Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN LIMBAH ABU TERBANG ASAL PLTU BOSOWA

KAB.JENEPONTO UNTUK PEMBUATAN BETON GEOPOLIMER

Setiawan Malikul Mulki, Mohammad Junaedy Rahman,


Dan Ahmad Rifqi Asrib
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Makassar
e-mail : setiawanmalikulmulki15071998@gmail.com

Abstract

Beton menjadi material yang paling sering digunakan dalam pembangunan


berbagai infrastruktur. Dalam penggunaan beton, semen memegang peranan
penting sebagaimana fungsinya sebagai bahan pengikat. Dalam produksi semen
dapat menghasilkan senyawa gas karbon dioksida (CO2) yang menyebabkan
terjadinya pemanasan global. Beton geopolimer merupakan salah satu jenis beton
yang sama sekali tidak menggunakan semen sebagai bahan pengikat, namun
memanfaatkan limbah abu terbang yang kaya akan silika dan alumina yang
diaktivasi dengan Natrium Silikat (Na2SiO3), Natrium Hidroksida (NaOH) dan
Air (H2O) untuk membentuk bahan pengikat. Tujuan dari penelitihan ini adalah
untuk mengetahui penerapan rancangan campuran, kuat tekan serta treatment
pemanasan dengan oven dan tanpa oven pada beton geopolimer. Penelitian ini
menggunakan variasi molaritas NaOH 8M, 10M, 12M, 14M dan perbandingan
alkali aktivator dengan abu terbang sebesar 0.4, 0.5 dan 0.6. Berdasarkan hasil
penelitian, rancangan campuran beton geopolimer ditentukan oleh ukuran
maksimum agregat kasar, perbandingan alkali aktivator dengan abu terbang, dan
konsentrasi molaritas larutan NaOH. Kuat tekan tertinggi beton geopolimer
berdasarkan umur pada variasi 14M dengan alkali aktivator:abu terbang sebesar
0.5 yaitu 7.93 MPa, sedangkan kuat tekan tertinggi beton geopolimer berdasarkan
treatment pada variasi 14M dengan alkali aktivator:abu terbang sebesar 0.6 yaitu
16.27 MPa. Treatment pemanasan dengan oven mengalami penurunan kuat tekan
dikarenakan mengalami kekeringan setelah kehilangan air pada saat proses
pemanasan dengan oven yang terlalu cepat.

Kata kunci : Beton Geopolimer, Abu Terbang, Rancangan Campuran, Kuat


Tekan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur di komponen strukturalnya seperti pada
berbagai sektor sekarang ini tidak lepas gedung, jembatan, jalan raya dan lain
dari penggunaan beton sebagai alternatif sebagainya. Dalam penggunaan beton,
material utama pada komponen- semen memegang peranan penting
sebagaimana fungsinya sebagai bahan asal PLTU Bosowa Kab. Jeneponto
pengikat, sehingga kebutuhan akan dalam pembuatan beton geopolimer ?
semen juga meningkat seiring dengan 2. Bagaimana kuat tekan beton
pesatnya penggunaan beton. Produksi geopolimer menggunakan limbah Abu
semen dalam jumlah besar untuk Terbang asal PLTU Bosowa Kab.
memenuhi kebutuhan akan membawa Jeneponto ?
dampak pada lingkungan dimana proses 3. Bagaimana pengaruh treatment
pembakaran klinker akan menghasilkan pemanasan dengan oven dan tanpa
senyawa gas karbon dioksida (CO2). pemanasan dengan oven terhadap kuat
Senyawa ini lama-kelamaan akan tekan beton geopolimer ?
memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan yaitu pengikisan lapisan ozon LANDASAN TEORI
yang menyebabkan pemasan global atau Beton Geopolimer
biasa disebut efek rumah kaca. Beton geopolimer merupakan merupakan
Beton geopolimer merupakan salah satu jenis beton yang sama sekali
salah satu jenis beton yang bahan tidak menggunakan semen sebagai bahan
pengikatnya sama sekali tidak pengikat, namun memanfaatkan bahan
menggunakan semen hidrolis, namun atau material yang berupa anorganik
memanfaatkan limbah-limbah organik yang disintesa melalui proses
yang mengandung unsur-unsur oksida polimerisasi. Terminologi geopolimer
silika dan oksida alumina serta oksida pertama kali digunakan oleh Professor
besi, seperti abu terbang. Davidovits pada tahun 1978.
Abu Terbang merupakan material Material Penyusun Beton Geopolimer
yang diperoleh dari hasil pembakaran 1. Abu Terbang
batubara yang mengandung zat beracun “Menurut ASTM C618, abu terbang (Fly
dan berbahaya sehingga secara langsung Ash) didefinisikan sebagai butiran halus
maupun tidak langsung dapat merusak hasil hasil residu pembakaran batubara
lingkungan, mengganggu kesehatan dan atau bubuk batu-bata”. Material abu
mengancam kelangsungan hidup manusia terbang dikategorikan dalam material
serta makhluk hidup lainnya. “pozzolon” yakni material siliceous atau
Rumusan Masalah aluminous yang didalamnya terdapat
1. Bagaimana menerapkan rancangan sedikit sekali atau tidak sama sekali
campuran pada limbah Abu Terbang material cementious sebagaimana yang
dimiliki Semen Portland. Material abu
terbang dapat saja bereaksi secara kimia perhitungan kuat tekan menggunakan
dengan cairan alkalin pada temperature rumus :
tertentu untuk membentuk material
campuran yang memiliki sifat seperti
semen (Mauahe dan Sumajouw, 2014). Keterangan :

2. Agregat F’c = Kuat Tekan (MPa)

Agregat adalah butiran mineral alam P = Beban Maksimum (N)

dimana fungsinya sebagai bahan pengisi A = Luas penampang (mm2)

dalam campuran beton. Agregat dalam


campuran beton menempati sebanyak METODE PENELITIAN

kurang lebih 70 % dari volume beton. Penelitian ini merupakan

Agregat pada beton terdiri dari agregat penelitian eksperimen yang dilakukan

kasar dan agregat halus. Laboratorium Uji Bahan Jurusan

3. Larutan Alkali (Sodium Silikat dan Pendidikan Teknik Sipil Dan

Sodium Hidroksida) Perencanaan Fakultas Teknik Universitas

Larutan alkali merupaka zat atau unsur Negeri Makassar.

yang menyebabkan zat atau unsur lain Pengujian Material

bereaksi. Dalam pembuatan beton Pengujian pada abu terbang adalah uji X-

geopolimer ini, activator yang digunakan Ray Fluorescence (XRF). Pengujian XRF

adalah unsur alkali yang terhidrasi yaitu berfungsi untuk mengetahui persentase

Sodium Hidroksida (NaOH) dan Sodium komposisi unsur-unsur yang terkandung

Silikat (Na2SiO3). Sodium hidroksida dalam Abu Terbang.

berfungsi untuk bias mereaksikan unsur- Pengujian agregat yang dilakukan

unsur Al dan Si yang terkandung dalam meliputi :

Abu Terbang sehingga dapat 1. Kadar air

menghasilkan ikatan polimer yang kuat , 2. Berat volume

sedangkan Sodium silikat mempunyai 3. Analisa saringan

fungsi untuk mempercepat reaksi 4. Berat jenis

polimerisasi. Rancangan Campuran

Kuat Tekan Beton Dalam penelitian ini, rancangan

Kuat tekan beton suatu bahan adalah campuran mengacu pada penelitian

kemampuan bahan dalam menahan beban Subhash V. Patankar (2014) dan

atau gaya tekan yang dikenakan per Tanakorn Phoo-ngernkham (2018).

satuan luas. Secara umum untuk


Adapun metode yang diusulkan dalam Na2SiO3 :
perencanaan sebagai berikut :
1. Pemilihan ukuran maksimum agregat NaOH : AAS - Na2SiO3
kasar
5. Perhitungan massa padat dalam
Ukuran maksimum agregat kasar dipilih larutan alkali
dari Tabel 1. Perhitungan massa padat dalam NaOH
Tabel 1. Kadar air maksimum per meter dan Na2SiO3 dihitung berdasarkan pada
kubik beton
persentase padatan yang ada disetiap
Maximum
Nominal Maximum larutan.
Water
Size Of Agregate
Content
(mm) 6. Perhitungan kebutuhan agregat halus
(kg/m3)
dan agregat kasar
10 208
20 186 Persentase agregat halus dan agregat
40 165 kasar yang digunakan masing-masing 30

2. Pemilihan jumlah kebutuhan air % dan 70 %. Kebutuhan agregat halus

Jumlah kebutuhan air didasarkan pada dan agregat kasar dihitung dengan

ukuran maksimum agregat kasar yang persamaan berikut :

dipilih pada Tabel 1. Agregat Halus : 0.3 𝑆𝐺 [1 − V𝐹𝐴 − V𝑁𝑎𝑂𝐻 − V𝑁𝑎2𝑆𝑖𝑂3 ] × 1000

3. Perhitungan kebutuhan abu terbang Agregat Kasar : 0.7 𝑆𝐺 [1 − V𝐹𝐴 − V𝑁𝑎𝑂𝐻 − V𝑁𝑎2𝑆𝑖𝑂3 ] × 1000

Keterangan : SG = Spesifik gravitasi agregat


Jumlah kebutuhan Abu Terbang dapat
VFA = Jumlah kebutuhan Abu Terbang
ditentukan dengan membagi jumlah
VNaOH = Jumlah larutan NaOH
tambahan kebutuhan air campuran VNa2SiO3 = Jumlah larutan Na2SiO3

dengan Rasio larutan alkali aktivator /


Abu Terbang. Rasio larutan alkali Pembuatan Beton Geopolimer
aktivator dengan Abu Terbang yang Adapun variasi pembuatan beton
digunakan dalam penelitian ini yaitu 0.4, geopolimer selengkapnya sesuai dengan
0.5, dan 0,6. Tabel 2 berikut ini :
4. Perhitungan kebutuhan alkali
aktivator
Kebutuhan larutan alkali aktivator yaitu
NaOH dan Na2SiO3 dengan rasio
perbandingan aktivator =1.5, dihitung
dengan persamaan berikut :
Tabel 2 berukuran d=5.5 cm dan t=11 cm.
Variasi pembuatan beton geopolimer
Rasio Alkali Aktivator/Abu Pengisian dilakukan sebanyak 2 lapis
Molaritas
Treatment Umur Terbang Total
Benda Uji
0.4 0.5 0.6 dan setiap lapis dipadatkan 10 kali.
V8 2 2 2 6

28 Hari
V10 2 2 2 6 Setelah selesai permukaan benda uji
V12 2 2 2 6

Oven
V14 2 2 2 6 diratakan dengan menggunakan cetok.
V8 3 3 3 9
V10 3 3 3 9
56 Hari
V12 3 3 3 9
Kemudian simpan benda uji dalam
V14 3 3 3 9
V8 3 3 3 9 suhu ruangan selama 24 jam.
V10 3 3 3 9
Tanpa Oven 56 Hari
V12 3 3 3 9 Tahap Perawatan Benda Uji
V14 3 3 3 9
96 Setelah benda uji dibuka dari cetakan,
Prosedur pembuatan benda uji penelitian kemudian dilakukan perawatan terhadap
ini sebagai berikut : benda uji, dalam penelitian ini perawatan
1. Persiapan dan penakaran dilakukan dengan dua perlakuan yaitu
Persiapan meliputi alat-alat yang akan tanpa oven dan menggunakan pemanasan
digunakan seperti cetok, ember, gelas dalam oven dengan suhu 900 C selama
ukur dan talang. Penakaran meliputi 24 jam kemudian benda uji didiamkan
Abu Terbang, agregat halus, agregat pada suhu ruangan sampai benda uji
kasar, air dan larutan alkali. dilakukan tahap pengujian tekan.
2. Pengadukan campuran Tahap Pengujian Kuat Tekan Benda
Pengadukan campuran dilakukan Uji
dengan mencampurkan Abu Terbang Setelah masa perawatan berakhir, maka
dan larutan NaOH terlebih dahulu dilakukan pengujian kuat tekan terhadap
selama 2 menit. Setelah itu benda uji dengan umur 28 dan 56 hari
ditambahkan larutan Na2SiO3, setelah tahap perawatan. Prosedur
kemudian diaduk lagi selama 2 menit. perhitungan kuat tekan dilakukan dengan
Setelah 2 menit, agregat halus dan SNI 03-1974-1990 “Metode Pengujian
agregat kasar ditambahkan, kemudian Kuat Tekan Beton”.
dicampur selama 1 menit. Setelah itu Pengolahan dan Analisis Data
tambahan air ditambahkan ke dalam Pengolahan dan analisis data yang
campuran dan campuran dicampur dihasilkan merupakan hasil kuat tekan di
lagi selama 1 menit sampai homogen. laboratorium. Hasil pengolahan data akan
3. Penuangan ke dalam cetakan dibuat dalam bentuk diagram dan tabel
Setelah homogen bahan tersebut dengan bantuan program Microsoft Excel
dicetak menggunakan cetakan kubus dan selanjutnya disimpulkan secara
berukuran 5 x 5 x 5 cm dan silinder deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN kelas C dengan kadar CaO sebesar
Hasil Pengujian Material 19.49%.
1. Abu terbang 2. Agregat
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan Hasil pengujian bahan yang telah
pada tanggal 15 Februari 2020, Abu dilakukan pada bahan dasar pembentuk
Terbang asal PLTU Bosowa Kab. beton berdasarkan SNI 03-1766-1990.
Jeneponto memiliki kandungan sesuai Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel
dengan Tabel 2 berikut : berikut :
Tabel 2 Hasil Tes XRF Abu Terbang Tabel 3 Hasil Pengujian Agregat
No Unsur % Agregat Agregat
No Pengujian
Halus Kasar
1 SiO2 37.23 1 Kadar Air 2.62 1.37
2 Al2O3 6.1 2 Berat Volume 1.216 1.275
3 Analisa Saringan 2.87 6.21
3 Fe2O3 33.05 4 Berat Jenis (BJ)
4 CaO 19.49 BJ Kering 2.4 2.43
BJ Permukaan Jenuh 2.6 2.53
5 BaO 0.18 BJ Semu 2.8 2.69
6 K2O 0.82 Penyerapan Air 5.5 4.09

7 TiO2 0.62 Hasil Perhitungan Campuran


8 ZrO2 0.049 Ringkasan perencanaan campuran pada
9 SO3 2.24
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4
10 SrO 0.123
berikut ini.
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa Tabel 4 Ringkasan Perencanaan
unsur silikat (SiO2), aluminium (Al2O3), Campuran
Rasio Alkali Aktivator/Abu Terbang
No Uraian Unit
V8 V10 V12 V14
ferum (Fe2O3) dan kapur (CaO) 1 Ukuran maksimum agregat kasar 10 mm
2 Jumlah kebutuhan air 208 kg/m³
3 Kebutuhan abu terbang
merupakan unsur yang paling dominan, 0.4 520 kg/m³
0.5 416 kg/m³
dengan demikian Abu Terbang asal dari 4
0.6
Kebutuhan alkali aktivator
347 kg/m³

a Na²SiO³ 124.8 kg/m³


PLTU Bosowa Kab. Jeneponto dapat b NaOH 83.2 kg/m³
5 Massa padat dalam larutan alkali 65.22 69.8 73.71 77.3 kg/m³
6 Massa cair dalam larutan alkali 142.78 138.2 134.29 130.7 kg/m³
digunakan sebagai bahan pengganti 7 Tambahan air pada campuran 65.22 69.8 73.71 77.3 kg/m³
8 Agregat Halus
0.4 482.89 484.46 486.6 488.57 kg/m³
semen. Abu Terbang asal PLTU Bosowa 0.5 516.79 518.35 520.5 522.47 kg/m³
0.6 539.39 540.35 543.1 545.07 kg/m³
Kab. Jeneponto memiliki kandungan 9 Agregat Kasar
0.4 109.41 1099.96 1104.83 1109.31 kg/m³
0.5 1173.38 1176.93 1181.8 1186.28 kg/m³
CaO lebih dari 10% dan kadar 0.6 1224.69 1228.24 1233.11 1237.59 kg/m³

(SiO2+Fe2O3+Al2O3) > 50% sehingga Hasil Kuat Tekan Beton Geopolimer


disimpulkan berdasarkan ASTM C 618- 1. Larutan NaOH 8 Molar
96 maka Abu Terbang asal PLTU
Bosowa Kab. Jeneponto termasuk tipe
3 3. Larutan NaOH 12 Molar
Kuat Tekan
(MPa) 2
0.4 5
1 4

Kuat Tekan
0.5 3 0.4

(MPa)
0 2
28 56 0.6 1
0 0.5
Umur Beton (hari) 28 56 0.6
Umur Beton (hari)
Gambar 4.1
Peningkatan kuat tekan pada larutan Gambar 4.5
NaOH 8 molar berdasarkan umur beton Peningkatan kuat tekan pada larutan
NaOH 12 molar berdasarkan umur beton
6
Kuat Tekan

4
2 15
(MPa)

0.4

Kuat Tekan
0 10

(MPa)
Oven Tanpa 0.5 5 0.4
Oven 0
0.6 0.5
Oven Tanpa
Treatment Oven 0.6
Treatment
Gambar 4.2
Peningkatan kuat tekan pada larutan
NaOH 8 molar berdasarkan treatment Gambar 4.6
benda uji Peningkatan kuat tekan pada larutan
NaOH 12 molar berdasarkan treatment
2. Larutan NaOH 10 Molar benda uji

4 4. Larutan NaOH 14 Molar


Kuat Tekan

3
2 0.4
(MPa)

1 9
Kuat Tekan

0 0.5 6
0.4
(MPa)

28 56 3
0.6
0 0.5
Umur Beton (hari)
28 56 0.6
Gambar 4.3 Umur Beton (hari)
Peningkatan kuat tekan pada larutan
NaOH 10 molar berdasarkan umur beton Gambar 4.7
Peningkatan kuat tekan pada larutan
NaOH 14 molar berdasarkan umur beton
12
Kuat Tekan

8
(MPa)

4 0.4 18
Kuat Tekan

0 12
0.5
(MPa)

Oven Tanpa 6 0.4


Oven 0.6 0
0.5
Treatment Oven Tanpa
Oven 0.6
Gambar 4.4 Treatment
Peningkatan kuat tekan pada larutan
NaOH 10 molar berdasarkan treatment Gambar 4.8
benda uji
Peningkatan kuat tekan pada larutan yang terjadi. Kuat tekan beton pada tiap
NaOH 12 molar berdasarkan treatment
kombinasi dihubungkan berdasarkan
benda uji
umur yang sama dari setiap molaritas.
Pembahasan Peningkatan kuat tekan beton geopolimer
Rancangan Campuran pada umur 28 dan 56 hari dapat dilihat
Berdasarkan hasil perencanaan campuran pada Gambar 4.9 .
didapatkan jumlah kebutuhan abu 10

Kuat Tekan (MPa)


8
terbang dengan perbandingan alkali
6 0.4
aktivator:abu terbang sebesar 0.4, 0.5, 4
0.5
2
dan 0.6 masing-masing sebesar 520 0.6
0
kg/m3, 416 kg/m3, dan 347 kg/m3. Hal 8 10 12 14
Molaritas NaOH (M)
ini menunjukkan bahwa semakin
Gambar 4.9
meningkat perbandingan larutan alkali Kuat tekan berdasarkan umur 28 dan 56
aktivator:abu terbang, maka kebutuhan hari

abu terbang dalam campuran semakin Dari gambar diatas dapat dilihat secara
menurun. Selanjutnya untuk variasi keseluruhan bahwa kuat tekan beton
molaritas larutan NaOH berdasarkan geopolimer dengan perbandingan larutan
Tabel 4.3 menunjukkan semakin alkali aktivator sebesar 0.4, 0.5 dan 0.6
meningkat molaritas NaOH yang naik seiring bertambahnya molaritas
digunakan, maka kebutuhan air serta larutan NaOH. Hasil penelitian ini
agregat halus dan agregat kasar pada sependapat dengan penelitian
campuran semakin meningkat. Risdanareni P. dkk. (2014) dimana pada
Berdasarkan hasil perencanaan campuran penelitiannya tentang pengaruh molaritas
yang diusulkan dalam penelitian ini terhadap kuat mekanik beton geopolimer
terdapat parameter yang harus disimpulkan semakin tinggi molaritas
diperhatikan dalam penerapannya yaitu NaOH, semakin tinggi kuat mekanik
ukuran agregat kasar, perbandingan beton yang dihasilkan. Kekuatan tekan
larutan alkali aktivator dengan abu tertinggi dihasilkan pada beton
terbang dan konsentrasi molaritas larutan geopolimer dengan molaritas 14M
NaOH. dengan perbandingan alkali aktivator:abu
Kuat Tekan Beton Geopolimer terbang sebesar 0.5 yaitu 7.93 MPa.
Hasil pengujian kuat tekan beton Pengaruh Treatment Pemanasan
dimasukkan dalam satu grafik untuk Dengan Oven dan Tanpa Pemanasan
dengan Oven Terhadap Kuat Tekan
melihat dinamika perubahan kuat tekan Beton Geopolimer
Hasil pengujian kuat tekan beton mendapatkan nilai kuat tekan kecil
geopolimer berdasarkan treatment dibandingkan dengan perawatan curing
pemanasan dengan oven dan tanpa elevated temperature. Hal ini disebabkan
pemanasan dengan oven dapat dilihat karena pada penelitian Panjaitan P.E.
pada Gambar 4.10 berikut .Warna solid (2020) kata “curing elevated
menunjukkan treatment pemanasan temperature” diinterpretasikan penulis
dengan oven, sedangkan warna dengan sebagai pemanasan dengan oven setelah
pattern menunjukkan treatment benda uji dimasukkan dalam cetakan,
pemanasan tanpa oven. sehingga menyebabkan beton mengalami

20 kekeringan setelah kehilangan air pada


Kuat Tekan (MPa)

15 saat proses pemanasan dengan oven yang


0.4
10 terlalu cepat.
0.5
5
0.6 PENUTUP
0
8 10 12 14 Kesimpulan
Molaritas NaOH (M)
1. Berdasarkan hasil rancangan
Gambar 4.10
campuran dengan ukuran maksimum
Kuat tekan berdasarkan treatment beton
agregat kasar sebesar 10 mm
Dari gambar diatas dapat dilihat secara didapatkan kebutuhan air maksimum
keseluruhan bahwa treatment pemanasan sebesar 208 kg/m3, dan dengan
tanpa oven disetiap variasi molaritas variasi molaritas NaOH 8M, 10M,
larutan NaOH yaitu 8M, 10M, 12M dan 12M dan 14M didapatkan jumlah
14M dengan perbandingan larutan alkali kebutuhan abu terbang dengan
aktivator sebesar 0.4, 0.5 dan 0.6 perbandingan alkali aktivator:abu
memiliki kuat tekan lebih tinggi terbang sebesar 0.4, 0.5, dan 0.6
dibanding treatment pemanasan dengan masing-masing sebesar 520 kg/m3,
oven. Kekuatan tekan tertinggi dihasilkan 416 kg/m3, dan 347 kg/m3 , serta
pada beton geopolimer dengan treatment kebutuhan NaOH dan Na2SiO3
pemanasan tanpa oven sebesar 16.27 masing-masing sebesar 83.2 kg/m3
MPa. dan 124,8 kg/m3.
Pada penelitian ini berbanding terbalik 2. Kuat tekan tertinggi beton geopolimer
dengan penelitian yang telah dilakukan berdasarkan umur pada variasi 14M
oleh Panjaitan P.E. (2020), yang dengan alkali aktivator:abu terbang
menunjukkan hasil bahwa perawatan sebesar 0.5 yaitu 7.93 MPa,
beton geopolimer dengan curing ruang sedangkan kuat tekan tertinggi beton
geopolimer berdasarkan treatment Calcined Natural Pozzoland for Use
pada variasi 14M dengan alkali as a Mineral Admixture in Concrete,
American Standard Testing and
aktivator:abu terbang sebesar 0.6 Material
yaitu 16.27 MPa
Manuahe, R,, Sumajouw, M,D,J,,
3. Treatment pemanasan dengan oven Windah R,S. 2014. Kuat Tekan Beton
mengalami penurunan kuat tekan Geopolymer Berbahan Dasar Abu
Terbang (Fly Ash). (Jurnal).
dikarenakan mengalami kekeringan
Universitas Sam Ratulangi. Manado
setelah kehilangan air pada saat
proses pemanasan dengan oven yang Panjaitan P.E dan Herlina L. 2020.
Review Pengaruh Suhu dan Waktu
terlalu cepat. Curing Beton Geopolimer Terhadap
Saran Persentase Kenaikan Kuat Tekan
Beton. (Jurnal). Universitas Trisakti.
1. Abu Terbang merupakan limbah yang
Jakarta.
didapatkan dengan bebas biaya,
Patankar SV, Ghugal Y,M, and Jamkar
namun tidak dengan NaOH dan
S,S. 2014. Mix Design of Fly Ash
Na2SiO3 yang dijual dengan harga Based Geopolymer Concrete. (Jurnal).
yang mahal, sehinggan perlu
Phoo-ngernkham T, Phiangphimai C,
dilakukan penelitian dengan meninjau Damrongwiriyanupap N, Hanjitsuwan
biaya yang dikeluarkan selama proses S, Thumrongvut J, Chindaprasirt P.
2018. A Mix Design Procedure for
penelitian.
Alkali-Activated High Calcium Fly
2. Disarankan untuk melakukan Ash Concrete Cured at Ambient
penelitian lebih lanjut terkait dengan Temperature. (Jurnal).

curing pada beton geopolimer Risdanareni P, Triwulan dan Ekaputri J,J,


3. Selama pelaksanaan pekerjaan 2014. Pengaruh Molaritas Aktifator
Alkalin Terhadap Kuat Mekanik
pembuatan beton geopolimer,
Beton Geopolimer Dengan Tras
sebaiknya menggunakan Sebagai Pengisi. (Jurnal). Universitas
perlengkapan pelindung seperti Institut Teknik Sepuluh November.
Surabaya
masker dan sarung tangan karena abu
terbang dan alkali aktivator yang Qomaruddin, M,, Munawaroh T,H,
Sudarno. Studi Komparasi Kuat
digunakan sangat berbahaya bagi Tekan Beton Geopolimer Dengan
tubuh manusia Beton Konvensional. (Jurnal).
Universitas Islam Nahdlatul Ulama.
DAFTAR PUSTAKA Jepara

ASTM C 618 - 96 Standart Specification


for Coal Fly Ash and Raw or

Anda mungkin juga menyukai