Anda di halaman 1dari 7

Pemanfaatan Limbah Abu Terbang (Fly Ash) Batubara Sebagai Bahan

Pembuatan Beton Geopolimer


Dedi Yuanda1), Ahmad Fadli2) dan Drastinawati2)
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, 2Dosen Jurusan Teknik Kimia
Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis
Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
dedi_yuanda@yahoo.co.id

ABSTRACT

Fly ash has a high content of silica and alumina that potential as a subtitute of portland cement. In
this study fly ash is utilized for making geopolimer concrete materials. The geopolymer was
sinthesized from fly ash Paiton Power Plant using 8 ,10, 12 and 14 NaOH solution and Na-
silicate/NaOH. Na-silicate/NaOH ratio used in this study were 0,8;1,2;1,6;2,0. and 80oC for curing
temperature. The geopolymer were test in porosity, compressive strength, leached value and it’s
morphology. The compressive strength test showed that 14 NaOH solution and 2.0 Na-
silicate/NaOH weight ratio were the strongest. It’s value was 7.56 MPa and it’s porosity was 0,0249.
It was also found that the compressive strength increases with the composition of NaOH solution
and Na-silicate/NaOH weight ratio. The result of TCLP test shows that for Pb, Cu, Cr are still below
the quality standards based on PP No.85 TH 1999 and is still considered harmless.

Keywords: geopolymer concrete;fly ash; NaOH solution; leached

1. Pendahuluan hidroksida (NaOH), natrium silikat (Na2SiO3)


Pemanfaatan batubara sebagai bahan dan air distilat (H2O) yang masing-masing
bakar diindustri mengalami peningkatan akhir- komponen memiliki peran penting dalam
akhir ini. Kecenderungan ini diakibatkan sintesis. Sintesis ini didasari oleh reaksi
naiknya harga minyak diesel industri, maka polikondensasi dari material yang mengandung
banyak industri yang beralih menggunakan silikaaluminat dan alumina–silikat. Sintesis
batubara sebagai bahan bakar. Berdasarkan beton geopolimer sangat tergantung pada
data statistik yang dikeluarkan oleh badan kondisi bahan awal yaitu sifat dan komposisi
geologi Kementerian ESDM (2011), total abu layang, kosentrasi larutan alkalin dan
sumberdaya batubara yang dimilki Indonesia proses geopolimerisasinya [ Jaarsveld dkk,
mencapai 120 milyar ton dengan total 2002]. Pemilihan beton geopolimer pada
cadangan sebesar 28 milyar ton yang tersebar penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan
diseluruh wilayah Indonesia. mengurangi pemakaian semen secara
Beton geopolimer merupakan salah satu signifikan. Hal ini lah yang menyebabkan
alternatif pemanfaatan limbah fly ash menjadi potensi pengembangan geopolimer di
produk bahan bangunan yang ramah Indonesia sangat besar, apalagi jika dikaitkan
lingkungan. Berbeda dengan beton biasa yang dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan
menggunakan semen sebagai bahan emisi karbon nasional sebesar 26 % pada tahun
pengikatnya. Unsur silika dan alumina yang 2020 menurut kerangka kerja UNFCCC [
terkandung dalam abu terbang dilarutkan Hilman, 2010]
dengan larutan yang bersifat alkalis yang Ekaputri dkk (2013) melaporkan
disebut larutan alkalin. Larutan alkalin yang pembuatan pasta geopolimer dari fly ash, trass
digunakan adalah campuran antara natrium dan lumpur Sidoarjo, agregat halus, agregat

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 1


kasar. Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan 12M, 14M, Dan perbandingan Na2SiO3/NaOH
tertinggi 51,3 MPa pada molaritas NaOH 14M. 0,8; 1,2; 1,6; 2,0.
Selain itu Motorwala dkk (2013) telah
membuat beton geopolimer berbasis abu 2.4 Cara Kerja
terbang (fly ash)-agregat kasar dengan alkali Penelitian ini dimulai dengan terlebih
teraktivasi dan penambahan super plasticizer. dahulu mempersiapkan larutan aktivator.
Pada penelitian tersebut dilakukan variasi Sebelum dipergunakan larutan aktivator ini
molaritas NaOH 8M, 10M, 12M, 14M dan didiamkan selama sehari terlebih dahulu. Mula-
variasi suhu curing (25оC, 60оC, 80оC) mula siapkan semua bahan dan peralatan yang
sementara rasio NaSiO3 terhadap NaOH adalah dibutuhkan seperti yang disebutkan diatas.
tetap, kuat tekan tertinggi 30,95 MPa. Larutan aktivator yang telah dipersiapkan
Penelitian tersebut menunjukkan naiknya kuat sehari sebelumnya kemudian dicampur dengan
tekan seiring kenaikan kosentrasi alkali dan fly ash kedalam ember. Setelah itu adonan yang
suhu curing. Pada penelitian tersebut diatas terbentuk diaduk dengan menggunakan
tidak dilakukan uji TCLP terhadap pasta pengaduk hingga adonan menjadi rata. Lumuri
geopolimer yang diperoleh. cetakan dengan oli agar adonan yang
Penelitian ini dilakukan untuk dihasilkan tidak lengket dicetakan pada saat
mengetahui pengaruh variasi molaritas NaOH dibuka. Masukkan adonan geopolimer yang
dan rasio perbandingan Na2SiO3/NaOH telah rata tersebut kedalam cetakan berbentuk
terhadap kuat tekan, tingkat pelindian dan silinder diameter 4 cm. Adonan dipadatkan
porositas dari beton geopolimer yang agar campuran mengisi seluruh cetakan dengan
dihasilkan. cara digetarkan, setelah rata ditutup rapat
kemudian dioven dengan suhu 80оC selama 24
2. Metodologi Penelitian jam. Setelah 24 jam adonan mengeras dan
2.1 Bahan dilepas dari cetakan dan dimasukkan dalam
Bahan baku penelitian ini meliputi abu tempat plastik tertutup selama 3 hari, kemudian
terbang (fly ash) dari PLTU Paiton, natrium tutupnya dibuka dan dibiarkan dalam suhu
hidroksida [NaOH] (Merck, Germany), natrium kamar sampai tiba waktu pengetesan (28 hari).
silikat [Na2SiO3] (Merck, Germany), asam Uji yang dilakukan adalah porositas, kuat tekan
nitrat [HNO3] (Merck, Germany), aquades. dan uji pelindian (TCLP).

2.2 Alat 3. Hasil dan Pembahasan


Alat yang akan diperlukan pada 3.1 Pengaruh Molaritas NaOH Terhadap
penelitian ini adalah timbangan analitik, Kuat Tekan
ayakan 200 mesh, gelas ukur 50 ml, hot plate,
cetakan berbentuk silinder diameter 4 cm dan Tes kuat tekan dilakukan terhadap benda
tinggi 8 cm, pengaduk semen, kertas saring uji berbentuk silinder berukuran 4 cm x 8 cm
atau saringan fiber glass, corong, gelas piala setelah didiamkan selama 28 hari. Hasil uji
250 ml, oven, ember, labu ukur 1 liter, kuat tekan terbaca dalam satuan Kilo Newton
timbangan untuk porositas, spatula, labu takar (KN) yang kemudian dikonversi kedalam
1000 ml. satuan Mega Pascal (MPa).yang merupakan
satuan umum yang sering dipakai untuk unjuk
2.3 Variabel Penelitian kinerja kekuatan beton. Pada Gambar 1
Variabel penelitian meliputi variabel menunjukkan bahwa kuat tekan beton
tetap dan berubah. Variabel tetap adalah ukuran geopolimer meningkat dengan bertambahnya
beton geopolimer (diameter 4 cm dan tinggi 8 molaritas larutan NaOH dan kenaikan
cm), perbandingan fly ash dan aktivator dalam perbandingan Na2SiO3/NaOH.
geopolimer 70:30, waktu pengerasan beton
geopolimer 28 hari. Sedangkan variabel
berubah terdiri dari kosentrasi NaOH 8M,10M,

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 2


8 pembentukan monomer-monomer lebih
Kuat Tekan (MPa)

7 optimal [Fansuri dkk, 2008]. Pada gambar 1


6
5 terlihat bahwa terjadi penurunan kuat tekan
4 pada molaritas NaOH 12 M dan rasio
3
2
Na2SiO3/NaOH 1.2 hal ini terjadi karena
1 larutan NaOH juga dikonsumsi oleh unsur lain
0 seperti Fe dan Ca. Fe2O3 dapat bereaksi dengan
8 10 12 14
NaOH membentuk Fe(OH)3 dan mengendap
Molaritas NaOH
dalam bentuk hidroksida atau
Na2SiO3/NaOH = 0,8 Na2SiO3/NaOH = 1,2
oksihidroksidanya.
Na2SiO3/NaOH = 1,6 Na2SiO3/NaOH = 2,0

Kondisi ini menyebabkan NaOH yang


seharusnya digunakan untuk melarutkan Si dan
Gambar 1. Hasil Analisis Kuat Tekan Beton Al justru berekasi dengan logam logam lain.
Geopolimer Sementara Ca dapat bereaksi dengan H2O
membentuk senyawa Ca(OH)2. Davidovis
Kekuatan tekan tertinggi dihasilkan pada (1991) menyatakan bahwa geopolimer yang
beton geopolimer dengan molaritas 14M dan berasal dari abu terbang mengandung rantai Si-
perbandingan Na2SiO3/NaOH 2.0 sebesar 7.56 O-Al dengan tetrahedral SiO4 dan AlO4 yang
Mpa. Kenaikan kuat tekan ini disebabkan oleh tersambung secara bergantian dengan
naiknya molaritas yang digunakan dalam menggunakan semua unsur oksigennya.
campuran sehingga berdampak terhadap Kondisi bahwa unsur Al memiliki koordinasi 4
pengikatan beton geopolimer yang berlangsung dengan unsur O membuat ketidakseimbangan
relatif lebih cepat. Larutan NaOH 10M lebih muatan negatif dalam struktur beton
pekat jika dibandingkan dengan larutan NaOH geopolimer. Sehingga disini peranan kation-
8 M. Semakin tinggi molaritas larutan NaOH kation Na+ untuk tetap mempertahankan
yang digunakan maka jumlah air yang ada kenetralan muatan didalam matrik geopolimer
didalam campuran juga semakin sedikit. Hal tersebutseperti gambar berikut.
ini menyebabkan beton geopolimer dengan
molaritas NaOH lebih tinggi cepat mengeras.
Selain itu larutan NaOH diperlukan dalam
reaksi geopolimerisasi, yaitu untuk pelarutan Si
dan Al pada partikel abu terbang dalam fasa
gel. Ion hidroksida mengaktifkan oksida-oksida
Si dan Al untuk membentuk monomer
pembentuk geopolimer. Reaksi yang terjadi
dapat digambarkan sebagai berikut [Fansuri
dkk, 2008]. Gambar 2. Ikatan Si dan Al Pada Beton
Geopolimer (Davidovits,1991)
OH

4NaOH + Si4+ → HO∙∙∙Si∙∙∙OH + 4 Na+ 3.2 Pengaruh Rasio Na2SiO3/NaOH
⁞ Terhadap Kuat Tekan
OH Kaitan antara kuat tekan geopolimer dari
3NaOH + Al3+ → HO∙∙∙ Al∙∙∙OH + 3Na+ abu terbang terhadap perbandingan
⁞ Na2SiO3/NaOH bisa dilihat pada gambar 3.
OH Sampel yang mempunyai perbandingan
Na2SiO3/NaOH lebih besar mempunyai nilai
Larutan NaOH yang lebih pekat kuat tekan yang relatif lebih baik. Semakin
menyediakan ion OH- lebih banyak sehingga besar perbandingan Na2SiO3/NaOH maka kuat

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


tekan yang dihasilkan juga akan semakin hidroksida. Grafik hubungan molaritas dengan
tinggi. Hal ini terjadi karena jumlah Na2SiO3 porositas beton geopolimer seperti yang terlihat
semakin banyak. Na2SiO3 berfungi untuk pada gambar 4 berikut ini.
mempercepat reaksi polimerisasi. Reaksi
polimerisasi adalah reaksi pengikatan rantai 30
monomer Si-O dan Al-O yang terkandung
25
dalam fly ash dan juga Na2SiO3 yang kemudian

Porositas (%)
akan mengkristal [Hardjito dan Rangan, 2005]. 20
15
10
8
5
Kuat Tekan (MPa)

6 0
8 10 12 14
4
Molaritas NaOH
2 Sampel A Sampel B
Sampel C Sampel D
0
0,8 1,2 1,6 2 Gambar 4. Hasil Porositas Beton Geopolimer
Rasio Na2SiO3/NaOH
Pori-pori dalam geopolimer sangat
mempengaruhi kuat tekan geopolimer. Pada
gambar 4 diatas terlihat semakin tinggi
Gambar 3. Kuat Tekan Beton Geopolimer molaritas, porositas beton geopolimer juga
Terhadap Rasio Na2SiO3/NaOH semakin kecil. Hal ini dipengaruhi oleh
kekentalan yang dimiliki oleh NaOH dalam
Peran penting natrium silikat telah campuran setiap komposisi [Ekaputri dkk,
diselidiki sebelumnya dan apabila natrium 2010]. Kepekatan berhubungan dengan
silikat tidak ada, maka kuat tekan beton banyaknya air yang dicampurkan kedalam
geopolimer akan turun drastis. Selain itu ion- larutan. Pada saat proses curing dilakukan, air
ion silikat yang terkandung didalam larutan yang berada didalam beton geopolimer akan
natrium silikat sudah dalam bentuk oligomer menguap sehingga rongga yang dulunya
yang siap berpolimerisasi dengan ion-ion ditempati oleh air menjadi kosong. Beton
silikat dan aluminat dari pelarutan geopolimer yang menggunakan larutan NaOH
aluminosilikat abu terbang. Semakin banyak 14M lebih pekat jika dibandingkan dengan
natrium silikat yang digunakan berarti semakin NaOH 8M. Oleh sebab itu, jumlah air yang
banyak pula oligomer silikat reaktif yang berada dalam rongga beton geopolimer 14M
tersedia. Oleh karena itu, geopolimer yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan beton
dibuat dengan jumlah natrium silikat lebih geopolimer yang menggunakan larutan NaOH
besar menghasilkan kuat tekan yang tinggi 8M dan hal itu menyebabakan porositas pada
sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 3 diatas. beton geopolimer 8M lebih banyak jika
Jika terdapat jumlah Na2SiO3 yang banyak dibandingkan dengan geopolimer 14 M.
dalam campuran, maka proses pengkristalan
juga berjalan relatif lebih cepat.
3.4 Pengaruh Rasio Na2SiO3/NaOH
3.3 Pengaruh Molaritas NaOH Terhadap Terhadap Porositas
Porositas Peningkatan rasio berat Na2SiO3/NaOH
Porositas merupakan persentase pori- cenderung menurunkan porositas beton
pori atau ruang kosong dalam beton terhadap geopolimer yang dihasilkan. Hal ini bisa dilihat
volume benda. Data hasil pengujian akan dari gambar 5 berikut.
dibandingkan dengan parameter kosentrasi dan
perbandingan natrium silikat terhadap natrium

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 4


30 yang telah dilakukan uji kuat tekan. Dengan
melakukan pengujian ini akan diketahui
25 kemampuan sampel beton geopolimer dalam
mengimmobilisasi logam berat yang
20
Porositas(%)

terkandung didalam sampel.


15
Dalam metode TCLP material solidifikasi
dihancurkan menjadi partikel butir yang
10 selanjutnya didestruksi sampai dengan proses
didapatkan filtrat hasil penyaringan yang
5 kemudian diuji dengan AAS. Uji TCLP pada
beton geopolimer dilakukan pada sampel D4
0
0,8 1,2 1,6 2
yang mempunyai kuat tekan paling tinggi dan
Rasio Na2SiO3/NaOH
dilakukan setelah sampel berumur 28 hari.
Hasil pengujian kandungan logam pada fly ash
NaOH 8M NaOH 10M
dan sampel D4 bisa dilihat seperti tabel
Gambar 5. Pengaruh Rasio Na2SiO3/NaOH dibawah ini.
terhadap porositas
Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Logam
Gambar diatas adalah perbandingan PadaFly Ashdan Sampel D4
pengaruh rasio terhadap porositas pada dua Hasil Standar
perlakukan kosentrasi yakni 8 M dan 10 M. Hasil
Analisis PP 85
Dari gambar diatas dilihat bahwa rasio Nama Analisis
Beton /1999
Na2SiO3/NaOH berpengaruh terhadap porositas Logam Fly ash
Geopolimer (mg/L)
beton geopolimer yang dihasilkan. Semakin (mg/L)
(mg/L)
tinggi rasio Na2SiO3/NaOH maka proses
Pb 8,954 3,892 5
polimerisasi akan berlangsung semakin cepat
sehingga pori-pori yang akan terbentuk akan Cr 6,978 3,718 5
berkurang. Pada rasio Na2SiO3/NaOH 0.8
Cu 12,355 6,92 10
porositas sampel 8 M adalah 25,95 %
sedangkan sampel 10 M adalah 23,69 %, ketika
rasio Na2SiO3/NaOH naik 1.2 porositas sampel Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil
8 M turun menjadi 24,98 % begitu juga halnya analisa AAS menunjukkan abu terbang yang
pada sampel 10 M yang turun menjadi 21,62 diuji mengandung logam berat Pb,Cu,Cr diatas
%. Hal diatas sesuai dengan teori yang ambang batas yang diizinkan oleh PP No.85
menyatakan bahwa peningkatan berat rasio Tahun 1999. Sehingga limbah abu terbang
Na2SiO3/NaOH menurunkan porositas tersebut perlu dilakukan pengolahan lebih
geopolimer yang dihasilkan [ Fansuri dkk, lanjut sesuai yang dianjurkan peraturan
2008]. pemerintah diatas yakni dengan teknik
solidifikasi. Berdasarkan hasil uji TCLP pada
sampel D4 menunjukkan bahwa solidifikasi
3.6 Analisa TCLP (Toxicity Characterictic limbah abu terbang sebagai campuran beton
Leached Procedure) geopolimer memberikan hasil yang signifikan
Pada penelitian ini limbah abu terbang untuk mengimmobilisasi logam berat yang ada
terlebih dahulu dilakukan analisis awal di dalam limbah abu tersebut.
beberapa kandungan logam berat yang Kandungan logam Pb yang semula
dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah 8,954 mg/L pada abu terbang berkurang
bahan tersebut termasuk dalam kategori B3 menjadi 3,892 mg/L setelah disolidifikasi
atau tidak. Selanjutnya pengujian terhadap menjadi beton geopolimer, begitu juga dengan
kandungan logam berat pada beton geopolimer kadar logam lainnya yang mengalami

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 5


penurunan. Hal ini sesuai dengan teori yang 6. Ucapan Terimakasih
menyatakan bahwa geopolimer mempunyai Penulis mengucapakan terimakasih
kemampuan untuk mempertahankan unsur- kepada Bapak Ir.Aman, M.T atas diskusi yang
unsur logam berat yang ada didalam bahan sangat berguna dan ilmu-ilmu yang bermanfaat
baku berupa abu terbang dengan diamobilisasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian
oleh matrik beton geopolimer [Zhang ini.
dkk.,2008].
Daftar Pustaka
4. Simpulan -------------, 1999. Peraturan Pemerintah Nomor
1. Semakin tinggi molaritas yang digunakan 85 Tahun 1999, Tentang Perubahan
maka jumlah total pori-pori semakin Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
sedikit sehinga semakin tinggi pula kuat 1999,Tentang Pengelolaan Limbah
tekan yang dihasilkan. Beton geopolimer Bahan Berbahaya dan Beracun,
yang menggunakan molaritas 14M Sekretariat Bapedal, Jakarta.
menghasilkan kuat tekan paling tinggi Davidovits, J. (1991). Geopolymers: inorganic
yakni 7.56 MPa sedangkan beton polimeryc new material. Journal
geopolimer dengan molaritas 8M Thermal Analysis, 37, 1633-56.
menghasilkan kuat tekan lebih rendah Ekaputri, J.J.,& Triwulan.(2013). Sodium
yaitu 4.38 MPa. sebagai aktivator fly ash, trass dan
2. Semakin tinggi perbandingan massa lumpur Sidoarjo dalam beton
larutan Na2SiO3/NaOH cenderung geopolimer. Jurnal Teknik Sipil,20,4-5.
menghasilkan kuat tekan yang lebih baik, Fansuri, Hamzah dkk. (2008). The Effect of
hal ini terlihat pada rasio 2.0 kuat tekan Sodium Silicate and Sodium Hydroxide
rata-ratanya adalah 5.92 MPa. on The Strength of Aggregates Made
3. Limbah abu terbang layak dijadikan bahan From Coal Fly Ash Using The
pembuatan beton geopolimer, karena Geopolimerization Method. Institut
menghasilkan kuat tekan yang baik dengan Teknologi Sepuluh November.
range 2.85-7.56 MPa. Indonesia.
4. Pada karakteristik kimia (uji TCLP) Hardjito, D., & Rangan, B.V.( 2005).
diketahui bahwa produk beton geopolimer Development and properties of low-
dapat mengimmobilisasi logam berat calcium fly ash based geopolymer
dengan baik. Logam Pb dari 8.954 mg/L concrete.http://www.geopolymer.org/jo
menjadi 3.892 mg/L, logam Cr dari 6.978 urnal/ geopolymer/pdf. Diakses tanggal
mg/L menjadi 3.718 mg/L dan logam Cu 14 Mei 2014.
dari 12.355 mg/L menjadi 6.92 mg/L. Hilman, M.(2010). Indonesia second national
communication under the United
5. Saran Nation Framework Convention on
1. Untuk menghasilkan kuat tekan yang Climate Change (UNFCCC), Republik
lebih baik maka perlu dipelajari tentang of Indonesia Ministry of Environment.
bahan tambahan (additive) agar Jaarsveld,V.J.G., Deventer, J.S.J., Lukey,
menghasilkan produk beton geopolimer G.J.(2002).The effect of composition
berkualitas tinggi. and temperature on the properties of
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang fly ash and kaolinite-based
mempengaruhi proses geopolimerisasi fly geopolymer. Chemical Engineering
ash perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Journal, 89, 63-73.
dengan variabel yang lebih beragam Kementrian ESDM ,(2011) : Toksisitas abu
seperti suhu curing, perbandingan terbang PLTU batubara yang berada di
campuran dan jenis aktivator yang Sumatra dan Kalimantan, Puslitbang
digunakan. Teknologi Mineral dan Batubara,
Jakarta.

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 6


Motorwala,A.,Shah,V.,Kammula,R.,Nannapan
eni, P., Raijiwala,D.B. (2013). Alkali
activated fly ash based geopolymer
concrete. International Journal of
Emerging Technology and Advance
Engineering ,3,159-166.
Zhang, J., Provis ,J.L.,Feng, D., dan Van
Deventer , J.S.J., (2008).Geopolymer
For Immobilization of Cr6+, Cd2+ dan
Pb2+. Journal of Hazardous
Material,157, 587-598.

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 7

Anda mungkin juga menyukai