Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ANORGANIK

PERCOBAAN II
PEMBUATAN CuSO4.5H2O

Oleh :
Nama : Alfian Jaya Pratama
NIM : M0321005
Hari/Tgl. Praktikum : Rabu, 28 September
2022 Kelompok : 3A
Asisten Pembimbing : Chusna Nur Yuliantika

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
PERCOBAAN II
PEMBUATAN CuSO4.5H2O

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah membuat, memahami, proses pembentukan kristal dan
mengenal sifat kristal CuSO4.5H2O.

II. DASAR TEORI


Tembaga (Cu) merupakan logam golongan transisi yang mempunyai orbital d yang
kosong, akibatnya logam tembaga dapat mengalami eksitasi elektron. Eksitasi elektron dapat
didefinisikan sebagai perpindahan elektron dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang
tinggi, pada saat perpindahan energi tersebut terjadi penyerapan foton. Pada saat elektron
ditingkat energi paling tinggiterjadi ketidakstabilan yang mengakibatkan elektron akan turun ke
tingkat energi rendah sehingga foton dilepaskan dan terjadi pelepasan warna. Warna tersebut
sesuai dengan warna setiap unsur atausenyawa, dimana tembaga(II) sulfat berwarna biru (Rojas
dkk., 2020).
Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru dengan struktur kristal triklin.
Pentahidratnyakehilangan lima molekul air pada suhu yang berbeda. Kristal ini dapat dibuat
dengan mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan
hingga terbentuk kristal (Rodiah dkk, 2018). Pada tahap pelarutan tembaga dengan HNO3, akan
terbentuk gas NO yang tidak berwarna karena gas tersebut sangat reaktif yang kemudian
teroksidasi oleh oksigen diudara menjadigas NO2 yang berwarna coklat. Hal ini merupakan gas
NO2 yang berbahaya dengan bau yang sangatmenyengat. Logam tidak reaktif seperti tembaga
akan mereduksi asam nitrat pekat menjadi NO. Di dalam larutan terdapat gelembung gas dan
buih berwarna putih, ini menandakan logam Cu melarut (terjadi reaksi). Lama kelamaan
larutan berubah warna menjadi berwarna biru pekat. Tujuan dari penambahan HNO3 adalah
untuk mempercepat kelarutan logam tembaga dalam larutan, dan pengadukan bertujuan untuk
menghomogenkan zat yang terdapat dalam larutan tersebut. H2SO4 dan HNO3 merupakan
oksidator lebih kuat dari HCl. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Fitronydkk., 2015).

3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu2+ (aq) + 6NO3- (aq) + 2NO (g) + 4H2O (l) …..(2.1)
Kemudian larutan Cu dicampurkan dengan asam sulfat dan reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut.
Cu2+ (aq) + SO 2-
4 (aq) + 5H2O (aq) → CuSO4.5H 2O (s) …..(2.2)

Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan didalam sebuah fasa homogen.
Pembentukan partikel padatan dapat terjadi dari fasa uap, seperti pada proses pembentukan
kristal salju atau sebagai pemadatan suatu cairan pada titik lelehnya atau sebagai kristalisasi
dalam suatu larutan (cair). Tujuan kristalisasi adalah untuk memperoleh produk dengan
kemurnian tinggi dan dengan tingkat pemungutan (yield) yang tinggi pula (Pu dan Hadinoto,
2020). Adapun tahapan dari kristalisasi antara lain supersaturated state, nucleation dan growth.
Supersaturated yaitu kondisi larutan lewat jenuh, nucleation yaitu pembentukan inti kristal dari
larutan lewat jenuh tersebut dan growth yaitu pertumbuhan atau perkembangan molekul kristal
dari fase nucleation hingga mencapaikeseimbangan (equilibrium state). Proses yang dialami
oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat- sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga
bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat kristal tersebut terbentuk. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal antara lain yaitu jenis serta
banyaknya zat pengotor, derajat lewat jenuh, viskositas larutan dan pergerakan antara larutan
dan kristal, serta jumlah inti yang ada atau luas permukaan kristal yang ada (Rodiah
dkk.,2018).
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya dengan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar
prosesrekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan zat
pengotornya. Karena konsentrasi total pengotor biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang
dimurnikan, dalam kondisi dingin, konsentrasi pengotor yang rendah tetap dalam larutan
sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Sehingga secara sederhana,
rekristalisasi merupakan pelarutan kristal ke dalam pelarut yang sesuai dan kemudian
dikristalkan kembali. Dengan demikianimpuritas yang terperangkap ke dalam kristal bisa
keluar seiring larutnya kristal dalam pelarut. Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan
dicuci tergantung pada sebagian morfologi endapan, yakni bentuk dan ukuran-ukuran
kristalnya. Semakin besar kristal yang terbentuk selama pengendapan, mkaa semakin mudah
disaring atau keluar dari larutan. Selain itu bentuk kristal juga penting, dimana struktur
sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum- jarum sangat memudahkanproses
penyaringan. Sedangkan kristal dengan struktur lebih kompleks yang mengandung lekuk
danlubang, akan menahan cairan induk yang dapat menyulitkan dalam proses analisis
kuantitatif (Alaneme dan Okotete, 2019).
Spektrofotometri UV-Vis adalah Teknik pengukuran radiasi elektromagnetik oleh zat
penyerap/absorbs. Radiasi ini memiliki rentang spectral sekitar 190-800 nm. Redaman ini
dihasilkandari refleksi, hamburan, penyerapan atau interferensi. Absorbansi sebanding dengan
konsentrasi analit untuk menentukan dan jarak cahaya ketika melewati sampel selama iradiasi.
Hubungan ini disebut hukum Lambert-Beer dan biasanya ditulis sepuluh sebagai A = e b c, di
mana A berarti absorbansi, e adalah molar koefisien absorbansi (tergantung panjang
gelombang), b adalah panjang lintasan, dan c adalah konsentrasi absorber (Marieta dkk., 2019).
Prinsip dasar di balikspektroskopi UV adalah penyerapan radiasi tampak dan UV (200-400 nm)
dikaitkan dengan eksitasi elektron, baikdi atom maupunmolekul, dari tingkat energi yang lebih
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Karena tingkat energimateri terkuantisasi, hanya
cahaya dengan jumlah energi yang tepatdapat menyebabkan transisi dari satu level ke level
lainnya akan diserap. Metode spektrofotometri UV berdasarkan prinsip aditif dan absorbansi,
perekaman dan pemrosesan matematis penyerapan spektrum larutan standar dan larutan sampel
dengan cara yang sama atau berbeda (Atole dan Rajput,2018).

III. METODOLOGI
A. Alat
Beberapa alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut.
1. Gelas beaker 100 mL (pyrex) @1 buah
2. Kaca pengaduk 1 buah
3. Gelas ukur 50 mL (pyrex) 2 buah
4. Corong kaca 1 buah
5. Hotplate (maspion) 1 buah
6. Neraca analitik 1 buah
7. Kaca arloji 1 buah
8. Pipet tetes 1 buah
9. Spektrofotometer UV-Vis (Hitachi) 1 set

B. Bahan
Beberapa bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut.
1. Logam Cu 15 gram
2. Asam nitrat pekat (HNO3) 55 mL
3. Asam sulfat pekat (H2SO4) 25 mL
4. Akuades secukupnya
5. Kertas saring 2 buah

C. Gambar Alat

Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3


Gelas Beaker Batang Pengaduk Gelas Ukur
Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6
Corong kaca Hotplate Neraca analitik

Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9


Kaca arloji Pipet tetes Spektrofotometer UV-Vis

D. Cara Kerja
1. Sebanyak 15,19 gram dimasukkan ke gelas beaker yang berisikan 20 mL HNO3 pekat,
diaduk
2. Jika reaksi berhenti tetapi tembaga masih ada, larutan dipanaskan di atas hotplate
3. Jika masih ada tembaga yang lebih larut, filtrat dipindah ke gelas beaker lain. Lalu
tembaga yang belum larut ditambah 10 mL HNO3 dan dijadikan satu
4. Setelah semua tembaga larut, ditambahkan 25 mL air dan lewat dinding beaker perlahan
ditambahkan 25 mL H2SO4 pekat
5. Larutan dipanaskan di horplate hingga pekat dan dibiarkan dingin sampai mengkristal
6. Kristal yang didapat didekantasi dan air dekantirnya dipekatkan hingga terbentuk kristal
lagi
7. Kemudian kristal yang didapat direkristalisasi dengan ditambahkan sejumlah air yang
minimum dan dipanaskan dan dibiarkan dingin sampai mengkristal
8. Rekristalisasi diulangi 3x dan didapatkan kristal murni
9. Kristal murni disaring dan dikeringkan
10. Kristal CuSO4 diambil sedikit dan dilarutkan dalam kurang lebih 10 mL air kemudian
diukur serapan panjang gelombangnya pada daerah serapan dengan spektrofotometer UV-
Vis

IV. DATA PENGAMATAN


Tabel 4.1 Data Percobaan
No. Parameter Hasil
1. Berat Cu 13, 946 gram
2. Volume HNO3 55 mL
3. Volume H2SO4 25 mL
4. Berat kristal yang dihasilkan 58,232 gram
5. Rendemen
6. Rekristalisasi dilakukan sebanyak 1 kali
7. Absorbansi 0,405
8. Massa Rekristalisasi 41,422 gram
9. Massa kertas buram 0,300 gram

10. Bentuk kristal bongkahan


11. Warna kristal Biru
12. Panjang gelombang 804 nm

V. PEMBAHASAN
Percobaan mengenai ‘Pembuatan CuSO4.5H2O’ ini memiliki tujuan untuk membuat dan
memahami proses pembentukan kristal dan mengenal sifat kristal CuSO4.5H2O. Proses
pembentukan kristal ini berdasarkan prinsip kristalisasi dan rekristalisasi. Pemisahan dengan teknik
kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam campuran homogen atau
larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses penguraian pelarut dapat dilakukan
dengan empat cara yaitu penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia.
Sedangkan rekristalisasi merupakan teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya dengan cara
mengkristalkan kembali zattersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar
proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan zat
pengotornya.
Kristal CuSO4.5H2O merupakan kristal yang dapat diperoleh dari reaksi yang dihasilkan dari
logam Cu dengan suatu asam nitrat pekat, kemudian direaksikan pula dengan asam sulfat pekat
dilanjutkan reaksi kristalisasi dan rekristalisasi. Tembaga direaksikan dahulu dengan larutan HNO 3
karena logam Cu tidak mudah larut dalam larutan H2SO4 maupun larutan HCl encer meskipun
dengan adanya oksigen. Pemilihan pelarut HNO3 lebih dahulu daripada H2SO4 dilihat dari potensial
reduksi dan pertimbangan reaksi redoks, dimana NO3 merupakan reduktor yang kuat sehingga dapat
mengoksidasi Cu. Sehingga HNO3 jika dilihat dari keefektifannya, HNO3 tidak dapat digantikan
asam lain.
Sampel tembaga padat yang akan dilarutkan, yakni seberat 13, 946 gram dipotong-potong
kecil- kecil terlebih dulu dengan tujuan untuk mempercepat laju reaksi yang terjadi dengan ukuran
partikel yang kecil, maka semakin luas permukaan yang bisa dilarutkan sehingga semakin cepat
reaksi pelarutan dilakukan. Kemudian tembaga yang telah dipotong dilarutkan dengan HNO 3.
Penggunaan HNO3 dikarenakan sifat mengoksidasinya yang kuat untuk logam tembaga, sehingga
logam tembaga didestruksi dan dapat larut. Selain itu fungsi penambahan HNO3 yaitu untuk
mengaktifkan ion tembaga agar bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi yang terjadi saat HNO3
ditambahkan pada tembaga adalah sebagai berikut.

3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu2+ (aq) + 6NO3- (aq) + 2NO (g) + 4H2O (l) …..(5.1)

Penambahan HNO3 pekat ini menyebabkan larutan berwarna biru tua, disertai adanya uap
berwarna coklat pekat dan berbau menyengat. Gas ini sangat berbahaya karena bersifat racun
apabila terhirup, menyebabkan perih apabila terkena mata, menyebabkan iritasi terkait dengan
kontak dengan kulit dan berbau sangat menyengat. Gas ini adalah gas NO. Gas NO akan teroksidasi
oleh oksigen yang ada di udara menjadi gas NO2 yang berwarna coklat. Reaksi oksidasi NO adalah
sebagai berikut.

2NO(g) + O2(g) → 2NO2(g)...............................................(5.2)

Pada proses ini terjadi reaksi eksoterm yang mengakibatkan suhunya semakin meningkat
dalam sistem. Di dalam larutan terdapat gelembung gas dan buih berwarna putih, ini menandakan
logam Cu terlarut (terjadi reaksi). Proses pelarutan tembaga dibantu dengan pengadukan dan juga
pemanasan agar pelarutan berlangsung lebih cepat. Pengadukan dan pemanasan dapat meningkatkan
tumbukan antar molekul yang terdapat dalam larutan tersebut sehingga reaksi kimia dapat terjadi dan
dengan pemanasan dapat memperbesar hasil kali ion-ionnya dan memperkecil harga hasil kali
kelarutannya (Ksp), sehingga akan dapat membentuk endapan kristal. Selain itu karena larutan asam
yang digunakan sudah mulai lewat jenuh, maka untuk memaksimalkan kinerja dari asam yang
terkandung tersebut dengan melakukan pemanasan dan juga pengadukan agar ion yang terkandung
di larutan saling bertumbukan dan dapat bereaksi kembali. Pemanasan tidak boleh dilakukan terlalu
lama, karena dapat menyebabkan konsentrasi larutan menjadi terlalu pekat, sehingga kristal yang
tidak waktu dapat terbentuk ataupun
proses pemekatan menjadi terlalu lama.
Jika beberapa ada yang belum larut, maka dekantasi perlu dilakukan dan filtrat dilarutkan kembali
dengan HNO3 pada gelas beker yang berbeda. Ketika semua tembaga sudah larut, semua larutan
Cu(NO3)2 dijadikan satu. Selanjutnya ditambahkan aquades dengan tujuan mengencerkan larutan
yang terlalu pekat dan aquades akan mengikat zat pengotor yang nantinya akan teruapkan pada
prosespemanasan (menjadi uap). H2SO4 juga ditambahkan sedikit demi sedikit melalui dinding
gelas beaker.Hal ini dilakukan karena reaksi H2SO4 pada larutan sebelumnya, yaitu Cu(NO3)2
berlangsung secara eksoterm dimana jika penambahan asam sulfat tidak dilakukan secara
bertahap maka akan timbul tupan letupan yang berbahaya. Reaksi ini akan menghasilkan garam
CuSO4 dengan reaksi sebagaiberikut.

Cu(NO3)2(aq) + 5H2O(l) + H2SO4 (aq) → CuSO4.5H2O (s) + 2HNO3(aq) …..(5.3)

Tujuan penambahan H2SO4 adalah agar ion SO 42- yang disumbangkan oleh asam sulfat
sehinggakristal CuSO4 dapat terbentuk. Reaksi Cu berikatan dengan SO 42- sehingga memiliki
bilangan oksidasi 2+ adalah sebagai berikut.

CuSO4 (aq) → Cu2+ (aq) + SO4 2- (aq) …..(5.4)

Jumlah volume penambahan H2SO4 berpengaruh terhadap cepat atau tidaknya proses Cu larut.
Kemudian dilakukan pemekatan dengan cara memanaskan larutan di atas hot plate. Berdasarkan
pemanasan yang telah dilakukan, terbentuk larutan berwarna biru tua. Untuk memisahkan filtrat
dengan pengendapan (zat pengotor) maka dilakukan penyaringan saat masih panas. Hal ini
bertujuan agar pembentukan kristal yang tidak diharapkan (kristal yang masih mengandung zat
pengotor) dapat terhindar. Kristal yang didapat yakni sebesar 58,232 gram dan akan dipisahkan
dengan cara dekantasi. Dengan dilakukannya dekantasi maka dapat diperoleh kristal lebih banyak
lagi dengan air dekantir yangdiperoleh dipekatkan lagi hingga terbentuk kristal. Adapun tahapan
dari kristalisasi antara lain supersaturated state, nucleation dan growth. Supersaturated yaitu
kondisi larutan lewat jenuh, nucleation yaitu pembentukan inti kristal dari larutan lewat jenuh
tersebut dan growth yaitu pertumbuhan atau perkembangan molekul kristal dari fase nucleation
hingga mencapai keseimbangan (equilibrium state). Proses yang dialami oleh suatu kristal akan
mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut (Rodiah dkk., 2018). Dari hasil pengamatan,
terdapat 2 macam bentuk kristal yang diperoleh pada percobaan kami, yaitu berbentuk serbuk dan
berbentuk bongkahan kristal. Kristal yang berbentukserbuk diperoleh dari filtrat hasil pelarutan
tembaga dengan HNO3 secara berangsur-angsur yang dijadikan satu pada sebuah gelas beaker
dan didinginkan dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan kristal yang berbentuk bongkahan
kristal diperoleh dari hasil pelarutan tembaga terakhir dengan HNO3 yang telah ditambahkan air
dan asam sulfat lalu dipanaskan dan didinginkan selama satu minggu (kristalisasi). Kristal yang
berbentuk serbuk menunjukkan nukleasi yang lebih dominan daripada laju pertumbuhan,
sehingga kristal yang dihasilkan cenderung berukuran kecil namun dalam jumlah yang banyak.
Nukleasi lebih dominan karena larutan yang terbentuk lewat jenuh, sehingga memicu
pembentukan inti kristal yang sangat banyak. Sedangkan kristal yang berbentuk bongkahan
menandakan bahwa laju pertumbuhan intinya lebih dominan dibanding reaksi nukleasi, sehingga
kristalyang dihasilkan cenderung berukuran besar namun jumlahnya sedikit. Kecepatan
pengadukan juga dapat memengaruhi bentuk akhir kristal yang diperoleh. Adanya pengadukan
membuat ukuran kristal relatif kecil dan cenderung homogen. Hal ini dapat terjadi karena dengan
adanya pengadukan maka akan menyebabkan inti-inti kristal yang terbentuk akan menyebar dan
tidak saling bergabung atau tidak tumbuh menjadi kristal yang ukurannya lebih besar. Sementara,
untuk variabel tanpa pengadukan, kristal yang terbentuk ukurannya cukup besar (mencapai 2
mm) dan heterogen. Hal ini terjadi karena tidak ada pengaruh pengadukan yang membuat inti
kristal menyebar sehingga inti kristal mudah bergabung membentuk kristal yang lebih besar.
Kristal yang didapatkan selanjutnya akan direkristalisasi untuk dimurnikan, dengan cara
melarutakan kristal dengan aquades dalam volume seminimal mungkin hingga larut secara
keseluruhandiiringi dengan pengadukan. Penambahan aquades pada rekristalisasi dikarenakan
aquades akan melarutkan pengotor sehingga krostal akan tertinggal, dan aquades beserta
pengotor
akan teruapkan. Aquades dipilih karena merupakan pelarut polar yang universal, sehingga dapat
melarutkan suatu zat tanpa terdapat reaksi tertentu. Sedangkan penggunaan aquades seminimal
mungkin dilakukan agar penguapan aquades tidak berlangsung lama yang mungkin saja dapat
menyebabkan kristal menjadi serbuk karena terlalu lama pemanasan. Proses pemanasan
dilakukan kembali untuk mendapatkan kristal. Tahap rekristalisasi dapat dilakukan berulang kali
hingga diperoleh kristal berwarna biru tua. Kristal yang terbentuk berwarna biru muda dimana
merupakan warna yang timbul akibat adanya ion Cu2+ dalam larutan. Ion Cu2+ berwarna dan
bersifat paramagnetik, hal tersebut disebabkan oleh konfigurasi elektron dalam ion tersebut.
Timbulnya warna dan sifat kemagnetan tersebut diakibatkan oleh adanya elektron tidak
berpasangan dalam orbital d sehingga memungkinkan elektron berpindah- pindah (transisi d-d)
dari orbital d satu ke orbital d yang lain dan menyebabkan timbulnya energi yangsetara dengan
energi spektrum cahaya tampak sehingga menimbulkan warna dan sifat paramagnetik.
29Cu = [Ar] 3d 4s1
10

Cu2+ = [Ar] 3d94s0

Setelah terbentuk kristal dari hasil rekristalisasi, kristal diuji absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang
mempengaruhi substansi senyawa kimia. Cahaya yang digunakan adalah foton yang bergetar dan
menjalar sepenuhnya dan merupakan tenaga listrik dan magnet yang saling berkaitan tegak lurus.
Tenaga foton bila mempengaruhi senyawa kimia maka akan menimbulkan tanggapan (respon),
responkimia dan fisik. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara
energi yangberupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul.
ketika suatu sinar tampak melewati suatu larutan, sinar tampak ini akan diserap oleh larutan dan
menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi
lebih tinggi, sehingga menyebabkan terbentuknya grafik atau puncak yang merupakan hasil
energi yang dilepas oleh elektrontereksitasi. Eksitasi adalah perpindahan elektron dari tingkat
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah
ultraviolet- visible untuk semua struktur elektronik, tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi,
struktur elektronik dengan adanya ikatan π dan non- bonding electron. Prinsip kerja
spektrofometer berdasarkan Hukum Lambert Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (lo) melalui
suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (la), sebagiandipantulkan (Ir), dan
sebagian lagi dipancarkan (It). Cara kerja alat spektrofotometer yaitu sinar dari sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator. Sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan. Detector menerima cahaya dari sampel secara
bergantian secara berulang-ulang. Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan
dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah terprogram.
Larutan yang akan dianalisa dengan spektrofotometer UV-Vis harus memenuhi syarat antara lain
harus berbentuk larutan, senyawa harus memiliki gugus kromofor, gugus pembawa warna dan
senyawa harus memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. CuSO4.5H2O dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis karena senyawa tersebut merupakan senyawa berwarna yang dapat
dihasilkan dari ion-ion dengan tingkat energi oksidasi pada orbital d. Warna terjadi karena ion
unsur memiliki elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit 3d. Pada pengujian dengan
spektrofotometer UV-Vis, elektron terpecah dalam tingkatan energi yang berbeda beda sehingga
tereksitasi dari tingkat energi yang rendah ke tinggi.Perubahan tingkat ini setara dengan
penyerapan energi cahaya tampak. Akuades digunakan sebagai blanko, yaitu pengoreksi
absorbansi senyawa kimia yang akan diukur. Akuades digunakan sebab merupakan pelarut yang
digunakan untuk melarutkan kristal CuSO4.5H2O. Berikut adalah hasil uji UV-Vis kristal
CuSO4.5H2O.
Gambar 5.1. Grafik Hasil Spektrofotometer UV-Vis
Berdasarkan grafik pada gambar tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat satu puncak
dengan panjang gelombang maksimum sebesar 804 nm dan absorbansi sebesar 0,405. Sedangkan
menurut Chaterinedan Alan (2005), Cu2+ memiliki elektron terakhir di d9, sehingga diagram
orgelnya hanya tersplit menjadi 2 dan memiliki 1 puncak yang transisinya T2g → Eg. Dan dari
hasil uji spektrofotometri akanmenunjukkan 1 puncak dengan panjang gelombang absorbansi
sebesar 815-800 nm. Sehingga jika dilihat dari jumlah puncak dan panjang gelombang
maksimum yang diperoleh sudah sesuai dengan teori. Selain itu, parameter pengujian juga dapat
dilakukan melalui rendemen yang diperoleh. Dimana semakin besar rendemen, maka kemurnian
senyawa yang dihasilkan akan semakin besar juga. Melaluipercobaan ini, diperoleh rendemen
sebesar 75,8
%. Hasil rendemen cukup besar, melebihi 50% yang menandakan bahwa garam berhasil
disintesis. Namun, rendemen yang diperoleh diperkirakan masih belum tepat, karena pada
percobaan kami belum melakukan tahap rekristalisasi. Sehingga meskipun rendemen yang
diperoleh jumlahnya cukup besar, kristal yang diperoleh masih belum murni karena kurang
sempurnanya metode yang dilakukan.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Untuk membuat kristal dapat dilakukan dengan metode kristalisasi dan rekristalisasi, dimana
kristalisasi didasari oleh pemisahan pelarut dari zat terlarutnya dengan melalui empat tahapan
yaitu penambahan senyawa lain, penguapan, pendinginan, dan reaksi kimia. Sedangkan
rekristalisasi dilakukan untuk memperoleh kristal yang lebih murni dengan cara mengkristalkan
kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai berdasarkan prinsip
perbedaan kelarutan.
2. Sifat kristal CuSO4.5H2O diantaranya yaitu berwarna biru dan memiliki panjang gelombang
sekitar 500-900 nm.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Alaneme, K.K. dan Okotete, E.A. 2019. Recrystallization mechanisms and microstructure
development in emerging metallic materials: A review. Journal of Science: Advanced
Materials and Devices, 4(1): 19-33.
Atole, D.M. dan Rajput, H.H. 2018. Ultraviolet Spectroscopy and Its Pharmaceutical
Applications-ABrief Review. Asian Journal of Phramaceutical and Clinical Research,
11(2): 59-66.
Catherine. E. H. dan Alan G. S. 2005. Inorganic Chemistry, 2nd edition. New York: Pearson
Education Limited.
Fitrony, F., Fauzi, R., Qadariyah, L. dan Mahfud, M. 2013. Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat
Pentahidrat (CuSO4. 5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik ITS, 2(1):
121- 125.
Marieta, L.C., Passos, M., dan Saraiva, M.F.S. 2019. Detection in UV-Visible
Spectrophotometry: Detectors, Detection Systems, and Detection Strategies.
Measurement, 135(1): 896-904
Pu, S. dan Hadinoto, K. 2020. Continuous crystallization as a downstreamprocessing step of
pharmaceutical proteins: A review. Chemical Engineering Research and Design,
160(1): 89-104
Rodiah, S., Budaya, A.W., Erviana, D., Ahsanunnisa, R., Oktasari, A., Wijayanti, F., Kholidah,
N., Mariyamah, M. dan Daniar, R. 2018. Pembuatan Kristal Tembaga (II) Sulfat
Pentahidrat Dengan Variasi Ukuran Tembaga Bekas. In Prosiding Seminar Nasional
Sains dan TeknologiTerapan, 1(1): 167-171.
Rojas, L.S., Terol, J., Fages, E., Balart, R.., Carrillo, L.Q., Prieto, C., dan Giner, S.T. 2020.
Microencapsulation of Copper(II) Sulfate in Ionically Cross-Linked Chitosan by Spray
Drying for the Development of Irreversible Moisture Indicators in Paper Packaging.
Polymers, 12(2039): 1-16.

VIII. LAMPIRAN
1. Perhitungan
2. Pertanyaan
3. Pretest
4. Dokumentasi
5. Referensi Jurnal

Surakarta, 24 Mei 2022


Mengetahui,
Asisten Pembimbing Praktikan

Fauziyah Azhari Alfian Jaya Pratama


PERHITUNGAN

Diketahui :
Massa Cu : 13,946 gram

Massa kristal : 41,422 gram


Reaksi : 3Cu(aq) + 8HNO3(aq) → 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO2(g) + 4H2O(l)

massa Cu 13,946 gram


n Cu = Ar Cu = 63,5 g/mol= 0,2196 mol
n Cu = n Cu(NO3)2 = 0,2196 mol
Reaksi : 3Cu(NO3)2(aq) + H2SO4(aq) + 5H2O(l) → CuSO4.5H2O(s) + 2HNO3(aq)n
CuSO4.5H2O = n Cu(NO3)2 = 0,2196 mol
Massa CuSO4.5H2O secara teori = mol x Mr
= 0,219 mol x 249,5 gram/mol
= 54,64 gram
massa garam CuSO4.5H2O hasil
Rendemen = x 100%
massa garam CuSO4.5H2O teori

41,422 gram
= 54,64 gram x 100%
= 75,8 %
PERTANYAAN

1. Tulis reaksi yang


terjadi.Jawab :
 Pelarutan Cu dalam HNO3
3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
 Penambahan akuades dan asam sulfat pada Cu(NO3)2
3Cu(NO3)2(aq) +H2SO4 (aq) + 5H2O(l) → CuSO4.5H2O(s) + HNO3 (aq)

2. Gas apa yang ditimbulkan pada saat Cu + HNO 3 dan berikan ciri-
cirinya.Jawab :
Gas yang timbul pada percobaan ini adalah gas NO, terbentuk pada reaksi antara Cu dengan
HNO3.Ketika berkontak dengan udara (oksigen) akan teroksidasi menjadi NO2. Gas NO2 pada
percobaan ini berwarna coklat, berbau menyengat, beracun, korosif, kelarutan yang rendah
dalam air dan dapatlarut dalam larutan alkali. Gas NO2 dapat menyebabkan bahaya pada
kesehatan seperti penurunan fungsi paru, sesak napas, bahkan kematian.

3. Bagaimana cara menguji kemurnian CuSO4 yang saudara


buat?Jawab :
Kemurnian kristal CuSO4 diuji menggunakan serapan panjang gelombang dengan
spektrofotometer UV-Vis. Jika hasil spektra menunjukkan satu puncak saja dalam rentang
panjang gelombang spektrofotometer UV-Vis yakni 815-800, maka dapat dipastikan bahwa
kristal tersebut sudah murnidan panjang gelombang yang dihasilkan dapat dibandingkan
dengan literatur. Selain itu, kemurniandapat diukur dari besar rendeman yang dihasilkan.

4. Gambarkan spektra yang dihasilkan, ada berapa puncak? Mengapa


demikian?Jawab :

Diagram Orgel Cu Spektra Kompleks Cu

Spektra Hasil Uji Spektrofotometeri UV-Vis


Pada gambar dan grafik di atas menunjukkan bahwa Cu2+ memiliki spektra dengan satu
puncak. Hal ini karena molekul senyawa CuSO4.5H2O memiliki bentuk medan oktahedral
yang terletak tepat pada sumbu x, y, dan z. Atom Cu2+ memiliki orbital d9 dan terms symbol 2D
yang tersplit menjadi Eg dan T2g dimana elektron akan tereksitasi dari T2g ke Eg. Dengan
adanya 1 puncak ini, menandakan bahwa senyawa kompleks CuSO4.5H2O sudah murni dengan
rentang panjang gelombang 815-800 nm.
DOKUMENTASI

Gambar penimbangan kristal Gambar pelarutan Cu dengan HNO 3


yang terbentuk

Gambar larutan hasil pelarutan Cu Gambar hasil spektrum

Anda mungkin juga menyukai