KOTA KENDARI
PROPOSAL
Diajukan Oleh:
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Proposal Penelitian oleh Muh. Abid Anshari Pura Yusuf NIM: 2166MM01043,
Pembimbing I
Pembimbing II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................10
Gambar 4.1. Analisis Data model Interaktif dari Miles dan Huberman ...........55
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah SMA Negeri yang ada di Kota Kendari ...............................53
BAB I
PENDAHULUAN
lain. Kekhasan tersebut dapat berupa nilai-nilai yang kemudian berpedoman pada
berbagai aktivitas yang terjadi di sekolah, termasuk pula diwujudkan pada proses
pembelajaran. Pada akhirnya, perbedaan nilai-nilai yang dianut suatu sekolah akan
masing-masing sekolah.
berimbas pada pengelolaan sistem pendidikan, yakni dari semula yang lebih bersifat
daerah mengalami keterbatasan sumber daya, sementara itu tuntutan akan kualitas
1
2
kehidupan masyarakat dan tuntutan dunia kerja. Untuk mencapai hasil yang
tidak mungkin dapat bekerja secara sendirian, karena masih ada pihak-pihak lain
seperti dunia usaha atau dunia industri. Kerjasama antara pihak sekolah,
proses, luaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi.
Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala
sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya
kriteria masukan yang seperti material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum,
prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria
deskripsi kerja, dan struktur organisasi . Keempat, mutu masukan yang bersifat
harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita (Sudarwan
daya sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi untuk mencapai
derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik (Sudarwan Danim, 2016: 53). Hal-
3
hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan dalam ini adalah derjat
lain dari subjek selama memberikan dan menerima jasa layanan (Ridwan Idris,
2017: 108).
jawab bagi setiap Provinsi dan Kabupaten/ Kota di Indonesia untuk meningkatkan
kualitas guru yang ada. Sehingga, diharapkan akan memberikan dampak signifikan
produktif yang ditentukan pada penguasaan dasar-dasar keahlian yang luas, kuat
serta penguasaan alat dan bahan teknik bekerja yang tepat dengan alokasi untuk
pembelajaran mata diklat produktif adalah 30% teori dan 70% praktek di lapangan.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru, karena mereka harus memahami
aspek teoretis dan praktis mengenai apa yang dibutuhkan di masyarakat, sekaligus
dengan dunia usaha/industri. Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda
terdepan di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan guru memegang posisi
yang sangat strategis dalam upaya menciptakan lulusan yang profesional dan
profesional.
4
Guru yang profesional dalam mendidik peserta didiknya adalah guru yang
Tahun 2003 dalam Bab II Pasal 2 yang menegaskan bahwa pendidik harus berupaya
mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik. Oleh sebab itu, guru dituntut
sesuai dengan cita-cita luhur bangsa yang tertuang dalam Tujuan Pendidikan
Nasional. Oleh sebab itu, guru harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus
lebih meningkat sehingga guru mampu dalam menciptakan suasana yang menarik
mendukung yakni kinerja guru yang profesional. Kinerja guru merupakan kunci
semua sumber daya pendidikan yang ada. Berbagai sumber daya pendidikan
seperti, sarana dan prasarana, biaya, teknologi, dan informasi dapat berfungsi
dengan baik apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
melakukan program sertifikasi guru mulai tahun 2008. Dengan program sertifikasi,
Rice dan Bishoprick dalam (Bafadal 2013:5), guru profesional adalah guru yang
kompetensi spiritual. Secara ideal guru yang diharapkan adalah guru yang memiliki
guru, hubungan dengan pihak lain, sikap dan keterampilan profesionalnya. Menurut
Prayoga (2019) kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam
yang secara kualitas dan kuantitas dicapai oleh seorang pegawai dalam
tersebut meliputi stres kerja, motivasi kerja, budaya organisasi, gaya kepemimpinan
kepala sekolah, kepuasan kerja, disiplin kerja dan lain-lain. Asrul (2016:16)
bakat, kemampuan dan minat, motif, kesehatan, kepribadian, cita-cita dan tujuan
yaitu performance artinya kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan
(2019:12) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: (1) sikap mental
(motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), (2) pendidikan, (3) ketrampilan, (4)
manajemen kepemimpinan, (5) tingkat penghasilan, (6) gaji dan kesehatan, (7)
jaminan sosial, (8) iklim kerja, (9) sarana dan prasarana, (10) teknologi, (11)
kesempatan berprestasi.
sekolah justru tidak memahaminya. Guru sebagai pihak yang sangat berperan dalam
proses pembelajaran di sekolah dalam hal ini memegang peranan penting akan
pelaksanaan visi dan misi sekolah melalui kinerjanya. Sebagian besar guru
melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin di ruang kelas dan inovasi
bagi guru relatif tertutup serta kreativitas bukan merupakan bagian dari prestasi
(Syaiful Sagala, 2017: 38). Jika ada guru mengembangkan kreativitasnya, guru
tersebut cenderung dinilai membuang-buang waktu dan boros. Hasil penataran guru
pada berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja berbeda dibanding
kinerja para guru yang tidak mengikuti penataran serta tidak ada kontrol terhadap
hasil penataran meski penataran itu telah menghabiskan biaya cukup besar (Syaiful
Sagala, 2017: 38). Meskipun demikian, masih banyak guru dan tenaga
Fenomena yang terjadi saat ini pada lingkup sekolah SMA yang ada di Kota
Kendari adalah kepemimpinan dan motivasi kepala sekolah terhadap kinerja guru
kesulitan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas seperti yang dituntut oleh
kepemimpinan kepala sekolah belum meningkatkan kinerja guru yang efektif dan
yang jarang masuk kelas untuk melaksanakan tugas mengajarnya, guru masih
banyak yang belum mampu membuat data perencanaan pembelajran dan tidak
memberikan dampak bagi pelaksanaan visi dan misi sekolah serta berdampak pada
mutu sekolah secara lebih luas. SMA Negeri yang ada di Kota Kendari sebagai
salah satu Sekolah Menengah Atas yang cukup banyak difavoritkan oleh
masyarakat dalam hal ini menjadi memiliki daya tarik tersendiri bagi peneliti terkait
kinerja guru pada sekolah tersebut. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
secara lebih mendalam mengenai Strategi Peningkatan Kinerja Guru Pada SMA
Kendari?
2. Apa saja hambatan Peningkatan Kinerja Guru Pada SMA Negeri di Kota
Kendari?
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
c. Bagi Sekolah
tersebut.
Guru Pada SMA Negeri di Kota Kendari. Dimana kinerja guru diukur dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini adalah beberapa kajian empirik yang relevan dengan penelitian
rencana program kerja dan Key Performance Indicator (KPI). Hasil yang
proporsional sesuai jabatan fungsionalnya. Maka dari itu, salah satu upaya
pendidikan. Penilaian kinerja guru perlu dilakukan agar fungsi dan tugas yang
11
12
ada pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan dan kode
etik yang berlaku. Kinerja guru tidak terwujud dengan begitu saja, tetapi
guru adalah faktor yang datang dari dalam diri guru yang dapat
belakang keluarga. Faktor eksternal kinerja guru adalah faktor yang datang
dari luar, guru yang dapat mempengaruhi kinerjanya, contohnya ialah (1) gaji;
(2) sarana dan prasarana, (3) lingkungan kerja fisik; (4) kepemimpinan.
(3) untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan
usaha yang telah dilakukan oleh kepala Sekolah di SMA Negeri 7 Muaro
penelitian ini adalah guru di SMA Negeri 7 Muaro Jambi yang berjumlah 26
orang, yang terdiri atas: 8 orang guru laki-laki dan 18 orang guru perempuan.
kinerja guru yang sesuai untuk diterapkan pada SMA Swasta Kota Pekanbaru
untuk diterapkan pada SMA Swasta Kota Pekanbaru. Dari hasil analisis yang
SMA Swasta Kota Pekanbaru, alternatif strategi yang menjadi prioritas dan
Pekanbaru yaitu faktor kompetensi profesional dan pedagogik, dan aktor yang
paling prioritas terlibat dan berpengaruh bagi peningkatan kinerja guru yaitu
kepala sekolah dan guru, serta tujuan utama yang menjadi prioritas dari
kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru sudah disusun, namun tidak
sebaik mungkin oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. (2)
bertukar pikiran dengan para guru, sehingga menemukan satu cara efektif
dalam meningkatkan kinerja guru antara lain: kurangnya tersedia dana untuk
pelatihan guru di luar jam dinas, masih ada guru yang kurang aktif, dan hasil
disiplin, menjadi teladan bagi guru dan peserta didik, mengadakan seminar
Telaah teoritis yang menjadi rujukan untuk menjelaskan dan menguji secara
empiris kinerja guru adalah teori Manajemen SDM. Manajemen SDM adalah
(Flippo, 2005 : 5). Pendapat sama oleh Handoko (2010:2) bahwa pengertian
16
manajemen SDM dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang mengatur hubungan
dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam penggunaan kemampuan
pengelolaan SDM atau pegawai dalam organisasi, sehingga SDM dapat juga
disebut sebagai personil, tenaga kerja, pekerja, pegawai, potensi manusiawi sebagai
merupakan aset dan berfungsi sebagai modal non material dalam organisasi publib
maupun bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non
dengan pendapat Noe et al. (2011:2) menjelaskan bahwa manajemen SDM adalah
organisasi agar mencapai kinerja pegawai dan tujuan organisasi (Decenzo dan
Manajemen SDM adalah sebuah prosedur yang berkelanjutan dengan tujuan untuk
mengelola SDM dalam organisasi dengan pegawai yang tepat untuk ditempatkan
pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Manajemen SDM merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang
Proses tersebut terdapat dalam fungsi atau bidang produksi, pemasaran, keuangan
memiliki peranan yang sangat penting dan faktor kunci dalam pencapaian tujuan
organisasi, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM
dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut dengan manajemen SDM
mengarahkan dan melatih, mengelola upah dan gaji, memberikan manfaat dan
pada kebijakan dan praktik yang perlu dilakukan pegawai atau aspek SDM dari
18
kinerja, kompensasi dan hubungan kerja yang baik. Manajemen SDM melibatkan
organisasi yang paling bernilai yaitu para pegawai yang bekerja baik secara
pegawai maupun tujuan organisasi. Dengan demikian secara umum tujuan dari
SDM diciptakan untuk dapat membantu para pimpinan atau manajer, namun
demikian para pimpinan atau manajer tetap bertanggung jawab terhadap pencapain
kinerja pegawai. Karena itu tujuan utama manajemen SDM adalah untuk
memastikan ketersediaan pegawai yang tepat untuk pekerjaan yang tepat sehingga
tujuan organisasi tercapai secara efektif. Karena itu kerangka dasar implementasi
19
fungsi Manajemen SDM dapat dibedakan atas fungsi manajemen dan fungsi
Pengendalian (controlling).
kerja dan merekrut calon pegawai; (3) memilih calon pegawai; (4) mengarahkan
dan melatih pegawai- pegawai baru; (5) mengatur upah dan gaji; (6) memberikan
insentif dan keuntungan; (7) menilai prestasi; (8) berkomunikasi; (9) melatih dan
kompeten dalam organisasi sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan
proses pemanfaatan SDM yang efisien dan efektif sehingga tujuan yang ditetapkan
tercapai.
guru adalah pendidik profesional yang memiliki beberapa tugas. Dinyatakan dalam
Pasal 1 (1) pengertian guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
mengajar (Poerwadarminta, 2016: 335). Dengan definisi ini, guru diberi makna
yang sama sebangun dengan pengajar. Dengan demikian, pengertian guru ini hanya
menyebutkan satu sisi sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai
Secara umum, baik sebagai pekerjaan ataupun sebagai profesi, guru selalu
disebut sebagai salah satu komponen utama pendidikan yang sangat penting. Guru,
siswa, dan kurikulum merupakan tiga komponen utama dalam sistem pendidikan
nasional. Ketiga komponen pendidikan itu merupakan ‘conditio sine quanon’ atau
syarat mutlak dalam proses pendidikan sekolah. Melalui mediator yang disebut
21
guru, siswa dapat memperoleh menu sajian bahan ajar yang diolah dari dalam
kurikulum nasional ataupun dalam kurikulum muatan lokal. Guru adalah seseorang
yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan atau
lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat atau swasta. Dengan demikian, dalam pandangan umum, guru tidak
hanya dikenal secara formal sebagai pendidik, pengajar, pelatih, dan pembimbing
tetapi juga sebagai social agent hired by society to help facilitate members of society
who attend schools’ (Robin Cooper, 2017: 2), atau agen sosial yang diminta oleh
masyarakat untuk memberikan bantuan kepada warga masyarakat yang akan dan
Lebih lanjut Zakiyah Daradjat (2015: 39) menyatakan bahwa guru adalah
pendidik professional, karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari
orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Dalam hal ini, orang tua harus tetap
sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya, sedangkan guru
Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta, untuk melaksanakan
tugasnya, dan karena itu memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, guru dipandang hanya menjadi
bagian yang kecil dari istilah pendidik. Dinyatakan dalam Pasal 39 (2) pengertian
22
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara
menilai, dan memberikan bimbingan teknis. Peran guru sebagai leader berfungsi
sebagai mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti
cara atau konsep yang berada pada pengajaran. Peran guru sebagai motivator
23
berfungsi memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat, dan
teknis, arahan, atau petunjuk kepada peserta didik (Suparlan, 2015: 25).
Peran dan tugas utama guru di sekolah sebagai the management role
potensi, dan kelemahan siswa, termasuk gaya pembelajaran mereka. Peran dan
tugas utama guru di sekolah sebagai the instructional role bertugas: 1) memiliki
contoh model bagi siswa, apa yang dikatakan itulah yang dilakukan; 7) menghargai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan modern (Suparlan, 2015: 25).
Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; 3) Perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan 4) Kesempatan
dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukam
teknologi, dan seni, bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Dikti).
pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai bidang studi yang akan diajarkan
dirinya untuk memilih dan menggunakan berbagai strategi yang tepat dalam proses
peserta didik dan umumnya bagi sesama manusia. Kompetensi sosial berarti bahwa
26
dengan tiga syarat kompetensi di atas, seorang guru juga dituntut mampu
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya (to serve the common good) disertsi
dengan dedikasi yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan insan (human welfare),
yang berarti mengutamakan nilai kemanusiaan dari pada nilai material (Dirto
Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo, 2015). Dalam konteks Indonesia,
dewasa ini telah dirumuskan syarat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
a. Kompetensi Pedagogik
karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan
potensi yang dimiliki; 7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
b. Kompetensi Kepribadian
kepribadian bagi guru adalah pribadi guru yang terintegrasi dengan penampilan
meliputi 1) mampu bertindak secara konsiten sesuai dengan norma agama, hukum,
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa; 3) mampu menampilkan
diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia sebagai tauladan bagi dan masyarakat; 4)
mempunyai rasa bangga menjadi guru, dapat bekerja mamdiri, mempunyai etos
kerja, rasa percaya diri dan tanggung jawab yang tinggi; 5) berprilaku jujur dan
disegani; 6) mampu mengevaluasi diri dan kinerja secara terus menerus; 7) mampu
ilmu; dan 8) menjunjung tinggi kode etik profesi guru (E. Mulyasa, 2016: 118).
28
c. Kompetensi Sosial
objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,
kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; 2) berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan,
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
d. Kompetensi Profesional
bila guru tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman dasar di bidangnya yang
dan pendalaman serta aplikasi bidang studi yang diajarkan; 3) mampu mengelola
kerjasama dengan orang tua/wali siswa, dengan organisasi profesi dan organisasi
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaranyang
2007).
47). Dalam kajian ini yang dimaksud dengan training adalah layanan supervisi yang
30
diberikan oleh kepala sekolah, sumber daya adalah suasana iklim kerja, dan
kurikulum.
Kata “kinerja” dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata dalam
Bahasa Inggris “performance” yang berarti (1) pekerjaan; perbuatan, atau (2)
sebelumnya (Kirkpatrick, C.H.N. Lee, dan Nixon, 2015: 165-191). Murphy dan
outcomes), atau dalam istilah Rue dan Syars sebagai tingkat pencapaian hasil atau
“to perfom” dengan beberapa entries yaitu: (1) melakukan, menjalankan, dan
kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill, as vow); (3) melaksanakan
dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what
antara lain (1) kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta (Stolovich and
Keeps, 2014); (2) kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada
pada diri pekerja (Griffin, 2017); dan (3) kinerja merupakan suatu fungsi motivasi
dicapai oleh suatu institusi. Ukuran keberhasilan suatu institusi mencakup seluruh
kegiatan setelah melalui uji tuntas terhadap tujuan usaha yang telah ditetapkan dan
beberapa unsur penting yang ada dalam suatu kinerja. Pertama, adanya institusi,
baik berupa lembaga (institute) seperti organisasi atau pranata (institutions) seperti
sistem pengaturan. Kedua, adanya tujuan yang telah ditetapkan dan diusahakan
tuntas. Dari beberapa pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah manifestasi hasil karya yang dicapai dalam menyelesaikan tugas atau
kinerja guru merupakan hasil kerja guru sesuai dengan tugas-tugas guru mengacu
pada kompetensi yang harus dimiliki guru. Kinerja guru merupakan prestasi yang
tertentu sesuai standar kompetensi dan kriteria yang telah ditetapkan untuk
32
pekerjaan tersebut. Kinerja seorang guru tidak dapat terlepas dari kompetensi yang
melekat dan harus dikuasai. Kompetensi guru merupakan bagian penting yang
seorang pengajar. Kinerja guru pada penelitian ini dibatasi pada kinerja guru dalam
hasil belajar. Kinerja guru dalam lingkup kompetensi profesional meliputi kinerja
pendidikan, dan kerjasama guru dengan orang tua siswa serta organisasi lain yang
yang bermutu, serta (3) menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Namun, di
dalam pembelajaran, kinerja guru tidak hanya ditunjukkan berdasarkan hasil kerja
melainkan juga dilihat dari perilaku kerja (Murphy dan Cleveland, 1991:92)
prestasi yang telah dicapai hasil dari melakukan suatu kerja (Keban, 2017: 191).
Kinerja sebagai hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standardisasi atau ukuran dan waktu yang
disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang
kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2016: 94). Selain itu, kinerja dapat dinyatakan
sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
adalah suatu upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 2016:
dari kinerja guru tidak lain adalah kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan
dan kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya (Departemen
merupakan pencapaian hasil kerja “prestasi” dari seorang guru baik itu dalam
bentuk hasil kerja secara fisik yang dapat dilihat ataupun dari capaian perilaku yang
peserta didik.
diantara faktor tersebut antara lain (1) partisipasi SDM, (2) pengembangan karir,
(3) komunikasi, kesehatan, dan keselamatan kerja, (4) penyelesaian konflik, (5)
1. Kompetensi Guru, yaitu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang
dalam kelas;
sekolah untuk melakukan satu usaha demi mencapai tujuan yang telah
3. Motivasi kerja guru, yaitu keinginan seorang guru untuk bekerja lebih baik
Kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti (1) sikap mental
(motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), (2) pendidikan, (3) keterampilan, (4)
manajemen kepemimpinan, (5) tingkat penghasilan, (6) gaji dan kesehatan, (7)
jaminan sosial, (8) iklim kerja, (9) sarana dan prasarana, (10) teknologi, dan (11)
(1) Variabel individu, meliputi kemampuan dan keterampilan, mental dan fisik
(2) Variabel organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan (dalam hal ini
motivasi, kepuasan kerja, dan iklim kerja. (Gibson et al, 2012: 51-53;
Supardi, 2013).
merupakan penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karir kepangkatan dan jabatan guru. Kinerja guru diukur dari hasil
pelaksanaan tugas pembelajaran selama di kelas dan tanggung jawab atas peserta
(Supardi, 2013). Selain itu, kinerja guru tidak hanya ditunjukkan dari hasil kerja,
akan tetapi juga ditunjukkan oleh perilaku dalam bekerja, seperti kesetiaan, prestasi
kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, dan kerja sama. Kesetiaan diartikan
sebagai kesediaan guru untuk mempertahankan nama baik, asas, dan lambang
negara. Konsekuensi diartikan sebagai bentuk perilaku setia, jujur, mampu bekerja
sama dengan tim, dan memiliki prakarsa dan bersifat kepemimpinan. Lebih lanjut
Supardi (2013: 70) menjelaskan bahwa kinerja guru dapat dinilai dari penguasaan
kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4)
diperlihatkan dengan prestasi belajar peserta didik. Kinerja guru yang baik akan
menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang baik. Selanjutnya kinerja yang
baik terlihat dari hasil yang diperoleh dari penilaian prestasi peserta didik (Supardi,
2013).
ukuran dalam kinerja guru, yaitu kemampuan teknik, kemampuan konseptual, dan
kinerja harus diupayakan sebagai alat evaluasi guna mencapai PKB. Berikut dapat
1. Pedoman penilaian kinerja guru mengatur tentang tata cara penilaian dan
norma-norma yang harus ditaati oleh penilai, guru yang dinilai, serta unsur
3. Format laporan kendali kinerja guru. Hasil penilaian kinerja guru untuk
guru yang diberi tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah yang
keberhasilan dari kinerja yang dilakukan oleh guru, diantaranya adalah seperti:
dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang
pembelajaran (RPP);
yang ditandai dengan adanya (a) kegiatan pengelolaan kelas, (b) penggunaan media
dan sumber belajar, dan (c) penggunaan metode, serta (d) strategi pembelajaran.
Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk
pembelajaran yang dilakukan. Pada tahap ini, guru dituntut memiliki kemampuan
a. Pengertian Kebijakan
Menurut PBB, seperti yang dikutip oleh Arif Rohman, kebijakan diartikan
sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman tersebut bisa yang berwujud amat
sederhana atau kompleks, bersifat umum ataupun khusus, luas ataupun sempit,
kabur atau jelas, longgar atau terperici, kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat.
mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana (Arif Rohman, 2016: 49).
lima hal yaitu: goal, plans, program, decision, dan effects. Pertama kali suatu
kebijakan yang hendak diwujudkan harus memiliki tujuan (goal) yang diinginkan.
Tujuan yang diinginkan harus direncanakan (plans) atau harus ada proposal, yakni
pengertian yang spesifik dan operasional untuk mencapai tujuan. Ketiga, harus ada
40
program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. Keempat adalah
melaksanakan dan mengevaluasi program. Serta kelima adalah effect, yaitu akibat-
akibat dari program baik yang diinginkan atau disengaja maupun tidak disengaja,
baik yang primer maupun yang sekunder (Arif Rohman, 2016: 49).
b. Kebijakan Pendidikan
sebenarnya memiliki perbedaan isi dan cakupan makna dari masing-masing yang
publik yang mengatur regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi dan
baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik
terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah
secara masak-masak proses, hasil, serta efek samping yang ada. Secara teoritik,
pemikiran yang lebih ilmiah empirik. Kajian ini menggunakan pola pendekatan
yang beragam sesuai dengan faham teori yang dianut oleh masing-masing penentu
kebijakan. Dalam kajian ini, paling tidak ada dua pendekatan yang dapat
aspirasi, tuntutan, serta aneka kepentingan yang didesakkan oleh masyarakat. Pada
jenis pendekatan ini para pengambil kebijakan terlebih dahulu menyelami dan
118).
Partisipasi warga dari seluruh lapisan masyarakat diharapkan terjadi baik pada masa
42
pasif. Artinya suatu kebijakan baru dapat dirumuskan apabila ada tuntutan dari
man-power ini tidak melihat apakah ada permintaan dari masyarakat atau tidak,
rasional dan visioner dari sudut pandang pengambil kebijakan. Pemerintah sebagai
pendekatan jenis kedua ini, bahwa secara umum lebih bersifat otoriter.
dari adanya aspirasi dan tuntutan masyarakat, akan tetapi langsung saja dirumuskan
sesuai dengan tuntutan masa depan sebagaimana dilihat oleh sang pemimpin
visioner. Terkesan adanya cara-cara otoriter dalam pendekatan jenis kedua ini.
Namun dari sisi positifnya, dalam pendekatan man-power ini proses perumusan
perumusannya, serta lebih berdimensi jangka panjang (Arif Rohman, 2016: 114-
118).
43
kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang
pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama dalam era globalisasi. Salah satu
pendidikan (H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2014: 36). Marget E. Goertz
efektivitas anggaran pendidikan (H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2014: 37).
peneliti sebagai bagian dari kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang
kebijakan publik. Di dalam konteks kebijakan publik secara umum, yaitu kebijakan
tujuan pembangunan negara di bidang pendidikan, sebagai salah satu bagian dari
mendasarkan diri pada landasan pemikiran yang lebih ilmiah empirik. Kajian ini
menggunakan pola pendekatan yang beragam sesuai dengan faham teori yang
dianut oleh masing-masing penentu kebijakan. Dalam kajian ini, paling tidak ada
mencakup lima hal penting, yaitu tujuan (goal), rencana (plans), program
yang bertingkat yang mampu melaksanakan suatu kebijakan yang selalu berubah.
Pola ini tentu lebih baik bila dibandingkan dengan suatu tim kepanitiaan untuk
program kebijakan yang sekali selesai atau yang bersifat adhoc-krasi dalam
menangani projek-projek
beserta teknik-teknik manajemen yang tepat (Arif Rohman, 2016: 89). Ada tiga
46
beserta perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi
kerja, biaya, dan waktu. Langkah kedua adalah melaksanakan program kebijakan
tepat guna menjamin bahwa tindakan-tindakan yang tepat dan benar dapat segera
implementasi kebijakan yang baik adalah bila perilaku manusia beserta segala
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa aspek perilaku manusia sangat penting
diperhatikan.
melihat pada faktor-faktor politik atau kekuasaan yang dapat memperlancar atau
pengaruh, sehingga ada kelompok-kelompok individu yang dominan serta ada yang
47
penentang.
implementasi ada tiga, yaitu: faktor yang terletak pada rumusan kebijakan, faktor
yang terletak pada personil pelaksana, dan faktor yang terletak pada sistem
organisasi pelaksana.
Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan berkaitan dengan diktum atau
rumusan kebijakan yang telah dibuat oleh para pengambil keputusan (decision
maker). Menyangkut apakah rumusan kalimatnya jelas atau tidak, tujuannya tepat
atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah difahami atau tidak, mudah
diinterpretasikan atau tidak, terlalu sulit dilaksanakan atau tidak, dan sebagainya.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Oberlin Silalahi bahwa pembuat kebijakan
kerjasama dari para pelaku pelaksana kebijakan tersebut. Faktor yang terletak pada
diterapkan, model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang dipilih (Arif
KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 3.1. Fokus studi pada penelitian ini adalah menemukan strategi
peningkatan kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Kendari serta hambatan
dalam strategi peningkatan kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Kendari
Penelitian diawali dengan studi empiris pada literatur (jurnal dan conference
bahwa pendidikan adalah hal utama sehingga diperlukan upaya peningkatan mutu
sebagai pendidik. Namun, berdasarkan fakta yang terdapat di lapangan yaitu pada
mengenai pendidikan. Hal utama yang menjadi kendala adalah masih belum
optimalnya kinerja guru di Kota Kendari, ditunjukkan dengan laporan dari Kepala
49
50
Dinas Pendidikan Kota kendari yang menyatakan bahwa belum ada peningkatan
optimalnya pelaksanaan pendidikan, seperti dari sisi guru ternyata (1) guru masih
metode pembelajaran yang menarik, (2) gagalnya guru dalam pelaksanaan uji
guru, padahal upaya pendidikan dan pelatihan adalah mutlak perlu bagi guru
pengaruh positif terhadap kinerja. Penyusunan kebijakan ini juga bertujuan untuk
anggaran ataupun tenaga karena hasil dari penyusunan prioritas kebijakan ini akan
sebagai berikut:
51
Fenomena :
1. Kepemimpinan dan motivasi kepala sekolah terhadap kinerja
guru di SMA belum berkontribusi secara maksimal
2. Guru masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelitian
tindakan kelas
3. Faktor lingkungan yang memengaruhi kinerja guru
4. Kepemimpinan kepala sekolah belum meningkatkan kinerja guru
yang efektif dan inovatif
5. Kurangnya kepala sekolah dalam memotivasi guru untuk
meningkatkan kinerja guru
Kinerja Guru
Departemen Pendidikan Nasional
1. Perencanaan program pembelajaran
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
3. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Strategi :
1. Pengamatan dan pemantauan
2. Pelaksanaan penilaian kinerja guru menggunakan instrumen penilaian
kinerja
3. Pelaksanaan penilaian kinerja guru menggunakan instrumen PK guru
bimbingan konseling/ konselor
4. Pelaksanaan penilaian kinerja guru menggunakan instrumen PK guru
dengan tugas tambahan yang relevan dengan sekolah
5. Keseluruhan penilaian dilakukan dengan menggunakan manual lembar
instrumen penilaian berdasarkan lampiran dalam buku pedoman PK guru
METODE PENELITIAN
1. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka. Dalam hal ini,
berupa data laporan, jumlah guru serta data kuantitatif lainnya yang
2. Data kualitatif adalah data teoritis. Dalam hal ini, berupa informasi dan
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
1. Data Primer Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara
2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai media
antara lain buku, jurnal, artikel, dan/atau data yang berasal dari website.
52
53
diperlukan selama proses penelitian adalah informan sebagai juru kunci untuk
sebagai berikut:
yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
1. Kepala Sekolah masing-masing SMA negeri yang ada di Kota Kendari yang
berjumlah 11 informan
berjumlah 11 informan
3. Komite sekolah
Berikut jumlah SMA negeri yang ada di Kota Kendari, dijelaskan pada tabel
dibawah ini :
Lanjutan Tabel 4.1 Jumlah SMA Negeri yang ada di Kota Kendari
9 SMAN 4 KENDARI JL. AHMAD YANI NO. 13, Bende, Kec. Kadia, Kota
Kendari
10 SMAN 11 KENDARI L. WULELE NO. 99, Bonggoeya, Kec. Wua-Wua, Kota
Kendari
11 SMAN 10 KENDARI JL. BOULEVARD, MOKOAU, Kec. Kambu, Kota Kendari
karena pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan dapat diperoleh data
yang relevan, akurat dan reliabel. Metode pengumpulan data yang digunakan
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, yang ada pada obyek
penelitian.
pengolahan data melalui Editing Yaitu proses untuk meneliti kembali data yang
diperoleh dari hasil survey. Dalam tahap editing data yang diperoleh akan
empat macam kegiatan analisis data kualitatif, seperti yang tertera pada gambar
berikut ini.
Verifikasi/
Reduksi Data Penarikan
Kesimpulan
Gambar 4.1. Analisis Data model Interaktif dari Miles dan Huberman (2014:255)
untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti :
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang
diperlukan.
2. Model Data (Data Display). Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya
“the most frequent form of display data for qualitative research data in the
pas has been narative tex” artinya : yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif.
Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik,
apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat
hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan
berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang
menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama
penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang tidak lagi
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
57
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila
dipercaya).
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas,
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui
observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada
grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data,
penelitian ini penulis menggunakan cara triangulasi agar data yang dihasilkan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan
waktu. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan triangulasi sumber data
dan triangulasi teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang valid
1. Triangulasi Sumber
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh,
atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama.
Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian
yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah
2. Triangulasi Teknik
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan
59
data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dengan waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
kepastian datanya.
Untuk memudahkan dan memahami isi dari penelitian ini, maka penulis
Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil kerja
guru sesuai dengan tugas-tugas guru mengacu pada kompetensi yang harus
bahan ajar.
60
(b) penggunaan media dan sumber belajar, dan (c) penggunaan metode,
serta (d) strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan
dan juga proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru SMA yang ada di
Kota Kendari.
DAFTAR PUSTAKA
Dirto Hadisusanto, dkk. (2016). Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: FIK IKIP
Yogyakarta.
Dessler, Gary. (2019) Human Resource Management eBook, 16th Edition Pearson
Higher Ed USA
E. Mulyasa. (2016). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Rosda
Karya.
Gibson, J.L, Ivancevich, J.M dan Donelly, J.Jr, 2012. “Organisasi dan Manajemen”:
Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi Keempat.Jakarta : Penerbit Erlangga
Griffin, R.W., 2017. Management, Second Edition, Boston: Houhton Mifflin Press.
H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho. (2014). Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk
memahami kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai
kebijakan publik. Yogyakarya: Pustaka Pelajar.
Hasibuan, H. Malayu S.P. 2016, Manajemen Sunber Daya Manusia. Edisi revisi.
Jakarta: Gunung Agung.
Handoko, T.H., (2010). Managemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE
UGM, Yoyakarta.
Lee, C.H.N Kirkpatrick., and Nixon. (2015). Industrial Structure and Policy in Less
Developed Countries. Manchester: Manchester University Press.
Mathis, Robert L. and John H. Jackson. (2011). Human Resource Management 13th
Edition., USA: South–Western Cengage Learning.
Permenpan No. 16 Tahun 2009 mengenai jabatan guru dan angka kredit guru.
Jakarta: Kemnterian Pemberdayaan dan Aparatur Negara.
Prayoga, S., & S, Yuniati. 2019. Pengaruh Budaya Organisasi Sekolah Terhadap
Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Mataram. Jurnal Kependidikan, 5(1), 54–
60.
Rivai, Veithzal and Sagala, Eva J. (2014). Manajemen Sumber Daya manusia untuk
perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Stoner, James A.F. (2013). Manajemen. Jilid I. Edisi Kesembilan. Salemba Empat,
Jakarta
Sudarwan Danim. (2016). Visi Baru Manajemen Sekolah, dan unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Rivai. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Stolovitch, Harold D., and Keeps, Erica J., 2014, Handbook of Human Performance
Technology A Comprehensive Guide for Analysis and Solving Performance
Problem in Organizations. San Francisco: Jersey-Bass Publisher Toha,
Muharto. (2002). Perilaku Organisasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.