Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI

TERHADAP KINERJA GURU PADA AL AZHAR

RAWAMANGUN

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Bima Kusuma Riyanto

1802025246

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Permasalahan.............................................................................................6
1.2.1 Identifikasi Masalah...........................................................................6
1.2.2 Pembatasan Masalah..........................................................................7
1.2.3 Perumusan Masalah...........................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................11
2.1 Penelitian Terdahulu...............................................................................11
2.2 Telaah Pustaka........................................................................................25
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis..................................................................38
2.4 Hipotesis..................................................................................................39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................41
3.1 Metodologi..............................................................................................41
3.2 Operasional Variabel...............................................................................42
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................47
3.3.1 Populasi............................................................................................47
3.3.2 Sampel..............................................................................................48
3.4 Teknik Pengumpulan Data......................................................................49
3.4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................49
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data...............................................................49
3.4.3 Uji Kualitas Instrumen.....................................................................52
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisi Data......................................................56
3.5.1 Teknik Pengolahan Data..................................................................56

i
3.5.2 Analisis Deskriptif...........................................................................56
3.5.3 Uji Asumsi Klasik............................................................................58
3.5.4 Analisis Regresi Linear Berganda...................................................61
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3,2 Operasional Variabel.............................................................................. 40


Tabel 3.4.2 Skala Likert..........................................................................................48
Tabel 3.5.2 Taksiran Nilai Rata - Rata..................................................................54
Tabel 3.5.3 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi………………57

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hubungan Dimensi-Dimensi Kinerja………………………………….. 34

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia pendidikan merupakan sarana peningkatan dan pengembangan

kualitas sumber daya manusia, maka pendidikan mempunyai peranan yang sangat

penting dalam menjamin eksistensi negara dan bangsa. Untuk meningkatkan

mutu, efisiensi, dan produktivitas dalam pendidikan, diperlukan sumber daya,

terutama sumber daya manusia nasional terbaik (Sudarsana, 2017).

Namun, mengingat tingkat kemajuannya, masyarakat Indonesia masih

menghadapi masalah yang signifikan dengan sistem pendidikannya, terutama

dalam hal efektivitas, relevansi, dan kualitasnya. Komponen terpenting dari

kehidupan intelektual negara adalah pendidikan. Tidak ada bangsa atau negara

yang bisa maju tanpa terlebih dahulu memperbaiki sistem pendidikannya.

Pembangunan pendidikan akan bermanfaat bagi prakarsa untuk meningkatkan

jumlah sumber daya manusia. Menurut Mulyasa (2011), pendidikan berdampak

langsung pada bagaimana suatu komunitas berkembang, bagaimana suatu

kelompok berfungsi, dan bagaimana setiap orang menjalani kehidupannya.

Pendidikan secara langsung mempengaruhi bagaimana manusia diciptakan dan

mempengaruhi jenis manusia yang akan diciptakan.

Melalui sistem pendidikan yang berkualitas yang meliputi pendidikan

formal, informal, dan nonformal serta dimulai dari pendidikan dasar dan diakhiri

dengan pendidikan tinggi, perlu diupayakan penataan sumber daya tersebut secara

1
2

bertahap dan berkesinambungan (Qolb & Hamami, 2021). Mulyasa melanjutkan

dengan menekankan perlunya membangun sistem pendidikan yang berkualitas

karena berbagai indikasi menunjukkan bahwa pendidikan saat ini belum mampu

menyediakan sumber daya yang memenuhi kebutuhan pengembangan dan

pengembangan masyarakat (Mulyani & Jamilus, 2021).

Salah satu tujuan yang sedang diupayakan pemerintah adalah

meningkatkan standar pendidikan secara menyeluruh. Tujuan dari inisiatif ini

adalah untuk memastikan bahwa setiap lembaga pendidikan berusaha untuk secara

konsisten menawarkan jaminan mutu kepada pihak yang berkepentingan atau

masyarakat umum, yaitu jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah

sesuai dengan harapan mereka. Mutu pendidikan di tingkat nasional diharapkan

terus meningkat apabila setiap lembaga pendidikan secara konsisten berupaya

memberikan penjaminan mutu.

Prestasi akademik yang tinggi merupakan tanda bahwa pendidikan di

sekolah semakin berkualitas. Guru merupakan unsur terpenting dalam sistem

pendidikan karena sangat erat hubungannya dengan prestasi siswa, khususnya

dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, upaya peningkatan standar

pendidikan tidak akan efektif jika tidak didukung oleh guru yang kompeten dan

berpengalaman.

Salah satu kunci penentu tercapainya tujuan pendidikan dalam ranah

pendidikan adalah guru. Pendidikan adalah usaha untuk membantu orang

mencapai potensi penuh mereka melalui proses pembelajaran dan / atau praktik

lain yang diterima secara sosial. Secara alami, seorang guru di sini terlibat dalam
3

interaksi siswa secara langsung. Fungsi budaya organisasi, yang selaras dengan

gaya kepemimpinan seorang pemimpin di sekolah untuk mencapai tujuan

pendidikan ini, sangatlah penting. Gaya kepemimpinan ini nantinya berdampak

baik terhadap efektivitas guru di sekolah yang dipimpinnya. (Azmi & Syahrial,

2016; Lubis, 2018).

Prinsip dan kepemimpinan pendidikan saling berhubungan. Efektivitas

guru dan gaya kepemimpinan kepala sekolah saling terkait dan berdampak satu

sama lain di lingkungan sekolah. Menurut Albarobis (2012), keberhasilan kepala

sekolah sebagai pemimpin niscaya akan berdampak pada efektivitas guru, proses

dan hasil belajar siswa, dukungan dan keterlibatan masyarakat, bahkan sikap dan

kebijakan birokrasi di atasnya. (Saputra et al., 2016; Khairuddin, 2020).

Sekolah membutuhkan administrator yang peduli dengan berbagai aspek

kinerja guru. Menurut teori kepemimpinan Ki Hajar Dewantara dalam Suradji dan

Martono (2014), “ing ngarsa sung talada, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri

Handayani” yang menyatakan bahwa pemimpin harus mengutamakan memberi

contoh kepada yang dipimpin, dalam bekerja agar mampu. mengedepankan

semangat pantang menyerah, dalam melaksanakan tugas sehari-hari mendorong

bawahannya untuk berhasil, kemampuan dan tanggung jawab pemimpin ini dapat

Namun dalam praktiknya, kepala sekolah terkadang terus tidak menyadari bahwa

kepala sekolah adalah tugas kedua. (Mulia & Marbun, 2017; Dalimunthe, 2018;

Hardiansyah 2019).

Untuk memenuhi impian dan keinginan semua orang, guru harus

melakukan yang terbaik. Efektivitas guru dalam menjalankan tugasnya


4

memberikan dampak yang signifikan terhadap tercapainya pendidikan yang

berkualitas, menjadikan kinerja guru sebagai syarat yang sangat menentukan

keberhasilan pendidikan (Saondi dan Aris, 2010). Namun dalam prakteknya

masih terdapat instruktur yang mengajar siswa dengan cara tradisional dan belum

menyiapkan bahan ajar dengan baik.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1, “Guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.

pendidikan,” guru memiliki peran untuk bermain dalam pendidikan siswa.

Pemerintah memulai program sertifikasi guru pada tahun 2008 sebagai upaya

untuk menghasilkan instruktur yang ahli dalam profesinya. Pemerintah

mengantisipasi dengan bantuan program sertifikasi ini, akan lahir instruktur

berkualitas yang dapat menghasilkan lulusan yang dapat diandalkan di

industrinya.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi

permasalahannya sebagai berikut:

1. Patut diduga Pandemi Covid-19 memberi dampak luar biasa

bagi dunia pendidikan di Indonesia.

2. Pembelajaran tetap dilaksanakan dengan metode during atau

pembelajaran jarak jauh (PJJ).


5

3. Patut diduga Kelangsungan pendidikan di masa pandemi

bergantung pada beberapa faktor seperti, kesiapan sekolah,

kesiapan guru, kesiapan siswa dan kesiapan orang tua.

4. Patut diduga PJJ melahirkan berbagai permasalahan baru yang

dirasakan oleh institusi pendidikan dan warga sekolah secara

umum.

5. Gaya kepemimpinan di institusi Pendidikan harus dapat

memotivasi dan meningkatkan kinerja bawahannya dalam

rangka pencapaian tujuan pendidikandi masa pandemi Covid -

19.

6. Pada PJJ guru professional diharapkan tetap mampu

memberikan kemampuan dan memiliki motivasi kerja yang

tinggi agar dapat memiliki kinerja yang baik selama masa

pandemi Covid-19.

7. Gaya kepemimpinan di sebuah institusi pendidikan

berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja guru selama masa

pandemi Covid-19.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam

maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu

dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya


6

berkaitan dengan “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap

Kinerja Guru SDI Al Azhar Rawamangun”.

1.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis pilih maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah Gaya Kepemimpinan berpengaruh terhadap Kinerja

Guru SDI Al Azhar Rawamangun?

2. Apakah Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Guru SDI Al

Azhar Rawamangun?

3. Apakah Gaya Kepemimpinan dan Motivasi berpengaruh secara

simultan terhadap Kinerja Guru SDI Al Azhar Rawamangun?

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah.

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Gaya Kepemimpinan

Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SDI Al Azhar Rawamangun.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Motivasi terhadap Kinerja

Guru SDI Al Azhar Rawamangun.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Gaya Kepemiminan dan

Motivasi terhadap Kinerja Guru SDI Al Azhar Rawamangun.


7

1.3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah.

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan

dan juga pengalaman mengenai manajemen sumber daya

manusia khususnya mengenai pengaruh gaya kepemimpinan

dan motivasi terhadap kinerja Guru.

b. Manfaat bagi akademik

Sebagai saran dan juga pengembangan ilmu pengetahuan

tentang pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap

kinerja Guru SDI Al Azhar Rawamangun sebagai penanggung

jawab dalam mengelola institusi Pendidikan ini kepada

mahasiswa khususnya jurusan manajemen sumber daya

manusia.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Organisasi

Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi salah satu masukan

bagi para pimpinan sekolah, guru, dan stakeholder dunia

Pendidikan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di

Indonesia.
8

b. Manfaat bagi Perpustakaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kelengkapan

hasil penelitian mahasiswa dan sebagai bahan pertimbangan

bagi peneliti dengan masalah yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak

menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.

Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan

penulis.

Tabel 2.1

Gambaran Penelitian Terdahulu

Nama Judul dan Variabel Variabel Hasil Penelitian

Peniliti Publikasi Sejenis Berbeda

Yunus Pengaruh Kepemimpina Peningkata pengaruh

Russamsi, Kepemimpinan n dan Kinerja n kepemimpinan

Hanhan Kepala Sekolah Guru Profesional kepala sekolah

Hadian, dan Peningkatan dan peningkatan

dan Acep Profesional profesional guru

Nurlaeli Guru dimasa sangat dominan

9
10

Pandemi terhadap kinerja

COVID-19, guru pada masa

Indonesia pandemi covid-

Journal of 19

Education

Management

Fitri Pengaruh Motivasi dan Lingkunga Motivasi kerja di

Handayani Lingkungan Kinerja n Kerja SMP Negeri 1

dan Siti Kerja Non Fisik, Non Fisik karangsambung

Nur Azizah Motivasi dan dan dalam masa

Disiplin Disiplin Pandemi harus

Kerjaterhadap Kerja lebih di

Kinerja Guru tingkatkan karena

SMP NEGERI 1 mempunyai

Karangsambung peran yang

pada masa penting

Pandemi

COVID19

Ni Kadek Motivasi dan Motivasi dan Disiplin Terdapat

Widya Disiplin Kerja Kinerja Guru kerja hubungan yang

Oktaviani terhadap Kinerja signfikan antara

dan Made Guru di Sekolah motivasi dan

Putra,Jurna Dasar, Ilmu disiplin kerja dan


11

l Pendidikan Dan kinerja guru

Pembelajaran

Mutiara Pengaruh Motivasi dan Penggunaa Motivasi Kerja

Sari Penggunaan Kinerja n didapati

Pratiwi Teknologi Teknologi pengaruh

Informasi, Informasi terhadap Kinerja

Motivasi Kerja dan Guru. Dimana

dan Kepuasan Kepuasan semakin besarnya

Kerja terhadap Kerja motivasi yang

Guru SMA diterima guru

Negeri 82 baik dari internal

Jakarta selama dan eksternal

masa Pandemi maka akan besar

COVID-19, pula kinerja guru

Journal Of tersebut

Sustainable

Community

Development

Aisya Strategi Kepemimpina Gaya kepimpinan

Rahma Kepemimpinan n dan Kinerja yang diterapkan

Fadhill Kepala Sekolah oleh kepala

Dalam Upaya sekolah SDN

Meningkatkan Yosorejo 2 Kota


12

Kinerja Tenaga Pekalongan

Pendidikan Saat adalah gaya

SFH (Studt kepemimpinan

From Home) Di demokratis

Masa Pandemi sehingga semua

COVID-19, jajaran sekolah

Jurnal termasuk wali

Pendidikan Guru peserta didik

MI merasa cocok

dan nyaman

Alya Pengaruh Kepemimpina Pengaruh

Adelia Kepemimpinan n dan Kinerja signifikan antara

Safrina Kepala Sekolah Kepemipinan

Putri terhadap Kinerja Kepala Sekolah

Yunus, Guru Sekolah dengan Kinerja

Muhamma Dasar, Jurnal Guru

d Thamrin Basicedu

Hidayat,

Muhamma

d Sukron

Djazilan

dan

Akhwani
13

Dessi Pengaruh Kepemimpina Kompetens Kemepemimpina

Handini, Kepemimpinan n dan Kinerja i n Kepala Sekolah

Suswati Transformasiona Profesional mempunyai

Hendriani l Kepala Guru pengaruh

dan Sekolah dan signfikan

Muhamma Kompetensi terhadap Kinerja

d Yusuf Profesional Guru

Salam Guru Terhadap

Kinerja Guru

IPS SMP Pada

Masa Pandemi

COVID-19 di

Kabupaten

Agam, Jurnal

Manajemen

Pendidikan

Islam

M Rio Kepemimpinan Kepemimpina Ada pengaruh

Harits Kepala Sekolah n dan Kinerja antara

Ikhsandi Dalam Kepemimpinan

dan Zaka Meningkatkan kepala sekolah

Hadi Kinerja Guru dengan Kinerja

kusuma Sekolah Dasar, Guru, untuk itu


14

Ramadan Jurnal Basiced Kepala Sekolah

selalu

memberikan

arahan dan

motivasi secara

berkala

Vera Analisis Gaya Literasi Ada hubungan

Eunike Hubungan Gaya Kepemimpina Digital antara gaya

Johanes, Kepemimpinan n dan Kinerja kepemimpinan

Suroyo dan Kepala Sekolah kepala sekolah

A.A. Ketut dan Literasi dan kinerja guru

Budiastra Digital dengan sekolah dasar di

Kinerja Guru Kecamatan

Sekolah Dasar, Kalideres

Jurnal Basicedu Jakarta Barat

Amini, Kepemimpinan Kepemimpina Kepemimpinan

Khairunnis Kepala Sekolah n dan Kinerja Kepala sekolah

a Damanik yang Efektif memiliki peran

dan Syaiful dalam terhadap Kinerja

Bahri Meningkatkan Guru, maka dari

Kinerja Guru di itu kepala

SMA Negeri 5 sekolah

Pematangsiantar melakukan
15

, Jurnal mengadakan

Pendidikan pelatihan yang

Tambusasi bertujuan

meningkatkan

Kinerja Guru

Mutia Hubungan Motivasi dan Ada hubungan

Shanaz Motivasi Kerja Kinerja yang kuat antara

Yumna, terhdap Kinerja motivasi kerja

Siti Wahyu Guru Paud pada terhadap kinerja

ningsih dan Masa Pandemi guru PAUD pada

Anayanti di Kecamatan masa pandemi

Rahmawati Laweyan, Jurnal

Kumara

Cendikawa

Gambaran penelitian terdahulu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil

penelitian dideskripsikan secara singkat dan selanjutnya akan digunakan

sebagai acuan untuk melakukan penelitian ini. Berikut ringkasan hasil

penelusuran yang dilakukan sebelumnya:

Menurut penelitian Yunus Russamsi, Hanhan Hadian, dan Acep Nurlaeli,

Indonesia Journal of Education Management, Volume 2, Nomor 3, 2020


16

“Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Peningkatan Profesional

Guru dimasa Pandemi COVID-19” menyimpulkan hasil penelitian ini

bahwa pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan peningkatan

profesional guru sangat dominan terhadap kinerja guru pada masa

pandemi covid-19. Penelitian ini memberikan gambaran tentang pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah dan profesional guru terhadap kinerja guru

di sekolah. Dengan terjawabnya permasalahan dan akan sangat membantu

bagi pengembangan professional guru di sekolah pada masa pandemi

covid-19, khususnya di Sekolah Dasar Asy-Syifa 2 Antapani Kota

Bandung.

Menurut penelitian Fitri Handayani dan Siti Nur Azizah, Volume 3,

Nomor , Juni 2020 “Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik, Motivasi dan

Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru SMP NEGERI 1 Karangsambung

pada masa Pandemi COVID19” menyimpulkan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Lingkungan kerja non fisik yang tercipta di Sekolah SMP

Negeri 1 Karangsambung sudah cukup baik, berdasarkan

hasil kuisioner yang telah disebarkan kepada responden yang

merupakan guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS).

Lingkungan kerja non fisik yang tidak dapat diartikulasikan

secara nyata hanya dapat dirasakan oleh para guru harus tetap

dipertahankan agar suasana lingkungan kerja tetap kondusif.


17

Lingkungan kerja non fisik dapat diartikan sebagai suatu

hubungan internal yang baik antara guru dengan guru, guru

dengan siswa-siswi, guru dengan kepala sekolah maupun

guru dengan para staff sekolah. Lingkungan kerja non fisik

tersebut sudah terjaga dengan baik di SMP Negeri 1

Karangsambung. Hal itu sebagai penjelasan dari hasil

kuisioner serta hasil wawancara dari responden secara

langsung. Adanya penelitian ini diharapkan dapat

menguatkan hubungan dari masing-masing faktor lingkungan

kerja non fisik yang telah dirasakan oleh guru-guru, siswa-

siswi serta staff pengelolaan SMP Negeri 1 Karangsambung.

2. Guru di SMP Negeri 1 Karangsambung mempunyai motivasi

secara personal dalam bekerja, namun dikala masa pandemi

Covid-19 harus tetap bersama untuk menjaga dan

meningkatkan kinerja guru. Pemberian motivasi secara

berkala melalui kegiatan-kegiatan evaluasi kinerja, kegiatan

rapat rutin atau kegiatan lain seperti penilaian kinerja, rapat

mingguan, dan kegiatan outbond yang mendukung kinerja

sangatlah penting, terutama pada masa pandemi Covid-19

yang dapat menurunkan kinerja guru secara masif. Sistem

pendidikan yang berubah di masa pandemi Covid-19 dapat

membuat guru sebagai pengajar mengalami kesulitan dan

kejenuhan. Oleh karena itu, dibutuhkanlah motivasi secara


18

rutin melalui kegiatan yang dapat mengurangi beban pikiran

dikala pandemi Covid-19.

3. Penerapan disiplin kerja dalam lingkungan sekolah SMP

Negeri 1 Karangsambung sudah cukup baik, dimana seorang

guru harus memberikan contoh kedisiplinan kepada murid-

muridnya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat presensi guru.

Namun perlu adanya evaluasi secara berkala untuk mengukur

tingkat disiplin kerja pada guru yang berstatus pegawai

negeri sipil (PNS). Selain itu juga, penerapan protokol

kesehatan di masa pandemi Covid- 19 yang telah diterapkan

sudah berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam hal

ini, guru harus dapat memberikan contoh kedisiplinan

mengenai aturan protokol kesehatan Covid-19.

Menurut penelitian Ni Kadek Widya Oktaviani dan Made Putra,Jurnal

Ilmu Pendidikan Dan Pembelajaran, Volume 5, Nomor 2, 2021 “Motivasi

dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar” penilitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signfikan antara motivasi

dan disiplin kerja dan kinerja guru. Hasil penelitian ini bermakna bahwa

guru yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja dan disiplin kerja yang

tinggi maka guru mampu memberikan hasil kinerja yang terbaik untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Dampak dari hasil penelitian ini

dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan motivasi kerja guru dan

disiplin kerja guru untuk mendukung meningkatnya kinerja guru yang


19

berdampak baik terhadap kualitas pendidikan dan pembelajaran, sehingga

terciptanya sumber daya manusia yang berkulitas dan memiliki daya saing

dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Saran

yang dapat disampaikan kepada kepala sekolah, guru dan peneliti lain

dengan adanya penelitian ini agar selalu dapat memperkuat disiplin dan

motivasi kerja untuk meningkatkan kinerja guru untuk mencapai hasil

sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Menurut penelitian Mutiara Sari Pratiwi ,Journal Of Sustainable

Community Development, Volume 3, Nomor 2, November 2021

“Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi, Motivasi Kerja dan

Kepuasan Kerja terhadap Guru SMA Negeri 82 Jakarta selama masa

Pandemi COVID-19” menyimpulkan penelitian ini sebagai berikut:

1. Diperoleh hasil pengujian variabel Penggunaan Teknologi

Informasi (X1) yaitu terdapati pengaruh antara Penggunaan

Teknologi Informasi terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 82

Jakarta. Artinya, satu diantara faktor dari peningkatan kinerja

guru dipengaruhi oleh penggunaan teknologi informasi yang

digunakan guru. Guru yang mampu mengoperasikan IT

dengan baik, akan memperoleh hasil kinerja yang optimal.

2. Diperoleh hasil dari variabel Motivasi Kerja didapati

pengaruh terhadap Kinerja Guru. Dimana semakin besarnya


20

motivasi yang diterima guru baik dari internal dan eksternal

maka akan besar pula kinerja guru tersebut.

3. Diperoleh hasil dan membuktikan Kepuasan Kerja memiliki

pengaruh terhadap Kinerja Guru. Artinya, besar diperolehnya

kepuasan guru atas pekerjaanya memberikan semangat yang

melahirkankinerja yang maksimal.

Menurut penelitian Aisya Rahma Fadhill ,Jurnal Pendidikan Guru MI,

Volume 3, Nomor 2, Desember 2020 “Strategi Kepemimpinan Kepala

Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidikan Saat

SFH (Studt From Home) Di Masa Pandemi COVID-19” menyimpulkan

bahwa gaya kepimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah SDN

Yosorejo 2 Kota Pekalongan adalah gaya kepemimpinan demokratis

sehingga semua jajaran sekolah termasuk wali peserta didik merasa cocok

dan nyaman. Perilaku keseharian kepala sekolah menunjukkan sikap

pemimpin demokratis seperti perhatian, disiplin, inisiatif, bijaksana,

terbuka, dan memilikiemosi yang stabil. Kedua, strategi yang diterapkan

dalam meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan ada 5 strategi

terdiri dari ; (1) mengikut sertakan guru dan staf sekolah dalam pelatihan

yang dilaksanakan oleh yayasan dan dinasterkait, (2) memberikan

kesempatan kepada guru untuk mengembangkan metode pembelajaran

dikelas, (3) melaksanakan supervise atau pengamatan kelas saat guru

mengajar, (4) melaksanakan evaluasi kinerja guru, tenaga kependidikan


21

(guru pendamping), dan staf sekolah, dan (5) memberikan reward guru

dan staf.

Menurut penelitian Alya Adelia Safrina Putri Yunus, Muhammad Thamrin

Hidayat, Muhammad Sukron Djazilan dan Akhwani, Jurnal Basicedu,

Volume 5, Nomor 5, 2021 “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar” menyimpulkan penelitian ini bahwa

bahwa kepemimpinan kepala sekolah SD Negeri Ngagel I/394 surabaya

58,8% mendapatkan kategori sedang dan kinerja guru di SD Negeri

Ngagel I/394 surabaya 52,9% mendapatkan kategori sedang. Sedangkan

berdasarkan analisis regresi sederhana menghasilkan nilai regresi nilai t

hitung sebesar 5,806 dan dan table distribusi dicari dengan tingkat

signifikansi 0,05 melalui uji dua sisi untuk derajat kebebasan (df) n-k-1 =

17–2-1 = 14 makadiperoleh t Tabelsebesar 2,145. Sehingga dapat

diketahui bahwa 5,806>2,145. Dengan demikian Ha diterima, sedangkan

H0 ditolak. Jadi disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru.

Menurut penelitian Dessi Handini, Suswati Hendriani dan Muhammad

Yusuf Salam, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2020 “Pengaruh

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Kompetensi

Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru IPS SMP Pada Masa Pandemi

COVID-19 di Kabupaten Agam” menyimpulkan hasil penelitian ini bahwa


22

Kepemimpinan trans formasional (X1) berpengaruh signifikan terhadap

kinerja guru (Y) (Rx1y) mempunyai koefisien korelasi sebesar 0,642

dengan pengaruh (R2 ) sebesar 0,406 pada taraf signifikan sebesar 0,000 <

pada taraf signifikan α = 0,05. Jadi, pengaruh kepemimpinan

transformasional kepala sekolah adalah 40,6% sedangkan sisanya (100% -

41,2%) 59,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar persamaan regresi ini

atau variabel yang tidak diteliti. Kompetensi profesional guru (X2)

berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru (Y) (Rx2y) mempunyai

koefisien korelasi sebesar 0,441 dengan pengaruh (adjusted R2 ) sebesar

0,186 pada taraf signifikan sebesar 0,000 < pada taraf signifikan α = 0,05.

Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan “terdapat

pengaruh kompetensi profesional guru (X2) terhadap kinerja guru (Y) di

SMP Negeri di Kabupaten Agam dapat diterima. Jadi, pengaruh

kompetensi profesional guru adalah 19,5% dan secara empiris kekuatan

pengaruh kompetensi professional terhadap kinerja guru diwakili oleh

pengaruh (r) sebesar 0,441. Sedangkan sisanya (100% - 19,5%) 80,5%

dipengaruhi oleh variabel lain diluar persamaan regresi ini atau variabel

yang tidak diteliti. Kepemimpinan transformasional (X1) dan kompetensi

profesional guru (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru (Y)

(Rx1x2y) adalah sebesar 0,668 dengan pengaruh (adjusted R2 ) sebesar

0,446 pada taraf signifikan sebesar 0,000 < pada taraf signifikan α = 0,05.

Terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional (X1) dan kompetensi

profesional (X2) adalah 44,6% dan secara empiric kekuatan pengaruh


23

kepemimpinan transformasional dan kompetensi professional terhadap

kinerja guru diwakili oleh pengaruh (r) sebesar 0,668. Sedangkan sisanya

(100% - 44,6%) 55,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar persamaan

regresi ini atauvariabel yang tidak diteliti.

Menurut penelitian M Rio Harits Ikhsandi dan Zaka Hadi kusuma

Ramadan, Jurnal Basicedu, Volume 5, Nomor 3, 2021 “Kepemimpinan

Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar”

menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil yang peneliti temukan, maka

dapat disimpulkan bahwa dalam memimpin Kepala sekolah SD Negeri

030 Bagan Jaya lebih dominan menerapkan tipe kepemimpinan demokratis

dalam mengelola sekolah. Seluruh kebijakan yang diambil oleh kepala

sekolah atas dasar musyawarah dengan seluruh komponen sekolah. Dalam

upaya meningkatkan kinerja guru Kepala Sekolah SD Negeri 030 Bagan

Jaya selalu memberi motivasi, membimbing, melakukan pembinaan

kepada bawahan (staf, guru dan siswa) serta menegakkan kedisiplinan

untuk meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan di SD Negeri 030 Bagan

Jaya. Seperti dalam perencanaan pembelajaran Kepala Sekolah SD Negeri

030 Bagan Jaya selalu memantau perencanaan pembelajaran yang

disiapkan oleh guru mulai dari RPP, Media pembelajaran dan silabus

dalam jangka waktu yang ditentukan. Selain itu seperti dalam rapat

pembagian tugas Kepala Sekolah membagi tugas secara merata dan sesuai

dengan kemampuannya mulai dari bidang kesiswaan, Perpustakaan, UKS,

Sarana dan Prasarana maupun Humas dan semua anggota mendapatkan


24

tugasnya msaing-masing. Setelah membagi tugas dengan rata, kepala

sekolah memberikan pengarahan tentang tugas yang sudah diberikan.

Sehingga guru melaksanakan tugas tersebut dengan baik dan sesuai

dengan harapan yang diharapkan. Setelah itu kepala sekolah melakukan

pengawasan dengan cara pengawasan untuk tenaga kependidikan

dilakukan secara langsung dengan memantau progress dari tugas yang

diberikan. Sedangkan untuk guru dilakukan super visi administrasi yang

dilakukan setiap awal semester dan supervise pembelajaran

(kunjungankelas).Di lingkungan sekolah sikap yang diperlihatkan Kepala

Sekolah SD Negeri 030 Bagan Jaya menunjukan sikap dan prilaku yang

ramah, baik, sopan, santun, harmonis dan bisa mengayomi kepada

siapapun, tegas dalam bertindak, serta disiplin dengan mematuh ikebijakan

yang telah dibuat dan komitmen untuk tidak melanggar dan menerima

konsekuensi apabila melakukan pelanggaran.

Menurut Penilitian Vera Eunike Johanes, Suroyo dan A.A. Ketut

Budiastra, Jurnal Basicedu, Volume 6, Nomor 2, 2022 “Analisis

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Literasi Digital

dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar” menyimpulkan Berdasarkan analisis

data maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru sekolah dasar di

Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Kesimpulan kedua adalah ada

hubungan antara literasi digital dan kinerja guru sekolah dasar di

Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Sedangkan hasil penelitian variabel


25

secara simultan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan literasi digital dengan kinerja guru

sekolah dasar di Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.

Menurut penilitian Amini, Khairunnisa Damanik dan Syaiful Bahri, Jurnal

Pendidikan Tambusai Volume 5, Nomor 3, 2021 “Kepemimpinan Kepala

Sekolah yang Efektif dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMA Negeri 5

Pematangsiantar” menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah kepemimpinan

yang didasarkan pada keadaan bahwa pemimpin memiliki suatu

gaya kepemimpinan yang dominan dan menganjurkan pemimpin

harus mempelajari bagaimana mencocokkan gaya

kepemimpinannya pada kuantitas pengendalian pada situasi

kepemimpinan dan beranggapan bahwa tidak ada gaya

kepemimpinan Kepala Sekolah yang terbaik, melainkan

tergantung pada situasi dan kondisi sekolah. Gaya

kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja

pedagogik guru di SMA Negeri 5 Pematangsiantar, menggunakan

gaya kepemimpinan demokratis dengan pendekatan situasional

yaitu dengan memberikan kesempatan kepada guru-guru, untuk

belajar dan memahami permasalahan serta memberikan

kesempatan kepada guru dalam menindaklanjuti harapan guru.

Pada situasi pandemi Covid-19 gaya kepemimpinan demokratis


26

dengan pendekatan situasi oleh KepalaSekolah di SMA Negeri

5 Pematangsiantar dianggap efektif dikarenakan kepala sekolah

memberikan penunjuk kerja kepada para guru dan pemimpin

yang mau mengkomunikasikan program sekolah secara bersama-

sama dan saling bekerja sama antara kepala sekolah dengan guru

dan guru dengan guru dalam menjalankan program kepala

sekolah salah satunya adalah dalam peningkatan kinerja

pedagogik guru dalam inovasi pembelajaran untuk kegiatan

belajar mengajar masa pandemic ini.

2. Dalam memimpin Kepala Sekolah memiliki program kerja dan

menyampaikan seluruh program yang kemudian bekerja sama

dengan wakil Kepala Sekolah dan program tersebut akan di

laksanakan di sekolah oleh seluruh personil sekolah terutama guru.

Gaya Kepala Sekolah yang dipakai untuk meningkatkan

tanggungjawab guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Gaya kepemimpinan demokratis di SMA Negeri 5 Pematangsiantar

dikaitkan dengan kekuatan Kepala Sekolah dan keikutsertaan

guru dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan dan kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang

menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan

bersama-sama berusaha bertanggungjawab agar terlaksananya

tujuan bersama. Akan tetapi pada situasi pandemic saat ini


27

Kepala Sekolah menetapkan kebijakan keputusan berdasarkan

situasi dan kondisi dan tujuan yang hendak dicapai.

3. Ada pun kebijakan keputusan yang diambil oleh

kepalasekolah SMA Negeri 5 Pemangsiantar adalah dengan

menetapkan diadakannya pelatihan terbimbing kepada para guru

untuk memahami inovasi pembelajaran untuk meningkatkan

kinerja pedagogic guru. Kemudian Kepala Sekolah melakukan

antara pembagian tugas dan hubungan personal. Pembagian tugas

(unjukkerja) merupakan gaya kepemimpinan yang lebih

mengutamakan setiap tugas dapat dilaksanakan dengan baik oleh

masing-masing personil atau para guru, sedangkan gaya

hubungan personal adalah pemeliharaan hubungan antar personil

diantara para guru agar dapat bekerjasama dengan baik.

4. Ada pun upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam membina

dan meningkatkan kompetensi dan kinerja guru, Ada pun upaya

yang dilakukan Kepala Sekolah dalam membina dan

meningkatkan. kompetensi dan kinerja guru, antara lain berupa

mengirim guru untuk. Mengikuti pelatihan MGMP dan UKG,

workshop dan pelatihan pemahaman inovasi pembelajaran seperti

pemahaman google class room, whatsapp group dan video

pembelajaran.
28

Menurut penelitian Mutia Shanaz Yumna, Siti Wahyu ningsih dan

Anayanti Rahmawati, Jurnal Kumara Cendikawa, Volume 9, Nomor 4,

Desember 2021 “Hubungan Motivasi Kerja terhdap Kinerja Guru Paud

pada Masa Pandemi di Kecamatan Laweyan” menyimpulkan penelitian ini

bahwa ada hubungan yang kuat antara motivasi kerja terhadap kinerja guru

PAUD pada masa pandemi. Variabel motivasi kerja dengan variabel

kinerja guru memiliki hubungan yang linear, artinya kedua variabel

tersebut terdapat adanya suatu hubungan keterikatan antara variabel

motivasi kerja terhadap variabel kinerja guru. Masa pandemic dapat

memberikan pembelajaran bagi guru maupun pihak terkait lainnya dalam

bidang pendidikan. Kondisi yang berubah secara mendadak tidak

menurunkan semangat guru dalam mewujudkan kinerja sesuai dengan

tanggungjawab yang dimiliki dengan adanya motivasi sebagai semangat

dalam bekerja. Guru dan pihak terkait lainnya diharapkan mampu

menjagamotivasi kerja agar terciptanya suatu kinerja guru PAUD yang

diharapkan.

2.2 Telaah Pustaka

Kegiatan peneliti selalu berawal dari pengetahuan pengetahuan

yang sudah ada sebelumnya, pada umumnya semua ilmuawan meneliti

menggunakan dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, lalu hasil

penelitian tersebut dikumpulkan dan dijadikan pembanding temuan yang

ditemukan, lalu dikembangkan menjadi hasil penelitian yang baru. Adapun


29

telaah pustaka yang dilakukan oleh peneliti adalah menggali hal hal yang

sudah dikemukakan.

2.2.1 Kepemimpinan

Sebelum kita mengetahui apa itu Gaya Kepemimpinan, tentunya

harus terlebih dahulu paham dari Kepemimpinan itu sendiri,

Kepemimpinan menurut Handoko (2003:294) adalah, “kemampuan yang

dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja

mencapai tujuan dan sasaran”. Sedangkan menurut Stoner,dkk

(1996:161) mendefinisikan kepemimpinan sebagai, “Proses mengarahkan

dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari

anggota kelompok”. Definisi ini menunjukkan bahwa kepemimpinan

menggunakan pengaruh yang ditujukan pada peningkatan kemampuan

seorang bawahan.

2.2.2 Gaya Kepemimpinan

2.2.2.1 Definisi Gaya Kepemimpinan

Menurut Mulyadi dan Rivai pada bukunya "Manajemen


Sumber Daya Manusia" menjelaskan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang
disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam
rangka mencapai sasaran organisasi. Atau jika menurut Kartono
memberikan definisi gaya kepemimpinan sebagai sifat,
kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang
membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan
orang lain.
30

2.2.2.2 Macam – Macam Gaya Kepemimpinan

Tentunya masing–masing individu memiliki gaya


kepemimpinannya masing–masing, karena pada dasarnya juga
karakteristik setiap individu berbeda–beda, lalu berikut macam –
macam dari gaya kepemimpinan

1. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-


ciri:

1. Mampu menjelaskan tujuan kepada anggota.


2. Memimpin tanpa harus berada di tempat.
3. Mendelegasikan tugas kepada anggota yang di anggap
potensial.
4. Memiliki ekspektasi/harapan tinggi terhadap anggota.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-


ciri:

1. Mengajak anggota untuk mengambil keputusan.


2. Mengutamakan diskusi dalam memunculkan ide.
3. Menganggap setara para anggota.
4. Tertarik pada gagasan orisinil anggota.

3. Gaya Kepemimpinan Suportif

Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-


ciri:

1. Menyediakan kebutuhan anggota.


31

2. Terlibat bersama anggota untuk memecahkan masalah.


3. Menggunakan pendekatan personal dalam interaksi bersama
anggota.
4. Mengutamakan hubungan dengan anggota dibandingkan
pencapaian target.

4. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-


ciri:

1. Menekankan pada aturan/kontrak kerja.


2. Memberikan hadiah atau sanksi pada kinerja anggota.
3. Tidak terlalu terbuka pada inovasi atau kreativitas dari
anggota.
4. Sangat berorientasi pada pencapaian target.

5. Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire

Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-


ciri:

1. Memberikan kebebasan pada anggota.


2. Menyerahkan keputusan kepada anggota.
3. Membutuhkan anggota yang terampil dan aktif.
4. Lebih banyak mengambil peran untuk mengawasi kinerja
anggota dari pada terliba tlangsung.
5. Gaya Kepemimpinan Karismatik

Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-


ciri:

1. Mampu memberikan pengaruh melalui inspirasi.


32

2. Memiliki visi yang kuat dan mampu mengajak anggota


untuk mencapainya.
3. Menjadi figur penting, yang ketiadaannya berpengaruh
negatif bagi organisasi.
4. Tidak banyak mengambil gagasan dari anggota.

7. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Seseorang dengan gaya kepemimpinan seperti ini memiliki ciri-


ciri:

1. Menghendaki kekuasaan penuh dalam memimpin.


2. Mengambil keputusan secara mutlak.
3. Anggota sebagai pelaksana perintah.
4. Jarang membuka komunikasi kepada anggota.

2.2.2.3 Indikator Gaya Kepemimpinan

Apabila berbicara mengenai indicator berarti erat


hubungannya dengan tolak ukur, alat ukur gaya kepemimpinan
berguna untuk melihat apa – apa saja yang menjadi pengaruh
baik itu ketika apa yang menjadi kewajibannya berjalan dengan
sukses maupun mengalami kegagalan. Menurut Siahaan
membagi indicator dalam meningkatkan produktivitas kerja
sebagai berikut :

1) Iklim saling mempercayai


Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang
diharap-harapkan adalah suatu hubungan yang dapat
menumbuhkan iklim/suasana saling mempercayai. Keadaan
seperti ini akan menjadi suatu kenyataan apabila di pihak
33

pemimpin memperlakukan bawahannya sebagai manusia


yang bertanggung jawab dan di pihak lain bawahan dengan
sikap mau menerima kepemimpinan atasannya.

2) Penghargaan terhadap ide anggota


Seorang pemimpin yang memberikan penghargaan terhadap
ide dari anggotanya akan dapat memberikan nuansa tersendiri
bagi para bawahannya. Seorang anggota akan memiliki
semangat dalam menciptakan ide-ide yang positif demi
pencapaian tujuan organisasi pada organisasi di mana ia
bekerja.

3) Memperhitungkan perasaan para bawahan


Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia
merupakan visi manajerial yang berdasarkan pada aspek
kemanusiaan dari perilaku seorang pemimpin.

4) Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan


Hubungan antara individu dan kelompok akan menciptakan
harapan-harapan pari perilaku individu. Dari harapan-harapan
ini akan menghasilkan peranan-peranan tertentu yang harus
dimainkan. Sebagian orang harus memerankan sebagai
pemimpin sementara yang lainnya memainkan peranan
sebagai bawahan. Dalam hubungan tugas keseharian seorang
pemimpin harus memperhatikan pada kenyamanan kerja bagi
para bawahannya.

5) Memperhatikan kesejahteraan bawahannya


Pada dasarnya seorang pemimpin dalam fungsi
kepemimpinannya akan selalu berkaitan dengan dua hal
penting yaitu hubungan dengan bawahan dan hubungan yang
34

berkaitan dengan tugas. Perhatian tersebut dapat berupa


berbuat baik pada bawahan, bertukar pikiran dengan
bawahan, dan memperjuangkan kepentingan bawahan.

6) Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan


dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya
Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin memang harus
senantiasa memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang
dapat menimbulkan kepuasan kerja para bawahan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya, dengan demikian hubungan
yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan tercapai.

7) Pengakuan atas status para anggota organisasi secara tepat


dan profesional
Pemimpin dalam berhubungan dengan anggotanya perlu
mengakui dan menghormati status yang disandang
anggotanya secara tepat dan profesional. Pengakuan atas
status para anggota secara tepat dan profesional menyangkut
sejauh mana para anggota dapat menerima dan mengakui
kekuasaannya dalam menjalankan kepemimpinan.

2.2.3 Motivasi

2.2.3.1 Definisi Motivasi

Motivasi sering, diartikan dengan istilah dorongan, yang

berarti tenaga yang menggerakkan jiwa dan jasmani untuk

berbuat, sehingga motif merupakan “driving force” seseorang,

untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan yang telah


35

ditetapkan. Setiap orang mempunyai motif diri yang tentu bisa

berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya.

Motivasi menurut Hedjrahman Ranupandojo dan Suad

Husnan adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang

agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dengan demikian

motif yang ada pada individu perlu dirangsang / didorong /

dimotivisir, agar individu tersebut dengan motif yang ada pada

dirinya dapat, melakukan tindakan atau kerja yang positif,

sehingga motifirya terpenuhi dan kebutuhan organisasi

perusahaan juga terpenuhi.

2.2.3.2 Macam – Macam Motivasi

Murray :Membedakan motif kedalam 2 macam yaitu motif

primer dan motif sekunder. Motif primer adalah motif individu

yang bersifat bawaan (biologis) atau merupakan motif dasar

yang ada pada diri individu dan berhuhungan dengan

kebutuhan jasmani untuk kelangsungan hidupnya. Sedang

motif sekunder adalah merupakan motif yang timbul karena

pengaruh lingkungan eksternal artinya motif yang muncul

karena adanya interaksi dengan lingkungannya.

2.2.3.3 Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi bagi manusia ialah sebagai berikut :


36

a. Motivasi berfungsi sebagai energi atau motor


penggerak bagi manusia, ibarat bahan bakar pada
kendaraan.
b. Motivasi merupakan pengatur dalam memilih
alternatif di antara dua atau lebih kegiatan yang
bertentangan. Dengan memperkuat suatu motivasi,
akan memperlemah motivasi yang lain, maka
scseorang hanya akan melakukan satu aktivitas dan
mcninggalkan aktivitas yang lain.
c. Motivasi merupakan pengatur arah atau tujuan
dalam melakukan aktivitas.

Dengan kata lain setiap orang hanya akan memilih


dan berusaha untuk mencapai tujuan, yang
motivasinya tinggi dan bukan mewujudkan tujuan
yang lemah motivasinya.

2.2.3.4 Indikator Motivasi

Daya motivasi dapat dilihat dari sejauh apa yang


dilakukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan,
yakni sebagai berikut :

a. Daya Pendorong

Daya pendorong adalah semacam naluri, yang berupa suatu


dorongan kekuatan untuk menggerakkan seseorang dalam
berperilaku guna mencapai tujuan. Namun, cara-cara yang
digunakan berbeda-beda dari tiap-tiap individu menurut latar
belakang kebudayaannya masing-masing.
37

b. Kemauan

Kemauan adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena


terstimulasi/terpengaruh dari luar (orang lain atau lingkungan).
Kemauan mengindikasikan adanya reaksi tertentu sebagai
akibat adanya tawarandari orang lain.

c. Kerelaan

Kerelaan adalah suatu bentuk persetujuan atas permintaan


orang lain agar dirinya mengabulkan permintaan tersebut tanpa
merasa adanya keterpaksaan (ikhlas).

d. Membentuk Keahlian

Membentuk keahlian adalah proses penciptaan atau


pembetukkan, proses mengubah kemahiran seseorang dalam
suatu bidang ilmu tertentu.

e. Membentuk Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan


pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara
mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai
hasil/prestasi tertentu. Membentuk keterampilan bukan hanya
mencakup gerakan motoriknya saja, melainkan juga
pada penguasaan fungsi mental yang bersifat kognitif.
Seseorang yang mampu mendayagunakan/menggunakan orang
lain secara tepat juga dianggapsebagai orang terampil.

f. Tanggung Jawab

Tanggung jawab berarti suatu akibat lebih lanjut dari


pelaksanaan peranan, baik berupa hak dan kewajiban ataupun
38

kekuasaan. Tanggung jawab diartikan secara umum sebagai


kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut
cara tertentu.

g. Kewajiban

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan atas


sesuatu yang dibebankan kepadanya. Misalnya dalam bidang
kerja, Anda akan diberikan tugas-tugas yang harus
diselesaikan.

f. Tujuan

Tujuan merujuk pada pernyataan tentang keadaan yang


diinginkan di mana perusahaan bermaksud untuk
mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di
waktu yang akan datang dimana organisasi sebagai kolektivitas
mencoba untuk menimbulkannya.

2.2.4 Kinerja

2.2.4.1 Definisi Kinerja

Lijan Poltak Sinambela, dkk., (2011),

mengemukakan bahwa kinerja pegawai didefinisikan

sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu

keahlian tertentu. Kinerja pegawai sangatlah perlu, sebab

dengan kinerja ini akan diketahui seberapa jauh

kemampuan mereka dalam melaksanakan tugasyang


39

dibebankan kepadanya. Untuk itu, diperlukan penentuan

kriteria yangjelas dan terukur, serta ditetapkan secara

bersama-sama untuk dijadikan sebagai acuan. Jika disimak

berdasarkan etimologinya, kinerja berasal dari

kataperformance. Performance berasal dari kata to perform

yang mempunyai beberapa masukan (entries): (1)

memasukan, menjalankan, melaksanakan; (2) memenuhi

atau menjalankan kewajiban suatu nazar; (3)

menggambarkan suatu karakter dalam suatu permainan; (4)

menggambarkannya dengan suara atau alat musik; (5)

melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab; (6)

melakukan suatu kegiatan dalam suatu permainan; (7)

memainkan musik; (8)melakukan sesuatu yang diharapkan

oleh seseorang atau mesin (Haynes,dalam Sinambela,2012).

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi,

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

berangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan

sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono, 1999).

2.2.4.2 Dimensi Kinerja


40

Sementaraitu, dimensikinerja dibagi menjadi tiga, yaitu

kerampuan, motivasi, dan peluang yang dapat digambarkan

seperti berikut ini.

Kemampuananan

Kinerja
Peluang
Motivasi
Gambar 2.2.4.2 Hubungan Dimensi-Dimensi Kinerja

Ketiga dimensi tersebut saling terkait dan saling

berhubungan satu dengan yang lain. Selanjutnya, Donnelly,

Gibson, dan Ivancevich (dalam Sinambela,2012),

mengemukakan bahwa kinerja individu dipengaruhi oleh

enam faktor, yaitu harapan mengenai imbalan; dorongan;

kemampuan, kebutuhan, dan sifat; persepsi terhadap tugas;

imbalan internal dan eksternal, dan persepsi tentang tingkat

imbalan dan kepuasankerja.

2.2.4.3 Kinerja Organisasi

Umumnya, organisasi berada dalam lingkungan

yang bergejolak dengan sumber daya terbatas, sedangkan


41

ancaman terhadap pertumbuhan dan kelangsungan

hidupnya lazim terjadi. Dalam lingkungan demikian,

organisasi bukan saja harus memenuhi beberapa rangkaian

persyaratan organiasasi, seperti mendapatkan sumber daya,

efisiensi, produksi/keluaran, pembauran organisasi, unsur

kepuasan kerja pegawai, tetapi juga harus memenuhi

persyaratan perilaku tertentu sehubungan dengan para

anggotanya, yakni keanggotaan yang stabil, prestasi

peranan yang dapat diandalkan, tingkah laku yang spontan,

dan inovasi pegawai. Peranan manajamen dalam situasi ini

adalah mengorganisasi dan memanfaatkan sumber daya

yang tersedia sedimikian rupa sehingga mampu menekan

ancaman dan tekanan dari dalam sampai seminimal

mungkin yang akan memperlancar pencapaian tujuan akhir

organisasi.

2.2.4.4 Pengelolaan Kinerja

Umumnya, organisasi berada dalam lingkungan

yang bergejolak dengan sumber daya terbatas, sedangkan

ancaman terhadap pertumbuhan dan kelangsungan

hidupnya lazim terjadi. Dalam lingkungan demikian,

organisasi bukan saja harus memenuhi beberapa rangkaian

persyaratan organiasasi, seperti mendapatkan sumber daya,


42

efisiensi, produksi/keluaran, pembauran organisasi, unsur

kepuasan kerja pegawai, tetapi juga harus memenuhi

persyaratan perilaku tertentu sehubungan dengan para

anggotanya, yakni keanggotaan yang stabil, prestasi

peranan yang dapat diandalkan, tingkah laku yang spontan,

dan inovasi pegawai. Peranan manajamen dalam situasi ini

adalah mengorganisasi dan memanfaatkan sumber daya

yang tersedia sedimikian rupa sehingga mampu menekan

ancaman dan tekanan dari dalam sampai seminimal

mungkin yang akan memperlancar pencapaian tujuan akhir

organisasi.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran ini bertungsi sebatai pengungkap permasalahan yang

akan dibahas dalam penyusunan penelitian ini, maka dari itu peneliti

menggunakan kerangka pemikiran yaitu berupa skema seperti dibawah ini:

Gaya
Kepemimpinan
(X1)
1. 1. Inovator
2. 2. Komunikator Kinerja Guru SDI
AAAAAAAAAAAAAAAAA
3. 3. Motivator H1
Al Azhar
4. 4. Kontroler
5. Thoha (2010) (Y)
1. Kualitas
2. Kuantitas
H2 3. Pengunaan waktu kerja
4. Kerja sama dengan orang
Motivasi lain
(X2) John Miner (2009)
1. 1. Kebutuhan rasa aman
2. 2. Kebuttuhan sosial
3. 3. Kebutuhan
4. Penghargaan
43

H3

Keterangan:

1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja guru Al Azhar pada

masa pandemic COVID-19.

2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan dan

motivasi.

2.4 Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan agar dapat mengetahui kebijakan serta

keputusan yang di instrusikan pimpinan Al Azhar kepada para guru. Dengan

demikian, berdasarkan penjelasan latar belakang dan permasalahan yang telah

dirumuskan, maka hipotesis yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

H01 : Secara parsial Gaya Kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap Kinerja

Guru SDI Al Azhar Rawamangun.


44

H11 : Secara parsial Gaya Kepemimpinan berpengaruh terhadap Kinerja Guru

SDI Al Azhar Rawamangun.

H02 : Secara parsial Motivasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja Guru SDI Al

Azhar Rawamangun.

H12 : Secara parsial Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Guru SDI Al Azhar

Rawamangun.

H03 : Secara simultan Gaya Kepemimpinan dan Motivasi tidak berpengaruh

terhadap Kinerja Guru SDI Al Azhar Rawamangun.

H13 : Secara simultan Gaya Kepemimpinan dan Motivasi berpengaruh terhadap

Kinerja Guru Al Azhar Rawamangun.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi

Metode penelitian merupakan prosedur atau cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan tertentu, Menurut (Resseffendi 2010:33)

mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan

observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai

subjek yang sedang kita teliti. Melalui angket dan sebagainya kita mengumpulkan

data untuk menguji hipotensis atau menjawab suatu pertanyaan. Melalui

penelitian deskriptif ini peneliti akan memaparkan yang sebenarnya terjadi

mengenai keadaan sekarang ini yang sedang diteliti.

Sugiyono (2017:2) mengatakan bahwa, metode penelitian pada dasarnya

merupakan ciri-ciri ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Metode yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif .

Untuk pendekatan penelitian dalam proposal skripsi ini menggunakan

pendekatan penelitian kuantitatif , seperti yang dikemukakan (Sugiyono 2017:8)

bahwa metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju hipotensis

yang telah ditetapkan. Pendekatan kuantitatif ini digunakan oleh peneliti untuk

45
46

mengukur tingkat keberhasilan dalam pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi

terhadap kinerja guru SDI Al Azhar Rawamangun pada masa pandemi covid-19.

3.2 Operasional Variabel

Operasional variabel menurut Wiratna Sujarweni (2014: 87) dikatakan

bahwa Operasional variabel adalah variable penelitian dimaksudkan untuk

memahami arti setiap variable penelitian sebelum melakukan analisis”. Dalam

penelitian ini, variabel-variabel yang akan dianalisis dapat dijelaskan melalui

definisi operasional sebagai berikut.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala

X1 Menurut Rivai Perilaku a. Penetapa Likert


gaya
Gaya Tugas ntujuan
Kepemi kepemimpinan
b. Pengorg
mpinan didefinisikan
sebagai pola anisasian
menyeluruh
situasi
dari tindakan
kerja
seorang
pemimpin, c. Pengarah
baik yang
an
47

tampak d. Pengend
maupun yang
alian
tidak tampak
oleh
Perilak a. Pemberian Likert
bawahannya.
Hubungan dukungan dan

dorongan

b. Pelibatan

pengikut dalam

mendiskusikan

aktivitaskerja

c. Kemudahan

interaksi

d. Aktif menyimak

e. Memberikan

umpan balik

Kemetangan a. Pengalaman Likert

Pegawai b. Pengetahuan

c. Pemahaman

d. Syaratkerja

e. Tanggungjawab

f. Motivasi

X2 Menurut Kebutuhan a. Duta organisasi Likert

Motivasi Hedjrahman untuk


48

Ranupandojo menguasai b. Keteladanan

dan Suad suatu

Husnan adalah pekerjaan

proses untuk Kebutuhan a. Komunikasi Likert

mencoba memperluas b. Persahabatan

mempengaruhi pergaulan c. Pemimpin

seseorang agar
Apresiasi a. Penghargaan Likert
melakukan
setelah b. Tunjangan
sesuatu yang
menyelesaika c. Insentif
kita inginkan.
n pekerjaan

Y Menurut Hasil Kerja a. Kualitas Likert

Kinerja Prawiro b. Kuantitas


Guru
sentono
SDI Al
Azhar Kinerja adalah Perilaku a. Disiplin Likert
Rawama
ngun hasil kerja Kerja b. Mentaati
Pada
Masa yang dapat perintah atasan
Pandemi
dicapai oleh c. Tidak
COVID-
19 seseorang atau melanggar

sekelompok aturan

orang dalam d. Kesetiaan

suatu e. Memikul resiko

organisasi, f. Inisiatif
49

sesuai dengan g. Mengarahkan

wewenang dan dan

tanggung mempengaruhi

jawab masing- orang lain

masing, dalam
Ketepatan 3.1 Menyelesaikan Likert
rangka upaya
Waktu tugas tepat pada
mencapai
waktunya
tujuan
3.2 Tidak menunda
organisasi
pekerjaan yang
berangkutan
telah diberikan
secara legal,

tidak

melanggar

hukum dan

sesuai dengan

moral dan

etika.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas

objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


50

kesimpulannya Sugiyono (2013:115). Adapun yang menjadi populasi pada

dalam penelitian ini adalah guru SDI Al Azhar Rawamangun sebanyak

103 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 91). Jumlah anggota sampel

sering dinyatakan dengan sampel.

Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil merupakan hal

yang penting jika peneliti melakukan penelitian yang menggunakan

analisis kuantitatif. Menurut Wiratna Sujarweni (2014: 66) untuk

menentukan sampel dapat menggunakan cara slovin dan tabel Isac

Mischael. Dan peneliti menggunakan cara rumusan slovin sebagai

berikut . Menentukan sampel mengacu pada rumus.

N
n= 2
1+ N (e)

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan

pengambilan yang masih dapat ditolerir / diinginkan (10%)


51

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk

menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian. Teknik sampling

pada dasarnya dikelompokan menjadi dua yaitu probability sampling dan

nonprobability sampling. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

metode probability sampling, sedangkan cara pengambilan sampel yang

digunakan adalah simple random sampling.

Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2013:82). Simple

Random Sampling dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2013:82).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan Desember 2021 hingga bulan

Maret 2022 proposal skripsi ini selesai dikerjakan oleh peneliti. Secara

administrasi dan lokasi penelitian berada di SDI Al Azhar Rawamangun.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data


52

Pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang ditempuh

untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan permasalahan penelitian.

Dalam pengumpulan data diperlukan teknik-teknik sehingga data yang

diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan

yang hendak diciptakan.

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.

Penulis mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara

langsung diperusahaan yang diteliti teori tersebut dikatakan oleh

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012,145).

2. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan bertanya dan mendengarkan jawaban yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti. Wawancara ini dilakukan

dilingkungan perusahaan kepada para konsumen hal ini menurut

Sugiyono (2012:137).

3. Kuesioner
53

Kuesioner adalah teknik pengambilan daya digunakan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawab Sugiyono (2011:162). Sumber data yang

diperoleh dari pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian

ini.

4. Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku, majalah, liflet yang

berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut

dianggap sebagai sumber data yang akan diolah dan dianalisis

seperti banyak dilakukan oleh ahli sejarah, sastra, dan Bahasa

(Danial A.R, 2009:80). Penelitian yang dilakukannya dengan cara

menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk

memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan

menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi

tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga

pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

5. Skala Likert

Dalam kuesioner ini menggunakan skala likert sebagai

pengukuran variabelnya. Dengan skala likert, maka variable yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian


54

indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk Menyusun

item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan (Sugiono, 2012:133). Untuk keperluan analisis

kuantitaif, maka dapat diberi skor dari skalalikert, yaitu:

Tabel 3.4.2

Skala Likert

Skor Jawaban

1 Sangat Tidak Setuju

2 Tidak Setuju

3 Netral

4 Setuju

5 Sangat Setuju

3.4.3 Uji Kualitas Instrumen

Tujuan di adakan uji coba adalah diperolehnya informasi mengenai

kualitas instrumen sudah atau belum memenuhi persyaratan yang digunakan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211), “baik buruknya instrumen akan

berpengaruh terhadap benar tidaknya data yang diperoleh, sedangkan benar

tidaknya sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian”. Instrumen yang

baik selain valid juga harus reliabel, artinya dapat diandalkan. Suharsimi Arikunto
55

(2010: 211) menyatakan “Instrumen dapat dikatakan reliabel jika memberikan

hasil yang tepat” walau oleh siapa dan kapan saja”.

3.4.3.1 Uji Validitas

Validitas berkaitan dengan persoalan untuk membatasi atau

menekan kesalahan-kesalahan dalam penelitian sehingga hasil

yang diperoleh akurat dan berguna untuk diaksanakan.

Sugiyono (2013: 267) berpendapat bahwa validitas merupakan

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian

dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Uji validitas

(validity) dimaksudkan untuk menguji kualitas kuesioner.

Kuesioner yang baik adalah kuesioner yang dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas

dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pertanyaan

dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Secara

statistik angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan

dengan angka kritis tabel korelasi nilai r. Teknik korelasi yang

digunakan adalah Pearson Product Moment, (Sugiyono, 2013)

dengan rumus sebagai berikut :

n Σ XiYi−( Σ Xi ) ( ΣYi)
r=
√ ¿ Σ X i −( Σ Xi ¿ } {n ΣY i −¿ ¿ ¿
2 2 2

Keterangan :

r :nilai korelasi pearson


56

X :skor item pertanyaan

Y :skor total item pertanyaan lainnya dalam satu variabel

n :jumlah sampel (responden)

ΣX :jumlah hasil pengamatan variabel X

ΣY :jumlah hasil pengamatan variabel Y

ΣXY :jumlah dari hasil kali pengamatan variabel X dan Y

ΣX2 :jumlah dari hasil pengamatan variabel X yang telah

dikuadratkan ΣY2 :jumlah dari hasil pengamatan variabel Y

yang telah dikuadratkan

Setelah angka korelasi diketahui, kemudian dihitung nilai t dari

r dengan rumus :

r √ n−2
t=
√ 1−r 2

Setelah itu, dibandingkan dengan nilai kritisnya. Bila

thitung > ttabel , berarti data tersebut signifikan (valid) dan

layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian.

Sebaliknya bila thitung < ttabel , berarti data tersebut tidak

signifikan (tidak valid) dan tidak akan diikutsertakan dalam

pengujian hipotesis penelitian. Pernyataan-pernyataan yang

valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.


57

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program

SPSS (Statistical Package for Social Science). Validitas suatu

butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel

dengan judul Item – Total Statistik. Menilai valid tidaknya

masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai

Corrected item- Total Correlation masing-masing butir

pertanyaan. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-

hitung yang merupakan nilai dari Corrected item-Total

Correlation > 0,30 (Priyatno, 2009).

3.4.3.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan sejauh mana tingkat kekonsistenan

pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau

dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami

sehingga tidak menyebabkan beda interprestasi dalam

pemahaman pertanyaan tersebut (Juanim, 2009:19). Maksud

dari uji reliabiltas adalah untuk mengetahui apakah kuesioner

yang digunakan dalam peneletian ini menunjukan tingkat

ketepatan, keakuratan, konsistensi meskipun kuesioner ini

digunakan kembali di lain waktu. Uji reliabilitas ini dilakukan

terhadap item pernyataan dalam kuesioner yang telah

dinyatakan valid. Uji reliabilitas adalah sejauhmana hasil

pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013:177). Untuk uji


58

reliabilitas digunakan metode Cronbanch’s-Alpha, hasilnya

bisa dilihat dari nilai Correlation Between Forms. Apabila nilai

Alpha > dari nilai rtabel yaitu 0,7 maka dapat dikatakan

reliabel. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai cronbach

alpha lebih besar dari batasan yang ditentukan yakni 0,6 atau

nilai korelasi hasil perhitungan lebih besar daripada nilai dalam

tabel dan dapat digunakan untuk penelitian, yang dirumuskan:

a=
k
k−1 (
1−
∑ Si
St )
Keterangan:

𝑎 = Koefisien reliabilitas

𝑘 = Jumlah item pertanyaan yang diuji

Σsi = Jumlah varian skor tiap item

𝑠𝑡 = Varians total

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisi Data

3.5.1 Teknik Pengolahan Data

Menurut Hasan (2006: 24), pengolahan data adalah suatu

proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan

dengan menggunakan cara- cara atau rumus-rumus tertentu.

Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil

pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan

arah untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 2001: 128).


59

3.5.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yaitu metode penelitian yang

memberikan gambaran mengenai situasi dan kejadian sehingga

metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar berlaku.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai ariable mandiri, baik suatu ariable atau lebih

(ariablent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan

dengan ariable lain (Sugiyono, 2013:53). Variabel penelitian ini

yaitu Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Kinerja.

Hasil penyebaran kuesioner tersebut selanjutnya dicari rata-

ratanya dengan menggunakan rumus dari Husein Umar

(2011:130):

Σ(frekuensi x bobot )
Nilai rata−rata=
sampel (n)

Setelah rata-rata skor dihitung, maka untuk

mengkategorikan mengklasifikasikan kecendrungan jawaban

responden kedalam skala dengan formulasi sebagai berikut :

Skor minimum = 1

Skor maksimum = 7

Lebar Skala = = 0,86

Dengan demikian kategori skala dapat ditentukan sebagai berikut :


60

Tabel 3.5.2

Tafsiran Nilai Rata - Rata

No Interval Kategori
Kategori ini
1 1,00 – 1,86 Sangat Tidak Baik
dimaksud untuk
2 1,86 – 2,72 Tidak Baik
mengetahui makna

nilai yang 3 2,72 – 3,58 Kurang Baik didapat

oleh setiap 4 3,58 – 4,44 Cukup Baik

responden. 5 4,44 – 5,3 Baik Dengan

mengetahui 6 5,3 – 6,16 Sangat Baik makna

nilai, maka 7 6,16 – 7,0 Sangat Baik Sekali

gambaran kecenderungan perspektif responden dapat diketahui, apakah perspektif

tersebut berada pada level sangat baik sekali, sangat baik, cukup baik, kurang

baik, tidak baik atau sangat tidak baik.

3.5.3 Uji Asumsi Klasik

3.5.3.1.Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t

dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada

dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi


61

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal

atau tidak dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test.

Residual berdistribusi normal jika memiliki nilai

signifikansi >0,05 (Imam Ghozali, 2011: 160-165).

3.5.3.2 Menurut Imam Ghozali (2011: 105-106) uji

multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Untuk menguji multikolinieritas dengan cara

melihat nilai VIF masing-masing variabel independen, jika

nilai VIF < 10,

maka dapat disimpulkan data bebas dari gejala

multikolinieritas. Pedoman suatu model regresi yang bebas

multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance

mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF di bawah

10, maka tidak terjadi gejala multikolinieritas. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1 1
VIF= atau Tolerance =
Tolerance VIF

3.5.3.3 Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari


62

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji

heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser,

dan uji white. Pengujian pada penelitian ini menggunakan

Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu

ZPRED dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi

heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y. (Imam Ghozali, 2011: 139-143).

3.5.3.4 Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2011:

110). Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya gejala

autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

Tabel 3.5.3

Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi


63

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < d1

Tidak ada autokorelasi positif No Decision d1 ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – d1 < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4−d 1

Tidak ada autokorelasi, positif Tidak Ditolak Du < d < 4-du

atau negatif

3.5.4 Analisis Regresi Linear Berganda

3.5.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Pada penelitian ini digunakan analisis regresi linier

berganda, karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) dan Motivasi (X2)

terhadap Kinerja Guru SDI Al Azhar Pada Masa Pandemi

COVID-19 (Y). Persamaan regresi linier ganda dalam

penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut :

Y =a+b 1 X 1 +b 2 X 2+ ℇ

Dimana :

Y = Variabel terikat (Kinerja Guru SDI Al Azhar Pada

Masa Pandemi COVID-19)


64

a = Bilangan konstanta

b1b2 = Koefisien arah garis

X1 = Variabel bebas (Gaya Kepemimpinan)

X2 = Variabel bebas (Motivasi)

ℇ = Diluar variabel yang diteliti

Nilai a, b1, b2, dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

∑Y = an + b1 ∑X1 + b2 ∑X2

2
∑X1Y = a∑X1 + b1∑X1 + b2X1 X2

2
∑X2Y = a∑X2 + b1∑X1 X2 + b2∑ X2

Setelah a, b1 dan b2 didapat, maka akan diperoleh

persamaan Y.

3.5.4.2 Uji Koefisien Determinasi

Dalam uji linier berganda, koefisien determinasi

digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan

pengaruh variabel Gaya Kepemimpinan (X1) dan Motivasi

(X2) terhadap variabel Kinerja Guru SDI Al Azhar Pada

Masa Pandemi COVID-19 (Y). Berdasarkan perhitungan


65

koefisien korelasi, maka dapat dihitung koefisien

determinasi dengan rumus:

Kd= R2 X 100%

Dimana:

Kd =Koefisien determinasi

R2 =Kuadrat koefisien korelasi berganda

3.5.4.3 Uji Korelasi

Analisis korelasi atau uji Product Moment

digunakan untuk mencari hubungan variable bebas (X)

dengan variable terikat (Y) dan data berbentuk interval dan

ratio (Riduwan 2013. Hml, 227). Hasil analisis korelasi

dapat dilihat pada hasil analisis regresi sederhana dalam

tabel Model Summary kolom R.

Menurut Sugiyono (2013: 231) pedoman untuk memberikan

interpretasi koefisien korelasi yaitu sebagai berikut:

0,00 – 0,199 = Sangat Rendah

0,20 – 0, 399 = Rendah

0,40 – 0,599 = Sedang

0,60 – 0,799 = Kuat

0,80 – 1, 000 = Sangat Kuat


66

3.5.4.4 Uji Parsial (t-test)

Pengujian yang dilakukan adalah uji parameter (uji

korelasi) dengan menggunakan uji t-statistik. Hal ini

membuktikan apakah terdapat pengaruh antara masing-

masing variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).

Menurut Sugiyono (2013:250) menggunakan rumus:

r √n−2
t=
√ 1−r 2
Keterangan:

𝑡 = Nilai uji t

𝑟 = Koefisien korelasi pearson

𝑟2 = Koefisien determinasi

𝑛 = Jumlah sampel

Hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan menggunakan tingkat kesalahan 0,05 uji dua

pihak dan db = n - 2, kriteria sebagai berikut:

- H0 diterima bila 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau −𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>

−𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

- H0 ditolak bila 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau −𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔< −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

Jika hasil pengujian statistik menunjukkan H0 ditolak, maka

berarti variabel variabel independent secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru

SDI Al Azhar pada masa pandemic covid-19. Tetapi apabila

H0 diterima, maka berarti variabel-variabel independen


67

tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja guru SDI Al Azhar pada masa pandemic

covid-19. Dalam pengujian hipotesis ini, penulis

menggunakan uji signifikan atau uji parameter r,

maksudnya untuk menguji tingkat signifikansi maka harus

dilakukan pengujian parameter r.

3.5.4.5 Uji Simultan (f-test)

Pengujian yang dilakukan ini adalah dengan uji

parameter β (uji korelasi) dengan menggunakan uji F-

statistik. Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara

bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat

digunakan uji F. Menurut Sugiyono (2013:257) dirumuskan

sebagai berikut:
2
R /k
F h= 2
¿
(1−R )/n−k −1¿

Keterangan:

𝐹ℎ = Nilai uji F

𝑅2 = Koefisien korelasi berganda

𝑘 = Jumlah variabel independen

𝑛 = Jumlah anggota sampel

Distribusi F ini ditentukan oleh derajat kebebasan

pembilang dan penyebut, yaitu k dan n – k – 1 dengan

menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Untuk uji F, kriteria

yang dipakai adalah:


68

- H0 diterima bila 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

- H0 ditolak bila 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

Bila H0 diterima, maka dapat diartikan bahwa

signifikannya suatu pengaruh dari variabel-variabel

independen secara bersama-sama atas suatu variable

dependen dan penolakan H0 menunjukkan adanya

pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel

independen yang secara bersama-sama terhadap suatu

variable dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Russamsi, Y., Hadian, H., & Nurlaeli, A. (2020). Pengaruh


Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Peningkatan Profesional Guru
Terhadap Kinerja Guru Di Masa Pandemi Covid-19. MANAGERE:
Indonesian Journal of Educational Management, 2(3), 244-255.

Handayani, F., & Azizah, S. N. (2021). Pengaruh Lingkungan


Kerja Non Fisik, Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP
Negeri 1 Karangsambung pada Masa Pandemi Covid 19. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi (JIMMBA), 3(3), 495-509.

Oktaviani, N. K. W., & Putra, M. (2021). Motivasi dan Disiplin


Kerja Terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar. Jurnal Imiah Pendidikan
Dan Pembelajaran, 5(2), 294-302.

Pratiwi, M. S. (2021). Pengaruh Penggunaan Teknologi


Informasi, Motivasi Kerja, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru
SMA Negeri 82 Jakarta Selama Masa Pandemi Covid-19. Journal of
Sustainable Community Development (JSCD), 3(2), 119-130.

Fadhilla, A. R. (2020). Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah


dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Tenaga Kependidikan saat SFH
(Study Frome Home) di Masa Pandemi COVID 19. J-PGMI: Jurnal
Pendidikan Guru MI, 3(2), 1-13.

Yunus, A. A. S. P., Hidayat, M. T., Djazilan, M. S., & Akhwani,


A. (2021). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja
Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5), 3625-3635.

Handini, D., Hendriani, S., & Salam, M. Y. (2021). PENGARUH


KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU
IPS SMP PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN
AGAM.

Ikhsandi, M. R. H., & Ramadan, Z. H. (2021). Kepemimpinan


Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 5(3), 1312-1320.

Johanes, V. E., Suroyo, S., & Budiastra, A. K. (2022). Analisis


Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Literasi Digital
dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(2), 2793-2801.

69
70

Amini, A., Damanik, K., & Bahri, S. (2021). Kepemimpinan


Kepala Sekolah yang Efektif dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMA
Negeri 5 Pematangsiantar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 8668-8675.

Yumna, M. S., Wahyuningsih, S., & Rahmawati, A. Hubungan


Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru PAUD pada Masa Pandemi di
Kecamatan Laweyan. Kumara Cendekia, 9(4), 234-242

Anda mungkin juga menyukai