Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN GURU

DI MTs HIDAYATUSSALAM DESA BANDAR KHALIFAH


KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH:

M. HUSNI MUBAROQ NST


NIM : 0307183118

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

2022

0
1
COVER
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................5
C. Rumusan Masalah..........................................................................................6
D. Tujuan Peneltian.............................................................................................6
E. Manfaat Penelitian.........................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORITIS......................................................................................8
A. Landasan Teori...............................................................................................8
1. Budaya organisasi....................................................................................8
a. Pengertian Budaya.............................................................................8
b. Pengertian Organisasi.........................................................................10
c. Fungsi Organisasi...............................................................................12
d. Perngertian Budaya Organisasi..........................................................12
e. Karakter Budaya Organisasi..............................................................15
f. Fungsi Bu daya Organisasi.................................................................18

2. Komitmen Kerja Guru..............................................................................20


a. Pengertian Komitmen Kerja..............................................................20
b. Komitmen Kerja Guru.......................................................................23
c. Bentuk-bentuk Komitmen Kerja Guru..............................................24
d. Ciri-ciri Komitmen Guru...................................................................25
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Guru.......................26
f. Aspek Komitmen Kerja Guru...........................................................27
B. Penelitian Yang Relevan................................................................................28
C. Kerangka Berpikir..........................................................................................29
D. Hipotesis Penelitian........................................................................................30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................32


A. Tempat Dan Waktu Penelitian.......................................................................32
B. Populasi Dan Sampel.....................................................................................32
C. Metode Penelitian...........................................................................................33
D. Variabel Penelitian Dan Definisi Penelitian..................................................33
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................35
F. Teknik Analisa Data Penelitian......................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas diperlukan dukungan semua
sumber daya pendidikan, baik keuangan, program, fasilitas, tenaga kependidikan
maupun tenaga pengajar. Dalam lingkungan pendidikan, budaya organisasi juga
diperlukan agar pendidikan dapat berfungsi dengan baik. Organisasi adalah suatu
kegiatan/kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama dan dilakukan oleh dua orang atau lebih di lingkungan madrasah dengan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Budaya yaitu nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama
yang diikuti dan menghormati pada setiap para anggota dalam sebuah organisasi.1
Sutrisno mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu kegiatan social
yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi
untuk melakukan aktivitas kerja.2 Budaya dalam suatu organisasi mencerminkan
penampilan suatu organisasi seperti yang dilihat oleh orang luar. Organisasi dengan
budaya positif akan menghadirkan citra positif jika berjalan dengan baik, namun
sebaliknya jika budaya organisasi tidak baik akan memberikan citra negatif terhadap
organisasi/madrasah.3
Ada pengaruh langsung dari budaya madrasah terhadap kinerja guru. Ada
pengaruh tidak langsung tidak langsung budaya madrasah terhadap kinerja belajar
melalui aktifitas motivasi. Ada pengaruh langsung motivasi tehadap kinerja guru.
Untuk mengatasi masalah kinerja guru yang berkaitn dengan masalah internal, upaya

1
Ahmad Susanto. Konsep Strategi dan Implementasi Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. (Jakarta.
Predanamedia Group.2016) h. 23
2
Muhammad Soleh, Hasrudy, Sjahril Effendi. Pengaruh budaya organisasi, dukungan organisasi dan
kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi pada guru sma negeri di lingkungan dinas pendidikan
provinsi Sumatra utara cabang sunggal. Journal of management, accounting, economic, and business.
Vol.1 no.03 (2020) Medan. Universitas muhammadiyah Sumatra utara.
3
. Ahmad Susanto.2016 Konsep Strategi dan Implementasi Manajemen Peningkatan Kinerja Guru.
Predanamedia Group. Jakarta. h. 23

3
dari lembaga pendidikan, guru, dan kepala sekolah diperlukan dengan mengubah
program kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan untu memiliki
kepemimpinan yang efisien dan efektif, melakukan pendelegasian tugas yang
berfokus pada proses belajar siswa.
Komitmen merupakan hal yang paling mendasar bagi setiap orang dalam
melaksanakan pekerjaannya. Komitmen yang tinggi dapat meningkatkan motivasi
setiap individu untuk melaksanakan tugasnya dengan sepenuhnya hati dan ikhlas.
Demikian halnya dengan seorang guru yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap
sekolahnya akan berusaha sabaik mungkin menunjukkan sikap dan perilaku yang
patut ditiru dan dicontoh oleh muridnya. Ciri guru yang memiliki komitmen yang
tinggi adalah melayani kebutuhan siswa khususnya yang berkaitan dengan pendidikan
serta membimbing dengan sepenuh hati. Selain itu guru juga mampu bahan
pembelajaran, membuat program pembelajaran, hadir sesuai dengan waktu yang
sudah ditentukan, merancang media pembelajaran serta menguasai materi dengan
baik.4
Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan, dan peneliti
beranggapan sementara bahwa di MTs Yayasan Pendidikan Hidayatussalam, yang
beralamat di jalan. Puskesmas, Bandar Khalifah, Dusun VII no. 103, peneliti
menemukan tindakan-tindakan terkait dengan budaya organisasi dan komitmen guru
di madrasah tersebut. Peneliti mensurvei dan memperhatikan setiap tindakan budaya
organisasi yang ada dimadrasah dan memberi gambaran bahwa budaya organisasi
yang baik tetapi belum memenuhi syarat/peraturan yang diinginkan, seperti masih
adanya guru-guru yang datang tidak tepat waktu ke madrasah, sebagian guru-guru
yang membuat kelompok-kelompok khusus didalam madrasah, beberapa guru yang
system dan model mengajarnya yang kurang efektif dan efisien, sementara itu
peraturan-peraturan yang sudah di komitmenkan terhadap guru-guru di dalam
madrasah, akan tetap belum berjalan dengan baik atau sempurna. Permasalahan yang
ada di dalam madrasah tersebut hakikatnya dapat teratasi apabila guru-guru dapat
4
. Linda Rahayu Ajwan, Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Kerja
Guru Madrasah Negeri 2 Model Medan.(Medan: Falkutas Tarbiyah Dan Keguruan . Universitas Islam
Negeri Sumatra Utara. 2020). h. 11-13.

4
melihat atau mengamati kendala-kendala di lingkungan madrasah dan dikelas, setelah
itu mencari proses interaksi yang menyimpan serangkaian perbuatan guru dan siswa
yang berlangsung dalam situasi pendidikan untuk memenuhi maksud tertentu.
Peran kepala madrasah, sebagai manajer yang mengatur seluruh kegiatan di
dalam madrasah, sebaik-baiknya mampu menghasilkan budaya organisasi yang
kondusif sehingga mampu untuk mengembangkan komitmen guru. Dengan demikian,
seorang guru mampu menghilangkan keinginannya selain keinginan tulus untuk
berbagi ilmu pengetahuan kepada anak didik. Jika kepala madrasah tidak mampu
menciptakan budaya organisasi, patut untuk mengingatkan kembali komitmen dan
prioritas utama seorang pengajar, yaitu turut serta untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan Negara.
Berdasarkan latar belakang diatas makan peneliti ingin mengambil
permasalahan tersebut dalam pengajuan skripsi yang berjudul : “PENGARUH
BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN GURU DI MADRASAH
HIDAYATUSSALAM BANDAR KHALIFAH”.

A. Identifkasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti ini dapat di


identifikasikan masalah terkait dengan budaya organisasi, dam komitmen guru.
1. Kurang kondusifnya budaya organisasi dimadrasah terhadap sudut pandang
kesadaran diri
2. Kurangnya budaya organisasi dimadrasah terhadap aspek mengendalikan
guru-guru
3. Kurangnya kesadaran guru-guru dalam menjalankan tugas-tugasnya.

B. Rumusan Masalah
Untuk menjelaskan arah pembahasan penelitian ini perlu adanya rumusan
masalah. Adapun rumusan masalah dalam penulisa ini adalah:
1. Bagaimana Budaya Organisasi di MTs Hidayatussalam Bandar Khalifah?

5
2. Bagaimana Komitmen guru di MTs Hidayatussalam Bandar Khalifah?
3. Apakah Ada Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Guru di MTs
Hidayatussalam Bandar Khalifah?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui:
1. Budaya organisasi di MTs Hidayatussalam Bandar Khalifah.
2. Komitmen guru di MTs Hidayatussalam Bandar Khalifah.
3. Pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen guru di MTs Hidayatussalam
Bandar Khalifah.

D. Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui manfaat dari penelitian ini penulis akan menguraikan
sebagai berikut, manfaat dari penelitian:
1. Secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti dan bagi pembaca lainnya
yang tertarik untuk mengembangkan penelitian ini.
b. Sumbangan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan komitmen dan
kedisplinan dimadrasah
c. Bahan masukkan bagi lembaga madrasah sebagai aplikasi teoritis.
2. Secara praktis
Secara praktis penelitian diharapkan semoga dapat bermanfaat sebagai
berikut yaitu:
a. Sebagai masukkan pertimbangan dan alternative bagi madrasah tentang
budaya organisasi pada komitmen kerja guru dalam meningkatkan kinerja
di dalam madrasah

6
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk meingkatkan komitmen
kerja tenaga pendidik di madrasah
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi murid dalam meningkatkan komitmen
kerja pendidik demi mutu lulusan yang lebih baik dari madrasah
d. Sebagai bahan masukkan bagi madrasah dalam upaya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
komitmen kerja guru di dalam madrasah

7
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Landasan Teori
1. Budaya Oganisasi
a. Pengertian Budaya

Budaya berasal dari bahasa latin Colere yang berarti mengelolah, mengerjakan,
terutama mengolah tanah atau bertani. Kemudia dalam bahasa inggris disebut
Culture. Pengertian budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan
adat istiadat. Jika menggunakan pendekatan ilmu antropologi, yaitu keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang digunakan untuk memahami
lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadikan pedoman tingkah lakunya.5
Budaya mengandung pengertian sebagai berikut: keseluruhan pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, kemampuan dan kebiasaan yang dipelajari oleh
seseorang sebagai anggota suatu masyarakat. Juga bermakna keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang digunakan untuk memahami
lingkungan dan pengalaman yang bisa menjadi pedoman dalam hidup dan tingkah
lakunya. Budaya merupakan “jalan hidup bagi sekelompok orang, susunan dari
semua pola perilaku yang dipelajari, yang diturunkan dari suatu generasi ke generasi
berikutnya melalui bahasa dan proses meniru.” Budaya adalah suatu bentuk dari budi
dan akal, berasal dari bahasa sansekerta “budhayah” budaya bisa membedakan
anggota satu kelompok manusia dari kelompok yang lain serta saling berinteraksi
yang mempengaruhi respon sekelompok manusia terhadap lingkungannya. Secara
umum, kita memandang masyarakt berasal dari budaya berbeda, jika cara hidup
mereka sebagai suatu kelompok berbeda secara signifikan.

5
. Ahmad Susanto. Konsep Strategi dan Implementasi Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. (Jakarta,
Predanamedia Group 2016). h. 185

8
Definisi budaya sangat variatif, oleh Kroeber dan Klueckhohn (1952)
dikelompokkan menjadi enam kelompok definisi yang bersifat:

1. Deskriptif, menekankan budaya sebagai totalitas yang komprehensif.


2. Normative, menekankan pentingnya peran kaidah-kaidah yang
dipahami
3. Psikologis, menekankan ciri, karakteristik psikologis sebagai
ungkapan.
4. Historis, menekankan tradisi misalnya hubungan darah, keturunan
5. Structural, menekankan pentingnya struktur, pola atau organisasi
budaya.
6. Genetic, menekankan pentingnya genetis atau keaslian budaya.
Selanjutnya Kroeber and Kluckhohn (1952) menyusun definisi budaya yang
lebih komprehensif: Budaya terdiri dari pola-pola, yang eksplisit dan implisit,
menyangkut perilaku yang dipelajari dan disebarluaskan melalui symbol, merupakan
pencapaian khusus dari sekelompok manusia termasuk mewujudkannya dalam bentuk
barang-barang hasil karya mereka, inti budaya yang penting terdiri dari gagasan-
gagasan tradisional (yang diperoleh dan diseleksi berdasarkan sejarah) dan khususnya
nilai-nilai yang mereka anut, system budaya mungkin disatu sisi hasil tindakan, disisi
lain sebagai tindakan yang terkait dengan masa yang akan datang. Oleh karena itu
budaya merupakan:
a. Sesuatu yang berupa kebiasaan, moral, hokum, yang membentuk perilaku
atau membentuk persepsi seseorang.
b. Sesuatu yang dirasakan bersama oleh semua atau sebagian besar anggota
kelompok masyarakat.
c. Sesuatu yang berusaha untuk diturunkan oleh anggota yang lebih tua
kepada yang muda.6
Menurut K. Hajar Dewantara yang disebut, budaya adalah perpaduan antara
cipta, karsa dan karya manusia dalam kehidupan yang membentuk satu peradaban
manusia. Sedangkan keegan menjelaskan dalam bukunya “Manajemen Perusahaan
6
. Pahlawansyah Harahap, “Budaya Organisasi, (Semarang, semarang university press, 2011) h. 1-2.

9
Global” bahwa budaya merupakan cara hidup yang dibentuk oleh kelompok manusia
termasuk nilai yang disadari dan tidak disadari, yang di turunkan dari generasi ke
generasi berkutnya.7 Dari beberapa pendapat dapat di simpulkan budaya adalah suatu
bentuk kegiatan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi kebiasaan
setiap orang dalam lingkungan untuk mencapai sebuah tujuan yang akan melibatkan
organisasi terbentuk dari nilai-nilai, norma-norma, agama, kepercayaan, dan sebagai
modal dasar dalam membangun dan mengembangkan kehidupan yang berbangsa dan
bernegara yang sejahtera, adil dan bermartabat. Budaya tercipta karena adanya adopsi
dari organisasi lainnya baik nilai visi, misi, maupun pola hidup dan citra organisasi
yang dilaksanakan oleh anggotanya. Budaya memunculkan perspektif yang beragam,
terdapat kesepakatan diantara para ahli budaya dalam hal ini mendefinisikan budaya.
Intinya bahwa budaya dengan system makna bersama yang diyakini oleh setiap
anggota.
b. Pengertian Organisasi
Organisasi adalah aktivitas atau suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-
sama untuk mencapai tujuan bersama dan dilakukan oleh lebih dari dua orang dan
bukan secara tunggal. Karena jika kehiatan yang dilakukan oleh satu orang tidak
dapat dikatakan sebuah organisasi. Pengorganisasian merupakan keseluruan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggungjawab, dan wewenang
sedemikian rupa sehingga yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Organisasi adalah tempat di mana
orang-orang berkumpul, bekerja dalam kelompok, merencanakan, mengatur,
mengarahkan, dan mengendalikan penggunaan sumber daya organisasi (uang, bahan,
mesin, dan lain-lainnya) secara efektif dan efisien, metode, lingkungan, infrastruktur,
data, dan orang lain) untuk bersama-sama mencapai tujuan dan arah yang ditentukan.
Kerja sama ini merupakan kerja sama yang ditujukan untuk mencapai tujuan,
termasuk mengikuti pola interaksi antar individu atau kelompok. Model interaksi
tersebut diselaraskan dengan norma, keyakinan, dan nilai tertentu yang ditetapkan

7
Nasrul Syakur Chaniago. “Manajemen Organisasi. (Medan, Perdana Mulya Sarana, 2011) h. 103.

10
oleh pendiri organisasi itu sendiri. Keseluruhan pola interaksi dalam waktu tertentu
akan membentuk kebiasaan atau budaya organisasi yang sama.8
Menurut Marringan, konsep organisasi dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu organisasi sebagai alat manajemen, yaitu organisasi sebagai tempat pengelolaan
atau sebagai wadah manajemen untuk memberikan bentuk pengelolaan. gerakan atau
dapat dihubungkan bersama-sama. Kemudian, organisasi sebagai fungsi manajemen
berarti organisasi dalam arti dinamis (mobile), yaitu organisasi yang memberikan
kemampuan kepada manajemen untuk bergerak dalam batas-batas tertentu. Dinamis
berarti organisasi bergerak menuju pembagian kerja. Menurut Hamdy, organisasi
adalah suatu tatanan yang menggambarkan hubungan suatu wilayah kerja dengan
wilayah kerja lainnya, sehingga jalur, tugas, dan wewenangnya tertata dan terarah.
Dalam bukunya The Function od the executive direktur eksekutif Cester Ibarnard
mendefinisikan organisasi oleh I mendefinisikan organisasi sebagai sistem usaha
kerjasama dua orang atau lebih, organisasi sebagai sistem upaya
terkoordinasi.pekerjaan yang dilakukan oleh oleh dua orang atau lebih.
Pandangan tersebut sependapat dengan Longeneker bahwa “organisasi adalah
suatu kegiatan yang mendefinisikan hubungan antara orang-orang dan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan”. Pernyataan Johnson yang lebih luas
mengutip pendapat Pfiffner dan Sherwood tentang definisi organisasi, yaitu:
organisasi adalah pola atau cara di mana sejumlah orang terkait erat, semuanya
terlibat dan melakukan tugas-tugas kompleks, memelihara hubungan dengan
kesadaran, memiliki suatu sistem dan kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan.9
Philiph Selznick memandang organisasi sebagai susunan personel untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan tertentu yang ditetapkan oleh alokasi tugas dan
tanggung jawab.10 Dari pengertian di atas, terlihat bahwa organisasi harus memiliki
fenomena penting, yaitu: organisasi harus mempunyai tujuan, organisasi harus
mempunyai program kegiatan, strategi dan metode untuk mencapai tujuannya,

8
Khaerul Umam, Perilaku Organisasi. (Bandung, Pustaka Setia, 2012) h. 126
9
Mesiono. Manajemen Organisasi. (Medan: Perdana Mulya Sarana 2009). h. 40
10
Kadar Nurjaman. Komunikasi dan Public Relation. (Bandung: Pustaka Setia. 2012) h. 153

11
organisasi harus mempunyai seorang pemimpin atau manajer yang bertanggung
jawab. Jawab terhadap organisasi itu dalam mencapai tujuan, organisasi itu terdiri
dari dua orang atau lebih, organisasi itu harus ada kerja sama.

c. Fungsi Organisasi
Sebuah organisasi memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan dasar organisasi Setiap organisasi memiliki kebutuhan
dasar sendiri dalam konteks keberadaannya.
2. Perkembangan tugas dan tanggung jawab. Bahwa organisasi harus memenuhi
standar yang ditetapkan oleh organisasi serta standar masyarakat di mana ia
berada. Standar-standar ini memberi organisasi seperangkat tanggung jawab
yang harus dipenuhi oleh para anggotanya.
3. Menghasilkan barang atau orang. Fungsi utama suatu organisasi adalah
menghasilkan barang atau orang tergantung pada jenis organisasinya. Semua
organisasi memiliki produk mereka sendiri. Misalnya, organisasi pelatihan
guru menciptakan calon guru. Organisasi memproduksi tekstil yang terdiri
dari berbagai jenis dan desain dari Para ahli dan pemimpin dalam organisasi
menghabiskan banyak waktu untuk berpikir tentang meningkatkan dan
menyempurnakan produksi. Ini akan membantu organisasi untuk
menghasilkan hasil organisasi dalam waktu dengan cepat, mudah dan optimal.
minimal.
4. Mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang. Organisasi ini dijalankan
oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan, dan
membawa pertumbuhan organisasi. Dia datang dengan ide baru, program
baru, dan arah baru.11

d. Pengertian Budaya Organisasi

11
Arny Muhammad. Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). h. 32

12
Budaya organisasi merupakan bagian integral dari lingkungan internal
organisasi karena keragaman budaya yang ada di organisasi sama banyaknya dengan
jumlah individu dalam organisasi. Secara umum, budaya organisasi juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal organisasi. Setiap karyawan memiliki
karakteristik dan karakteristik budaya yang sesuai, sehingga mungkin ada karyawan
yang menyukai atau tidak menyukai, sehingga harus ada persepsi yang seragam dari
semua karyawan terhadap pernyataan budaya organisasi.12 Budaya organisasi adalah
bagaimana orang tampil dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi adalah unit
normatif yang terdiri dari keyakinan, sikap, nilai inti, dan pola perilaku orang-orang
dalam organisasi. Keyakinan bersama, nilai-nilai inti, dan pola perilaku
mempengaruhi kinerja organisasi. Keyakinan adalah semua asumsi dan persepsi
tentang hal-hal, orang dan seluruh organisasi, diterima sebagai baik dan buruk, nilai
inti adalah nilai dominan yang diterima di seluruh organisasi, sedangkan panutan
adalah bagaimana orang bertindak terhadap orang lain. Sebuah organisasi yang
percaya pada potensi manusia dan nilai-nilai intinya penghargaan akan mempunyai
pola perilaku yang di inginkan dalammemperlakukan orang dengan baik.13
Penggunaan istilah budaya organisasi mengacu pada budaya yang berlaku di
dalam perusahaan, karena pada umumnya perusahaan mempunyai bentuk organisasi,
yaitu kerjasama antara beberapa orang membentuk suatu kelompok atau sekelompok
orang. Penelitian ini dilakukan terhadap budaya organisasi yang diterapkan pada
perusahaan. Dalam pembahasan berikut, budaya organisasi dianggap sebagai definisi
atau sinonim dari budaya perusahaan. Jika disebut budaya perusahaan, berarti juga
budaya yang dominan dalam organisasi adalah melakukan kegiatan perusahaan. Jadi
istilah budaya organisasi dan istilah budaya perusahaan dalam studi ini juga seperti
yang digunakan para pengrida saling mengganti.
Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilainilai
(values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-
norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu

12
Manahan P.Tampubolon. Perilaku keorganisasian. (Bogor: Ghalia Indonesia. 2008) h. 216
13
Wibowo. Manajemen perubahan edisi ketiga. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.2006) h.483

13
organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalahmasalah organisasinya.
Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau
norma-norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota
organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah
organisasi (perusahaan). Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan
menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam
organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan
jiwa para anggota organisasi.
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang
dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas
kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi mempelajari
budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Apalagi bila ia sebagai orang baru
supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat bekerja, ia berusaha mempelajari apa
yang dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang
benar dan apa yang salah; dan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan di dalam organisasi tempat bekerja itu. Jadi, budaya organisasi
mensosialisasikan dan menginternalisasi pada para anggota organisasi. Budaya
organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah
atau negatif menghambat atau bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan. Dalam
suatu perusahaan yang budaya organisasinya kuat, nilai-nilai bersama dipahami
secara mendalam, dianut, dan diperjuangkan oleh sebagian besar para anggota
organisasi (karyawan perusahaan).14 Dan adapun ayat yang mengenai budaya
organisasi yaitu terdapat di Q.S An-Nisa ayat 71 yang berlafaz sebagai berikut:

ً‫بات َأ ِو انِْفُروا مَجِ يعا‬


ٍ ُ‫يا َأيُّها الَّ ِذين آمنُوا خ ُذوا ِح ْذر ُكم فَانِْفروا ث‬
ُ ْ َ ُ َ َ َ َ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke
medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!15

14
Agoes Kamaroellah. Pengantar Budaya Organisasi, (Surabaya, Putaka Radja. 2014) h. 1-3
15
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-71

14
Ayat di atas menjelaskan pentingnya melakukan suatu kegiatan dengan
Bersamasama demi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu budaya organisasi dalam kajian Islam bisa dicari dan didapat dari penuturan
para tokoh (Ulama’) muslim. Diantara pendapat para tokoh tersebut adalah antara
budaya dan Islam merupakan dua keadaan yang saling tidak mencakup. Yang berarti
Islam bukan merupakan bagian dari kebudayaan dan begitu sebaliknya, kebudayaan
bukan merupakan bagian dari Islam, keduanya berdisi sendiri. (Ismail, 1997: 3)
Menurutnya, budaya asal mulanya adalah daya, cipta dan karsa manusia, sedang
Islam adalah wahyu.16

e. Karakteristik Budaya Organisasi


Menurut Robbins, 1990 dalam bukunya Organizational Theory: Structure,
Design and Applications yang diterjemahkan oleh Jusuf Udaya (199) bahwa budaya
menyiratkan adanya dimensi atau beberapa karakteristik yang erat hubungannya erat
dan saling bergantung. Tetapi kebanyakan peneliti tidak mencoba merinci
karakteristik ini. Jika budaya ada, dan kita menegaskan bahwa itu ada, maka budaya
harus memiliki dimensi luar biasa yang dapat diidentifikasi. 17 Budaya organisasi
suatu organisasi mungkin berbeda dengan budaya organisasi lainnya. Akan tetapi,
budaya organisasi memiliki ciri, ciri atau ciri tersendiri yang memiliki kesamaan.
Istilah yang digunakan oleh para profesional untuk menggambarkan fitur budaya
organisasi sangat bervariasi. Ini mengungkapkan berbagai karakteristik, kepribadian,
dan elemen yang ada dalam budaya organisasi. Dan menurut Michael Zwell, ciri-ciri
utama kebudayaan adalah:
a. Budaya untuk dipelajari
b. Aturan dan kebiasaan umum untuk semua budaya
c. Budaya beroperasi sebagian besar secara tidak sadar
d. Karakteristik dan sifat budaya dikendalikan oleh berbagai mekanisme
dan proses social
16
Ismail, F. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis (2nd ed.).( Yogyakarta:
Titian Ilahi Press. 1997). h. 3
17
Stephen P. Robbins. Organizational Theory. (Structure, Design and Applications. 1990) h. 199

15
e. Unsur budaya diturunkan dari generasi ke generasi
f. Penyesuaian terhadap adat dan perilaku yang diterima cenderung
dikaitkan dengan karakter moral dan keunggulan
g. Seperti kebiasaan lainnya, perilaku budaya nyaman dan diketahui
publik

Akar budaya organisasi adalah seperangkat karakteristik dasar yang dihargai


oleh semua anggota organisasi. ciri budaya organisasi menunjukkan ciri, ciri, unsur
atau unsur yang terkandung dalam suatu budaya organisasi. Sedangkan menurut
Jerald Greenberg dan Robert A. Baron, ada 7 faktor yang menunjukkan budaya
organisasi yaitu:
1. Inovation (inovasi), satu tingkatan dimana orang diharapkan kreatif dan
membangkitkan gagasan baru.
2. Stability (stabilitas), bersifat menghargai lingkungan yang stabil, dapat di
perkirakan, dan berorientasi pada peraturan.
3. Orientation toward people (Orientasi pada orang), merupakan orientasi
untuk menjadi jujur, mendukung, dan menunjukkan penghargaan pada hak
individu
4. Result - orientation (orientasi pada hasil), meletakkan kekuatannya pada
kepeduliannya untuk mencapai hasil yang di harapkan.
5. Easygoingness (bersikap tenang), suatu keadaan dimana tercipta iklim
kerja bersifat santai.
6. Attention to detail (perhatian pada hal detail), di maksudkan dengan
kepentingan untuk menjadi analitis dan seksama.
7. Collaborative orientation (orientasi pada kolaborasi), merupakan orientasi
yang menekankan pada bekerja dalam tim sebagai lawan dari bekerja
secara individual.

16
Setelah di uraikan beberapa karakteristik budaya organisasi, makaselanjutnya
akan dikemukakan karakteristik – karakteristik yang melekat pada budaya organisasi
yaitu:18
1. Inisiatif Perseorangan
Para anggota dalam organisasi harus tampil dalam bentuk tingkatan
tanggung jawab, kebebasan, dan ketidak terikatan yang dimiliki seseorang
inisiatif individu atau perseorangan harus dihargai sepanjang menyangkut ide
untuk memajukan dan mengembangkan organisasi.
2. Toleransi atas Risiko
Para anggota dalam organisasi harus tampil dalam bentuk peluang
dandorongan terhadap personel untuk bersikap agresif, inovatif, dan berani
mengambil resiko. Toleransi kepada anggota organisasi untuk dapat bertindak
agresif dan inovatif untuk kemajuan organisasi serta berani mengambil resiko
terhadap apa yang dilakukannya.
3. Pengarahan dan performance
Bahwa suatu organisasi haru memiliki tingkat kemampuan dalam
menciptakan sasaran dan performance yang di harapkan secara jelas.
Pengarahan mengenai kejelasan sasaran dan harapan yang di inginkan
organisasi yang tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi yang akan
berpengaruh terhadap kondisi kinerja organisasi.19
4. Integrasi
Sebuah organisasi yang kuat memiliki tingkatan keadaan yang menunjukkan
bahwa unit-unit dalam organisasi di dorong untuk bekerja secara koordinat.
5. Dukungan manajemen
Bahwa organisasi harus memiliki tingkat dukungan yang jelas dari para
manejer terhadap bawahannya dalam hal komunikasi, bimbingan dan

18
Susanto, Ahmad. Konsep, Strategi, Dan Implementasi Manajemen Peningkatan Kinerja Guru.
(Jakarta: Prenadamedia group 2016) h. 199

19

17
dukungan manajer terhadap bawahan sangat membantu kelancaran kinerja
suatu organisasi.
6. Pengendalian
Bahwa pemimpin harus mengetahui sejumlah ketentuan, aturan dan
sejumlah supervisi langsung yang di gunakan untuk mengawasi dan
mengendalikan perilaku para pegawai dalam sebuah organisasi.
7. Bukti diri
Bahwa setiap pegawai harus memiliki tanda keanggotaan suatu
organisasi yang telah menunjukkan keterikatan pada suatu organisasi secara
keseluruhan bukan pada suatu unit atau profesi tertentu.
8. Sistem Imbalan
Bahwa pimpinan harus memiliki sistem seperti kenaikan gaji atau
promosi dilakukan berdasarkan prestasi kerja bukan atas dasar senioritas
sehingga mampu mendorong kreativitas atau perilaku inovatif sesuai dengan
kemampuan dan keahlian dari anggota organisasi.20
9. Toleransi konflik
Bahwa setiap para anggota dan pimpinan harus memiliki sifat
keterbukaan untuk mengembuskan konflik dan kritik yang terjadi didalam
lingkungan organisasi.
10. Pola komunikasi
Bahwa di dalam organisasi itu yang paling mendasar di butuhkannya
komunikasi, apabila komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka organisasi
yang di ciptakan juga tidak berjalan dengan baik.

f. Fungsi Budaya Organisasi


Secara fungsional, budaya organisasi memiliki beberapa fungsi. Pertama,
budaya memiliki peran khusus untuk dimainkan. Ini berarti bahwa budaya kerja
membuat perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Kedua, budaya organisasi memberikan periode identitas bagi anggota organisasi.

20
Susanto.Opcit hal.188

18
Ketiga, budaya organisasi memfasilitasi pengembangan komitmen terhadap sesuatu
yang lebih besar daripada kepentingan pribadi. Keempat, budaya organisasi
meningkatkan stabilitas sistem social.
Secara sosial, budaya bertindak sebagai perekat sosial yang menyatukan
organisasi dengan menetapkan standar yang jelas tentang apa yang harus dikatakan
dan dilakukan karyawan. Pada akhirnya, budaya bertindak sebagai mekanisme
kontrol dan makna yang memandu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Budaya organisasi yang kohesif atau efektif ditunjukkan dalam kepercayaan,
komunikasi terbuka, kepemimpinan menerima umpan balik dan dukungan dari
bawahan, pemecahan masalah tim, kemandirian dalam bekerja dan memberikan
pertukaran informasi Nelson dan Qiuck (1997) menyarankan rasa identitas dan
meningkatkan komitmen organisasi, alat organisasi anggota, memperkuat nilai-nilai
organisasi dan mekanisme kontrol perilaku. Budaya yang kuat menempatkan
keyakinan, sikap, dan cara melakukan sesuatu tanpa keraguan. Jadi, berakar pada
tradisi, budaya mencerminkan apa yang dilakukan, bukan apa yang akan berlaku
(Pastin, 1986). Dengan demikian, budaya kerja berfungsi sebagai perekat sosial
untuk menyatukan anggota dalam mencapai tujuan organisasi dalam bentuk posisi
atau nilai yang harus dikatakan dan dilakukan karyawan. Ini juga dapat digunakan
untuk memeriksa perilaku karyawan.21 Berikut penjelasan fungsi budaya organisasi
menurut Robert Kreitner dan Angelo kinicki,yaitu:
1. Memberikan anggota identitas organisasional. Menjadikan madrasah diakui
sebagai madrasah yang inovatif dengan mengembangkan produk baru dan
identitas organisasi memiliki karakteristik yang membedakannya dari
organisasi lain yang memiliki ciri khas.
2. Memfasilitasi kohesi kolektif, madrasah dapat membuat karyawannya
bangga menjadi bagian dari tim. Anggota organisasi memiliki komitmen
bersama terhadap standar yang harus diikuti organisasi dan tujuan bersama
yang ingin dicapai.

21
Agoes Kamaroellah. Pengantar Budaya Organisasi, (Surabaya, Putaka Radja. 2014) h. 11-12

19
3. Meningkatkan stabilitas sistem sosial sehingga mencerminkan bahwa
lingkungan kerja dianggap positif dan mendukung, dan konflik serta
perubahan dapat dikelola secara efektif. Dengan kesepakatan bersama
tentang budaya organisasi yang harus diikuti oleh, ia mampu menjaga
lingkungan dan interaksi sosial berjalan lancar dan tanpa keributan.
4. Membentuk perilaku dengan membuat anggota sadar akan lingkungan
mereka. Budaya organisasi dapat menjadi alat untuk membuat orang
berpikir dan masuk akal.22

2. Komitmen Kerja Guru


a. Pengertian Komitmen Kerja
Commitmen berasal dari bahasa latin commiter yang berarti untuk bersatu,
bersatu, percaya dan bekerja. Kesamaan antara komitmen dan janji adalah mudah
dilakukan atau diucapkan, tetapi sangat sulit dilakukan atau dipenuhi. Komitmen
adalah sebuah janji. Janji adalah janji yang dibuat untuk diri sendiri atau orang lain
yang menghasilkan tindakan. Komitmen adalah pengakuan total, seperti sikap yang
benar-benar berasal dari kepribadian yang berasal dari dalam diri seseorang.
Berkomitmen untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan semangat dalam bekerja,
menyelesaikan misi menuju perubahan menjadi lebih baik. Hal ini ditandai dengan
peningkatan kualitas fisik dan psikis hasil kerja. Untuk membuat hal-hal
menyenangkan bagi seluruh komunitas madrasah. Feldman menyatakan bahwa
partisipasi adalah kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam apa yang mereka
lakukan dengan keyakinan bahwa kegiatan yang mereka lakukan itu penting dan
bermakna. Komitmen ada ketika seseorang memiliki kemampuan untuk memutuskan
apa yang harus dilakukan. Robbins menyarankan bahwa komitmen adalah rencana
terbaru yang mempengaruhi tanggung jawab masa depan dengan arahan panjang
untuk perencanaan kebutuhan manajemen.23

22
Wibowo. Budaya Organisasi. (Jakarta: Raja Grafindo persada 2010) h. 50

23
Candra Wijaya.Dasar dasar Manajemen.(Medan: Perdana Mulya Sarana. 2016)
hal.168

20
Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku
individu dengan kebutuhan, prioritas, dan tujuan organisasi. Ini mencakup cara-cara
untuk mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi, yang pada
dasarnya memprioritaskan misi organisasi di atas kepentingan pribadi. Menurut NJ
Allen dan JP Meyer, komitmen juga dapat berarti bahwa individu sangat menerima
tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan individu berusaha dan bekerja serta memiliki
keinginan untuk tetap berada di sana. Menurut Quest, komitmen adalah nilai inti
dalam mencapai seorang individu mendukung organisasi serta tujuan tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. 24
Komitmen merupakan keputusan seseorang dengan dirinya sendiri, seorang
yang memiliki komitmen akan melakukkan sesuatu atau tidak. Secara etis komitmen
menunjukkan kemantapan kemauan, keteguhan sikap, kesungguhan, dan tekat untuk
berbuat yang lebih baik. Komitmen berarti hasil proses internalisasi pada diri seorang
untuk berbuat yang terbaik dengan menjaga aspek kejujuran, disiplin, menetapi janji
dan sebagainya menggunakan cara cara yang berkualiatas dan etis, sehingga
memperoleh hasil yang terbaik. Hal ini sejalan dengan firman Allah tentang
pentingnya komitmen sebagaimana tertuang dalam kitab suci al quran surah a tahrim
ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut:
‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا ُق ْٓوا اَْن ُفس ُك ْم َواَ ْهلِْي ُك ْم نَ ًارا َّو ُق ْو ُد َها النَّاس َواحْلِ َج َارةُ َعلَْي َها َم ٰلۤ ِٕى َكةٌ ِغاَل ٌظ ِش َد ٌاد اَّل‬
ُ َ
‫ص ْو َن ال ٰلّهَ َمٓا اََمَر ُه ْم َو َي ْف َعلُ ْو َن َما يُْؤ َمُر ْو َن‬
ُ ‫َي ْع‬
Artinya: Orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; Malaikat pelindung
mereka kasar, keras dan tidak menaati Allah apa yang Dia perintahkan kepada
mereka dan selalu melakukan apa yang Dia perintahkan.25

24
Fauzia Agustini. Manajemen Sumber daya Manusia Lanjutan. (Medan: Madenatera. 2011) h. 116.
25
https://tafsirq.com/66-at-tahrim/ayat-6

21
Dengan pemikiran ini, Schatz menjelaskan bahwa komitmen adalah hal yang
paling mendasar bagi setiap orang dalam pekerjaan mereka, bahkan ketika pemimpin
sebagai anggota, tanpa komitmen terhadap tugas yang diberikan, sulit untuk
melakukan dengan baik.26 Akan bertanggung jawab kepada dirinya dan keluarganya,
kepada atasan, kepada masyarakat dan kepada Yang Maha Esa. Seseorang yang
berkomitmen bergantung pada niatnya untuk melakukan suatu aktivitas atas dasar
nilai moral dan etika untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Sebagai orang yang sangat berdedikasi, itu akan bermanfaat bagi dirinya
sendiri dan orang lain. Dengan kata lain, komitmen adalah keputusan seseorang
terhadap dirinya sendiri. Orang yang berkomitmen tidak ragu-ragu untuk menentukan
sikapnya dan bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat. Jika seseorang telah
berkomitmen pada sesuatu, tidak akan mudah bagi guru untuk berubah pikiran,
apalagi jika komitmen tersebut sudah tertulis.27 Untuk meningkatkan kinerja, secara
efektif mengurangi tingkat penundaan dan pencegahan meningkatkan akuntabilitas.
Keterikatan seseorang adalah sikap yang sangat positif terhadap organisasi.
Komitmen didefinisikan sebagai perasaan kesatuan, koneksi dan loyalitas yang
ditunjukkan oleh seseorang terhadap organisasinya. Kerja adalah kegiatan sosial
manusia yang fungsinya menghasilkan barang/barang dan jasa untuk dirinya sendiri
dan untuk orang lain, sehingga kerja menghubungkan pola interaksi manusia dengan
individu yang berbeda, karena manusia harus selalu bekerja sama dan berkomunikasi
dengan orang lain agar dapat bertahan hidup.28
Mowday dalam Sopiah mendefinisikan komitmen kerja sebagai istilah lain
untuk komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku
penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk terus
menjadi anggota organisasi. Komitmen organisasi adalah identifikasi dan partisipasi
orang yang relatif kuat dalam organisasi. Dengan kata lain, itu adalah sikap yang
mencerminkan loyalitas, yang memiliki komitmen terhadap organisasi dan proses

26
Syaiful Sagala. Etika dan Moralitas Pendidikan. (Jakarta : Prenadamedia Group.2013) h. 22
27
Ibid h. 23
28
Kartini Kartono. Pemimpin dan kepemimpinan.(Depok: Raja Grafindo Persada. 2013) h. 17

22
berkelanjutan di mana telah menyatakan kepeduliannya terhadap organisasi dan
keberhasilan serta kemajuannya.29

b. Komitmen Kerja Guru


Richard M. Steers mendefinisikan komitmen kerja sebagai rasa identifikasi
(keyakinan pada nilai-nilai organisasi), partisipasi (kesediaan untuk melakukan yang
terbaik untuk kepentingan organisasi) dan loyalitas (harapan) minat untuk terus
menjadi anggota organisasi). diungkapkan oleh karyawan di organisasi tersebut.
Menurut Martin dan Nicholas, ada 3 pilar partisipasi yang harus dibangun untuk
mendorong kohesi organisasi di antara guru, yaitu:
1. Perasaan memiliki (sense of belonging)
Dapat membangun rasa keanggotaan dengan menumbuhkan rasa memiliki
seorang guru keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah berharga, rasa nyaman
berorganisasi di madrasah, dan mendapat dukungan penuh organisasi berupa misi
yang jelas dan nilai yang berlaku di madrasah
2. Gairah untuk bekerja
Guru juga memiliki gairah untuk bekerja. Dengan kata lain, etos kerja tercipta
dengan cara merawat, memberdayakan, dan memberikan kesempatan dan ruang yang
cukup bagi seorang guru untuk memanfaatkan secara maksimal keterampilan dan
keahlian yang dimiliki seorang guru.
3. Kepemilikan organisasi
Guru juga sadar akan kepemilikan organisasi madrasah. Dengan kata lain,
rasa memiliki dapat tercipta ketika guru terlibat, guru terlibat dalam segala hal yang
terjadi di madrasah dan guru bertanggung jawab dalam mengambil keputusan.30
Keterlibatan kerja guru ditentukan berdasarkan variabel manusia (usia, posisi
dalam organisasi, dan posisi seperti kinerja positif dan negatif, atau atribut
pengendalian internal) dan eksternal) dan organisasi (desain pekerjaan, nilai,
dukungan, dan kepemimpinan oleh pengawas Gaya). Bahkan faktor non-organisasi,

29
Fred Luthans. Perilaku Organisasi.(Yogyakarta : Andi.2006) h. 249
30
Fauzia agustini. Manajemen sumber daya Manusia Lanjutan. (Medan:Madenatera. 2011 ) h. 130

23
seperti adanya alternatif lain setelah keputusan untuk bergabung dengan organisasi,
akan mempengaruhi keterlibatan berikutnya. Karena lingkungan madrasah di banyak
organisasi tidak menunjukkan komitmen kepada guru, penelitian terbaru
menunjukkan bahwa komitmen untuk bekerja dengan guru menengahi antara
kesadaran dan praktik kebijakan madrasah dan komitmen oleh organisasi guru.31

c. Bentuk-Bentuk Komitmen Kerja Guru

Keterlibatan kerja guru ditentukan berdasarkan variabel manusia (usia, posisi


dalam organisasi, dan posisi seperti kinerja positif dan negatif, atau atribut
pengendalian internal) dan eksternal) dan organisasi (desain pekerjaan, nilai,
dukungan dan kepemimpinan oleh pengawas Gaya). Bahkan faktor non-organisasi,
seperti adanya alternatif lain setelah keputusan untuk bergabung dengan organisasi,
akan mempengaruhi keterlibatan berikutnya. Karena lingkungan madrasah di banyak
organisasi tidak menunjukkan komitmen kepada guru, penelitian terbaru
menunjukkan bahwa komitmen untuk bekerja dengan guru menengahi antara
kesadaran dan praktik kebijakan madrasah dan komitmen oleh organisasi guru.
Karena sifat multidimensi dari keterlibatan guru, mengembangkan dukungan untuk
model 3 komponen yang diusulkan oleh Mayer dan Allen. Ketiga dimensi tersebut
adalah:
1. Komitmen emosional
Komitmen emosional adalah keterikatan emosional, identifikasi, dan
keterlibatan guru di madrasah. Guru yang sangat terlibat dan efektif
memiliki hubungan perasaan dengan organisasi. Maknanya guru akan lebih
termotivasi dan berpengaruh untuk memberikan kontribusi yang berarti
bagi madrasah dibandingkan dengan guru yang kurang terlibat. Guru yang
lebih terlibat bekerja lebih keras dan berkinerja lebih baik daripada guru
yang kurang terlibat. Guru partisipatif yang sangat efektif cenderung
melaporkan secara internal (yaitu laporan penipuan kepada otoritas

31
Fred Luthans. Perilaku Organisasi.(Yogyakarta : Andi.2006) h. 249

24
madrasah) dari kecurangan atau kesalahan madrasah kepada pihak
berwenang).
2. Komitmen kontinius
Untuk melanjutkan komitmen untuk terus menjadi guru berkomitmen
kuat untuk bertahan di organisasi bukan karena alasan emosional, tetapi
karena persepsi internal guru. Keterlibatan berkelanjutan menyangkut
bagaimana guru di madrasah bereaksi terhadap ketidakpuasan mereka
dengan kejadian di tempat kerja. Komitmen berkelanjutan tidak ada
hubungannya dengan kecenderungan seorang guru madrasah untuk
mengembangkan situasi gagal atau menerima situasi apa adanya. Semakin
besar komitmen berkelanjutan guru, semakin pasif mereka atau
membiarkan halhal yang tidak beres karena guru hanya menunggu hadiah
atau gaji.
3. Komitmen Normatif
Komitmen normatif adalah perasaan kewajiban seorang guru untuk
tetap tinggal di madrasah karena harus dilakukan, bahwa tindakan adalah
hal yang betul untuk dilaksanakan. Sentimen tersebut akan memotivasi
guru untuk berperilaku baik dan mengambil tindakan yang tepat terhadap
madrasah. Namun, keberadaan komitmen normatif harus memiliki
hubungan positif dengan perilaku kerja di madrasah.32

d. Ciri-ciri Komitmen Guru


Goleman mengatakan bahwa ciri-ciri seseorang yang terlibat dalam pekerjaan
seorang guru adalah sebagai berikut:
1. Guru memiliki inisiatif untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul,
langsung bagi dirinya atau rekan-rekannya. .
2. Guru mempunyai perasaan, yaitu menyamakan tujuan guru dan tujuan
madrasah atau merasa berhubungan erat.
3. Guru bersedia melakukan pengabdian yang diperlukan.

32
Khaerul Umam. Perilaku Organisasi. (Bandung : Pustaka setia.2010) h. 265

25
4. Guru mempunyai visi strategis yang tidak memprioritaskan diri sendiri.
5. Guru bekerja dengan rajin bahkan tanpa balasan langsung.
6. Instruktur merasa memiliki atau melihat diri mereka sebagai pemilik bahwa
setiap tugas diselesaikan secepat dan sebaik mungkin.
7. Fasilitator memiliki pernyataan misi yang jelas untuk gambaran milestone
yang ingin dicapai.
8. Guru mencerahkan diri dengan menggunakan pengertian yang jelas bahwa
bekerja bukanlah beban.33
Dengan tujuan dan keyakinan organisasi tentang eksklusivitas dan penerimaan
nilai dan tujuan madrasah. Guru yang berdedikasi dan mendukung akan
menimbulkan rasa cinta dan loyalitas terhadap tugasnya, yang akan menimbulkan
rasa bangga.

e. Factor-factor Yang Mempengaruhi Komitmen Kerja Guru


Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan kerja guru dalam empat kategori,
yaitu:
1. Karakteristik pribadi
Guru memiliki karakteristik pribadi meliputi faktor usia, senioritas, motivasi
untuk sukses, latar belakang, jenis kelamin, ras, dan faktor kepribadian. Sedangkan
pencapaian pendidikan berhubungan negatif dengan komitmen penggunaan
madrasah. Guru yang lebih tua yang secara teratur bekerja dengan menunjukkan nilai
interaksi yang tinggi.
2. Karakteristik pekerjaan
Bahwa pengajar mempunyai ciri pekerjaan mencakup kejelasan serta
keselarasan peran, umpan balik, tantangan pekerjaan, otonomi, kesempatan
berinteraksi dan dimensi inti pekerjaan. Biasanya, pengajar yang bekerja dalam level
faktor faktor yg mensugesti komitmen terhadap kerja pengajar sebagai pekerjaan
dengan skor yang lebih tinggi dan guru dengan tingkat konflik peran dan ambiguitas
yang lebih rendah cenderung lebih terlibat.

33
Candra Wijaya..Dasar dasar Manajemen. (Medan: Perdana Mulya Sarana.2016) h. 172

26
3. Fitur Struktural
Faktor yang termasuk dalam karakteristik struktural seorang guru meliputi
tingkat formalisasi, ketergantungan fungsional, desentralisasi, 1087 derajat
keterlibatan dalam fungsi, pengambilan keputusan dan kontrol di 1087 madrasah.
Para direktur madrasah yang merupakan bagian dari organisasi madrasah telah
mengalami desentralisasi dan para pemilik koperasi menunjukkan komitmen yang
tinggi.
4. Pengalaman profesional
Pengalaman kerja dianggap sebagai pendorong sosialisasi yang penting,
mempengaruhi keterikatan psikologis guru dengan madrasah. pengalaman kerja
ditemukan berhubungan positif dengan komitmen madrasah pada yang berhubungan
dengan sejauh mana guru menganggap madrasah memperhatikan minatnya,
merasakan minat pribadi terhadap madrasah, dan mengharapkan guru dalam
melaksanakan tugasnya.34

f. Aspek-aspek Komitmen Kerja Guru


Menurut Streets, komitmen kerja guru dapat dikelompokkan menjadi 3. faktor, yaitu:
1. Identifikasi (nilai-nilai keyakinan) dengan organisasi madrasah Merupakan
penerimaan tujuan, dimana penerimaan ini menjadi dasar dari komitmen kerja
. Tekad guru datang melalui sikap kebijaksanaan yang menyetujui madrasah
dan kesamaan nilai pribadi dan organisasi di madrasah, rasa bangga menjadi
bagian dari organisasi madrasah.
2. Partisipasi Ini adalah kesediaan untuk memberikan banyak usaha ke dalam
organisasi. Bergabung dengan peran dan tanggung jawab di madrasah.
Guru yang berkomitmen tinggi akan menerima semua tugas dan tanggung
jawab tugas.
3. Loyalitas Artinya, ada keinginan yang kuat untuk mempertahankan
keanggotaan dalam organisasi madrasah. Loyalitas organisasi dalam
pelajaran dinilai oleh dalam hal komitmen dan kasih sayang, rasa koneksi

34
Candra Wijaya..Dasar dasar Manajemen. (Medan: Perdana Mulya Sarana.2016) h. 175

27
dan keterikatan antara organisasi dan guru. Guru yang memiliki komitmen
tinggi merasakan loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi di
madrasah.
Bagi seorang guru, mengetahui organisasi sebanyak mungkin adalah penting.
untuk memahami tujuan organisasi madrasah dan untuk mendekatinya dengan tujuan
pribadi. Untuk berpartisipasi penuh dalam organisasi madrasah, sangat penting
untuk mengajukan aplikasi untuk setiap guru dari madrasah. Dan loyalitas merupakan
bukti nyata bahwa setiap guru memperkuat integritas dan keberlangsungan organisasi
di madrasah.35

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya dengan tujuan untuk mendapatkan hasil tertentu sesuai dengan kondisi
yang ada. Penelitian terdahulu bermanfaat bagi penelitian pemula sebagai acuan serta
perbandingan untuk melaksanakan penelitian berikutnya. Penelitian menemukan
beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian yang di lakukan
oleh peneliti, yaitu:

1. Tesis telah disusun oleh Linda Rahayu Ajwan, fakultas tarbiyah dan keguruan
universitas islam negeri Sumatra utara 2020, dengan judul “Pengaruh Budaya
Organisasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Kerja Guru di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Model Medan. Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa :
Diduga keterpaksaan guru dalam mengajar masih terlihat, hal tentang ini
ditandai dengan masih adanya guru mengajar bidang studi yang terlambat
mengumpulkan perangkat pembelajaran dan masih tidak membawa
pembelajaran di kelas. Guru-guru juga belum mampu memanfaatkan fasilitas
teknologi yang telah tersedia. 36

35
Candra Wijaya..Dasar dasar Manajemen. (Medan: Perdana Mulya Sarana.2016) h. 176
36
Linda Rahayu Ajwan, Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Kerja
Guru Madrasah Negeri 2 Model Medan.(Medan: Falkutas Tarbiyah Dan Keguruan . Universitas Islam
Negeri Sumatra Utara. 2020). h. 8

28
2. Skripsi telah disusun oleh Haura Tazkia, fakultas tarbiyah dan keguruan
universitas islam negeri Sumatra utara 2017, dengan judul “Hubungan Antara
Budaya Organisasi Dengan Komitmen Kerja Guru Di MTs Negeri 2 Medan.
Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa: Peneliti mengamati setiap
tindakan tersebut sehingga peneliti dapat memberi gambaran bahwa terdapat
budaya organisasi yang baik tetapi belum memenuhi peraturan yang
diinginkan, seperti guru- guru yang datang terlambat ke madrasah, guru guru
muda yang membuat kelompok khusus di madrasah, sebagian guru yang
mengajar kurang efektif, padahal peraturan peraturan itu sudah di
komitmenkan di dalam madrasah, namun belum berjalan baik.37

C. Kerangka Berpikir
Budaya Organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku atau
bersikap dan harus menjadi suatu patokan dalam setiap program pengembangan di
dalam organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini terkait bagaimana budaya itu
mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu budaya itu dapat diproses oleh
organisasi. Pentingnya mempelajari budaya organisasi disebabkan asumsi bahwa
organisasi yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang bekerja sama memerlukan
budaya organisasi yang dapat dijadikan patokan tingkah laku yang telah disepakati
bersama di dalam organisasi. Budaya organisasi ini merupakan cermin dari organisasi
yang membedakannya dengan organisasi lainnya.
Dan komitmen kerja guru lebih kepada merefleksikan tingkat identifikasi dan
keterlibatan individu dalam dimensi yang merupakan komitmen terhadap organisasi,
melibatkan tiga sikap: (1). Identifikasi (nilai nilai kepercayaan) dengan tujuan
organisasi, (2). Perasaan keterlibatan dalam tugas-tugas organisasi, dan (3). Perasaan
loyalitas terhadap organisasi. Tidak adanya komitmen bisa mengurangi efektivitas
organisasi. Hal tersebut dikarenakan mengaburnya orientasi anggota organisasi untuk

37
Haura Tazkia, Hubungan Antara Budaya Organisasi Dengan Komitmen Kerja Guru Di MTs Negeri
2 Medan. .(Medan: Falkutas Tarbiyah Dan Keguruan . Universitas Islam Negeri Sumatra Utara. 2017).
h. 5

29
mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya, anggota organisasi yang komitmen akan
memandang nilai dan kepentingan mengintegrasikan tujuan pribadi dan organisasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini akan mendeskripsikan
Pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen guru dan dimana budaya organisasi
sebagai variable bebas atau variable independen yang mempengaruhi sebab dari
timbulnya variable terikat atau variable dependen, yaitu adalah komitmen guru.

Operasional Variabel
Variable Definisi Indikator
Budaya Organisasi Stephen P. 1. Inovatif dan keberanian mengambil
(x) Robbins 2008 resiko
2. Berorientasi pada detail
3. Beroientasi pada hasil
4. Berorientasi pada manusia
5. Berorientasi pada tim
6. Agresivitas
7. Stabilitas
Komitmen Guru Steers dan Porter 1. Keinginan yang kuat untuk tetap
(1982) sebagai anggota organisasi tertentu.
(y)
2. Keinginan untuk berusaha keras
sesuai keinginan organisasi.
3. Keyakinan tertentu dan penerimaan
nilai dan tujuan organisasi.

Gambar. 2.1 : Pengaruh Budaya Organisasi ( Variabel X) terhadap Komitmen guru


(Variabel Y).

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian, maka hipotesis yang dapat diajukan


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Budaya organisasi dapat berpengaruh yang signifikan terhadap komitmen


guru di MTs Hidayatussalam Bandar Khalifah.

30
2. Komitmen guru dapat berpengaruh yang signifakan terhadap kinerja guru
di MTs Hidayatussalam Bandar Khalifah.

31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilaksanakan di Madrasah Hidayatussalam yang beralamat
lengkap di jalan Puskesmas, Nomor.103, desa Bandar Khalifah, Kecamatan Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Sedang. Adapun pemilihan tempat penelitian ini di latar
belakangi oleh madrasah sangat membantu peneliti dalam mengakses lengkap
tentang MTs hidayatussalam Bandar Khalifah. Sehingga dapat memudahkan peneliti
dalam melakukan penelitian dimadrasah tersebut dan waktu yang direncanakan
peneliti untuk melakukan observasi yaitu di bulan Februari hingga April 2022.

B. Populasi dan Sampel


Sugiyono menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek dan subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Sedangkan populasi menurut Surya adalah sejumlah individu atau subyek yang
terdapat dalam keplompok tertentu yang dijalankan sebagai data yang berada dalam
daerah yang jelas batas-batasnya, mempunyai pola-pola kualitas yang baik serta
memiliki keseragaman ciri-ciri didalamnya yang diukur secara kualitatif untuk
memperoleh suatu kesimpulan.38
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian
ini adalah 13 orang guru tetap yang bertugas di MTs Hidayatussalam Bandar
Khalifah. Sedangkan sampel penelitian ini adalah menggunakan seluruh anggota
populasi atau total sampling. Menurut Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.39 Sampel yang baik adalah sampel yang representatif yang
mewakili populasi. Penarikan sampel dilakukan dengan memperhatikan besaran

38
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. (Bandung: Alfabet, 2005), h. 57.
39
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Perkuliahan, (Jakarta: Bina Aksara,1995) h.109.

32
populasi, sehingga dapat menentukan besaran sampel. Hal ini berpedoman kepada
Arikunto yang mengatakan, apabila populasi memiliki besaran yang sangat besar
yaitu antara 1 sampai 100 atau lebih, maka peneliti dapat melakukan penarikan
sample dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana ditetapkan yakni 10 %, 15%,
25%, atau 50%. Jika pupolasi kurang dari 100, maka peneliti dapat menggunakan
sampel total. Berdasarkan pendapat diatas, maka sampel penelitian ini sebanyak 13
orang.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian korelasional
dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan inferensial serta dengan
mengklasifikasikan variabel-variabel bebas dan variabel terikat. Sifat penelitian
deskriptif menggambarkan fakta apa adanya. Fakta-fakta tersebut dikaji untuk
melihat kontribusi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini
juga bersifat inferensial yang bukan hanya sekedar menganalisis dan menyimpulkan
data, tetapi dapat meramalkan dan memprediksi kecenderungan yang akan terjadi
pada populasi. Dan adapun alasan peneliti memilih metode kuantitatif ini, yaitu untuk
mengetahui pengaruh dari budaya organisasi yang ada didalam madrasah terhadap
komitmen kerja guru di madrasah tersebut.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel dimana variabel
terikatnya adalah Budaya organisasi sedangkan variabel bebasnya adalah Komitmen
kerja guru. Berdasarkan kajian teori terdahulu dapat dikemukakan defenisi
operasional kedua variabel dalam penelitian adalah:
1. Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya
manusia dalam menjalankan kewajibannya dan yang perilakunya di dalam
organisasi. Sedangkan definisi operasionalnya, budaya organisasi adalah suatu
nilai-nilai yang menjadi pedoman sumberdaya manusia untuk menghadapi
permasalahan eksternal dan usaha menyesuaikan integrasi ke dalam suatu

33
organisasi, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-
nilai yang ada dan berkembang, serta bagaimana mereka harus bertindak atau
seharusnya berperilaku.
2. Komitmen merupakan suatu sikap kerja atau keyakinan yang mencerminkan
kekuatan relatif, keberpihakan dan keterlibatan individu pada suatu organisasi.
Dan komitmen adalah keputusan seseorang dengan dirinya sendiri, apakah ia
akan melakukan sesuatu atau tidak. Secara etis komitmen menunjukkan
kemantapan kemauan, keteguhan sikap, kesungguhan, dan tekat untuk berbuat
yang lebih baik.Komitmen berkaitan dengan keputusan seseorang dengan
dirinya sendiri, apakah ia akan melakukan suatu kegiatan. Seseorang yang telah
berkomitmen tidak akan ragu menentukan sikap dan bertanggungjawab
terhadap keputusan yang diambil tersebut.

Tabel 1. kisi-kisi instrumen variabel Budaya Organisasi (X)

Teori Variabel Indikator Nomor Item Jumla


1 h
Butir
Stephen Budaya 1. Inovatif dan 1,2,3 3
P. Organisasi keberanian
Robbins (X) mengambil resiko
(2008) 2. Berorientasi 4,5,6 3
pada detail
3. Beroientasi 7,8,9,10 4
pada hasil
4. Berorientasi 11,12 2
pada manusia
5. Berorientasi 13,14,15 3
pada tim
6. Agresivitas 16,17,18 3
7. Stabilitas 19,20 2
Jumlah 20

Tabel 2. kisi-kisi instrumen variabel Komitmen Kerja Guru (Y)

34
Teori Variabel Indikator Nomor Jumlah
2 Item Butir

Steers Komitmen 1. Keinginan yang kuat 1,2,3,4,5,6 6


dan Kerja untuk tetap sebagai anggota
Porter Guru (Y) organisasi tertentu.
(1982) 2. Keinginan untuk 7,8,9,10,11, 7
berusaha keras sesuai 12,13
keinginan organisasi.
3. Keyakinan tertentu dan 14,15,16,17 7
penerimaan nilai dan tujuan ,18,19,20
organisasi.
Jumlah 20

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey


dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner . Pertanyaan
yang diberikan merupakan pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala interval.
Skala yang digunakan adalah Skala Likert dengan 5 (lima) kategori pilihan jawab
yaitu Selalu (SL); Sering (SR); Kadang-Kadang (KD), Jarang (JR) dan Tidak Pernah
(TP). Alternatif jawaban dari kuesioner yang dimodifikasi dari Tuckman dengan
pembobotan skor berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1 untuk pernyataan-pernyataan yang
cenderung positif (favorable) sedangkan pernyataan- pernyataan yang cenderung
negatif (unfavorable) pembobotan skor berturut-turut 1,2,3, 4 dan 5.40

Tabel 1.2 /Skala Likert


No. Pertanyaan Skor
1 Sangat baik 4
2 Baik 3
3 Kurang baik 2
4 Tidak baik 1

40
Bruce W. Tuckman. Conducting Education Researh. (New York: Harcourt Brace Jovanovich
Publishers, 1972) h.248.

35
Sebelum penggunaan instrumen dilakukan lebih dahulu uji coba untuk
mendapatkan instrumen yang sahih dan handal (valid dan reliable). Uji validitas
terhadap isi instrumen dilakukan dengan memahami tentang konsep, teori dan
penelitian-penelitian yang mempelajari masalah penelitian, serta meminta penilian
dari ahli yang berkompeten terhadap masalah penelitian yang sedang diteliti melalui
instrumen tersebut. Dengan mempelajari secara mendalam dasar konsep dan teori
dalam masalah tersebut, peneliti dapat membangun instrumen yang sesuai dengan
fokus dan tujuan penelitian yang ingin diteliti. Isi instrumen penelitian yang telah
dibangun oleh peneliti perlu dinilai oleh para ahli yang berkompeten pada masalah
penelitian tersebut untuk memberi masukan terhadap ketepatan isi instrumen yang
dibangun dalam mengukur variabel yang akan diteliti dalam masalah penelitian.
Kuesioner yang telah dikonsultasikan sesuai dengan teori didiskusikan dengan
pembimbing. Dari hasil diskusi diperoleh saran untuk memperbaiki kuesioner. Uji
coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas ini dilaksanakan
terhadap guru diluar sampel penelitian. Pengujian kevalidan dilakukan dengan
validitas butir pernyataan dengan teknik korelasi Product Moment oleh Person. Taraf
signifikansi yang digunakan sebesar 5% (α = 0,005) dengan rumus:

N ∑ xy−( ∑ x )( ∑ y )
r xy =
√ {( N ∑ x −(∑ x ) )}{ N ∑ y −(∑ y ) }
2 2 2 2

Keterangan:

r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = jumlah responden

∑X = jumlah skor butir tes

∑Y = jumlah skor total

∑ X2 = jumlah kuadrat skor butir tes

36
∑Y2 = jumlah kuadrat skor total

∑ XY = jumlah hasil kali skor X dan Y

Koefisien korelasi dikonsultasikan dengan indeks koefisien korelasi sebagai


berikut:

0,800-1,000 : sangat tinggi

0,600-0,800 : tinggi

0,400-0.600 : cukup

0,200-0,400 : rendah

0,000-0,200 : sangat rendah

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan untuk variabel Kemampuan


Manajerial kepala Sekolah (X) butir yang gugur adalah butir nomor 22 dan terpakai
untuk penelitian sebanyak 21 butir. Sedangkan untuk variabel kinerja guru (Y) butir
yang gugur adalah butir nomor 16 dan terpakai untuk penelitian sebanyak 21 butir.

Sedangkan, pengujian relibilitas adalah pengukuran terhadap konsistensi dan


kestabilan dari jawaban responden. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik
Alpha Cronbach dengan rumus:

rk = ( )(
k
k−1
1−
∑ St 2
St 2 ………41 )
Keterangan:

rk = Reliabilitas Instrumen

K = Jumlah Item

41
Husaini Usman dan Ali Akbar. Pengantar Statistik. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
h. 291.

37
∑ St 2 = Jumlah Varians yang Valid

2
St = Varians Total

Menurut Croncbach yang dikutip oleh Usman & Ali Akbar Thoha
mengemukakan bahwa teknik ini cocok untuk data yang bersifat dikotomi dan
nondikotomi, serta dapat digunakan pada data yang berasal dari kuesioner.
Berdasarkan hasil pengujian diketahui besaran reliabiltas untuk variabel
Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X) sebesar 0,89 dan kinerja guru (Y)
sebesar 0,821. Memperhatikan besaran diatas kedua variabel penelitian ini tergolong
reliabel.

F. Teknik Analisa Data Penelitian


Data penelitian yang terkumpul dari responden diolah dan dianalisa dengan
teknik statistik deskriptif dan inperensial. Teknik statistik deskriptif digunakan untuk
menentukan rata-rata, simpangan baku, modus, median, dan histogram. Sedangkan
statistik inperensial menggunakan teknik korelasi sederhana, korelasi berganda dan
korelasi parsial yang didahului dengan uji persyaratan analisis.
1. Pendeskripsian Data Penelitian

Data penelitian ini dideskripsikan dengan menyatakan nilai cari rata-rata ( ),


median (Me), dan modus (Mo). Kemudian ditampilkan distribusi frekuensi dan
histogram dari variabel yang diteliti.

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik sebagai alat untuk
menganalsis korelasi dan regresi sederhana dan ganda. Untuk dapat menggunakan
analisis korelasi dan regresi terdapat persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya:

a. Pengujian Normalitas Data

38
Uji normalitas untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Liliefors
dengan taraf nyata =0.05.Kriteria uji adalah jika L hitung < L tabel maka dikatakan
data populasi berdistribusi normal.

b. Pengujian Linearitas dan Keberartian Regresi

Uji linearitas untuk mengetahui apakah masing data membentuk garis linier
digunakan uji linearitas dilakukan dengan uji kelinearan dan keberartian arah
koefisien regresi, melalui persamaan sebagai berikut:
¿
Y =a+bX i

( ∑ Y ) ( ∑ X 2) −(∑ X )(∑ XY )
2
a = n ( ∑ X 2
) − ( ∑ X )

n ( ∑ XY ) −( ∑ X )( ∑ Y )
2
b = n (∑ X 2 ) −(∑ X )

Keterangan:

= Jumlah subjek penelitian


X = Skor variabel bebas
A = Konstanta regresi
b = Koefisien arah regresi

∑X = Jumlah skor variabel

∑Y = Jumlah skor variabel terikat

∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara variabel bebas dengan variabel terikat

39
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linear tidaknya hubungan antara
variabel endogen dengan variabel eksogen. Regresi linear apabila F hitung< F
tablepada taraf signifikasi 5%. Sementara uji signifikan regresi, jika F hitung> F
tablemaka dikatakan koefisien regresi signifikan pada taraf signifikan 5%.

c. Uji independensi antar variabel bebas

Uji independensi antar variabel bebas dilakukan untuk melihat apakah variabel
bebas benar-benar independen atau tidak memiliki korelasi satu sama lain. Uji
independensi antar variabel dilakukan dengan menggunakan korelasi sederhana
dengan rumus sebagai berikut:

N . ∑ X 1 X 2 −( ∑ X 1 ).( ∑ X 2 )
r x 1 x 2=
√ {N . ∑ X 1
2−( ∑ X 1 )2 } { N . ∑ X 22 −( ∑ X 22 )}

40
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. (2016) Konsep Strategi dan Implementasi Manajemen Peningkatan


Kinerja Guru. Jakarta. Predanamedia Group.

Muhammad soleh, Hasrudy, Sjahril effendi. Pengaruh budaya organisasi, dukungan


organisasi dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi pada guru sma
negeri di lingkungan dinas pendidikan provinsi Sumatra utara cabang sunggal.
Journal of management, accounting, economic, and business. Vol.1 no.03
(2020) Medan. Universitas muhammadiyah Sumatra utara.

Koentjaraningrat, (2009) Pengantar Ilmu Antropologi Rineka Cipta: Jakarta,

Linda Rahayu Ajwan, (2020) Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja
Terhadap Komitmen Kerja Guru Madrasah Negeri 2 Model Medan. Medan:
Falkutas Tarbiyah Dan Keguruan . Universitas Islam Negeri Sumatra Utara.

Triana kartika sari, Andre D witjaksono, pengaruh budaya organisasi terhadap


komitmen organisasi melalui kepuasan kerja karyawan. Jurnal ilmu
manajemen. Vol 1 nomor 3. (2013) Surabaya : fakultas ekonomi Universitas
Negeri Surabaya.

Pahlawansyah Harahap, (2011) “Budaya Organisasi, Semarang, semarang university


press,

Nasrul Syakur Chaniago. (2011) “Manajemen Organisasi. Medan, Perdana Mulya


Sarana,

Khaerul Umam, (2012) Perilaku Organisasi. Bandung, CV Pustaka Setia,

Mesiono. (2009) Manajemen Organisasi. Medan:CV. Perdana Mulya Sarana

Kadar Nurjaman. (2012) Komunikasi dan Public Relation. Bandung: CV Pustaka


Setia.

Arny Muhammad. (2014) Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara,

41
Manahan P.Tampubolon. (2008) Perilaku keorganisasian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wibowo. (2006), Manajemen perubahan edisi ketiga. Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada.

Agoes Kamaroellah. (2014) Pengantar Budaya Organisasi, Surabaya, Putaka Radja.

https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-71

Ismail, F. (1997), Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis
(2nd ed.).Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Stephen P. Robbins. (1990) Organizational Theory. Structure, Design and


Applications.

Agoes Kamaroellah. (2014), Pengantar Budaya Organisasi, Surabaya, Putaka Radja.

Wibowo. (2010) Budaya Organisasi. (Jakarta: Raja Grafindo persada.

Candra Wijaya. (2016) Dasar dasar Manajemen. Medan: Perdana Mulya Sarana.
Fauzia Agustini. (2011) Manajemen Sumber daya Manusia Lanjutan. Medan:
Madenatera.

https://tafsirq.com/66-at-tahrim/ayat-6

Syaiful Sagala. (2013) Etika dan Moralitas Pendidikan. Jakarta : Prenadamedia


Group.

Kartini Kartono. (2013) Pemimpin dan kepemimpinan. Depok: Raja Grafindo


Persada.

Fred Luthans. (2006) Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Andi. Hal. 249

Haura Tazkia, (2017) Hubungan Antara Budaya Organisasi Dengan Komitmen Kerja
Guru Di MTs Negeri 2 Medan. .(Medan: Falkutas Tarbiyah Dan Keguruan .
Universitas Islam Negeri Sumatra Utara.

Suharsimi Arikunto. (1995), Prosedur Penelitian Perkuliahan, Jakarta:Bina Aksara.

42
Bruce W. Tuckman. (1972) Conducting Education Researh. New York: Harcourt
Brace Jovanovich Publishers.

Husaini Usman dan Ali Akbar. (2003) Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara.

43

Anda mungkin juga menyukai