Laporan Ilmiah
Dibuat oleh:
b. Bahan:
1. Larutan FeCl3
2. Aquades
3. Serbuk agar-agar
4. Serbuk belerang
5. Gula pasir
6. Larutan HCl
7. Natrium tiosulfat (Na2S2O3)
8. Na-Alginat
9. Kalsium klorida (CaCl2)
III. Prosedur
a. Pembuatan sol dari HCl + Na2S2O3
1) Masukkan 1 mL HCl ke dalam tabung reaksi
2) Tambahkan 2 mL Na2S2O3
3) Amati reaksi yang terjadi
4) Sorot dengan cahaya senter dan amati ada tidaknya efek tyndall
b. Pembuatan sol belerang dalam air
1) Siapkan 2 tabung reaksi
2) Isi kedua tabung reaksi dengan aquades sebanyak 2 mL
3) Untuk tabung I, tambahkan belerang kurang lebih ½ spatula
4) Untuk tabung II, geruslah belerang dengan lumping terlebih dahulu
dengan penambahan gula pasir. Kemudian masukkan ke dalam tabung
reaksi dan aduk
5) Saringlah tabung II untuk memisahkan serbuk yang belum larut dari
tabung
6) Amati kedua tabung tersebut dan bandingkan hasilnya
c. Pembuatan emulsi (gel) agar-agar
1) Siapkan 2 tabung reaksi
2) Tambahkan bubuk agar ke dalam kedua tabung reaksi masing-masing
½-1 spatula
3) Tambahkan aquades secukupnya
4) Panaskan salah satu tabung saja dan kemudian dinginkan hingga
terbentuk agar-agar
5) Bandingkan kedua tabung tersebut (dipanaskan dan tidak dipanaskan)
d. Pembuatan sol Fe(OH)3
1) Siapkan 2 tabung reaksi
2) Isi kedua tabung reaksi dengan FeCl3 masing-masing sekitar 1 mL
3) Encerkan dengan menambahkan aquades secukupnya
4) Panaskan salah satu tabung hingga mendidih dan terjadi perubahan
fisik
5) Amati kedua tabung dan bandingkan
6) Sorot dengan cahaya senter dan amati ada tidaknya efek tyndall
e. Pembuatan emulsi (gel) Na-Alginat
1) Siapkan 2 tabung reaksi
2) Tambahkan bubuk natrium alginat ke dalam kedua tabung reaksi
masing-masing ½-1 spatula
3) Untuk tabung I, tambahkan aquades secukupnya
4) Untuk tabung II, tambahkan kalsium klorida (CaCl 2) secukupnya
5) Amati kedua tabung dan bandingkan
b. Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang terus menerus
dan hanya dapat diamati denganmikroskop ultra. Gerak brown terjadi sebagai akibat
tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel
koloid.Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar,
sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami
gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati.Semakin tinggi suhu, maka gerak brown yang
terjadi juga semakin cepat, karena energi molekul medium meningkat sehingga
menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.
Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam
medium dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya
gravitasi sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).
c. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid
bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut
elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan
kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak
kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan
bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid bermuatan positif akan bergerak ke
katode (elektrode negatif).
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika
partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika
partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa
elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada
jenazah korban pembunuhan/ jenazah tak dikenal
d. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain,
seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi,
minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat
yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel
koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh
muatan ion-ion yang mengelilinginya.
Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.Penyerapan pada
permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol Fe(OH)3 dalam air
mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif dan sol As2S3 mengadsorpsi ion
negatif sehingga bermuatan negatif. Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan
antara lain dalam proses pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat
dari karbon aktif) dan dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas.
e. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid
distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka
kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau
penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika
elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup
lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika
mencapai elektroda. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi karena
koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan negative menarik
ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu
terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi
dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur
bredig).
a. Cara Mekanik
Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid
sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama
dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu
dengan air.
b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah). Zat pemeptasi memecahkan butir-butir
kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan
lain-lain.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.
V. Hasil Pengamatan
VI. Pembahasan
1. Pembuatan sol belerang dari asam klorida dan natrium tiosulfat
Asam klorida yang ditambahkan dengan natrium tiosulfat akan mengakibatkan
terjadinya reksi substitusi yang menghasilkan belerang (sulfur). Warna koloid yang
dihasilkan berwarna putih layaknya sol belerang dengan fase terdispersi padat (sulfur)
dan medium pendispersi cair. Pembuatan koloid ini menggunakan cara kondensasi
dimana partikel-partikel belerang kecil yang dihasilkan dari reaksi digabungkan
menjadi ukuran yang lebih besar sehingga terbentuklah sol belerang. Adapun reaksi
pembentukannya sebagai berikut:
Na2SO3 (aq) + 2 HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H2O (l) + S (s)
VII. Kesimpulan
Melalui praktikum ini, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara
dispersi. Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus
menjadi lebih kasar melalui suatu reaksi kimia, sedangkan cara dispersi yaitu
dengan memecah partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau
partikel koloid.
2. Pembuatan koloid secara dispersi dalam praktikum ini meliputi:
- Pembuatan sol belerang dalam air (mekanik)
- Pembuatan emulsi (gel) agar-agar (peptisasi)
- Pembuatan emulsi Na-Alginat (peptisasi)
3. Pembuatan koloid secara kondensasi dalam praktikum ini meliputi:
- Pembuatan sol belerang dari asam klorida dan natrium tiosulfat (reaksi
substitusi)
- Pembuatan sol Fe(OH)3 (reaksi hidrolisis)
4. Koloid memiliki ukuran partikel lebih besar dibandingkan larutan sejati, namun
lebih kecil dibandingkan suspensi
5. Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut
akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan terlihat (efek
tyndall)
VIII. Referensi
https://www.academia.edu/8634804/Laporan_Pratikum_Kimia_Koloid
http://subaniari.blogspot.com/2017/02/laporan-kimia-pembuatan-koloid.html
http://www.ift.org/~/media/Knowledge%20Center/Learn%20Food%20Science/Fo
od%20Science%20Activity%20Guide/activity_alginategummie.pdf