misalnya, keunggulan psikologis lebih dapat diandalkan, dapat
dipercaya, percaya diri, berwibawa, cerdas, stabil secara
emosional, dll. Namun, tidak semua manfaat itu benar. Misalnya,
banyak pemimpin yang pendek dan pendek seperti Napoleon
Bonaparte. Tingginya 160 cm dan termasuk pendek untuk ukuran
tinggi orang Prancis, namun ternyata menjadi pemimpin terkenal
di Prancis.1
Menurut John C. Maxwell, kepemimpinan adalah pengaruh,
“Everything rise and falls depend on leadership”. Bangkit dan
jatuhnya suatu bisnis atau organisasi apapun tergantung pada
kepemimpinan pemimpinnya. Secara garis besar, kepemimpinan

1
Dr. Husauni Usman, Kepemimpinan Efektif: teori, penelitian, dan praktek,
(Jakarta: Bumi Arsara, 2003). hlm. 3-5.

8
9

dapat dikatakan sebagai kunci maju tidaknya suatu


perusahaan/organisasi.
Kepemimpinan bukan hanya seni mempengaruhi orang lain,
mengikuti dengan sukarela dan melakukan apa yang kita
inginkan, melainkan pertumbuhan atau kematian suatu
perusahaan atau institusi. Ini berarti bahwa seorang pemimpin
yang baik: Orang yang dapat mempengaruhi orang lain secara
sukarela (tanpa paksaan atau tekanan) bersedia mengikuti
mereka.2
Kepemimpinan menurut Handoko adalah, "kemampuan yang
dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran". Sedangkan menurut Stoner,
mendefinisikan kepemimpinan sebagai, “Proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari
anggota kelompok". Definisi ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan menggunakan pengaruh yang ditujukan pada
peningkatan kemampuan seorang bawahan.
Menurut Daft kepemimpinan didefinisikan sebagai,
"kemampuan mempengaruhi orang lain yang mengarah pada
pencapaian tujuan. Dari definisi kepemimpinan dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah merupakan suatu cara
bagaimana seorang pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk
mencapai tujuan organisasi melalui hubungan yang baik dengan
bawahan.3

2
Pether Sobian, Pemimpin dan Kepempimpinan, (Jawa Tengah: Lakaisha, 2019).
hlm. 51.
3
Dr. Lelo Sintani M.M, Dasar dan Kepepimpinan, (Batam: Yayasan Cendikia
Mulia Mandiri, 2022). hlm. 01.
10

Efektivitas pemimpin dalam menghadapi aktivitas organisasi


sekarang ini sangat ditentukan oleh kualitas hubungan (relasi)
antara pemimpin dan bawahan. Hubungan yang terjalin antara
pemimpin dengan bawahan hendaknya tidak hanya sebatas
hubungan kerja formal di mana pemimpin bertindak sebagai
atasan bagi bawahan mereka dalam organisasi, namun hubungan
tersebut harus terjalin secara luas di mana pemimpin dapat
bertindak sebagai partner bagi bawahan mengatasi berbagai
hambatan dan dapat memotivasi bawahan untuk berprestasi
dalam pekerjaannya.
Karena itu keberadaan seorang pemimpin merupakan hal
yang sangat mutlak diperlukan dalam suatu organisasi, baik
organisasi pemerintah maupun swasta maupun organisasi profit
maupun non profit. Kesuksesan suatu perusahaan akan sangat
ditentukan pada peranan pemimpin dalam mengelola sumber
daya organisasi dan menjalankan segala aktivitas organisasi
secara optimal.4
Adapun kepala sekolah sebagai seorang pemimpin juga bisa
disebut manajer, Peran Kepala Sekolah sebagai Kepala di sekolah
adalah mengarahkan sekolah dimulai dengan perencanaan
program kerja sekolah, pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya manusia (SDM) atau infrastruktur yang ada, melaksanakan
program yang telah dirancang bersama, mengontrol dan
mengevaluasi pelaksanaan program sekolah.
Melaksanakan program yang telah dirancang bersama,
mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaan program sekolah.
Sedangkan kepemimpian kepala sekolah dalam manajemen

4
Ibid, hlm. 2.
11

merupakan suatu proses yang lanutan yang bermuatan


kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara
perorangan maupun bersama orang lain atau melalui orang lain
dalam mengkoordinasi dan menggunakan segala sumber untuk
mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisisen.5
Sedangkan secara khusus Manajemen berarti memimpin.
Kepemimpinan dalam hal ini yakni kegiatan yang dilakukan
untuk mengelola lembaga atau organisasi, sedangkan orang yang
memimpin organisasi disebut manajer.6 Menurut istilah adalah
proses mengatur, mengelola atau mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif
dalam suatu manajemen yang dikelola.
Manajemen dalam arti lain adalah proses untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi yang disepakati bersama dengan
melakukan serangkaian kegiatan, yaitu merencanakan (planning),
mengorganisasi (organizing), mengarahkan (directing),
mengoordinasi (coordinating), mengawasi (controlling), dan
mengevaluasi (evaluating).7 Dalam hal ini, pembahasan
kepemimpinan mengacu pada proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengevaluasi dimana anggota
organisasi berusaha keras untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
bersama.

5
Muldiyana Nugraha, Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Proses
Pembelajaran Dalam Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan No 1 Tahun 2018 (Banten:
Universitas Islam Negeri Banten, 2018), hlm. 30.
6
A.M. Kadarman Dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Cetakan 5
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 6.
7
Satrijo Budiwibowo Dan Sudarmiani, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: CV.
Andi Offset, 2018), hlm. 3
12

2. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah


Tugas kepala sekolah adalah mengarahkan pelaksanaan
belajar mengajar di sekolah. Sebagai seorang pemimpin
pendidikan, kepala sekolah harus mengetahui, memahami dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan benar.
Secara fungsional, tanggung jawab utama kepala sekolah antara
lain mengkaji dan menggunakan seluruh sumber daya sekolah
secara terpadu untuk mencapai tujuan sekolah. Ada beberapa
peran/fungsi kepala sekolah yang harus di aplikasikan, antara
lain:
a) Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Sebagai edukator kepala sekolah mempunyai tugas
pokok melaksanakan prosespembelajaran secara efektif dan
efisien. Sedangkan fungsinya adalah menciptakan
iklimsekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada
warga sekolah, memberikandorongan kepada tenaga
kependidikan, melaksanakan model pembelajaran
yangmenarik dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan oleh para guru
b) Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai peran
yang menentukan dalam pengelolaan manajemen sekolah,
berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat dipengaruhibagaimana
kepala sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(penggerakan), dan controlling (pengawasan).
13

c) Kepala Sekolah Sebagai Administrator


Kepala sekolah sebagai administrator memiliki
hubungan erat dengan berbagaiaktivitas pengelolaan
administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan,
danpendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik,
kepala sekolah perlu memilikikemampuan untuk mengelola
kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan
administrasi keuangan.
Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan
efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk
itu, kepala sekolah harus mampu mengkoordinasikan
penyelenggaraan administrasi sekolah dan menciptakan
administrasi yang tertib lancar dan tepat waktu.
d) Kepala sekolah sebagai supervisor
Sebagai pemimpin pengajaran, kepala sekolah
berfungsi melakukan pembinaanprofesional kepada guru dan
tenaga kependidikan. Untuk itu kepala sekolah harusmampu
melaksanakan supervisi untuk memantau tenaga kependidikan
agar tercapaiproses belajar mengajar yang baik. Kepala
sekolah juga harus mampu melakukan berbagai pengawasan
dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan.
Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol
agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang
telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga
merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar tenaga
kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih
cermat melaksanakan pekerjaannya.
14

e) Kepala Sekolah Sebagai Leader


Sebagai pemimpin, kepala sekolah berfungsi
menggerakkan semua potensisekolah, khususnya tenaga
kependidikan bagi pencapaian tujuan sekolah. Dalam
upayamenggerakkan potensi tersebut, kepala sekolah
hendaknya memiliki pengetahuan yang luas dan keterampilan
kepemimpinan agar mampu mengendalikan, mempengaruhi
dan mendorong bawahannya dalam menjalankan tugas
dengan jujur, tanggung jawab, efektif dan efisien. Kepala
sekolah juga harus memiliki sifat keteladanan, mampu
menumbuhkan kreativitas, memotivasi dan mengembangkan
rasa tanggung jawab terhadap sekolah.
f) Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Sebagai inovator, kepala sekolah bertugas melakukan
pembaharuan di bidang proses pembelajaran, bimbingan
konseling, ekstrakurikuler dan pengadaan, pembinaanguru
dan karyawan, pembaharuan dalam menggali sumber daya di
komite sekolah dan masyarakat.
Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya
sebagai inovator, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang
tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan
dan mengembangkan model-model pembelajaran yang
inovatif serta harus mampu mencari, menemukan dan
melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.
15

g) Kepala sekolah sebagai motivator


Sebagai motivator kepala sekolah memiliki strategi
yang tepat untuk memberikan motivasi kepada bawahannya
dalam melakukan tugas dan fungsinya. Motivasi ini bisa
melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin,
dorongan,penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai
sumber belajar melaluipengembangan pusat sumber belajar.
Untuk itu, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat
untuk memberikanmotivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Dorongan
dan penghargaan merupakan dua sumber motivasi yang
efektif diterapkan oleh kepala sekolah.
Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun
datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut,
motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominandan
dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah keefektifan
kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin dan
kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerakdan
pengarah.
Tugas pokok seorang pemimpin yaitu melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen seperti merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi.
Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai
hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan
orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang
dipimpin mau bekerja secara erektif seorang pemimpin di
16

samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu


memperhatikan hubungan manusiawi.8
Dalam menagtur jalannya sebuah pendidikan, maka
terdapat beberapa peran yang harus dijalankan dalam rangka
menjalankan pengelolaan pendidikan yang dilaksanakan oleh
seorang manager. Umum nya, ada empat fungsu manajemen
yang biasa dikenal dengan sebutan “POACH” yaitu,
Planning, Organizing, Actuating Dan Controlling.
Dua peran yang pertama, dikelompokkan sebagai
kegiatan mental dan dua kegiatan lainnya dikelompokan
sebagai kegiatan fisik. Suatu pemimpin bisa dikatakan
berhasil jika keempat peran diatas bisa berjalan dengan baik.
Kelemahan pada salah satu fungsi manajemen akan
mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan
mengakibatkan tidak tercapainya proses yang efektif dan
efisien.9
Selain berbagai pendapat diatas, Salah satu pakar
manajemen menyebutkan fungsi-fungsi manajemen seperti
George R. Terry Dan Liesli W. Rue, menurutnya fungsi fungsi
manajemen yaitu:
1) Planning, yakni menentukan tujuan yang hendak dicapai
dan apa yang harus diperbuat agar mencapai tujuan-tujuan
itu.

8
Ahmad Aliyudin, Asas Dan Fungsi Kepemimpinan, Dalam Jurnal Keilmuan
Manajemen Pendidikan Vol 03 No 1, Tahun 2018 (Banten: Universitas Islam Negeri
Banten, 2018), hlm. 133.
9
Tita Rosita, Perana, Fungsi Perencanaan, Dan Pembiayaan Dalam Manajemen
Pendidikan, Dalam Artikel Perencanaan Dan Pembiayaan Pendidikan, (t.K:Universitas
Terbuka, 2014), hlm. 16.
17

2) Organizing, yakni mengelompokan dan menentukan


berbagai kegiatan yang penting dan memberikan sebuah
hasil untuk tercapainya suatu tujuan tersebut.
3) Staffing, yakni menentukan keperluan-keperluan dan hal-
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan sumber
sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan
dan pengembangan tenaga kerja.
4) Motivating, yakni mengarahkan atau memberikan sebuah
motifasi-motifasi kearah tujuan.
5) Controlling, mengukur pelaksanaan dengan tujuan
menentukan sebab-sebab penyimpangan dan pengambilan
tindakan-tindakan korelatif.10

Dalam hal ini manajemen pendidikan mempunyai peran


yang berkolaborasi dengan pendidikan khususnya dengan
pengelolaan proses pembelajaran. Dalam kaitan ini terdapat
beberapa fungsi atau manajemen pendidikan sebagai berikut :

1) Fungsi organisasi, meliputi pengelolaan ketenagaan,


tanggung jawab dalam pengelolaan secara integral. Untuk
itu perlu dilakukan, kegiatan-kegiatan seperti:
mengidentifikasi jenis dan tugas tanggung jawab dan
wewenang merumuskan aturan hubungan kerja.
2) Fungsi koordinasi, berupaya menstabilisasi antara
berbagai tugas tanggung jawab dan kewenangan untuk
menjamin pelaksanaan dan berhasil program pendidikan.

10
Suhaelayanti, Manajemen Pendidikan, (Medan: Yayan Kita Menulis, 2020), hlm.
9.
18

3) Fungsi motivasi, yakni untuk meningkatkan efisiensi


proses dan keberhasilan program pelatihan.
4) Fungsi kontrol, yakni berupaya melakukan pengawasan
penilaian, monitoring dan perbaikan terhadap kelemahan-
kelemahan dalam sitem manajemen pendidikan tersebut.11

3. Prinsip Kepemimpinan Kepala Sekolah


Untuk mencapai kesuksesan dalam sebuah usaha, pengelolaan
manajemen harus berdasarkan rumusan-rumusan kepemimpinan,
atau yang sering disebut dengan prinsip-prinsip manajemen.
Menurut Tomay Sony Tambunan prinsip-prinsip kepemimpinan
yaitu:
a) Melayani, prinsip utama yang harus diketahui seorang
manager adalah; memberikan pelayanan yang seharusnya
sebagai tujuan utama. Dalam teori kepemimpinan, seorang
pemimpin yang berasil harys bisa melayani untuk memenui
kebutuhan dan keinginan seingga nantinya dapat
meningkatkan kesejahteraan anggota yang dipimpinnya
dengan prinsip melayani seorang ketua akan lebi
mengutamakan kepentingan anggota yang dipimpin nya
disamping lebih mendahulukan kepentingan pribadi.
b) Membuat keputusan, Pembuatan keputusan merupakan tugas
paling utama yang harus dilakukanoleh seorang pemimpin.
Membuat keputusan merupakan fungsi-fungsi dasar dari
berpikir, dimana proses penggunaan pikiran dalam
mengarahkan pada suatu tindakan untuk menetapkan suatu

11
Wahyudin dan Undang Ruslan, Manajemen Pendidikan Teori Dan Praktik
Dalam Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. (Yogyakarta: Penerbit Deepublish,
2020), hlm. 3-4.
19

pilihan. Pembuatan keputusan dan pemecahan masalah adalah


salah satu tugas dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin
harus mampu melakukan penyelesaian masalah dan
memberikan keputusan yang cerdas. Ada lima langkah dalam
proses pengambilan keputusan yaitu:

1) Mengidentifikasi masalah dan peluang

2) Pengumpulan dan analisis data yang relavan

3) Pengembangan dan evaluasi alternatif

4) Pemilihan alternatif terbaik

c) Keteladanan, Pemimpin yang menunjukkan pengaruh yang


baik dan memberikan nilai positif bagi organisasi dan para
pengikutnya, akan mampu menjadi teladan bagi yang
dipimpinnya. Keteladanan seorang pemimpin ditunjukkan
melalui sikap dalam memberikan inspirasi, membimbing dan
memotivasi para bawahan, memiliki kemampuan luas, kreatif,
visioner, bekerja secara jujur dan ikhlas, serta memiliki
perhatian dan kepedulian. Pemimpin harus menjadi panutan,
dan bisa diikuti kepribadiannya bagi orang-orang yang
dipimpinnya.
d) Bertanggung jawab, Menjadi pemimpin merupakan tanggung
jawab besar yang harus dibawa sebagai bentuk dari amanah,
dukungan atau kepercayaan orang lain yang memiliki harapan
kepada seorang pemimpin tersebut untuk melakukan
perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
20

e) Bekerja sama, Pemimpin yang efektif akan mampu


menciptakan budaya kerja sama tim yang baik diantara
anggota organisasi, melakukan komunikasi yang efektif
dengan para bawahan, serta menciptakan lingkungan kerja
yang baik. Dengan terciptanya kerja sama yang baik, maka
seluruh pekerjaan akan diselesaikan dengan tepat waktu,
tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
f) Menciptakan perubahan, Pemimpin harus membuat
terobosan-terobosan baru, sehingga tercapaianya suatu
pembaharuan fundamental baik di tubuh organisasi, produk
atau jasa, maupun bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin yang memiliki inovatif dan kreatifitas akan
menghindari pola kerja yang bersifat rutinitas (monoton
sehingga tidak memberikan arah perkembangan yang baik
bagi yang dipimpinnya. Dengan kreatifitas pemimpin juga
akan berani menciptakan peluang-peluang dan berani
menghadapi tantangan-tantangan besar dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.
Menurut Northouse kepemimpinan yang melayani
merupakan suatu cara pendekatan yang bertumpu pada sudut
pandang pemimpin dan perilakunya. Empati dan juga
mengembangkan nilai kepribadian secara penuh dari anggota
atau para pengikutnya. Menurut Larry C. Spears, mengacu
pada pemikiran Greenleaf, terdapat sepuluh karakteristik yang
menjadi inti pengembangan kepemimpinan yang melayani
yaitu:
21

1) Mendengarkan (Listening)
Kemampuan ini penting bagi pemimpin yang
melayani, pemimpin ini perlu dikuatkan dengan komitmen
yang kuat untuk mendengarkan orang lain dengan
sungguh-sungguh. Pemimpin yang melayani mencoba
untuk mengidentifikasikan keinginan dari sebuah
kelompok dan membantu mengklarifikasikan keinginan
tersebut, dengan cara menyimak.
2) Keperdulian (Empaty)
Kemampuan seorang Leader pemimpin yang
menunukan sikap nya benar-benar mampu memahami apa
yang dirasakan dan diikirkan oleh anggotanya.
3) Menyembuhkan (Healling)
Sikap pemimpin yang memberikan rasa kepedualian
terhadap kesehatan kepribadian para anggotanya.
4) Penyadaran/peningkatan kesadaran (Awareness)
Kesadaran umum dan terutama kesadaran diri,
memperkuat pemimpin yang melayani. Kesadaran juga
membantu seseorang dalam memahami persoalan yang
berhubungan dengan etika dan nilai.
5) Persuasif (Persuasive)
Persuasi merupakan komunikasi yang jelas dan baik
yang meyakinkan orang lain untuk berubah.
6) Konseptualitas
Merujuk pada kemampuan individu untuk menjadi
orang yang persuasi adalah komunikasi yang jelas dan ulet
yang meyakinkan orang lain untuk berubah
22

7) Membuat keputusan,
Pembuatan keputusan merupakan tugas paling utama
yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Membuat
keputusan merupakan fungsi-fungsi dasar dari berpikir,
dimana proses penggunaan pikiran dalam mengarahkan
pada suatu tindakan untuk menetapkan suatu pilihan.
Pembuatan keputusan dan West menetapkan indikator-
indikator kerja sama tim yaitu:

1) Tanggung jawab secara bersama menyelesaikan


pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab
dapat tercipta kerja sama yang baik.

2) Saling berkontribusi, yaitu dengan saling


berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan
tercapainya kerja sama

3) Pengarahan kemampuan secara maksimal, yaitu


dengan mengarahkan kemampuan masing-masing
anggota tim secara maksimal, kerja sama akanlebih
kuat dan berkualitas.

4) Menciptakan perubahan, Pemimpin harus membuat


terobosan-terobosan baru, sehingga tercapaianya suatu
pembaharuan fundamental baik di tubuh organisasi,
produk atau jasa, maupun bagi orang-orang yang
dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki inovatif dan
kreatifitas akan menghindari pola kerja yang bersifat
rutinitas (monoton sehingga tidak memberikan arah
perkembangan yang baik bagi yang dipimpinnya.
23

Dengan kreatifitas pemimpin juga akan berani


menciptakan peluang-peluang dan berani menghadapi
tantangan-tantangan besar dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud


efektivitas penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan kepala
sekolah yaitu dengan menerapkan prinsip melayani, prinsip
mengambil keputusan, prinsip keteladanan, prinsip kerja
sama, dan prinsip menciptakan perubahan.12

B. Budaya Organisasi Sekolah


1. Definisi Budaya Organisasi
Ndraha mengutip pendapat Tylor “Culture or Civilization,
take in its wide technographic sense, is that complex whole which
includes konowledge, belief, art, morals, law, custom, and any
other capabilities and habits acquires by men as a member of
society”.13 Kalimat ini mengandung arti budaya mencangkup
ilmu pengetauan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat,
dan seluru kemampuan serta kebiasaan lainnya yang didapat
sebagai anggota masyarakat, budaya wajib diikuti, karena budaya
merupakan simbol pembeda antar masyarakat lainnya, bila ada
yang tidak patuh untuk mengikuti dari budaya yang ada maka
anggota atau orang tersebut tidak dianggap sebagai bagian dari
lingkungan atau masyarakat yang bersangkutan. Menurut
pendapat Locker dan kaczmarek budaya adalah “Culture is our
12
Suarga “Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip Kepemimpinankepala Sekolah
Terhadap Peningkatan Mutu Layananadministrasi Pendidikan “Dalam Jurnal Idaarah, Vol
01, No 01, (Makasar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017), hlm. 29-31.

13
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h.43
24

understanding of acceptable actions and beliefs”. 14 Maksudnya


adalah budaya merupakan sebuah pemahaman anggota organisasi
tentang perlakuan serta keyakinan yang diterima dan akan
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari dimana ia akan
melanjutkan hidupnya. Macionis berpendapat bahwa “Culture is
the values, beliefs, behavior, and material objects the together
form a people’s way of life. Culture includes what we think, how
we act, and what we own”. 15 Maksudnya adalah budaya
merupakan nilai-nilai keyakinan perilaku dan material benda
yang bersama sama membentuk cara idup bermasyarakat.
Budaya mencangkup apa yang kita pikirkan dan bagaimana
kita bersikap Sehingga secara sadar maupun tidak sekumpulan
yang ada didalam lingkungan suatu organisasi atau tempat harus
mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan yang ada didalam
lingkungan tersebut dengan nilai-nilai yang mereka yakini.
Budaya menurut scein yang diambil oleh wibowo menyatakan
bahwa: Budaya merupakan suatu kerangka pola asumsi dasar
yang ditemukan dan dikembangkan kembali oleh suatu kelompok
atau sekumpulan orang tertentu karena mempelajari dan
memahami masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang
sudah bekerja secara layak dan oleh sebab itu diajarkan pada
anggota baru sebagai cara yang diimplementasikan, berfikir dan
dirasakan dengan benar dalam masalah tersebut. 16

14
Kitty O. Locker and Sthephen Kyo Kaczmarek, Business Communication: Building
Critical Skills (Singapore: McGraw-Hill International Edition, 2007), h.40
15
John J. Macionis, Sociology (New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2007), h.60
16
Wibowo, Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja
Jangka Panjang (Jakarta: Rajawali Pers.2010), h.15
25

Istilah budaya sendiri berasal dari bahasa sansekerta , yaitu


buddhaya sebagai bentuk jamak dari buddhi yang artinya akal.17
Budaya memiliki arti bahwa budaya merupakan hasil kerja dari
akal fikiran yang didalamnya mencangkup tiga unsur yang
meliputi unsur cipta, unsur rasa dan unsur karsa.
Dari beberapa pemaparan pendapat para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa budaya merupakan pandangan dan pedoman
hidup yaitu hasil karya pengalaman yang menciptakan nilai-nilai,
kebiasaan yang berakhir mengakar di suatu masyarakat atau
organisasi yang disebut sebagai budaya atau tradisi hingga kini,
sehingga seluruh hal yang mencangkup budaya mampu
memberikan pengaruh sikap dan juga etika dalam berperilaku
setiap individu yang ada didalam bagian masyarakat atau
organisasi.
Setiap tempat pastinya memiliki budaya yang berbeda – beda
hal itu disebabkan karena budaya merupakan sesuatu yang unik
sama seperti pribadi seseorang, dan budaya selalu mampu
menampilkan dengan kekhasan yang bisa menjadi pembeda
antara budaya satu dengan lainnya, karena budaya dibentuk oleh
sejarahnya masih-masing, hal ini disebabkan karena budaya yang
ada didalam sebuah organisasi ataupun masyarakat dipengaruhi
oleh visi, misi dan juga tujuannya masing-masing. Walaupun
organisasi itu sejenis sekalipun, namun pasti memiliki budaya
yang berbeda sehingga budaya organisasi dijadikan sebagai
pembeda dengan organisasi lainnya, karena budaya dapat
membentuk karakter dari anggota organisasi yang bersangkutan.

17
Kusdi, Budaya Organisasi (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.11
26

Menurut Kilman et al yang dikutip oleh sutrisna, budaya


organisasi dapat didefisikan sebagai: Perangkat sistem nilai nilai
(values), keyakinan – keyakinan (beliefs) asumsi – asumsi
(assumptions) atau norma norma yang telah berlaku, disepakati
dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman
perilaku dan pemecahan masalah – masalah organisasinya. 18
Budaya organisasi terjadi melalui proses sosialisasi yang
mencangkup nilai nilai dalam diri para anggota, yang dengan
seiring waktu berjalan mampu menjadikan jiwa didiri orang dan
perorang dalam organisasi yang tidak dapat dipisahkan karena
merasa sudah menjadi bagian dari kehidupannya.
Dengan ini budaya yang ada didalam organisasi merupakan
bagian pusat organisasi karena merupakan jiwa seluruh orang
yang ada didalam suatu organisasi yang terkait, sehingga budaya
organisasi secara tidak sadar melekat di dalam sanubari para
anggota organisasi. Budaya organisasi menurut Muchlas
merupakan sebuah corak dari asumsi-asumsi dasar, yang
ditemukan atau dikembangkan sebuah kelompok tertentu untuk
belajar mengatasi problem-problem kelompok dari adaptasi
eksternal dan integrasi internal yang telah bekerja dengan baik.19
Budaya organisasi menurut Robbins “Organization culture is
a system of shared meaning and beliefs held by organization
members that determines, in large degree, how they act” artinya
budaya organisasi merupakan suatu sistem yang menjadikan
individu memiliki keberartian dan keyakinan – keyakinan yang

18
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 2Edy Sutrisno,
Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), h 2
19
Makmuri Muchlas, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h.531
27

sama, sehingga mereka menjadikan semua nilai yang ada sebagai


sebuah pedoman oleh anggota organisasi sesuai dengan
kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Shani berpendapat yang dikutip dari pernyataan schein
menyatakan bahwa: “Organizational culture is a pattern of basic
assumptions, invented, discovered, or developmed by a given
group, as it learns to cope with its problems of external adaption
and internal integration that has worked well enough to be
considered valid and therefore, is to be taught to new members as
the correct way to perceive, think and feel in relation to those
problems”.20 Maksudnya adalah budaya organisasi merupakan
pola asumsi dasar, diciptakan ditemukan, ataupun dikembangkan
oleh golongan atau kelompok tertentu, contoh nya seperti belajar
untuk menangani masalah ataupun persoalan yang ada sebagai
sebuah bentuk dari adaptasi eksternal dan integrasi internal.
Adaptasi yang terbilang tidak mudah karena harus mengalami
perjalanan memakan waktu yang cukup lama oleh sebab itu
budaya organisasi diajarkan kepada anggota baru sebagai cara
yang baik untuk memahami, berfikir dan merasa ada
hubungannya dengan masalah tersebut, sehingga budaya
organisasi yang ada didalam sebuah organisasi dapat berjalan
dengan yang sudah berada lebih lama dalam organisasi tersebut
maupun orang yang baru bergabung didalam organisasi tersebut.
Greenberg dan baron mengemukan pendapatnya yang dikutip
oleh Djatmiko menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan
kerangka kerja kognitif yang terdiri atas dasar sikap, nilai, norma

20
A.B. Shani. Behavior in Organizations: An Experiential Approach (Singapore:
McGraw-Hill International Edition, 2009), h.428
28

perilaku dan harapan-harapan yang dibentuk oleh anggota


organisasi.21
Budaya menurut Siagian, Budaya organisasi adalah sebagai
berikut: Kesepakatan bersama yang dianut tentang nilai bersama
dalam kehidupan organisasi dan mengikat semua anggota
organisasi yang bersangkutan. Budaya organisasilah yang
nantinya akan menetukan apa yang boleh untuk dilakukan dan
apa yang dilarang, batas – batas perilaku anggota organisasi,
karakter dan bentuk pengendalian dan juga pengawasan, gaya
manajerial yang dapat diterima oleh para anggota organisasi,
teknik penyaluran emosional individu dalam interaksi sesama
anggota organisasi, dan wahana menjaga stabilitas sosial dalam
organisasi. Budaya organisasi merupakan kolaborani dari nilai-
nilai, keyakinan, asumsi, pemahaman, dan harapan yang diyakini
oleh anggota organisasi atau kelompok serta dijadikan pedoman
bagi perilaku dan pemecahan masalah yang mereka hadapi.
Dari uraian diatas terkait budaya organisasi, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa budaya organisasi merupakan sesuatu
yang disepakati secara bersama oleh para anggota organisasi
mengenai nilai – nilai, norma – norma, keyakinan, dan kebiasaan
yang dianut dan berlaku di sebuah organisasi yang sesuai dengan
visi dan misi organisasi sehingga tujuan dari organisasi dapat
dicapai secara bersama – sama.
Dalam dunia pendidikan, budaya organisasi ialah budaya
akademis yang memberikan aturan kepada warga sekolah agar
kemudian dapat memahami bagaimana harus mengambil sikap

21
Sondang P.Siagian, Teori Pengembangan Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara,
2007), h.27
29

teradap profesinya, bekerjasama dengan rekan kerja dan


sekitarnya. Sehingga dapat dibentuk sistem yang sedang berjalan
ini, nilai – nilai dan kinerja kehidupan organisasi.22 Menciptakan
sebuah budaya organisasi sekolah sangat perlu dilakukan terlebih
untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Budaya organisasi juga
dapat menciptkan pengaruh yang positif terhadap kesuksesan
sebuah organisasi atau sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan sudah seharusnya
mempunyai organisasi yang baik tujuan nya agar pendidikan
formal ini tercapai dengan sempurna.23 Organisasi lembaga
pendidikan merupakan suatu organisasi yang etnik dan kompleks
karena lembaga pendidikan merupakan suatu penyelenggaran
dalam bidang pendidikan. Tujuannya adalah mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota yang memiliki kemampuan dalam
hal akademik dan mampu bekerja secara profesional yang mampu
menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian dan mengupayakan kehidupan
24
nasional. Budaya organisasi dibentuk oleh anggota organisasi
dengan berkiblat kepada etika dan sistem nilai yang berkembang
dalam organisasi dan memberikan hak kepada anggota dan juga
ketua, yang dipengaruhi oleh struktur yang berlaku dalam
organisasi tersebut. 25

22
Siti Zubaidah dan Aih Ervanti Ayuningtias, “ Budaya OrganisasiUntuk
Meningkatan Profesionalisme Guru di Sekolah”, Prosiding Seminar Nasional, 1 (9)
November 2015 : 2
23
Rohmat, Kepemimpinan Pendidkan Konsep dan Aplikasi (Purwokerto: STAIN
Press, 2010)
24
Kompri, Manajemen Pendidikan Jilid 1, (Bandung: Afabeta, 2015), hal.167.
25
Arya Wiguna Jendra, Peran kepala madrasah dalam membangun budaya
organisasi di MAN 1 Pringseru, Lampung 2018.
30

Pada dasarnya budaya organisasi menekankan pada nilai-nilai


yang dianut oleh suatu organisasi/anggota organisasi dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari di dalam organisasi. Nilai-nilai
dasar tersebut diajarkan dan diturunkan kepada anggota baru
sebagai suatu cara, baik dalam melakukan pekerjaan,
pengambilan keputusan, pemecahan masalah maupun
menentukan skala prioritas. adanya budaya organisasi dapat
dirasakan oleh anggota lama ataupun anggota baru, karena nilai-
nilai tersebut mengarahkan mereka dalam bertindak dan
berperilaku. Budaya organisasi diciptakan dan dikembangkan
oleh anggota-anggota organisasi itu sendiri sesuai dengan
pengalamannya dalam menghadapi masalah internal ataupun
eksternal organisasi.26

2. Definisi Budaya Sekolah


Menurut Philips yang dikutip ole komariah sebagai the
beliefes attitudes, and behavior which characterie a school.27
Artinya budaya sekolah adalah sebuah keyakinan, sikap dan
perilaku yang menjadikan karakter sekolah yang mampu
membedakan sekolah satu dengan sekolah lainnya. Menurut Stolp
dan Smit mengenail fungsi budaya sekolah menjelaskan bahwa
budaya sekolah adalah: School culture can be defined as the
historically transmitted patterns of meaning that include the
norms, values, beliefs, ceremonies, rituals, traditions, and muyth
understood, maybe in varying degrees, by members of the school
community. This system of meaning often shapes what people
26
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama,
2013), hal. 96
27
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,
(Jakarta: PT Bumi Aksara,2010) hal. 101
31

think and howthey ac.28 Artinya budaya sekolah dapat


didefinisikan sebagai pola historis yang mencakup norma-norma,
nilai-nilai, keyakinan, upacara, ritual, tradisi, dan mitos dipahami,
yang memilki drajat khusus oleh anggota kelompok sekolah.
Sistem ini merupakan sarana dalam membentuk pemikiran orang
terhadap bagaimana mereka bertindak dalam kehidupan sehari-
hari.

Menurut pendapat muhaimin et al yang mengutip pendapat


dari kasali tentang budaya organisasi sekolah, bahwa menurutnya
budaya organisasi sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari
hasil pertemuan antar nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah
atau madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut
guru-guru dan para karyawan yang ada di sekolah atau
madrasah.29

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan


bahwa sekolah merupakan lembaga yang memiliki sifat formal
yang memberikan pelayanan pendidikan berupa pengajaran dan
pelatihan kepada peserta agar peserta didik mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan serta memiliki karakter yang kuat,
sehingga sekolah memiliki peran andil dalam proses penguatan
dan pengembangan budaya sekolah, hal ini berdasarkan
kesesuaian dengan pembentukan awal sekolah.

Bila dilihat dari uraian diatas semakin jelas bahwa budaya


organisasi di sekolah selalu menitik beratkan pada suatu sistem

28
Ibid, hal. 102
29
Muhaimin, et al., Manajemen Pendidikan: Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta: Kencana, 2011), h.48
32

nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara


bersama pada waktu yang bersamaan, hal ini yang tidak jauh
berbeda dengan penerapan budaya organisasi yang ada di tempat
lainnya, serta di dalam budaya organisasi di sekolah dilaksanakan
dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami manusia, yang
dibentuk oleh lingkungan sekitar atau kondisi yang menciptakan
pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan warga sekolah
baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu
membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah, hal ini
agar pendidikan tetap sejalan dengan nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat meskipun pada dasarnya sekolah memiliki
nilai dan norma sekalipun.

Maka dapat ditarik disimpulkan bahwa budaya sekolah


merupakan sistem yang menekankan pentingnya nilai-nilai,
norma-norma, kebiasaan, dan interaksi dalam lingkungan,
hubungan baik yang berasal dari lingkungan yang ada di dalam
sekolah maupun lingkungan yang ada di luar sekolah, budaya
organisasi yang ada di sekolah sebagai sebuah sistem yang
membedakan sekolah itu dari sekolah lainnya karena dengan
adanya budaya sekolah dapat membentuk karakteristik yang
dominan.

3. Fungsi Budaya Organisasi


Setiap organisasi memiliki budaya ataupun ciri khasnya
tersendiri. Budaya organisasi yang baik mampu memberikan
kepuasaan teradap anggota organisasinya. Karena, buda
merupakan membeda Robbin berpendapat, fungsi dari budaya
organisasi adalah berikut:
33

a) Budaya membentuk pembedaan yang transparan antara satu


organisasi dengan organisasi lainnya.
b) Budaya membawa rasa kepemilikan bagi anggota organisasi
c) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu
yang lebih umum dibandingkan kepentingan diri sendiri.
d) Budaya merupakan suatu cara membuat makna dan kendali
yang mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku
anggota organisasi.30
Fungsi budaya organisasi menurut Antony dan Govindarajan
dalam Abdul Aziz Wahab yaitu:
a) Memberikan suatu rasa kepemilikan ataupun identitas
organisasi kepada anggota organisasi
b) Memfasilitasi atau memudkan komitmen kolektif
c) Meningkatkan stabilitas sistem sosial
d) Membentuk perilaku dengan membantu anggota organisasi
memiliki sense teradap sekitarnya. 31

4. Budaya Organisasi Pada Lembaga Pendidikan


Lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi, dan
budaya yang ada di tingkat lembaga pendidikan merupakan
budaya organisasi. Resep utama budaya organisasi adala
interpretasi kolektif yang dilakukan oleh seluruh anggota
organisasi. Sekolah adalah suatu bentuk budaya masyarakat,
sebagai sebuah komunitas, sekolah juga memiliki budaya nya
tersendiri. dalam persoalan ini, budaya dipahami dalam
persepektif budaya organisasi, yang mana mengacu kepada nilai,

30
http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-fungsi-budaya-
organisasi.html di unduh 2016/12/19.
31
Ibid,
34

sistem kepercayaan, norma dan cara berfikir yang menadi ciri


khas anggota organisasi.
Menurut M Pabundu Tikam bahwa sebagai suatu system
memiliki aspek pokok yang sangat berhubungan erat dengan
mutu sebuah sekolah, yakni proses belajar mengajar,
kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah.
Budaya sekolah merupakan bagian dari budaya organisasi.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mana merupakan
suatu organisasi yang memiliki struktur organisasi tertentu.
Pendapat lain dikemukakan Beach dan Reinharz, budaya
organisasi adalah pengertian bersama tentang lingkungan social
organisasi dengan membagi nilai – nilai secara luas dan asumsi
yang menciptakan pola perilaku tertentu pada suatu organisasi.
Konsep budaya sekolah yang dikembangkan oleh kepala sekolah
dan pimpinan lainnya merupakan inti dari perilaku manajerial.
Budaya sekolah memberikan warga sekolah kerangka kerja yang
luas untuk memahami problema kerja yang sukar dan kompleks
di suatu sekolah.
Kepala sekolah perlu memahami budaya sekolah secara
mendalam agar pimpinan dapat menjadi lebih baik dalam
memelihara niai – nilai keyakinan dan sikap penting untuk
memajukan stabilitas pemeliharaan lingkungan pembelajaran.
Budaya sekolah dapat didefinisikan secara historis dari apa yang
diwariskan pola makna yang mencakup norma, nilai,
kepercayaan, upacara, ritual, tradisi dan pengertian mistis dalam
berbagai tingkatan oleh anggota masyarakat sekolah. Sistem
makna ini sering dipelihara apa yang menjadi pikiran orang dan
bagaimana melakukannya. Boleh dikatakan bahwa banyak
35

penemuan para peneliti yang telah menekankan bukti atas budaya


sekolah. Kekayaan dan suara budaya sekolah berhubungan secara
kuat dengan peningkatan prestasi pelajar dan motivasi dan
produktivitas serta kepuasan guna Pengaruh kultur sekolah dalam
lima dimensi, yaitu:
a. Tantangan akademik
b. Perbandingan prestasi masyarakat sekolah,
c. kesadaran prestasi persepsi tujuan sekolah. Bagaimanapun
warga sekolah memperoleh dukung dalam proposisi yang
pelajar lebih termotivasi untuk belajar didam sekolah yang
kultur nya baik dan kuat..
d. Budaya sekolah juga berhubungan dengan sikap guru
hadap pekerjaan mereka. Dalam suatu penelitian yang
berbentuk efektivitas dan ketidakefektifan budaya
organisasi bahwa budaya sekolah yang kuat telat
memotivasi guru.

Budaya sama hal nya dengan budaya sekolah dapat dibagi dalam
empat tingkatan. Pertama, budaya tingkat artefak yaitu
maniestasi dari apa yang dikatakan masyakat. Bagaimana
masyarakat berperilaku, dan bagaimana sesuatu dapat dilihat.
Budaya tingkat artefak ini dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu
budaya arfak verbal dan perilaku. Budaya dalam artefak verbal
dapat berupa sistem bahasa yang digunakan, atapun cerita yang
diriwayatkan, sedangkan budaya artefak perilaku adalah
manifestasi dari ritus ritual dan berbagai aktifitas simbolik
36

lainnya dalam suatu komunitas masyarakat termasuk masyarakat


sekolah.32

Kedua, Budaya pada tingkat persepektif masyarakat, yang


menunjukan pada aturan dan norma bersama. Kebiasaan yang
digunakan dalam memecahkan suatu masalah yang serupa,
bagaimana masyarakat mendefinisikan situasi yang dihadapi, dan
berbagai batasan perilaku yang diterima dan ditolak.

Ketiga, budaya pada tingkat ini, merupakan nilai dasar yang


merupakan nilai kesediaan bagi masyarakat untuk mengevaluasi
situasi yang mereka hadapi dan juga nilai tindakan. Nilai berbagai
aktivitas, berbagai prioritas nilai, serta perilaku masyarakat dalam
bekerja. Dalam sekolah nilai – nilai budaya diatur dalam sebuah
kebiasaan yang mempresentasikan perjanjian di mana guru turut
andil didalamnya.

Keempat, budaya tingkat asumsi merupakan tingkatan budaya


yang paling abstrak dan yang lainnya. Karena ia bersiat implisit.
Craig C Lunberg menggambarkan asumsi sebagai kepercayaan
yang tidak yang dipegang oleh anggota dalam berhubungan
dengan orang lain. Asumsi ini sekaligus menentukan watak
organisasi yang ditempat masyarakat. 33

Berdasarkan pedapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan


bawa setiap sekolah memiliki budaya sekolah, sebagian ada yang
budaya nya kuat atau berungsi dengan baik dan sebagian lainnya

32
Mukhtar & Iskandar, Orientasi Baru Supervise Pendidikan (Jakarta: Gaung
Persada, 2009) hlm. 284
33
Craig C. Lundberg, dalam peter J. Frost et. Al, Organization Culture (California :
sage publication 1985) hlm. 172
37

budaya nya lemah dan kurang berfungsi. Jadi sekolah efektif


memiliki budaya yang kuat dan juga berfungsi yang dapat
mendukung keunggulan sekolah. Visi yang digerakan oleh
seorang pemimpin dalam bekerjasama dengan guru dapat
membangun nilai dan tradisi dari budaya sekola tersebut. Karena
nilai dan tradisi sekolah membantu penyuaraan sempurna
keseluruhan masyarakat sekolah.34

5. Peran Budaya Organisasi


Budaya organisasi merupakan aturan-aturan perilaku yang
dianut oleh para anggota organisasi yang berada dalam tingkatan
organisasi, contohnya bagi organisasi yang dominan oleh pendiri,
maka budaya organisasi yang tercipta didalam organisasi tersebut
menjadi alat untuk mengkomunikasikan harapan-harapan pendiri
kepada anggota organisasi. Budaya organisasi memiliki peran
yang sangat besar dalam menciptkan tujuan dari organisasi
tersebut. Richard L. Gardner dalam wirawan telah melakuakan
penelitian untuk mengetahui perannya dalam organisasi. Hasil
penelitian yang dilakukan dan disimpulkan bahwa budaya
organisasi mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan
organisasi yaitu: Identitas organisasi, menyatukan organisasi,
pemecahan konflik, komitmen kepada organisasi dan kelompok,
menciptakan konsistensi, motivasi, kinerja organisasi,
keselamatan kerja, sumber keunggulan kompetitif.35
Budaya organisasi merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan suatu organisasi, tetapi dapat pula menjadi faktor
34
Budaya Organisasi Madrasah studi kasus madrasa ibtidaiyya negeri, Univesitas
Islam Indonesia Yogakarta, 2015
35
Wirawan. Budaya dan Iklim Organisasi (online). (Jakarta : Salemba Empat,
2007). h. 35
38

utama organisasi. Budaya organisasi ini memiliki ciri khas


tersendiri dan setiap organisasi pastinya memiliki budaya yang
kuat dan juga lemah. Persoalan ini merupakan persoalan yang
paling terkait satu sama lain dan biasanya muncul secara
bersamaan, oleh karena itu untuk menghadapinya dan untuk
menjaga kelangsungan hidup organisasi, maka dalam hal ini
budaya organisasi merupakan faktor yang signifikan.

6. Upaya Kepala Sekolah Dalam Membina Budaya Organisasi


Sekolah
Kepala sekolah ataupun kepala madrasah memiliki tugas dan
juga fungsi yang penting, karena dapat memberikan pengaruh
keberhasilan pendidikan yang sedang ia mimpin. Tugas seorang
kepala sekolah diklasifikasikan menjadi empat aspek penting,
yaitu pembuatan perencanaan, pemberdayaan dan pengembangan
staf, administrasi, dan pengembangan sarana prasarana.
Sedangkan kepala sekolah dalam kepemimpinann memiliki
peran yaitu merencanakan program yang akan dijalankan oleh
sekolah, pengelolaan program yang telah direncakan,
menggerakan dan juga memberikan motivasi pendidik dan tenaga
pendik dan juga tenaga kependidikan dengan memberikan contoh
yang baik dalam kinerjanya. Memonitoring dan mengevaluasi
yang terkait dengan program yang telah berjalan.

C. Hasil Penelitian Relevan


Setelah penulis mencari dan mencermati hasil penelitian yang
berhubungan dengan judul yang diteliti yaitu Upaya Kepala Sekolah
Dalam Membina Budaya Organisasi Sekolah dalam telaah pustaka ini
adalah untuk menunjukkan originalitas penelitian dan untuk
39

membedakan dengan hasil penelitian lain serta untuk mengetahui


tidak adanya kerancuan objek penelitian dan segala masalahnya yang
sudah diteliti orang lain. Namun ada jurnal dan skripsi dari jurusan
kependidikan islam yang hampir ada kemiripan dalam pembahasan
dari proposal skripsi ini.

Adapun beberapa skripsi yang penulis temukan adalah


sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Jendra Arya Wiguna yang berudul


“Peran Kepala Madrasah Dalam Mmembangun Budaya
Organisasi di MAN 1 Pringsewu” yang mengemukakan bahwa
kepala sekolah ataupun seorang pemimpin memiliki peran yang
sangat penting dalam memciptakan budaya sekolah. Dan nilai
budaya yang diterapkan meliputi kedisiplinan, nilai sosial, nilai
sikap perilaku dan nilai religius. Untuk menciptakan budaya
komunikasi yang tinggi antara kepala sekolah dengan warga
sekolah yaitu dengan membangun gotong royong yang baik
diantara mereka. Karena, dengan kedekatan ini akan lebih muda
seorang kepala sekolah untuk mengatur bawahannya agar selalu
siap menaga mutu sekolah. Salah satu contoh menjalin hubungan
kepala sekolah dengan guru maupun murid dan juga masyarakat
yaitu dengan pembagian zakat fitrah dan siswa ke lingkungan
sekolah. Upaya kepala madrasah dalam menangani persoalan atau
masalah yang terjadi dilingkungan sekolah dengan cara
pengadaan pertemuan antar guru dan pengurus yayasan.
2. Peran kepala sekolah sebagai motivator dalam menciptkan
budaya organisasi sekolah yang sehat ditemukan bahwa peran
yang dijalankan oleh kepala sekolah dengan menanambkan
40

kepercayaan diri pada siswa, memberikan perhatian, dan


memberikan telaah bimbingan dengan baik yang berjalan cukup
baik. Namun demikian terdapat beberapa kendala yaitu:
kurangnya dukungan dari wali murid kepada murid sehingga
mengakibatkan keterlambatan datang ke sekolah bagi siswa yang
jarak rumahnya cukup jauh dengan sekolah.
3. Jurnal yang ditulis oleh Siti Sapariah yang berjudul “Efektifitas
Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Prestasi Sekolah“
Yang mengemukakan bahwa keberhasilan sekolah yang
berprestasi tentunya tidak terlepas dari budaya organisasi yang
membentuk kebiasaan serta nilai nilai yang diterapkan di sekolah
tersebut. Efektivitas budaya organisasi sekolah pada dasarnya
berokus pada beberapa elemen penting diantaranya adalah norma
– norma, aturan – aturan serta nilai – nilai yang mengarahkan
semua anggota organisasi.
Budaya organisasi yang diterapkan didalam penelitian
tersebut ditinjau dari aspek nilai, norma dan juga etos kerja dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Budaya di sekolah tesebut
menerapkan norma keagamaan, sebab norma keagamaan
menuntut ketaatan mutlak suatu agama yang tidak dapat ditawar
menawar. Selain mengatur norma antar manusia norma agama
juga mengatur norma antar manusia dengan tuhan yang maha esa.
Beberapa langka yang dilakukan diantaranya :
1. Melakukan tadarus qur’an sebelum jam pelajaran dimulai
2. Melaksanakan sholat Dzuhur dan Ashar di masjid
3. Menetapkan kebijakan sholat jum’at di sekolah
4. Memperingati hari hari besar keagamaan
41

5. Pelajaran agama dan akhlak mulia menjadi salah satu


kompetensi inti yang harus dikuasai siswa.

Selain itu didalam jurnal ini membahas terkait etika proesi di


lingkungan SMK Negri 1 Ciamis. SMK negri 1 Ciamis selalu
memberikan kepada para guru angar dapat berkarya secara inoatif
dalam mengembangkan methode – methode pembelajaran guna
meningkatkan mutu pemeblajaran. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam menumbuhkan nilai keinovatifan dalam proses pembelajaran,
diantaranya:

1. Menciptakan suasana belajar senyaman mungkin


2. Guru menyusun bahan pengajaran sesuai minat siswa
3. Merancang kelas dan usaha lainnya guna menumbuhkan minat
siswa dalam belajar
4. Guru dituntut membentuk kepribadian yang bisa menjadi teladan
yang baik bagi muridnya.
5. Guru ditunut agar dapat menerbangkan inovasi dan cita – cita
muridnya serta membangkitkan dan menggerakan kekuatan
mereka.

Namun, terdapat beberapa hambatan yang dialami dalam


mengektifkan budaya organisasi ditinjau dari aspek norma, nilai –
nilai dan etos kerja guru yaitu secara garis besar dari faktor SDM
yang masih bersifat statis kurang terlatih dan enggan melakukan
pembaharuan sehingga daya kreatif dan inovatif nya sangat minim.

Berbeda dengan beberapa skipsi diatas, dalam proposal


skripsi ini penulis akan meneliti bagaimana Upaya Kepala Sekolah
Dalam Membina Budaya Organisasi Sekolah di Mtsn. 13 Jakarta.
42

Mulai dari pengenalan budaya organisasi di sekolah, Upaya Kepala


Sekolah dalam membina serta faktor pendukung dan penghambat
kepala sekolah dalam membina budaya organisasi sekolah.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Mtsn 13 Jakarta yang berada di Jl.
Inspeksi No.9, Rw. 7, Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Waktu penelitian ini adalah
mulai November 2022- Maret 2023.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penelitian ini menggunakan kualitatif yaitu pengamatan, wawancara
atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena
beberapa pertimbangan. Pertama, metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan. Kedua, metode ini menyajikan
secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi1. Sesuai dengan judul penelitian maka metode yang
tepat adalah metode kualitatif.Mengingat penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif. Maka saya menggunakan metode pengumpulan
data dengan tiga teknik: Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.

C. Data dan Sumber Data


Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data

1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan 38 (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 9-10.

43
44

tambahan seperti dokumen dan lain-lain2. Adapun sumber data terdiri


dari dua macam:

1. Sumber Data Primer


Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini,
sumber data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah:
Kepala sekolah Mtsn. 13 jakarta, selaku pihak yang bertanggung
jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan. Para guru Mtsn. 13
jakarta selaku pihak yang bertanggung jawab terhadap proses
belajar mengajar dalam meningkatkan mutu pendidikan dan para
murid di Mtsn. 13 Jakarta Seatan. Data yang didapat berupa
keterangan langsung dari objek penelitian yang dijadikan data
pokok yang nantinya akan didukung dengan keterangan dari guru
yang dalam hal ini guru merupakan data sekunder.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui
orang lain atau dokumen. Sumber data yang diperoleh peneliti
adalah data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang
berkaitan berupa keterangan guru-guru dan data-data sekolah dan
berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan.
Seperti dokumen Mtsn 13 Jakarta. Penelitian sumber data yang
mencangkup tugas dan fungsi kepala sekolah, kemampuan
manajerial kepala sekolah dalam upaya membina budaya
organisasi sekolah, data belajar siswa serta data-data lain yang

2
Ibid, Moleong, Lexy J, hlm. 157.
45

berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan


dan pengontrolan di Mtsn 13 jakarta.
Data ini dikumpulkan melalui teknik metode penggabungan
yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi

Observasi diperlukan dalam penelitian ini yaitu untuk


mengamati secara langsung Kepala Sekolah dalam menjalankan
fungsi manajemen di sekolah, seperti kemampuan merencanakan
program sekolah, kemampuan menyusun/mengelola organisasi
sekolah, kemampuan penyusunan personalia sekolah,
kemampuan pengawasan Kepala Sekolah terhadap guru dan
kemampuan pengendalian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
dalam menyelesaikan permasalahan. Metode observasi
merupakan metode yang sangat tepat untuk mengumpulkan data
yang bersifat “Nonverbal” misalnya mengenai aspek tingkah laku
manusia, mengenai proses perubahan sesuatu hal yang nampak,
dan sebagainya. Walaupun obervasi biasanya digunakan untuk
mengumpulkan data yang nampak/terlihat, tetapi dapat juga untuk
mengumpulkan data yang dapat diamati melalui alat indera,
penglihatan dan sebagainya. 3

3
Fatihuddin Didin, Iis Holisin, Kapita Selekta Metodologi Penelitian. Cetakan 1
(Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2020), hlm. 124.
46

Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu


sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi
memberikan kemungkinan untuk ditafsirkan secara ilmiah.
Walaupun terlaksana sesuai dengan prosedur dan aturan tertentu
tidak terlepas dari kelemahan dari metode observasi itu sendiri,
kelemahan menggunakan metode observasi sebagai teknik
pengumpulan data, antara lain:

a). Banyak hal atau gejala-gejala tingkah laku yang tidak dapat
diungkap dengan observasi, terutama hal-hal yang bersifat pribadi
dan bersifat rahasia,

b). Bagi Observant yang mengetahui bahwa dirinya sedang


diamati, ada kecendrungan melakukan kegiatan yang dibuat-buat
dan berpura-pura sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya

c). Apabila yang diamati mengenai gejala-gejala tingkah laku,


maka akan sulit bagi Observant untuk bertindak secara objektif.
Akan tetapi tidak terlepas juga sisi baiknya yaitu keunggulannya,
salah satunya adalah observasi dapat meringankan beban subjek
penelitian (yang diobservasi), karena mereka tidak harus
mengerajakan apa-apa.4

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal dari


responden secara lebih mendalam serta jumlah responden lebih
sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi

4
Fitrah Muh, Luthfiyyah, Penelitian Kualitatif Tindakan Kelas Dan Studi Kasus.
Cetakan 1 (Sukabumi: CV. Jejak, 2017), hlm. 172.
47

dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman


wawancara dan situasi wawancara. Menurut Nasution wawancara
adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang
bertujuan memperoleh informasi.5

3. Dokumentasi
Pengambilan data yang diambil melalui dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan penelitian, dicatat sebagai sumber
informasi dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan
atau peristiwa pada waktu yang lalu. Data yang diperlukan berupa
data-data yang berhubungan dengan peran Kepala Sekolah,
manajerial kepala sekolah, organisasi sekolah, peserta didik, dan
tenaga kerja di Mtsn 13. Mengingat penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, maka digunakan ketiga teknik diatas. Kaitanya
dengan teknik observasi dan wawancara yang juga digunakan dalam
penelitian ini, bahwa teknik wawancara dan observasi digunakan
dalam rangka menjaring data primer yang berkaitan dengan Kepala
Sekolah dan guru sebagai penanggung jawab peningkatan mutu
pendidikan. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk
menjaring data sekunder yang dapat diambil dari berbagai terutama
mengenai manajemen sekolah.

E. Teknik Analisis Data


Data yang diambil atau didapat yang diperoleh dari hasil
observasi yakni wawancara maupun dokumentasi tidak dibiarkan
begitu saja. Data data yang terkumpul haruslah memerlukan analisis
dan harus disajikan secara baik sehingga memiliki makna yang bisa

5
Sudaryono, Metodologi Penelitian. Cetakan 1 (Depok: PT Raja Grafindo
Persada, 2018), hlm. 212.
48

memberikan Pembinaan Budaya Organisasi sekolah yang terjadi di


Mtsn. 13 Jakarta.

Analisis data dilakukan saat pengumpulan data berlangsung


dari awal hingga akhir. Proses analisis data dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya. Setelah
ditelaah, langkah selanjutnya adalah reduksi data, penyajian atau
Display data dan kesimpulan atau verifikasi.6

F. Validitas Data
Pengujian tingkat kepercayaan data didasarkan kepada
kebermaknaan data, sehingga mempunyai makna yang dapat
dipercaya. Proses pengujian kepercayaan tersebut dilakukan dalam
beberapa kegiatan, antara lain:
1. Kepercayaan (Credibility)
Kepercayaan merupakan teknik yang dilakukan oleh peneliti
untuk memberikan derajat kepercayaan akan data yang diperoleh
peneliti. Pada dasarnya kepercayaan data dilakukan dengan cara :
(1) keikutsertaan peneliti dalam objek penelitian, (2) ketekunan
pengamatan dalam memperoleh data, (3) melakukan triangulasi.
2. Keteralihan (Transferbility)
Seorang peneliti hendaknya memberi gambaran secara jelas
terkait latar penelitian, sehingga Transferbility dengan cara
memperkaya deskripsi tentang konteks dan fokus penelitian.
Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan

6
Siyoto Sandu Dan Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian. Cetakan 1 (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015), hlm. 122.
49

data deskripstif secukupnya. Untuk keperluan itu peneliti harus


melakukan penelitian mendalam.
3. Kebergantungan (Dependability)
Kriterium kebergantungan merupakan subsitusi irriabilitas
dalam penelitian yang non kualitatif reabilitas ditunjukan dengan
jalan mengadakan replikasi studi. Dua atau beberapa kali
pengulangan studi, jika dalam suatu kondisi yang sama, maka
dikatakan reabilitasnya tercapai.
4. Kriterium Kepastian (Confirmability)
Kriterium kepastian berasal dari konsep objektivitas. Pada
penelitian kualitatif menetapkan objektivitas adalah kesepakatan
antara subjek. Pemastian sesuatu data objektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,
pendapat dan pertemuan seseorang tapi disepakati oleh beberapa
orang maka barulah data tersebut dikatakan objektivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Aan, Komariah,. dan Cepi Triatna, (2010). Visionary Leadership Menuju


Sekolah Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aliyudin, Ahmad. (2018). Asas Dan Fungsi Kepemimpinan, Dalam Jurnal
Keilmuan Manajemen Pendidikan Vol 03 No 1, Tahun 2018 Banten:
Universitas Islam Negeri Banten.
Baharudin, dan Muh Makin. (2007) Pendidikan Humanistik, Yogyakarta:
Ar-Ruz Media.
_________ (2015) Budaya Organisasi studi kasus madrasa ibtidaiyya negeri,
Univesitas Islam Indonesia Yogakarta.
Budiwibowo, Satrijo. dan Sudarmiani. (2018). Manajemen Pendidikan,
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Craig C. Lundberg, dalam peter J. Frost et. Al, (1985) Organization Culture,
California : sage publication.
Didin, Fatihuddin. Iis Holisin, (2020). Kapita Selekta Metodologi Penelitian.
Cetakan 1, Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media.
Et al, Muhaimin. (2011). Manajemen Pendidikan: Aplikasi Dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah Jakarta:
Kencana.
http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-fungsi-budaya-
organisasi.html di unduh 2016/12/19. Diakses. Tanggal 02 April
2023 Pukul 16.30 WIB.
Jendra, Arya Wiguna. (2018) Peran kepala madrasah dalam membangun
budaya organisasi di MAN 1 Pringseru, Lampung.
Kadarman, A.M Dan Yusuf Udaya. (1997) Pengantar Ilmu Manajemen, Cet-
5. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kompri. (2015). Manajemen Pendidikan Jilid 1. Bandung: Afabeta.

50
51

Kusdi. (2011). Budaya Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.


Locker Kitty O. and Sthephen Kyo Kaczmarek. (2007) Business
Communication: Building Critical Skills Singapore: McGraw-Hill
International Edition.
Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet-38 Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Muchlas, Makmuri. (2005). Perilaku Organisasi. Yogyakarta.
Muh Fitrah, (2007) Luthfiyyah, Penelitian Kualitatif Tindakan Kelas Dan
Studi Kasus. Cet-1. Sukabumi: CV. Jejak.
Mukhtar & Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervise Pendidikan Jakarta:
Gaung Persada. Gajah Mada University Press.
Ndaraha, Taliziduhu. (2003). Budaya Organisasi. (Jakarta: PT Rineka
Cipta).
Nugraha, Muldiyana. (2018). Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan
Proses Pembelajaran Dalam Jurnal Keilmuan Manajemen
Pendidikan No 1 Tahun 2018 (Banten: Universitas Islam Negeri
Banten.
Praja Taula, Riyuen. (2020). Budaya Organisasi Sekolah dan kepemimpinan
di lembaga pendidikan, Bandung: Pustaka Media.
Rohmat. (2010). Kepemimpinan Pendidkan Konsep dan Aplikasi
Purwokerto: STAIN Press.
Sandu, Siyoto Dan Ali Sodik. (2015). Dasar Metode Penelitian. Cetakan 1,
Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Sentot, (2010) Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shani, A.B. (2009). Behavior in Organizations: An Experiential Approach
Singapore: McGraw-Hill International Edition.
Siagian, Sondang. (2007). Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta : Bumi
Aksara.
52

Sintani, Leo. (2022). Dasar dan Kepepimpinan, Batam: Yayasan Cendikia


Mulia Mandiri.
Sobian, Pether. (2019). Pemimpin dan Kepempimpinan, Jawa Tengah.
Suarga. (2017). “Efektivitas Penerapan Prinsip-Prinsip
Kepemimpinankepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu
Layananadministrasi Pendidikan “Dalam Jurnal Idaarah, Vol 01, No
01. Makasar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Sudaryono. (2018). Metodologi Penelitian. Cetakan 1 Depok: PT Raja
Grafindo Persada.
Suhaelayanti. (2020). Manajemen Pendidikan, (Medan: Yayan Kita Menulis,
Suharsaputra, Uhar. (2013) Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika
Aditama
Surya kanta dkk, “Budaya Organisasi Sekolah dalam meningkaytkan
kinerja guru pada sekolah menengah atas di kota banda aceh”,
Jurnal no. 1 (Februari).
Sutrisno, Edy. (2010). Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana
Tita Rosita, Tita. (2014). Peranan, Fungsi Perencanaan, Dan Pembiayaan
Dalam Manajemen Pendidikan, Dalam Artikel Perencanaan Dan
Pembiayaan Pendidikan. t.K:Universitas Terbuka.
Usman, Husauni. (2003). Kepemimpinan Efektif: teori, penelitian, dan
praktek, Jakarta: Bumi Arsara.
Wahyudin dan Undang Ruslan. (2020). Manajemen Pendidikan Teori Dan
Praktik Dalam Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Wibowo. (2010). Budaya Organisasi: Sebuah Kebutuhan Untuk
Meningkatkan Kinerja Jangka Panjang. Jakarta: Rajawali Press.
Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi (online). Jakarta : Salemba
Empat.
53

Zubaidah, Siti. dan Aih Ervanti Ayuningtias. (2005) “ Budaya Organisasi


Untuk Meningkatan Profesionalisme Guru di Sekolah”, Prosiding
Seminar Nasional.

Anda mungkin juga menyukai