Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN I

KARBOHIDRAT

I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menghidrolisis karbohidrat
menggunakan iodin dan benedict.

II. Dasar Teori


Karbohidrat berasal dari kata “karbon” dan “hidrat”, walaupun tidak
mengandung molekul air namun kata karbohidrat tetap dipakai sebagai kata ganti
sakarida. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa
dari golongan ini memiliki rumus empiris yang menunjukkan bahwa senyawa
tersebut adalah karbon “hidrat” dan memiliki nisbah 1: 2: 1 untuk C, H, dan O.
Perbandingan jumlah atom H dan O adalah 2 :1 seperti pada molekul air (Anna
Poedjiadi, 1994).
Sekarang, karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida,
polihidroksiketon, atau senyawa yang menghasilkan senyawa yang serupa pada
hidrolisis. Dengan demikian, kimia karbohidrat adalah gabungan dari 2 gugus
fungsi yaitu gugus hidroksil dan gugus karbonil (Hart, 1983).
Karbohidrat mempunyai fungsi biologi yang penting. Pati dan glikogen
berperan sebagai penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak
larut berperan sebagai unsur struktural dan penyangga di dalam dinding sel bakteri
dan tanaman. Karbohidrat lain berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai
senyawa perekat di antara sel dan pemberi spesifitas biologi pada permukaan sel
(Lehninger, 1982).
Karbohidrat memberi kontribiusi pada stuktur sel hewan dan
mikroorganisme, terutama tanaman. Disamping menyediakan energi biokimia
sebagai penopang proses kehidupan serta perkembangbiakannya. Pada dasarnya
energi yang terkandung dalam karbohidrat berasal dari energi matahari.
Karbohidrat (glukosa) dibentuk dari karbondioksida dan air dengan bantuan sinar
matahari dan klorofil dalam daun. Kemudian glukosa yang terbentuk dibentuk
dalam amilum. Proses di atas disebut proses fotosintesis (Sudarmaji, dkk, 1996).
Dan dapat ditulis sbb:
6CO2 + H2O → C6H12O6 + 6H2O
sinar matahari, klorofil

Berdasarkan jumlah rantai karbon yang menyusunnya, karbohidrat dibagi


menjadi 3 golongan yaitu monosakarida, olisakarida, dan polisakarida (Hart,1983)
1. Monosakarida
Monosakarida adalah molekul karbohidrat yang tidak dapat dipecah
lagi menjadi molekul karbohidrat yang lebih sederhana melalui proses
hidrolisis. Molekul ini sering disebut sebagai gula sederhana (Robert
T.Marrison, 1992). Menurut Lehninger (1982) monosakarida tidak berwarna,
bentuk kristanya larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar.
Monosakarida digolongkan menurut jumlah karbon yang ada dan gugus
fungsi karbonilnya yaitu aldehida (aldosa) dan keton (ketosa). Yang termasuk
monosakarida yaitu : glukosa, fruktosa, dan galaktosa
2. Oligosakarida
Oligoskarida terdiri dari dua atau lebih monosakarida yang pengaruh
asamnya dapat mengalami hidrolisis menjadi bentuk-bentuk monosakarida
penyusunnya. Apabila oligosakarida merupakan gabungan dari 2 molekul
monosakarida disebut disakarida, dan apabila tersusun dari tiga molekul
monosakarida disebut trisakarida. Ikatan antara dua molekul monosakarida
disebut glikosidik. Ikatan ini terbentuk antara dua gugus hidroksi dari atom C
nomor 1 (disebut karbon anomerik) dengan gugus hidroksi dari atom C
molekul lain (biasanya atom C nomor 4) atau dengan melepas 1 mol air
(Lehninger, 1982). Yang termasuk oligosakarida adalah : sukrosa, maltosa,
dan laktosa.
Sukrosa → gabungan antara glukosa dan Fruktosa
Maltosa → gabungan antara glukosa dan glukosa
Laktosa → gabungan antara glukosa dan galaktosa
3. Polisakarida
Polisakarida adalah gabungan dari banyak molekul monosakarida dengan
ikatan glukosakarida. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai
penguat testur, contohnya : selulosa, hemiselulosa, pektin, dan lignin, serta
sebagai sumber enrgi, contohnya : pati, dekstrin, dan glikogen. Monosakarida
dan sakarida umumnya disebut “gula-gula” karena memiliki rasa yang manis
disebabkan gugus hidroksidanya, sedangkan polisakarida tidak terasa manis
karena ukuran molekulnya besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel-sel
kunci yang terdapat pada permukaan lidah (Sudarmadji, dkk, 1996).

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang


menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram. Karbohidrat juga
mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan,
misalnya: rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat
berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak
dan protein. Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar dalam makanan sehari-hari
dan biasanya merupakan 40-45% dari asupan kalori kita. Selain menjadi sumber
energi utama makhluk hidup, karbohidrat juga menjadi komponen struktur
penting pada makhluk hidup dalam serat (fiber), seperti selulosa, pektin serta
lignin. Ada dua macam karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat
simpleks. Karbohidrat kompleks misalnya nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung,
sedangkan contoh Karbohidrat simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama
lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" yang
artinya gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefenisikan
sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon (Fessenden, 1990).
Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino
dan sebagian lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Pada tanaman karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O
dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang
berklorofil (Winarno, 2004).
III. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu :
A. Alat B. Bahan
1. Gelas kimia 600 mL 1. Sukrosa 0,1 %
2. Pipet tetes 2. Amilum 0,1 %.
3. Tabung reaksi 3. Larutan HCL 1 M
4. Penangas listrik 4. Larutan Na2CO3
5. Plat tetes 5. Tissue
6. Penjepit tabung 6. Iodin 0,01 N
7. Gelas ukur 10 mL 7. Reagen benedict
8. Rak tabung

IV. Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini, yaitu :
A. Uji Iodin
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Mengambil 2 buah tabung reaksi dan memasukkan masing-masing
tabung reaksi dengan 2,5 mL larutan sukrosa pada tabung I dan 2,5 mL
larutan amilum pada tabung II.
3. Menambahkan masing-masing tabung reaksi dengan 1,5 mL larutan HCl
1M. Mengamati perubahan yang terjadi. Kemudian mengambil masing-
masing 1 tetes larutan pada tabung I dan II dan memasukkanya kedalam
plat tetes.
4. Menguji masing-masing larutan dengan menambahkan larutan iodin
sebanyak 1 tetes dan mengamati perubahan yang terjadi.
5. Memanaskan larutan pada perlakuan 3 selama 5 menit . Kemudian
mengambil masing-masing larutan sebanyak 1 tetes dan memasukkannya
kedalam plat tetes.
6. Menguji masing-masing larutan dengan menambahkan larutan iodin
sebanyak 1 tetes. Mengamati perubahan yang terjadi.
7. Mengulangi langkah 5-6 dengan waktu pemanasan selama 5 menit ke-2
dan 5 menit ke-3.
8. Mengambil larutan pada pemanasan terakhir masing-masing tabung I dan
II dan menambahkan masing-masing tabung dengan 1,5 mL Na2CO3.
Mengamati perubahan yang terjadi.
9. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.

B. Uji Benedict
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Mengambil 2 buah tabung reaksi dan memasukkan masing-masing tabung
reaksi dengan 2,5 mL larutan sukrosa pada tabung I dan 2,5 mL larutan
amilum pada tabung II.
3. Menambahkan masing-masing tabung reaksi dengan 1,5 mL larutan HCl
1M. Mengamati perubahan yang terjadi. Kemudian memanaskan masing-
masing larutan pada tabung I dan II selama 15 menit.Mengamati kembali
perubahan yang terjadi.
4. Menambahkan masing-masing tabung dengan larutan Na2CO3.
5. Mengamati perubahan yang terjadi. Kemudian menambahkan masing-
masing tabung dengan 10 tetes larutan benedict. Mengamati kembali
perubahan yang terjadi. Setelah itu memanaskan masing-masing tabung
hingga terjadi perubahan. Mengamati kembali perubahan yang terjadi.
6. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
V. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini, yaitu :
A. Uji Iodin
 Amilum
No. Perlakuan Hasil pengamatan

1. 2,5 mL amilum + 1,5 mL HCl Larutan tidak berwarna


1M, lalu mengocok. (bening)
Perlakuan (1) sebanyak 1 tetes
2. dimasukkan kedalam plat tetes Larutan bening +
+ uji iodin sebanyak 1 tetes.
Sisa perlakuan (2) dipanaskan
3. selama 5 menit, masukkan
Larutan kuning ++
kedalam plat tetes sebanyak 1
tetes + 1 tetes uji iodin.
Sisa perlakuan (3), dipanaskan
selama 5 menit kedua,
4. masukkan dalam plat tetes Larutan kuning +++
sebanyak 1 tetes + I tetes uji
iodin
Sisa perlakuan (4) dipanaskan
selama 5 menit ketiga,
5. masukkan dalam plat tetes Larutan kuning ++++
sebanyak 1 tetes + uji iodin 1
tetes
6. Sisa perlakuan (5) + 1,5 mL Terdapat gelembung gas
larutan Na2CO3 dan putih keruh seperti asap

 Sukrosa
No. Perlakuan Hasil pengamatan

1. 2,5 mL sukrosa + 1,5 mL HCl Larutan tidak berwarna


1M, lalu mengocok. (bening)
Perlakuan (1) sebanyak 1 tetes
2. dimasukkan kedalam plat tetes Larutan bening +
+ uji iodin sebanyak 1 tetes.
Sisa perlakuan (2) dipanaskan
3. selama 5 menit kedua, Larutan kuning ++
masukkan kedalam plat tetes
sebanyak 1 tetes + 1 tetes uji
iodin.
Sisa perlakuan (3), dipanaskan
selama 5 menit kedua,
4. masukkan dalam plat tetes Larutan kuning +++
sebanyak 1 tetes + I tetes uji
iodin
Sisa perlakuan (4) dipanaskan
selama 5 menit ketiga,
5. masukkan dalam plat tetes Larutan kuning ++++
sebanyak 1 tetes + uji iodin 1
tetes
6. Sisa perlakuan (5) + 1,5 mL
Terdapat gelembung gas
larutan Na2CO3

B. Uji Benedict
 Amilum
No. Perlakuan Hasil pengamatan

1. 2,5 mL amilum + 1,5 mL HCl Larutan tidak berwarna


1M (bening)
2. Memanaskan campuran
Tidak terjadi perubahan
selama 15 menit
3. Perlakuan (2) + 1,5 mL larutan
Larutan bening
Na2CO3
4. Perlakuan (3) + 10 tetes reagen
Larutan menjadi biru muda
benedict
5. Tidak terjadi perubahan,
Perlakuan (4) + memanaskan
tetap berwarna biru muda

 Sukrosa
No. Perlakuan Hasil pengamatan

1. 2,5 mL sukrosa + 1,5 mL HCl Larutan tidak berwarna


1M (bening)
2. Memanaskan campuran
Tidak terjadi perubahan
selama 15 menit
3. Perlakuan (2) + 1,5 mL Larutan bening
larutan Na2CO3

4. Perlakuan (3) + 10 tetes


Larutan menjadi biru muda
reagen benedict
5. Larutan berwarna merah
Perlakuan (4) + memanaskan
bata dan ada endapan
VII. Pembahasan
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat
dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat
sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu
perbedaan utama antara berbagai tipe-tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida
adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi
molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama
membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer.. Sedangkan
monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa. Glukosa, galaktosa,
ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa dengan
gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan
monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Poedjiadi, 2006).
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menghidrolisis karbohidrat menggunakan
iodin dan reagen benedict ( Penuntun Praktikum Biokimia Dasar. 2017)
Praktikum kali ini dilakukan pengujian karbohidrat dengan uji kualitatif
yaitu uji Iodin dan uji Benedict yang merupakan uji umum untuk karbohidrat. Uji
ini efektif untuk senyawa-senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat
menjadi senyawa furfural atau senyawa furfural yang tersubstitusi.

A. Uji iodin
Uji Iodin bertujuan untuk mengetahui kandungan polisakarida.
Berfungsi untuk mendeteksi kandungan amilosa atau amilum yang ditandai
dengan warna biru atau ungu pekat. Hasil pengamatan percobaan menunjukan
bahwa pati 1% karena positif terhadap larutan iodin, sedangkan aquades,
glukosa, dan sukrosa bereaksi negatif. Pati menunjukan reaksi positif
terhadap larutan iodine karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa
yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada
tiap unit glukosanya. Hal inilah yang menyebabkan pati menghasikan warna
ungu kehitaman atau ungu pekat pada saat percobaan. Sesuai dengan
pendapat Fessenden (1986) yang menyatakan bentuk rantai heliks ini
menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodin yang
dapat masuk ke dalam spiralnya sehingga menyebabkan warna biru tua pada
kompleks tersebut.

Perlakuan pertama yang dilakukan pada uji iodin yaitu menyiapkan 2


tabung reaksi. Kemudian memasukkan 2,5 mL larutan sukrosa 0,1 % pada
tabung I dan 2,5 mL larutan amilum 0,1% pada tabung II dan menambahkan
1,5 mL larutan HCl 1 M pada masing-masing tabung, hasil yang diperoleh
yaitu pada tabung 1 larutan bening dan tabung II larutan bening. Fungsi
penambahan HCl 1 M yaitu untuk memberikan suasana asam pada uji iodin.
Penambahan ini menyebabkan terjadinya hidrolisis polisakarida menjadi
monosakarida penyusunnya.

Langkah selanjutnya mengambil 1 tetes dari masing-masing tabung


dan meneteskan dalam plat tetes yang diberi label dan menambahkan 1 tetes
larutan iodin kedalam plat tetes, hasil yang diperoleh pada tabung 1 yaitu
larutan berwarna kuning dan tabung II yaitu larutan berwarna kuning.
Kemudian memanaskan sisa larutan pada kedua tabung reaksi selama 5 menit
(pertama) dan mengambil 1 tetes dari masing – masing tabung dalam plat
tetes yang diberi label dan menambahkan 1 tetes larutan iodin kedalam plat
tetes, hasil yang diperoleh pada tabung 1 yaitu larutan berwarna kuning dan
tabung II yaitu larutan berwarna biru. Fungsi penambahan iodin yaitu untuk
mengidentifikasi polisakarida.

Langkah berikutnya memanaskan sisa larutan pada kedua tabung


reaksi selama 5 menit (kedua) dan mengambil 1 tetes dari masing – masing
tabung dalam plat tetes yang diberi label dan menambahkan 1 tetes larutan
iodin kedalam plat tetes, hasil yang diperoleh pada tabung 1 yaitu larutan
berwarna kuning kecoklatan dan tabung II yaitu larutan berwarna biru.
Setelah itu memanaskan sisa larutan pada kedua tabung reaksi selama 5 menit
(ketiga) dan mengambil 1 tetes dari masing – masing tabung dalam plat tetes
yang diberi label dan menambahkan 1 tetes larutan iodin kedalam plat tetes,
hasil yang diperoleh pada tabung 1 yaitu larutan berwarna coklat dan tabung
II yaitu larutan berwarna biru keunguan. Fungsi pemanasan yaitu untuk
memutuskan ikatan antara iodin dan amilum.
Langkah terakhir yaitu larutan yang masih tersisa ditambahkan 1,5
mL larutan Na2CO3 5%, hasil yang diperoleh terdapat gelembung gas pada
larutan. Kemudian mengamati dan mencatat hasil yang diperoleh pada tabel
hasil pengamataan Fungsi penambahan Na2CO3 untuk memberikan suasan
basa pada uji iodin.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan beberapa bahan uji
terlihat semua reaksi perubahan pada uji iodium menunjukkan reaksi negatif
pada sukrosa karena tidak terjadi perubahan warna hasil yang terlihat hanya
warna bening dan pada amilum terjadi perubahan warna hasil yang terlihat
warna menjadi biru. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana prinsip dari uji
iodium dapat membentuk ikatan kompleks yang berwarna biru, kemungkinan
hal ini terjadi karena kondisi larutan yang tidak memungkinkan atau
dikarenkan praktikan yang kurang teliti dalam melakukan percobaan ini.

B. Uji Benedict
Prinsip dari uji ini yaitu bila larutan tembaga yang basa direduksi oleh
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna kuning sampai merah.
Adanya perubahan warna hijau, kuning, jingga atau merah menunjukkan
reaksi positif. Pada uji Benedict ini dilakukan pada larutan amilum 0,1% dan
sukrosa 0,1%.
Langkah awal yang dilakukan yaitu menyiapkan 2 tabung reaksi.
Kemudian memasukkan 2,5 mL larutan amilum 0,1% pada tabung I dan 2,5
mL larutan sukrosa pada tabung II, selanjutnya menambahkan 1,5 mL larutan
HCl 1 M pada masing-masing tabung, hasil yang diperoleh pada tabung I
yaitu larutan bening dan pada tabung II yaitu larutan bening. Setelah itu
memanaskan kedua tabung diatas penangas listrik selama 15 menit
Langkah berikutntya menambahkan 1,5 mL Na2CO3 dan 10 tetes
reagent Benedict pada masimg-masing tabung. Selanjutnya memanaskan
kembali kedua tabung diatas penangas listrik sampai terjadi perubahan warna.
Kemudian mengamati dan mencatat hasil yang diperoleh pada tabel hasil
pengamataan.
a) Untuk sukrosa
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan 2,5 mL
sukrosa kedalam tabung reaksi dan menambahkan 1,5 mL HCl 1M
mengahasilkan larutan bening, kemudian dipanaskan selama 15 diperoleh
hasil yang tidak ada perubahan. Selanjutnya menambahkan Na2CO3 5%
sebanyak 1,5mL, larutan tetap tidak ada perubahan. Lalu menambahkan
reagen benedict sebanyak 10 tetes hasil yang di peroleh yaitu larutan
berwarna biru muda. Langkah yang terakhir yaitu dipanaskan sampai
terjadi perubahan, larutan berubah menjadi warna merah bata dan
terdapat endapan.
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan pada uji benedict
menunjukkan reaksi positif karena yang ditandai dengan perubahan
warna yang terjadi pada sukrosa sebelum ditetesi berwarna bening
setelah ditetesi bewarna biru muda. Hal ini sudah sesuai dengan teori
bahwa pada uji benedict reaksi positif ditandai dengan adanya warna
hijau, kuning, jingga dan warna merah
Uji iod merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian mengandung iodium dan
pati yang dapat membentuk ikatan kompleks berwarna biru.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap beberapa
bahan uji terlihat semua reaksi perubahan pada uji iodium menunjukkan
reaksi negatif karena tidak terjadi perubahan warna hasil yang terlihat
hanya warna bening pm nvada amilum, sukrosa, maltosa, agar-agar dan
warna kuning pada fruktosa dan glukosa. Hal ini tidak sesuai dengan
teori dimana prinsip dari uji iodium dapat membentuk ikatan kompleks
yang berwarna biru, kemungkinan hal ini terjadi karena kondisi larutan
yang tidak memungkinkan atau dikarenkan praktikan yang kurang teliti
dalam melakukan percobaan ini.
Praktikum kali ini dilakukan pengujian karbohidrat dengan uji
kualitatif yaitu uji Molisch, uji Seliwanoff, uji Benedict, dan uji Iodin.
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini efektif untuk
senyawa-senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi
senyawa furfural atau senyawa furfural yang tersubstitusi seperti
hidroksimetil furfural, preaksi Molisch terdiri dari α-naftol dalam alkohol
yang akan bereaksi dengn furfurl yang membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat
terhadap karbohidrat. Tujuan ditambahkannya asam sulfat pekat adalah
untuk menghidrolisa ikatan pada sakarida agar menghasilkan furfurl.
Apabila suatu larutan uji menunjukkan adanya cincin berwarna ungu
maka larutan tersebut positif mengandung karbohidrat. Larutan yang
bereaksi psitif akan menghasilkan cincin berwarna ungu ketika
direaksikan dengan α-naftol dan asam sulfat pekat (Pratama,2003). Hasil
pengamatan percobaan menunjukkan bahwa larutan yang di uji yaitu
aquades, glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan pati 1% tidak terjadi
pembentukan cincinberwarna ungu. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
Sumardjo (2006) yang menyatakan bahwa warna violet atau ungu
terbentuk karena adanya karbohidrat. Menurut Campbell (2002) bahwa
golongan karbohidrat monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa,
disakarida yaitu sukrosa dan laktosa. Perbedaan antara hasil pengamatan
percobaan dengan literature kemungkinan disebabkan oleh kesalahan
praktikan pada saat mengikuti prosedur kerja seperti pada proses
penggojogan yang terlalu cepat atau kelebihan asam sulfat (H2SO4).
Uji yang terakhir yaitu uji Iodin. Uji Iodin bertujuan untuk
mengetahui kandungan polisakarida. Berfungsi untuk mendeteksi
kandungan amilosa atau amilum yang ditandai dengan warna biru atau
ungu pekat. Hasil pengamatan percobaan menunjukan bahwa pati 1%
karena positif terhadap larutan iodin, sedangkan aquades, glukosa, dan
sukrosa bereaksi negatif. Pati menunjukan reaksi positif terhadap larutan
iodine karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada
tiap unit glukosanya. Hal inilah yang menyebabkan pati menghasikan
warna ungu kehitaman atau ungu pekat pada saat percobaan. Sesuai
dengan pendapat Fessenden (1986) yang menyatakan bentuk rantai heliks
ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodin
yang dapat masuk ke dalam spiralnya sehingga menyebabkan warna biru
tua pada kompleks tersebut.
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami
reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah
monosakarida. Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi maka aakan
menghasilkan endapan berwarna merah bata (Cu2O). gula pereduksi
didasarkan pada prinsip reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata. Dari hasil pengamatan percobaan
glukosa dan sukrosa bereaksi positif terhadap uji Benedict. Glukosa
bereaksi positif disebabkan karena glukosa mampu mereduksi senywa
pengoksidasi, dimana yang pereduksinya adalah ujung yang mengndung
aldehida. Hal ini sesuai dengan literature Anam, dkk (2013) bahwa gula
reduksi adalah monosakarida (glukosa,fruktosa,dan galaktosa), glukosa
dapat mereduksi ion Cu2+ dan mengendap sebagai Cu2O yang berwarna
merah bata. Aquades, fruktosa, dan pati negatif dengan pereaksi
Benedict. Menurut literatur Anam,dkk (2013) contoh dari gula pereduksi
adalah monosakarida (glukosa,fruktosa, dan galaktosa) dan disakarida
(laktosa dan maltose) kecuali sukrosa dan pati. Ketidak sesuaian antara
hasil pengamatan sukrosa dan fruktosa dengan literature kemungkinan
disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam proses praktikum seperti
pada saat pengambilan larutan sehingga larutan terkontaminasi dengan
zat lainnya.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan percobaan dapat disimpulkan bahwa hidrolisis
karbohidrat dapat dilakukan dengan menggunakan larutan amilum dan sukrosa
yang diberi pereaksi benedict yang menghasilkan warna positif merah bata dan
warna negatifnya biru. Sedangakan uji iodin menghasilkan warna positif biru dan
warna negatifnya tidak adanya perubahan warna.
Daftar Pustaka

Fessenden, Ralp J. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga, 1990.

Hart, H. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga. Jakarta.

Lehninger, Albert L. 1982. Principles of Biochemistry. 5 edition. Food Trade


Press Ltd. London.

Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994.

Robert T. Marison & Robert N. 1992. Organic Chemistry. Sixth Edition. Prentice-
Hall. England Cliffs, New Jersey

Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi. 1986. Analisa Bahan Makanan


dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Winarno, F. O. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Anda mungkin juga menyukai