Anda di halaman 1dari 23

RELEVANSI SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

DASAR DAN MENENGAH DALAM PENINGKATAN


MUTU LULUSAN PADA PENDIDIKAN MADRASAH

LAPORAN PENELITIAN MINI RISET

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Sistem Penjaminan Mutun PAI

OLEH

MUSDARYANTO (20871019)
PERA MONA OKTA YOLANDA (20871022)

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beliau,
para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in hingga kita semua selaku pengikutnya
dari awal sampai akhir zaman. Berkat inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan mini
riset ini tanpa mengalami kesulitan yang berarti.
Mini riset ini berisi tentang relevansi sistem penjaminan mutu pendidikan
dasar dan menengah dalam peningkatan mutu lulusan pada pendidikan madrasah.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan baik dari segi bahasa, metodologi
maupun penulisannya, tidak lain karena keterbatasan, kelemahan dan kekurangan
pada diri penulis yang tidak dapat penulis pungkiri.
Terwujudnya mini riset ini tidak lepas dari banyak pihak yang membantu
secara langsung maupun tidak langsung, sehingga semakin menumbuhkan kesadaran
bagi penulis bahwa tanpa dukungan, bantuan dari pihak-pihak terkait, tidak mungkin
penulis dapat menyelesaikannya seperti sekarang.
Dengan demikian semoga mini riset ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan semua orang pada umumnya, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan.
Curup, April 2021
Penulis,

Kelompok 2

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Permasalahan..................................................................................................3
C. Fokus Penelitian..............................................................................................3
D. Tujuan Penelitian............................................................................................3
E. Manfaat Penelitian..........................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORITIS........................................................................................4
A. Mutu Lulusan..................................................................................................4
B. Pendidikan Madrasah......................................................................................5
C. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah..........................8
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................11
A. Jenis Penelitian.............................................................................................11
B. Sumber Data.................................................................................................11
C. Metode Pengumpulan Data...........................................................................11
D. Teknik Analisis Data....................................................................................12
BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................................13
A. Mutu Lulusan Pada Pendidikan Madrasah...................................................13
B. Acuan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Di Madrasah..........................15
C. Relevansi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menengah
Dalam Peningkatan Mutu Lulusan Pada Pendidikan Madrasah...................16
BAB V PENUTUP ....................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................17
REFERENSI...............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan mutu pada lingkup pendidikan merupakan faktor penting. Setiap
satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan. Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan keseluruhan fungsi
manajemen pendidikan yang mengemban tugas dan tanggungjawab dalam mengukur
dan menilai pemenuhan standar mutu. Untuk memenuhi harapan itu, maka diperlukan
sistem penjaminan mutu yang terorganisir secara benar, jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2016 Tentang sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah pada BAB III Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
Pasal 3 diuraikan bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas sistem penjaminan mutu internal (SPMI) Dikdasmen dan sistem
penjaminan mutu eksternal (SPME) Dikdasmen.1 SPMI Dikdasmen sebagaimana
dimaksud direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan di jalur formal pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sedangkan SPME Dikdasmen sebagaimana dimaksud direncanakan, dilaksanakan,
dikendalikan, dan dikembangkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, BSNP, dan
BAN-S/M sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.2
Mutu pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan lulusan-lulusan yang
berkualitas pula. Nyatanya, berbagai indikator mutu pendidikan mengindikasikan
bahwa berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah belum menunjukkan hasil
yang memuaskan, dan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian
sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang
cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih cukup memprihatinkan.
Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah ditempuh. Penyempurnaan
1
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016
Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menengah, hlm, 6.
2
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia …, hlm, 6.

1
kurikulum, pengadaan bahan ajar, buku paket, pengadaan sarana, dan termasuk
peningkatan mutu guru. Upaya tersebut dilakukan karena pendidikan bermutu
merupakan harapan bagi bangsa ini. Pendidikan diharapkan dapat melahirkan manusia
Indonesia seutuhnya, sebagaimana terdapat dalam perundangan yang berlaku.
Pendidikan yang bermutu harus disediakan melalui jalur, jenis, dan jenjang yang ada
dalam sistem pendidikan kita, termasuk pendidikan madrasah.
Madrasah, “baik Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs),
maupun Madrasah Aliyah (MA) dengan sekitar 92% masih berstatus swasta, dan
umumnya berada di tengah masyarakat pedesaan atau di sekitar pinggiran kota”.3
Sejak lahirnya UU No. 20 Tahun 2003 yang diikuti oleh PP No. 19 Tahun
2005, “madrasah memiliki kedudukan yang sama dengan sekolah umum”.4 Sebagai
salah satu lembaga pendidikan Islam yang mengakar di masyarakat, madrasah adalah
manifestasi kebudayaan bangsa Indonesia yang harus dirawat dan dikembangkan.
Selama ini madrasah dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam yang
mutunya lebih rendah daripada mutu lembaga pendidikan lainnya, terutama sekolah
umum, walaupun beberapa madrasah justru lebih maju daripada sekolah umum.
Namun “keberhasilan beberapa madrasah dalam jumlah yang terbatas itu belum
mampu menghapus kesan negatif "sekolah mutu rendah" yang sudah terlanjur melekat
selama ini”.5
Terpenuhinya standar minimal pendidikan yang merupakan “Standar Nasional
Pendidikan (SNP) merupakan prasyarat untuk meningkatkan mutu pendidikan
termasuk madrasah”.6 Standar minimal yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan
sistem penjaminan mutu pendidikan yang ditetapkan pemerintah dan harus dipenuhi
oleh satuan pendidikan serta semua pemangku kepentingan dalam mengelola dan
menyelenggarakan pendidikan. Implementasi mutu memiliki dua aspek utama, yaitu

3
Anwar, Khoirul. (2018). Peran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Madrasah. Ta’dibuna; Jurnal Pendidikan Agama Islam,
1(1), 41-56. Doi:http://dx.doi.org/10.30659/jpai.1.1.41-56, hlm, 42.
4
Anwar, Khoirul. (2018). Peran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan..., hlm, 42.
5
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm, 80.
6
Ahmadi Syukran, Pendidikan Madrasah Dimensi Profesional dan Kekinian, (Yogyakarta:
LaksBang PRESSindo, 2010), hlm, 43.

2
“produknya memenuhi tuntutan pelanggan dan produk sesuai dengan standar”.7
Berdasarkan deskripsi di atas, maka tulisan ini akan membahas tentang
Relevansi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah dalam
Peningkatan Mutu Lulusan pada Pendidikan Madrasah.

B. Permasalahan
Dari latar belakang diatas, penulis berfokus pada permasalahan yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana mutu lulusan pada pendidikan madrasah?
2. Apa acuan sistem penjaminan mutu pendidikan di madrasah? dan
3. Bagaimana relevansi sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
dalam peningkatan mutu lulusan pada pendidikan madrasah?

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian pada rumusan masalah tersebut, tulisan ini fokus pada
relevansi sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah dalam
peningkatan mutu lulusan pada pendidikan madrasah.

D. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relevansi sistem penjaminan
mutu pendidikan dasar dan menengah dalam peningkatan mutu lulusan pada
pendidikan madrasah.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai bahan masukan serta menambah
kekayaan berupa ilmu pengetahuan tentang relevansi sistem penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah dalam peningkatan mutu lulusan pada pendidikan
madrasah.

7
Deden Makbuloh, Pendidikan Islam dan Sistem Penjaminan Mutu, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), hlm, 32.

3
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Mutu Lulusan
Dalam KBBI, mutu berarti “(ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau
derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya); kualitas”. 8 Sedangkan kata lulusan
yang diambil pengertiannya dalam KBBI yaitu “yang sudah lulus dari ujian;
tamatan”.9 Dari pengertian tersebut mutu lulusan adalan kualitas orang-orang yang
sudah menamatkan atau menyelesaikan pendidikan akademiknya dari suatu instansi
akademik baik formal maupun non formal.
Mutu lulusan tidak terlepas dari mutu pendidikan, semakin baik mutu
pendidikan diharapkan semakin baik pula mutu lulusan-lulusannya. Setidaknya mutu
lulusan berkaitan erat pada jaminan dasar mutu pendidikan yaitu “komitmen pada
perubahan, pemahanan yang jelas tentang kondisi yang ada, mempunyai visi yang
jelas terhadap masa depan, dan mempunyai rencana yang jelas”.10
Mutu (kualitas) pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, dia
merupakan hasil dari suatu proses pendidikan, “jika suatu proses pendidikan berjalan
baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar memperoleh hasil
pendidikan yang bermutu”.11
Proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Agar proses
yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam arti hasil (output) harus dirumuskan
terlebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap
tahun atau kurun waktu tertentu.
Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang
ingin dicapai. Pencapaian mutu dalam proses pendidikan yaitu “input seperti
(perencanaan dan evalusasi, kurikulum, ketenagaan, fasilitas, keuangan, kesiswaan,

8
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.ke-4 Cet. Ke-10, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2016), hlm, 945.
9
DEPDIKNAS, Kamus Besar..., hlm, 846.
10
Munjin. 2013. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Di Madrasah. Komunika; Jurnal Dakwah
dan Kominikasi, 7(2). DOI: 10.24090/KOMUNIKA.V7I2.386, hlm, 6.
11
Munjin. 2013. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Di Madrasah..., hlm, 7.

4
hubungan sekolah, hubungan masyarakat, dan iklim sekolah), proses belajar mengajar,
dan Output (prestasi peserta didik)”.12
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan meliputi “sumber daya
manusia yaitu: kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi, sarana prasarana sekolah,
siswa, keuangan, kurikulum, manajemen, keorganisasian, lingkungan fisik,
perkembangan ilmu pengetahuan, peraturan, partisipasi atau peran serta masyarakat,
dan kebijakan pendidikan”.13

B. Pendidikan Madrasah
Kata “Madrasah” jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti
“sekolah” meskipun pada mulanya kata “sekolah” bukan berasal dari bahasa
Indonesia, melainkan dari bahasa asing, yaitu school atau scola.14 Secara teknis formal
dalam proses belajar mengajar antara madrasah dan sekolah tidak memiliki perbedaan,
akan tetapi di Indonesia madrasah tidak dengan serta merta dipahami sebagai sekolah,
melainkan diberi konotasi yang lebih spesifik lagi, yakni “sekolah agama, tempat
dimana anak-anak didik memperoleh pembelajaran hal-ihwal atau seluk beluk agama
dan keagamaan islam”.15
Secara harfiah madrasah biasa diartikan dengan sekolah, karena secara teknis
keduanya memiliki kesamaan, yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses belajar-
mengajar secara formal baik ditingkat dasar ( SD/ MI, SMP/MTs) maupun menengah
(SMA/MA). Namun demikian Karel Steenbrink membedakan madrasah dan sekolah
karena keduanya mempunyai karakteristik atau ciri khas yang berbeda. 16 Madrasah
memiliki kurikulum, metode dan cara mengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah.
Meskipun mengajarkan ilmu pengetahuan umum sebagaimana yang diajarkan di
sekolah, pendidikan di madrasah memiliki karakter tersendiri, yaitu sangat
menonjolkan nilai religiusitas masyarakatnya. Sementara itu sekolah merupakan

12
Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2013), hlm, 44-45.
13
Sudarwan Danim, Otonomi Manajemen Sekolah, (Bandung: Alfabeta , 2010), hlm, 61-62.
14
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012),
hlm, 127.
15
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm, 127.
16
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm, 132.

5
lembaga pendidikan umum dengan pelajaran universal dan terpengaruh iklim
pencerahan barat.
Dalam konteks pendidikan madrasah berkaitan dengan upaya memberikan
pelayanan yang paripurna dan memuaskan bagi para pemakai jasa pendidikan di
madrasah. Dalam sistem penyelenggaraan pendidikan, aspek mutu juga akan selalu
berkaitan dengan bagaimana input peserta didik, proses penyelenggaraan pendidikan
madrasah dengan fokus layanan peserta didik, sampai bagaimana output lulusan yang
dihasilkan.17
Madrasah yang dikatakan bermutu adalah “suatu lembaga pendidikan Islam
yang mempunyai kurikulum, strategi, belajar mengajar yang bermutu dan ada interaksi
kepada pihak yang berkepentingan (siswa, guru, orangtua, lingkungan dan pejabat
yang terkait) dengan tujuan menghasilkan keluaran atau lulusan yang dapat
diandalkan”.18
Menurut Edward Sallis, sekolah yang bermutu bercirikan sebagai berikut:19
1. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal.
2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dalam makna
ada komitmen untuk bekerja secara benar.
3. Sekolah mempunyai investasi pada sumber dayanya.
4. Sekolah mempunyai strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat pemimpin,
tenaga akademik maupun tenaga administrasi.
5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk
mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat
benar pada peristiwa atau kejadian berikutnya.
6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik
perencanaan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

17
Sujanto, Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum: Mengorek Kegelisahan Guru, (Jakarta:
Rajawali Press, 2011), hlm, 37.
18
Fattah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, (Semarang: Al-Qalam
Press, 2016), hlm, 146.
19
Sudarwan Danim, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Ke Kepala Sekolahan:
Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis dan Internasional Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta , 2009), hlm, 54-55.

6
7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai
dengan tugas pokok, fungsi dan tanggungjawabnya.
8. Sekolah mendorong orang yang memiliki kreatifitas, mampu menciptakan kualitas,
dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
9. Sekolah memperjelas peran dan tanggungjawab setiap orang termasuk kejelasan
arah kerja secara vertikal dan horizontal.
10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan
untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian dari integral dari budaya kerja. dan,
13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu
keharusan.
Peningkatan mutu madrasah berkaitan erat dengan pembentukan madrasah
yang efektif. Madrasah yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut:20
1. Proses belajar mengajar mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Kepemimpinan kepala madrasah yang kuat.
3. Lingkup madrasah yang aman dan tertib.
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.
5. Memiliki budaya mutu.
6. Memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis.
7. Memiliki kewenangan (kemandirian).
8. Partisipasi yang tinggi dari warga madrasah dan masyarakat.
9. Memiliki keterbukaan (transparan) manajemen.
10. Memiliki kemampuan untuk berubah (baik secara psikologi maupun secara fisik).
11. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
12. Responsive, antisipasif terhadap kebutuhan.
13. Memiliki komunikasi yang baik.
14. Memiliki akuntabilitas. dan,
15. Memiliki kemampuan menjaga sustainibilitas.

20
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu sekolah : Strategi peningkatan Mutu dan Daya
Saing Lembaga Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm, 129.

7
Ciri-ciri sekolah efektif adalah memiliki indikator-indikator sebagai berikut:21
1. Visi, misi dan target mutu yang harus dicapai sesuai standart yang telah ditetapkan
secara lokal maupun global.
2. Mutu output pendidikan (akademik maupun non akademik) yang selalu meningkat
tiap tahun.
3. Lingkungan sekolah yang aman, tertib, dan menyenangkan bagi siswa
4. Seluruh personel sekolah (kepala sekolah, guru, staf, non guru, siswa) memiliki
visi, misi dan harapan yang tinggi untuk berprestasi secara optimal.
5. Melakukan program-program pengembangan staf yang terus menerus sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem evaluasi yang
kontinyu dan komprehensif terhadap berbagai aspek akademik dan non akademik
bagi kepentingan peningkatan mutu seklah dan mutu belajar. dan,
6. Dukungan dan partisipasi yang intensif dari masyarakat dan orang tua siswa.

C. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah


Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2016 Tentang sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud dengan “Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dengan Standar Nasional Pendidikan pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.22
Penjaminan Mutu Pendidikan adalah “suatu mekanisme yang sistematis,
terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses
penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu”.23
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah “suatu
kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang
mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah
yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan”.24

21
Widdah, dkk., Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm, 65.
22
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia …, hlm, 3.
23
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia …, hlm, 3.
24
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia …, hlm, 4.

8
Pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
mengacu pada standar sesuai peraturan yang berlaku. Acuan utama sistem penjaminan
mutu pendidikan dasar dan menengah adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
SNP adalah standar minimal yang ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan
yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan dan semua pemangku kepentingan dalam
mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, yang terdiri atas “Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana, dan Standar
Pembiayaan”.25
Kedelapan standar tersebut membentuk rangkaian input, proses, dan output.
“Standar Kompetensi Lulusan merupakan output dalam rangkaian tersebut dan akan
terpenuhi apabila input terpenuhi sepenuhnya dan proses berjalan dengan baik.
Standar yang menjadi input dan proses dideskripsikan dalam bentuk hubungan sebab-
akibat dengan output. Standar dijabarkan dalam bentuk indikator mutu untuk
mempermudah kegiatan pemetaan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan”.26
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 diuraikan mengenai,
Standar kompetensi lulusan adalah kriteria atau kualifikasi yang menyangkut
kemampuan lulusan yang terbagi atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar isi merupakan komponen materi dan tingkat kompetensi dalam rangka
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
KTSP, dan juga kalender akademik. Standar proses berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran di masing-masing satuan pendidikan. Pelaksanaan
dan pencapaian standar proses diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, partisipatif dengan berdasarkan pada standar kompetensi
lulusan. Standar penialain berkaitan dengan segala macam mekanisme,
prosedur, instrumen penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, penilaian pendidikan terdiri dari:
penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan (sekolah), dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Standar
25
KEMENDIKBUD, Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Oleh Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017), hlm, 9.
26
KEMENDIKBUD, Indikator Mutu dalam penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017), hlm, 3.

9
pendidikan dan tenaga kependidikan merupakan kriteria pendidikan prajabatan
dan kelayakan fisik dan mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar
pengelolaan mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan secara efektif dan efisien, pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi hingga pengelolaan tingkat nasional. Standar sarana
dan prasarana mencakup tentang kriteria minimal sarana dan media yang
menyokong pembelajaran, misalnya ruang belajar, tempat berolahraga, tempat
melaksanakan ibadah, perpustakaan, laboratorium, sarana bermain, dan
sebagainya. Standar Pembiayaan merupakan aturan yang merinci komponen
dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku dalam kurun satu
tahun. Standar biaya tersebut terbagi menjadi biaya investasi, biaya operasi,
dan biaya personal.27

Fungsi sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah itu sendiri
berfungsi sebagai “pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan
untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu. Adapun tujuannya yaitu bertujuan
menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara
sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu
pada satuan pendidikan secara mandiri”.28

27
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, hlm, 3-4.
28
KEMENDIBUD, Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan
Menengah, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016), hlm, 16. Lihat juga: Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menengah Pada BAB II Fungsi dan Tujuan Pasal 2, hlm, 6.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research
yaitu berupa penelitian kepustakaan dimana dalam mengumpulkan bahan-bahan atau
data-data dari buku yang berkaitan dengan pokok permasalahan. 29 Sumber bahan yang
dimaksud seperti buku, jurnal, dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
Relevansi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Peningkatan Mutu Lulusan
Pada Pendidikan Madrasah.

B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data utama
yang akan penulis jadikan bahan acuan dalam melakukan penelitian ini. Adapun
sumber data primernya yaitu buku Indikator Mutu dalam Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah, buku Anatomi Penjaminan Mutu Pendidikan, buku
Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan, dan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2016 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang
mendukung/menunjang untuk melengkapai data primer. Sumber data sekundernya
yaitu jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu studi dokumentasi yakni
suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen atau
buku-buku baik tertulis, hasil karya, dan lain-lainnya.

29
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm, 65.

11
Studi dokumentasi merupakan “teknik pengumpulan data melalui
pengumpulan dokumen-dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti untuk ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah
kepercayaan dan pembuktian suatu masalah.30 Menurut Irawan, studi dokumentasi
merupakan “teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian. Dalam
penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena
pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat,
teori, atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang menolong
hipotesis tersebut”.31
Zuriah menambahkan definisi studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan
data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori,
pendapat, dalil atau hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.32 Dengan studi dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh data atau
informasi dari berbagai sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan.
Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pendukung teknik observasi dan
wawancara.33

D. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
content analysis atau kajian isi dimana “memanfaatkan seperangkat prosedur untuk
menarik kesimpulan yang shahih dari buku dan berbagai referensi”.34
Konten analisis yang dipakai menggunakan metode deduktif yaitu memahami
data-data yang bersifat umum kepada kesimpulan yang bersifat khusus. Nana Sudjana
menyatakan “berfikir deduktif atau berfikir rasional merupakan sebagaian dari berfikir
ilmiah”.35

30
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm, 135.
31
S. Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm, 70.
32
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm, 191.
33
Iskandar Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif....
34
Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm,220.
35
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, (Bandung: Sinar Baru, 1998), hlm, 5.

12
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Mutu Lulusan Pada Pendidikan Madrasah


Secara umum, mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan karaktersitik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan,
“pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan”.36
Dewasa ini semua lembaga pendidikan, termasuk madrasah berorientasi pada
mutu, baik mutu pendidikan maupun mutu lulusan. Berbagai usaha dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan lulusan-lulusannya. Lahirnya
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menempatkan madrasah sejajar dengan lembaga pendidikan lain. Bukan saja
kedudukannya yang diakui, melainkan peran penjaminan mutu pendidikan pun
dibebankan kepada madrasah.
Madrasah yang dinakhodai Kementerian Agama, memiliki peluang dan
kesempatan yang sama dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh kementerian
Pendidikan. Sebagaimana lembaga pendidikan yang lain, madrasah juga bertujuan
untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu dalam rangka membangun
Sumber Daya Manusia Indonesia yang memiliki kecerdasan spiritual, intelektual,
emosional, estetis, kinestetis, serta kecerdasan sosial.
Lahirnya PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan, dan PP
Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan, memberikan
peluang yang besar kepada Kementerian Agama, untuk mengoptimalkan potensi dan
sumber daya madrasah. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kepercayaan
masyarakat cukup tinggi terhadap madrasah. Itu semua bukan saja karena fungsinya
dalam pengembangan intelektual peserta didik semata, akan tetapi ekspektasi tersebut
terletak pada penanaman nilai-nilai agama.

36
E. Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
hlm, 157.

13
Hanya saja kepercayaan tersebut belum sepenuhnya berbanding lurus dengan
mutu pelayanan yang diberikan madrasah. Secara umum, madrasah masih dihadapkan
pada beberapa kendala yang mempengaruhi mutu proses, dan mutu hasil pendidikan.
Latar belakang peserta didik dan keluarganya, dukungan berbagai sumber pendidikan
dan kualifikasi pendidikan guru, adalah beberapa kendala tersebut.
Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab masih perlunya peningkatan
mutu madrasah. Misalnya persoalan manajemen kepemimpinan madrasah, proses
pembelajaran, kualitas lulusan, dan belum memadainya sarana dan prasarana
pendidikan di madrasah. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan hingga kini masih menemui banyak tantangan dan
belum begitu menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan. Hal itu disebabkan
antara lain,
Masalah manajemen pendidikan yang kurang tepat, penempatan tenaga yang
tidak sesuai dengan bidang keahliannya (termasuk di dalamnya pengangkatan
kepala sekolah/madrasah yang kurang professional), kurangnya pemerataan
kesempatan dan keterbatasan anggaran yang tersedia, sehingga tujuan
pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan belum dapat
diwujudkan secara signifikan.37

Pendidikan yang bermutu, dalam arti menghasilkan lulusan sesuai dengan


harapan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan maupun
kompetensi kerja menjadi syarat mutlak dalam kehidupan masyarakat global yang
terus berkembang saat ini dan yang akan datang. Dalam merealisasikan pendidikan
yang bermutu, dituntut penerapan program, mutu yang berfokus pada upaya-upaya
penyempurnaan mutu seluruh komponen dan kegiatan pendidikan.
Kita juga mengakui bahwa sekolah-sekolah baik dari tingkat menengah
maupun tingkat atas tentang kondisi sarana prasarana dan proses pembelajaran masih
kurang memuaskan, sehingga penjaminan mutu pendidikan merupakan program yang
utama bahkan amat sangat penting bagi menteri pedidikan dan tentunya bagi
pemerintah.

37
Veithzal Rivai, Islamic Quality Education Management, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2016), hlm, 118.

14
Penjaminan mutu pendidikan itu sendiri merupakan kegiatan mandiri oleh
lembaga pendidikan tertentu, oleh karena itu harus disusun, diranacang, dan
dilaksanakan sendiri. Salah satu upaya dalam merealisasikan penjaminan mutu
tersebut dapat dilakuakan secara bertahap oleh pihak madrasah, yakni dengan
melakaukan evaluasi diri, kemudian ditindaklanjuti dengan monitoring madrasah oleh
pihak pemerintah daerah, sehingga penjaminan mutu pendidikan dapat dilakukan
dengan baik.

B. Acuan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Di Madrasah


Secara konseptual, pemerintah telah menetapkan standar acuan peningkatan
mutu pendidikan madrasah. Standar tersebut terdiri dari visi dan misi organisasi,
prinsip-prinsip, tujuan, kebijakan mutu, biaya mutu, evaluasi, serta tindak lanjut. Oleh
sebab itu, madrasah dituntut melakukan langkah agar terus mampu survive. Langkah-
langkah tersebut di antaranya mengembangkan dan menerapkan manajemen
pengelolaan madrasah bermutu, yang di dalamnya termasuk perencanaan strategis,
sehingga madrasah memiliki daya saing dengan sekolah umum.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menempatkan madrasah sejajar dengan lembaga pendidikan lain artinya sejajar dengan
sekolah umum lainnya, karena secara teknis keduanya memiliki kesamaan, yaitu
sebagai tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar secara formal baik ditingkat
dasar ( SD/ MI, SMP/MTs) maupun menengah (SMA/MA).
Oleh karena itu, pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan di madrasah
sama halnya seperti pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah dimana acuan utama sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). SNP adalah
standar minimal yang ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan yang harus
dipenuhi oleh satuan pendidikan dan semua pemangku kepentingan dalam mengelola
dan menyelenggarakan pendidikan, yang terdiri atas standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga

15
kependidikan, standar pengelolaan, standar sarana dan prasarana, dan standar
pembiayaan yang telah dijelaskan sebelumnya.

C. Relevansi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menengah Dalam


Peningkatan Mutu Lulusan Pada Pendidikan Madrasah
Menghadapi globalisasi, madrasah juga dituntut untuk selalu membaca peluang
serta meningkatkan mutu baik mutu pendidikan dan mutu lulusan. Bagaimana
madrasah bisa mempersiapkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif, mampu
memimpin, terlibat dalam pembaharuan dan perbaikan. Jika itu mampu dijelmakan
oleh madrasah, maka dia akan menjadi identitas lembaga pendidikan madrasah.
Masyarakat sebagai basis madrasah menetapkan ekspektasi besar terhadapnya. Selain
menggarap ranah intelektualitas, pada saat yang sama, aspek moralitas merupakan hal
yang dilekatkan pada peran dan fungsi madrasah sebagai lembaga pendidikan yang
dibangun di atas susunan nilai-nilai Islam.
Seluruh manajemen komponen pendidikan harus senantiasa berorientasi pada
peningkatan dan pencapaian mutu. Semua program dan kegiatan pendidikan serta
pembelajaran di lembaga pendidikan, termasuk madrasah pada hakikatnya harus dapat
diarahkan pada pencapaian mutu. Permasalahan mutu di dalam lembaga pendidikan
Islam (madrasah) merupakan permasalahan yang paling serius dan kompleks. Maka,
perlu dikerahkan semua pikiran, tenaga, dan strategi untuk mewujudkan mutu
pendidikan tersebut. Dengan adanya petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu oleh
satuan pendidikan yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah tentang
sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah, sudah selayaknya
pendidikan madrasah berbenah untuk menghapus citra negatif tentang ‘sekolah mutu
rendah’ yang melekat pada madrasah.
Disebutkan di atas bahwa sekitar 92% madrasah masih berstatus swasta, dan
umumnya berada di tengah masyarakat pedesaan atau di sekitar pinggiran kota juga
permasalahan yang sudah dijelaskan pada awal pembahasan. Kondisi ini sedikit
menyulitkan bagi madrasah untuk berkembang sehingga sistem penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah yang menjadi standar pelaksanaannya belum mampu
meningkatkan mutu lulusan madrasah itu sendiri.

16
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum, madrasah masih dihadapkan pada beberapa kendala yang
mempengaruhi mutu proses, dan mutu hasil pendidikan. Latar belakang peserta didik
dan keluarganya, dukungan berbagai sumber pendidikan dan kualifikasi pendidikan
guru, adalah beberapa kendala tersebut. Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab
masih perlunya peningkatan mutu madrasah. Misalnya persoalan manajemen
kepemimpinan madrasah, proses pembelajaran, kualitas lulusan, dan belum
memadainya sarana dan prasarana pendidikan di madrasah. Masalah lainnya yaitu
masalah manajemen pendidikan yang kurang tepat, penempatan tenaga yang tidak
sesuai dengan bidang keahliannya (termasuk di dalamnya pengangkatan kepala
sekolah/madrasah yang kurang professional), kurangnya pemerataan kesempatan dan
keterbatasan anggaran yang tersedia, sehingga tujuan pendidikan nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu pada setiap jenis dan
jenjang pendidikan belum dapat diwujudkan secara signifikan.
Secara konseptual, pemerintah telah menetapkan standar acuan peningkatan
mutu pendidikan madrasah. Standar tersebut terdiri dari visi dan misi organisasi,
prinsip-prinsip, tujuan, kebijakan mutu, biaya mutu, evaluasi, serta tindak lanjut.
Dalam buku petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu oleh satuan pendidikan yang
dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah tentang sistem penjaminan
mutu pendidikan dasar dan menengah acuan utama sistem penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
SNP adalah standar minimal yang ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan
yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan dan semua pemangku kepentingan dalam
mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, yang terdiri atas standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar pengelolaan, standar sarana dan prasarana, dan standar
pembiayaan.

17
Dari beberapa permasalahan yang telah dijelaskan dalam pembahasan di atas,
maka sulit bagi madrasah untuk berkembang sehingga sistem penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah yang menjadi standar pelaksanaannya belum mampu
meningkatkan mutu lulusan madrasah itu sendiri dan ini artinya tidak ada relevansi
sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah dalam peningkatan mutu
lulusan pada pendidikan madrasah.

18
REFERENSI

Anwar, Khoirul. (2018). Peran Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam


Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Madrasah. Ta’dibuna; Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(1), 41-56. Doi:http://dx.doi.org/10.30659/jpai.1.1.41-
56.

Danim, Sudarwan. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Ke Kepala


Sekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis dan Internasional
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta , 2009.

Danim, Sudarwan. Otonomi Manajemen Sekolah, Bandung: Alfabeta , 2010.

DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.ke-4 Cet. Ke-10, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2016.

Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Yogyakarta: Kaukaba, 2012.

Irawan, S. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada, 2009.

KEMENDIBUD, Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan


Menengah, Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2016.

KEMENDIKBUD, Indikator Mutu dalam penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan


Menengah, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017.

KEMENDIKBUD, Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Oleh Satuan Pendidikan,


Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017.

Makbuloh, Deden. Pendidikan Islam dan Sistem Penjaminan Mutu, Jakarta: Rajawali Pers,
2016.
Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Mulyasa, E. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Munjin. 2013. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Di Madrasah. Komunika; Jurnal


Dakwah dan Kominikasi, 7(2). DOI: 10.24090/KOMUNIKA.V7I2.386.

Mutohar, Prim Masrokan. Manajemen Mutu sekolah : Strategi peningkatan Mutu dan
Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

19
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016
Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2009.


Rivai, Veithzal. Islamic Quality Education Management, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2016.

Sudjana, Nana. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung: Sinar Baru, 1998.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.

Sujanto, Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum: Mengorek Kegelisahan Guru,


Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Syukran, Ahmadi. Pendidikan Madrasah Dimensi Profesional dan Kekinian, Yogyakarta:


LaksBang PRESSindo, 2010.

Syukur Fatah, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2013.

Widdah, dkk., Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu Madrasah,


Bandung: Alfabeta, 2012

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

20

Anda mungkin juga menyukai