I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah
A. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat
B. Pembuatan garam mompleks tetraaamin tembaga (II) sulfat monohidrat
II. DASAR TEORI
Kristal CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan yang banyak dibutuhkan di
industri. Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai fungisida
yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan akibat
penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal,
sebagai kabel tembaga, electromagnet, papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam
oven microwave. Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan
mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan
hingga terbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga
bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh dari
larutan CuCl2 (Fitrony dkk., 2013).
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. CuSO4.5H2O ( gram)
2. NH3 Teknis (Secukupnya)
3. Aquadest (Secukupnya)
4. (NH4)2SO4 ( gram)
5. Etanol ( gram)
6. Kertas saring (2 lembar)
C. GAMBAR ALAT
Nama
No. Gambar Alat No. Gambar Alat Nama Alat
Alat
Gelas
1. 5. Hot Plate
Beker
Gelas
2. 6. Pengaduk
ukur
Spektrofotometer
3. Corong 7.
UV-VIS
Lumpang dan
Neraca
4. 8. penggerus
analitik
porselin
2. Cu(NH3)4SO4.5H2O
B. PEMBAHASAN
Percobaan pada percobaan pembuatan garam rangkap dan garam kompleks dari
tembaga bertujuan untuk memahami pembuatan garam rangkap tembaga (II) amonium sulfat
heksahidrat (CuSO4(NH4)2SO4.6H2O) dan memahami pembuatan garam kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat (Cu(NH3)4SO4.5H2O) yang berdasarkan prinsip kristalisasi
yang merupakan metode pembentukan senyawa dalam bentuk kristal. Kristalisasi dipengaruhi
oleh tingkat pemanasan dan pendinginan. Pengotor dalam jumlah yang sangat sedikit dapat
membawa perubahan dalam kristalisasi. Suhu dan penambahan pengotor adalah factor penting
dalam kristalisasi. Rekristalisasi yaitu merupakan cara pemurnian senyawa dalam bentuk
kristal dengan melarutkannya dengan suatu pelarut yang sesuai lalu mengkristalkannya
kembali berdasrkann perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan
zat pencampur atau pencemarnya.
Percobaan pertama yaitu pembuatan garam rangkap dengan melarutkan CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4 dalam aquades. Larutan berwarna biru karena ada ion Cu2+ yang mendesak air oleh
ligan amonia. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
Pelarutan tembaga dalam air menyebabkan dua dari molekul air berada lebih jauh
daripada empat lainnya. Aquades mempunyai momen dipol yang besar dan mampu menarik
kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Selain itu, kedua garam yang bereaksi
tersebut dapat larut dalam aquades. Larutan berwarna biru muda menandakan bahwa larutan
telah homogen. Kemudian larutan dipekatkan pada suhu tinggi dan didinginkan agar terbentuk
kristal. Kristal pertama yang dihasilkan sebesar 20,24 gram dengan rendemen sebesar 63,3
%. setelah mendapatkan kristal dilakukan rekristalisasi yang bertujuan untuk menghilangkan
pengotor dengan cara melarutkan dan memekatkannya sehingga diperoleh kristal
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang murni. Kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang terbentuk
mempunyai massa 6,4 gram dengan rendemen sebesar 20,6%.
Percobaan kedua yaitu pembuatan garam kompleks yang tersusun dari ion kompleks
dan ion kompleksdengan kation dan anion terdiri dari atom pusat dan ligan. Atom pusat
mempunyai orbital kosong sedangkan ligan memiliki pasangan elektron bebas. Pembuatan
garam kompleks ini dilakukan dengan melarutkan CuSO4.5H2O dalam larutan ammonia pekat
yang terjadi melalui persamaan reaksi berikut:
CuSO4.5H2O (s) + 4NH3 (aq) + H2O (l) Cu(NH3)4SO4.H2O (s) + 5H2O (l)
Reaksi antara senyawa-senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang menyengat.
Bau menyengat tersebut berasal dari larutan amoniak pekat. Larutan tersebut kemudian
ditetesi dengan hati-hati menggunakan etanol melalui dinding gelas kimia. Larutan ammonia
(NH3) berfungsi sebagai penyedia ligan dan pengenceran berfungsi sebagai pengkompleks
Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh NH3, karena NH3 sebagai ligan kuat yang dapat
menekan ligan netral H2O sehingga warnanya berubah dari biru menjadi biru tua.
Penetesan etanol melalui dinding gelas kimia tersebut dimaksudkan agar etanol tersebut
benar-benar berada pada permukaan dan tidak menyebabkan terjadinya pengadukan pada
campuran karena Karena jika tercampur, etanol dapat bereaksi dengan atom pusat Cu2+
membentuk Cu(OH)2 dan dapat mencegah terjadinya penguapan NH3 sehingga ligan tidak
akan habis. Kristal yang diperoleh dicuci dengan aseton yang bertujuan untuk memurnikan
kristal dari pengotornya. Diperoleh endapan berwarna hijau tosca dengan berat 6,6 gram
dengan rendemen sebesar 44,5%.
Untuk menguji kemurnian garam rangkap dan kompleks dilakukan uji UV_VIS yang
mempunyai prinsip yaitu terjadinya absorpsi pada larutan yang dikenai cahay tampak dimaana
pada larutan tersebut terjadi eksitasi electron. Digunakan larutan garam yang didapt masing
masing sebagai sampel dalam uji UV-VIS. Larutan yang digunakan dalam uji ini tidak boleh
terlalu pekat karena jika terlalu pekat akan meyebabkan cahaya tampak sulit untuk menembus
larutan sehingga hasil kurang optimal.
Pada uji UV Vis terhadap sampel garam rangkap dihasilkan grafik dengan satu
Puncak yang menunjukkan bahwa garam yang dihasilkan merupakan murni karena pada uji
UV Vis didapatkan puncak pada panjang gelombang sebesar 810 nm dimana data tersebut
sesuai dengan panjang gelombang garam rangkap pada literature. Dapat dikatakan bahwa
senyawa garam rangkap yang dihasilkan memiliki kemurnian yang cukup tinggi satu puncak
yang terjadi juga disebabkan karena hibridisasi elektron terluar pada Cu yang berada pada
orbital d.
Selanjutnya yaitu uji UV Vis pada sampel garam kompleks yang telah dibuat
sebelumnya didapatkan grafik pada puncak pada panjang gelombang 580 nm puncak yang
didapatkan tidak sesuai dengan literatur (Makotchenko dkk., 2015) yang menyatakan puncak
pada panjang gelombang 810 nm. Ketidak sesuaian hasil yang didapat dengan literatur dapat
disebabkan karena masih adanya pengotor pada kristal yang didapat dan tidak larut nya CuSO4
5H2O sehingga kristal yang didapat tidak sepenuhnya garam kompleks
V. KESIMPULAN.
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat dapat dibuat
dengan mencampurkan CuSO4 5H2O dengan (NH4)2SO4 yang didapatkan kristal berwarna
biru muda sebanyak 6,4 gram dengan rendemen sebesar 20,6 % dengan absorbansi
maksimum pada 0,35243 dan panjang gelombang 810 nm
b. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat dapat dibuat
dengan mencampurkan dengan CuSO4 5H2O dan NH3 15 M dan didapatkan kristal
berwarna biru kehijauan dengan massa 6,6 gram dan rendemen sebesar 44,5 % dengan
absorbansi maksimum pada 1,35716 dan panjang gelombang 580 nm.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press.
Ghaedi, M., Hajati, S., Barazesh, B., Karimi, F. dan Ghezelbash, G. 2013. Saccharomyces
cerevisiae for the biosorption of basic dyes from binary component systems and the
high order derivative spectrophotometric method for simultaneous analysis of
Brilliant green and Methylene blue. Journal of Industrial and Engineering Chemistry,
19 : 227-223.
Lavrenyuk, H., Kochubei, V., Mykhalichko, O. dan Mykhalichko, B. 2016. Anewflame
retardant on the basis of diethylenetriamine copper(II)sulfate complex for
combustibility suppressing of epoxy-amine composites . Fire Safety Journal, 80 : 30-
37.
Makotchenko, E.V., Baidina, I.A. dan Korol’kov, I.V. 2015. Synthesis and structure of
double complex salts [Pd (dien) Cl] AuX4. Russsian Journal of Inorganic Chemistry.
60(7): 832-842.
Lavrenyuk , H., Mykhalichko, O., Zarychta, B., Olijnyk, V. dan Mykhalichko, B. 2015. A
new copper(II) chelate complex with tridentate ligand: synthesis, crystal and
molecular electronic structure of aqua-(diethylenetriamine-N, N‘, N‘ ‘)-copper(II)
sulfate monohydrate and its fire retardant properties. Journal of Molecular Structure.
Octaviani, T., Guntarti, A. dan Susanti, H. 2014. DETERMINATION OF ß-CAROTENE IN
SOME TYPESOF CHILI (Genus Capsicum) USING VISIBLE
SPECTROPHOTOMETRY METHOD. Pharmaҫiana, 2(4) : 101-109
Pamungkas, G. dan Sanjaya, I.G.M. 2013. A THEORETICAL STUDIES TO DETERMINE
BAND GAP OF CONJUGATED PORPHYRIN WITH CALCIUM METAL USING
DENSITY FUNCTIONAL THEORY (DFT). UNESA Journal of Chemistry, 1(2) :
54-61.
Rositawati, A.L., Taslim, C.M., dan Soetrisnanto. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari
Daerah Demak Untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri. 24): 217-225.
VII. LAMPIRAN
1. Perhitungan
2. Foto percobaan
3. Jurnal
4. Laporan sementara
Mengetahui,
20,6 %
CuSO4.5H2O (s) + 4NH3 (aq) + H2O (l) Cu(NH3)4SO4.H2O (s) + 5H2O (l)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 15,05𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol CuSO4.5H2O = = 249,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,06 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑟