Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN 4

PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLES DARI TEMBAGA

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah
A. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat
B. Pembuatan garam mompleks tetraaamin tembaga (II) sulfat monohidrat
II. DASAR TEORI
Kristal CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan yang banyak dibutuhkan di
industri. Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai fungisida
yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan akibat
penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal,
sebagai kabel tembaga, electromagnet, papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam
oven microwave. Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan
mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan
hingga terbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga
bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh dari
larutan CuCl2 (Fitrony dkk., 2013).

Pembentukan senyawa kompleks merupakan fenomena yang sangat menarik dalam


ilmu kimia karena sifat sifatnya yang spesifik. Maka dari itu, senyawa kompleks sering kali
dipergunakan dalam kepentingan analisis kuantitatif maupun kualitatif unsur maupun
senyawa. Baik sebagai kation maupun anion. Senyawa kompleks ini terdiri dari atom pusat
yang biasanya berupa kation dapat berperan sebgai asam lewis, sedangkan ligan yang biasanya
berupa anion ataupun molekul netral dapat berperan sebagai basa lewis (Cotton,2007).
Senyawa kompleks terbentuk dari interaksi atom pusat sebagai asam Lewis dan
ligan sebagai basa Lewis atau interaksi yang didasarkan pada teori HSAB (Hard and soft acid
and bases). Teori HSAB tersebut berkaitan erat dalam menjelaskan ikatan kovalen dan kovalen
koordinasi, atom oksigen dibandingkan dengan atom nitrogen memiliki kecenderungan yang
lebih tinggi membentuk senyawa kompleks dengan logam magnesium dan kalsium. Kompleks
yang stabil dikarenakan memilki ligan yang berukuran besar (polidentat) yang cenderung akan
mengkoordinasi atom pusat yang besar sehingga akan menghasilkan kompleks yang lebih
sempit atau lebih rapat (Pamungkas dan Sanjaya., 2013).
Garam kompleks dan rangkap(DCS) mengandung kompleks kaion dari satu logam
dan anion kompleks logam lainnya yang sangat menarik bagi peneliti. Senyawa ini dapat
bberperilaku sebagai prekusor bahan bimetalik yang berbeda. Garam kompleks dan garam
rangkap dapat berfungsi sebagai model yang mudah digunakan untuk mempelajari fitur
koordinasi kimia. Data lengkap tentang struktur DCS diperlukan untuk mengungkapkan
hubungan antara struktur kimia mereka, komposisi dan perilaku dalam berbagai kondisi.
Garam kompleks mengandung ion ion kompleks yang dibentuk oleh ion logam transisi dengan
molekul atau ion yang terikat lebih kuat daripada molekul air. Gram rangkap dibentuk apabila
dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu (Makotchenkoa.,
2015).
Kompleks organologam adalah inhibitor pembakaran yang paling efisien. Oleh karena
itu, dalam produksi bahan polimer yang tidak tahan api, penggunaan retardan yang
mengandung logam sangat menjanjikan. Dengan demikian, senyawa anorganik dari logam
(oksida, hidroksida atau garam dan kompleks logam dalam keadaan oksidasi yang berbeda,
terutama, kompleks khelat banyak digunakan untuk memperoleh komposit polimer dengan
daya bahan bakar rendah. Di antara garam-garam logam, senyawa tembaga yang digunakan
sebagai penghambat nyala api menarik perhatian khusus. Dengan demikian, dalam pekerjaan
. Telah menjelaskan metode persiapan bahan polimer tahan api atas dasar pengikat (bisphenol
A diglisidil ether (DGEBA) - ED-16, ED-20 dan ED-22 grade) dan pengeras
(isometiltretrahidrofalat anhidrida) yang juga mengandung nanopartikel dari logam tembaga
(Lavrenyuk dkk., 2016)
Studi tentang kompleksasi garam logam transisi (khususnya, garam tembaga dalam
oksidasi menyatakan (I) dan (II) dengan poliamina dalam kombinasi dengan penentuan kristal
dan struktur elektronik molekul adalah salah satu tren penelitian utama dalam kimia modern.
Saat ini, jenis kompleks ini biasanya digunakan sebagai katalis dan model pusat aktif enzim
yang mengandung tembaga. Mereka juga berfungsi sebagai dasar untuk jenis baru bahan
bercahaya dan polimer matriks konstituen dari resin epoksi yang memiliki penurunan mudah
terbakar dan juga memiliki banyak sifat yang berguna lainnya. Jadi, diketahui bahwa garam
tembaga untuk waktu yang lama telah digunakan sebagai katalis untuk banyak transformasi
berbagai turunan hidrokarbon. Namun, di samping aktivitas katalitik, tembaga (I) dan tembaga
(II) garam juga dapat digunakan untuk secara efektif menekan peradangan hidrokarbon yang
mengandung nitrogen (misalnya amina, nitril). Peran penting dalam proses menekan nyala api
adalah sifat interaksi kimia yang dalam banyak hal menentukan pembentukan kompleks
tembaga (II) yang hampir tidak mudah terbakar. (Lavrenyuk dkk., 2015)
Spektrofotometri UV-Vis adalah metode analisis berdasarkan interaksi antara radiasi
elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan
memakai instrumen spektrofotometer dengan suatu materi (senyawa). Metode ini berdasarkan
penyerapan sinar ultraviolet maupun sinar tampak yang menyebabkan terjadinya transisi
elektron (perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ketingkat energi yang lebih
tinggi) (Octaviani dkk., 2014)
Metode spektrofotometri lebih ekonomis dan lebih sederhana, dibandingkan dengan
metode seperti kromatografi dan elektroforesis, yang memiliki beberapa kelemahan potensial,
seperti kebutuhan untuk sampel pra-perawatan kompleks, penggunaan pelarut beracun, dan
produk limbah yang dihasilkan. Karena spektrum penyerapan zero-order yang sangat tumpang
tindih, penggunaan teknik spektrofotometri tradisional sulit tanpa langkah pemisahan puncak.
Spektrofotometri derivatif, yang didasarkan pada analisis spektrum derivatif, adalah teknik
analisis yang sangat berguna untuk menyelesaikan solusi biner dan terner dengan tumpang
tindih (Ghaedi dkk., 2013).
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Gelas beker pyrex 500 ml (1 buah)
2. Gelas beker pyrex 250 ml (1 buah)
3. Lumpang dan penggerus porselin (1 buah)
4. Statif (1buah)
5. Klem dan Ring (1 buah)
6. Holder (1 buah)
7. Hot Plate (1 buah)
8. Corong kaca (1 buah)
9. Pengaduk kaca (1 buah)
10. Spektrofotometri UV-VIS (1 buah)

B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. CuSO4.5H2O ( gram)
2. NH3 Teknis (Secukupnya)
3. Aquadest (Secukupnya)
4. (NH4)2SO4 ( gram)
5. Etanol ( gram)
6. Kertas saring (2 lembar)

C. GAMBAR ALAT
Nama
No. Gambar Alat No. Gambar Alat Nama Alat
Alat

Gelas
1. 5. Hot Plate
Beker

Gelas
2. 6. Pengaduk
ukur
Spektrofotometer
3. Corong 7.
UV-VIS

Lumpang dan
Neraca
4. 8. penggerus
analitik
porselin

III. CARA KERJA


A. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat,
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
1. Larutkan 19,96 gram (0,08 mol) CuSO4.5H2O dan 10,56 gram (0,08 mol) (NH4)2SO4
dalam 60 mL air.
2. Panaskan hingga pekat
3. Biarkan larutan menjadi dingin pada suhu kamar sampai terbentuk kristal (kristal
besar dapat terjadi jika larutan dibiarkan semalam)
4. Dinginkan campuran ini didalam wadah berisi air dingin, dekantasi larutan dan ambil
kristal yang terbentuk
5. Lakukan rekristalisasi sekali lagi dengan jalan melarutkan air panas seminimla
mungkin kemudian biarkan menjadi dingin.
6. Saring dan keringkan kristal yang terbentuk diatas kertas saring. Perhatikan bentuk
kristal
7. Timbang kristal yang terbentuik dan hitung rendemennya.
8. Buat kurva adsorbansi untuk senyawa diatas
B. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.5H2O
1. Masukkan 22,5 mL ammonia pekat NH3 teknis dan 15 mL aquades ke dalam gelas
beker
2. Timbang 15 gram CuSO4.5H2O dan gerus dengan lumping samai halus, kemudain
masukkan kedalam larutan ammonia sampai semua tembaga (II) sulfat mmonohidrat
larut.
3. Tambahkan dengan hati-hati 23 mL etanol. Tutup gelas beker dengan alumunium foil
dan biarkan semalam
4. Setlah semalam, aduk campuran, biarkan kristal mengendap kemudian dekantasi.
5. Saring kristal dan bilas gelas beker dengan campuran 2,5 mL NH3 teknis dan 15 mL
etanol.
6. Cuci kristal dengan 5 mL etanol
7. Keringkan kristal pada suhu kamar
8. Timbang kristal kering dan hitung rendemennya
9. Buat kurva adsorbansi untuk senyawa diatas
10. Ukur serapan panjang gelombang pada daerah tampak kedua senyawa tersebut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil percobaan
1. CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
No Parameter Hasil pengamatan
1. Berat CuSO4.5H2O 19,97 gram
2 Berat (NH4)2SO4 10,60 gram
Kristal pertama : 20,24 gram
Warna : biru muda
3. CuSO4(NH4)2SO4.6H2O praktik
Rekristalisasi: 6,4 gram
Warna: biru cerah
4. CuSO4(NH4)2SO4.6H2O Teoristis gram
Kristal pertama: 63,3%
5. Perhitungan rendemen
Rekristalisasi: 20,6%
6. Panjang gelombang 810 nm

2. Cu(NH3)4SO4.5H2O

No Parameter Hasil pengamatan


1. Berat CuSO4.5H2O 15,05 gram
Kristal : 6,6 gram
2. Cu(NH3)4SO4.5H2O praktik Warna : Hijau Tosca

3. Cu(NH3)4SO4.5H2O Teoristis 6,6 gram

4. Perhitungan rendemen 44,5 %


5. Panjang Gelombang 580 nm

B. PEMBAHASAN
Percobaan pada percobaan pembuatan garam rangkap dan garam kompleks dari
tembaga bertujuan untuk memahami pembuatan garam rangkap tembaga (II) amonium sulfat
heksahidrat (CuSO4(NH4)2SO4.6H2O) dan memahami pembuatan garam kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat (Cu(NH3)4SO4.5H2O) yang berdasarkan prinsip kristalisasi
yang merupakan metode pembentukan senyawa dalam bentuk kristal. Kristalisasi dipengaruhi
oleh tingkat pemanasan dan pendinginan. Pengotor dalam jumlah yang sangat sedikit dapat
membawa perubahan dalam kristalisasi. Suhu dan penambahan pengotor adalah factor penting
dalam kristalisasi. Rekristalisasi yaitu merupakan cara pemurnian senyawa dalam bentuk
kristal dengan melarutkannya dengan suatu pelarut yang sesuai lalu mengkristalkannya
kembali berdasrkann perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan
zat pencampur atau pencemarnya.
Percobaan pertama yaitu pembuatan garam rangkap dengan melarutkan CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4 dalam aquades. Larutan berwarna biru karena ada ion Cu2+ yang mendesak air oleh
ligan amonia. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
Pelarutan tembaga dalam air menyebabkan dua dari molekul air berada lebih jauh
daripada empat lainnya. Aquades mempunyai momen dipol yang besar dan mampu menarik
kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Selain itu, kedua garam yang bereaksi
tersebut dapat larut dalam aquades. Larutan berwarna biru muda menandakan bahwa larutan
telah homogen. Kemudian larutan dipekatkan pada suhu tinggi dan didinginkan agar terbentuk
kristal. Kristal pertama yang dihasilkan sebesar 20,24 gram dengan rendemen sebesar 63,3
%. setelah mendapatkan kristal dilakukan rekristalisasi yang bertujuan untuk menghilangkan
pengotor dengan cara melarutkan dan memekatkannya sehingga diperoleh kristal
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang murni. Kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang terbentuk
mempunyai massa 6,4 gram dengan rendemen sebesar 20,6%.
Percobaan kedua yaitu pembuatan garam kompleks yang tersusun dari ion kompleks
dan ion kompleksdengan kation dan anion terdiri dari atom pusat dan ligan. Atom pusat
mempunyai orbital kosong sedangkan ligan memiliki pasangan elektron bebas. Pembuatan
garam kompleks ini dilakukan dengan melarutkan CuSO4.5H2O dalam larutan ammonia pekat
yang terjadi melalui persamaan reaksi berikut:
CuSO4.5H2O (s) + 4NH3 (aq) + H2O (l) Cu(NH3)4SO4.H2O (s) + 5H2O (l)
Reaksi antara senyawa-senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang menyengat.
Bau menyengat tersebut berasal dari larutan amoniak pekat. Larutan tersebut kemudian
ditetesi dengan hati-hati menggunakan etanol melalui dinding gelas kimia. Larutan ammonia
(NH3) berfungsi sebagai penyedia ligan dan pengenceran berfungsi sebagai pengkompleks
Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh NH3, karena NH3 sebagai ligan kuat yang dapat
menekan ligan netral H2O sehingga warnanya berubah dari biru menjadi biru tua.
Penetesan etanol melalui dinding gelas kimia tersebut dimaksudkan agar etanol tersebut
benar-benar berada pada permukaan dan tidak menyebabkan terjadinya pengadukan pada
campuran karena Karena jika tercampur, etanol dapat bereaksi dengan atom pusat Cu2+
membentuk Cu(OH)2 dan dapat mencegah terjadinya penguapan NH3 sehingga ligan tidak
akan habis. Kristal yang diperoleh dicuci dengan aseton yang bertujuan untuk memurnikan
kristal dari pengotornya. Diperoleh endapan berwarna hijau tosca dengan berat 6,6 gram
dengan rendemen sebesar 44,5%.
Untuk menguji kemurnian garam rangkap dan kompleks dilakukan uji UV_VIS yang
mempunyai prinsip yaitu terjadinya absorpsi pada larutan yang dikenai cahay tampak dimaana
pada larutan tersebut terjadi eksitasi electron. Digunakan larutan garam yang didapt masing
masing sebagai sampel dalam uji UV-VIS. Larutan yang digunakan dalam uji ini tidak boleh
terlalu pekat karena jika terlalu pekat akan meyebabkan cahaya tampak sulit untuk menembus
larutan sehingga hasil kurang optimal.
Pada uji UV Vis terhadap sampel garam rangkap dihasilkan grafik dengan satu
Puncak yang menunjukkan bahwa garam yang dihasilkan merupakan murni karena pada uji
UV Vis didapatkan puncak pada panjang gelombang sebesar 810 nm dimana data tersebut
sesuai dengan panjang gelombang garam rangkap pada literature. Dapat dikatakan bahwa
senyawa garam rangkap yang dihasilkan memiliki kemurnian yang cukup tinggi satu puncak
yang terjadi juga disebabkan karena hibridisasi elektron terluar pada Cu yang berada pada
orbital d.
Selanjutnya yaitu uji UV Vis pada sampel garam kompleks yang telah dibuat
sebelumnya didapatkan grafik pada puncak pada panjang gelombang 580 nm puncak yang
didapatkan tidak sesuai dengan literatur (Makotchenko dkk., 2015) yang menyatakan puncak
pada panjang gelombang 810 nm. Ketidak sesuaian hasil yang didapat dengan literatur dapat
disebabkan karena masih adanya pengotor pada kristal yang didapat dan tidak larut nya CuSO4
5H2O sehingga kristal yang didapat tidak sepenuhnya garam kompleks

V. KESIMPULAN.
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat dapat dibuat
dengan mencampurkan CuSO4 5H2O dengan (NH4)2SO4 yang didapatkan kristal berwarna
biru muda sebanyak 6,4 gram dengan rendemen sebesar 20,6 % dengan absorbansi
maksimum pada 0,35243 dan panjang gelombang 810 nm
b. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat dapat dibuat
dengan mencampurkan dengan CuSO4 5H2O dan NH3 15 M dan didapatkan kristal
berwarna biru kehijauan dengan massa 6,6 gram dan rendemen sebesar 44,5 % dengan
absorbansi maksimum pada 1,35716 dan panjang gelombang 580 nm.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press.
Ghaedi, M., Hajati, S., Barazesh, B., Karimi, F. dan Ghezelbash, G. 2013. Saccharomyces
cerevisiae for the biosorption of basic dyes from binary component systems and the
high order derivative spectrophotometric method for simultaneous analysis of
Brilliant green and Methylene blue. Journal of Industrial and Engineering Chemistry,
19 : 227-223.
Lavrenyuk, H., Kochubei, V., Mykhalichko, O. dan Mykhalichko, B. 2016. Anewflame
retardant on the basis of diethylenetriamine copper(II)sulfate complex for
combustibility suppressing of epoxy-amine composites . Fire Safety Journal, 80 : 30-
37.
Makotchenko, E.V., Baidina, I.A. dan Korol’kov, I.V. 2015. Synthesis and structure of
double complex salts [Pd (dien) Cl] AuX4. Russsian Journal of Inorganic Chemistry.
60(7): 832-842.
Lavrenyuk , H., Mykhalichko, O., Zarychta, B., Olijnyk, V. dan Mykhalichko, B. 2015. A
new copper(II) chelate complex with tridentate ligand: synthesis, crystal and
molecular electronic structure of aqua-(diethylenetriamine-N, N‘, N‘ ‘)-copper(II)
sulfate monohydrate and its fire retardant properties. Journal of Molecular Structure.
Octaviani, T., Guntarti, A. dan Susanti, H. 2014. DETERMINATION OF ß-CAROTENE IN
SOME TYPESOF CHILI (Genus Capsicum) USING VISIBLE
SPECTROPHOTOMETRY METHOD. Pharmaҫiana, 2(4) : 101-109
Pamungkas, G. dan Sanjaya, I.G.M. 2013. A THEORETICAL STUDIES TO DETERMINE
BAND GAP OF CONJUGATED PORPHYRIN WITH CALCIUM METAL USING
DENSITY FUNCTIONAL THEORY (DFT). UNESA Journal of Chemistry, 1(2) :
54-61.
Rositawati, A.L., Taslim, C.M., dan Soetrisnanto. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari
Daerah Demak Untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri. 24): 217-225.

VII. LAMPIRAN
1. Perhitungan
2. Foto percobaan
3. Jurnal
4. Laporan sementara

Surakarta, 28 November 2018

Mengetahui,

Asisten Pembimbing Praktikan

Disa Ayudia dan Kinkind Raras Helian Dean Hidayat


PERHITUNGAN
I. GARAM RANGKAP Cu(NH3)4SO4.5H2O CuSO4.5H2O CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Massa CuSO4.5H2O = 19, 97 gram
Massa (NH4)2SO4 = 10,60 gram
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O Kristal Pertama = 20,24 gram
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O Rekristalisasi = 6,4 gram

CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 19,97 𝑔𝑟𝑎𝑚


Mol CuSO4.5H2O = = 245,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,08 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑟
𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol (NH4)2SO4 = 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,08 𝑚𝑜𝑙

Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O Praktik = 6,4 gram


Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O Teoritis = mol x Mr = 0,08 x 399,54 g/mol = 31,96
gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 20,24 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rendemen Kristal Pertama = 𝑥 100% = 31,96 𝑔𝑟𝑎𝑚 100% = 63,3 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑟𝑒𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 6,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rendemen Rekristalisasi = 𝑥 100% = 31,96 𝑔𝑟𝑎𝑚 100% =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

20,6 %

II. GARAM KOMPLEKS


 Massa CuSO4.5H2O = 10,60 gram
 Massa Cu(NH3)4SO4.5H2O praktik = 6,6 gram
 Volume NH3 = 23 mL

 CuSO4.5H2O (s) + 4NH3 (aq) + H2O (l) Cu(NH3)4SO4.H2O (s) + 5H2O (l)

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 15,05𝑔𝑟𝑎𝑚
 Mol CuSO4.5H2O = = 249,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,06 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑟

 Mol (NH4)2SO4 ~ Mol Cu(NH3)4SO4.H2O = 0,06 mol


 Massa Cu(NH3)4SO4.H2O Praktik = 6,6 gram
 Massa Cu(NH3)4SO4.H2O Teoritis = mol x Mr = 0,06 x 245,5 = 14,8 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 6,6 𝑔𝑟𝑎𝑚


 Rendemen Kristal = 𝑥 100% = 14,8 𝑔𝑟𝑎𝑚 100% = 44, 5%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Foto Percobaan

Proses Rekristalisasi Kristal garam rangkap dan kompleks

Anda mungkin juga menyukai