Anda di halaman 1dari 23

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik II dengan Judul “Reaksi


Karbohidrat” disusun oleh :
nama : Nurul Fahmi Zulkarnain
NIM : 1913042015
kelas : Pendidikan Kimia A
kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.

Makassar, 2 November 2020


Koordinator Asisten, Asisten,

Alfi Syahar Arrozani Mohd Sadzan Asram, S.Pd.

Mengetahui,
Dosen penanggung Jawab

Munawwarah, S.Pd., M.Pd.


NIP.199305312019032019
A. Judul Percobaan
Reaksi Karbohidrat
B. Tujuan Percobaan
Sebelum melakukan percobaan, mahasiswa harus memahami struktur
glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa. Setelah melakukan percobaan ini,
diharapkan mahasiswa dapat:
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi.
2. Membedakan antara disakarida ysng mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas.
C. Tinjauan Pustaka
Karbohidrat atau sakarida (bahasa Yunani: Sakcharon, artinya gula)
adalah komponen essensial semua organisme hidup. Adapun itu, karbohidrat
merupakan kelompok molekul biologi yang paling melimpah di bumi.
Meskipun semua organisme dapat mensintesa karbohidrat, namun kebanyakan
karbohidrat dihasilkan oleh organisme fotosintetik termasuk bakteri tertentu,
alga dan tumbuhan. Organisme ini merubah energi cahaya matahari menjadi
energi kimia, kemudian energi kimia digunakan untuk membuat karbohidrat
dari karbondioksida (CO2). Nama karbohidrat berasal dari ‘hydrate of carbon’
yang merujuk ke rumus empirisnya (CH2O)n dimana n adalah 3 atau lebih
besar (n biasanya 5 atau 6 tetapi dapat sampai 9). Adapun itu, klasifikasi utama
karbohidrat adalah: seperti monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
polisakarida (Azhar, 2016: 72-73).
Fungsi lain dari karbohidrat (kelompok polisakarida adalah) sebagai
pelidung lemak dari oksidasi tak sempurna menjadi senyawa keton yang
beracun bagi tubuh. Senyawa racun tersebut dikeluarkan melalui urine dengan
mengikat ion natrium sehingga Ph cairan tubuh akan turun dengan akibat
terjadinya ketosis dan asidosis yang berbahaya bagi kesehatan. Karbohidrat
(kelompok serat) juga membantu membersihkan sampah hasil pencernaan
yang dikeluarkan sebagai tinja (feses) (Ide, 2010: 79).
Karbohidrat yang dimakan oleh manusia akan mengalami proses
pencernaan oleh enzim-enzim pencernaan. Hasil pencernaan karbohidrat
(polisakarida) adalah monosakarida yang selanjutnya akan di metabolisme dan
digunakan oleh sel-sel dalam tubuh untuk melakukan aktivitasnya, terutama
sebagai sumber energi pembentukan senyawa lainnya yang diperlukan tubuh
untuk dapat berfungsi secara normal. Selain sebagai sumber energi, glukosa
juga diperlukan bagi sel-sel tubuh untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
lainnya supaya bisa bekerja secara normal. melalui jalur pentose, glukosa
digunakan untuk menghasilkan ribosa, yang berperan penting sebagai bahan
untuk sintesis nukleotida, yang merupakan bahan pembentuk ribonucleic acid
(RNA) maupun deoxyribonucleic acid (DNA) (Firani, 2017: 1).
Unit pembangun semua karbohidrat adalah monosakarida. Contoh
monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa, dan ribosa. Secara struktur
kimia, monosakarida adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton.
Monosakarida dapat dikelompokkan berdasarkan tipe gugus karbonilnya dan
jumlah atom karbonnya. Jika gugus karbonik monosakarida sebuah aldehid
maka dinamakan aldose. Jika gugus karbonil monosakarida sebuah keton,
maka dinamakan ketosa. Adapun itu, disakarida dibentuk ketika karbon
anomerik dari satu molekul monosakarida berinteraksi dengan satu dari
beberapa gugus hidroksil molekul monosakarida lainnya. Interaksi ini
membentuk ikatan kovalen yang dinamakan ikatan glikosida. Sukrosa
merupakan disakarida yang paling melimpah di alam. Sukdosa dinamakan juga
‘gula meja’. Sukrosa disintesa hanya pada tumbuh-tumbuhan. Laktosa
merupakan disakarida utama yang terdapat pada susu. Laktosa disintesa pada
kelenjar susu (Azhar, 2016: 74 dan 86-87).
Menurut (Wijayanti, 2017: 94) Karbohidrat dikenal sebagai sumber
energi utama bagi sebagian besar makhluk hidup. Beberapa fungsi karbohidrat
adalah sebagai berikut:
a. Sumber energi (menghasilkan 4 kal/g asupan karbohidrat).
b. Cadangan energi (glikogen).
c. Melindungi fungsi utama protein sehingga protein tidak digunakan sebagai
penghasil energi.
d. Sumber serat pangan.
e. Bahan bakar bagi sistem saraf pusat dan otot.
f. Membantu metabolism lemak dan protein.
g. Komponen struktural pada dinding tanaman.
Fungsi primer karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka
pendek (gula). Fungsi sekunder karbohidrat adalah cadangan energi jangka
menengah (pati dan glikogen). Fungsi lainnya yaitu sebagai komponen
struktural sel. peranan utama karbohidrat didalam tubuh adalah menyediakan
glukosa bagi sel, yang akan diubah menjadi energi. Oleh karena itu, glukosa
memiliki peran penting dalam metabolism karbohidrat (Wijayanti, 2017: 94).
Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang
terdapat dalam molekul yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid, dan gugus keton.
Beberapa sifat kimia karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
membedakan senyawa karbohidrat yang satu dengan yang lainnya. Uji fehling
digunakan untuk menunjukkan sifat khusus karbohidrat dengan adanya
karbohidrat pereduksi. Hasil uji menunjukkan bahwa glukosa dan sukrosa
merupakan gula yang dapat mereduksi larutan fehling dan sebagai karbohidrat
pereduksi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa golongan karbohidrat monosakarida
dan disakarida positif terhadap kegiatan mereduksi larutan fehling tersebut.
Pereaksi fehling ditambah karbohidrat kemudian dipanaskan, akan terbentuk
endapan merah bata pada hasil akhir (Fitri dan Yolla, 2020: 48-49).
Pada variasi konsentrasi HCl diperoleh hasil bahwa semakin tinggi
kadar HCl maka kadar glukosa yang dihasilkan juga semakin banyak. Kadar
optimum HCl yang digunakan adalah 0,1 N. Adapun pada variasi suhu
diperoleh hasil bahwa dengan semakin meningkatnya suhu, jumlah glukosa
yang diperoleh juga semakin meningkat. Suhu maksimal adalah suhu didih
larutan (Mastuti dan Dwi,2010: 26).
Asupan makanan tinggi energi yang berlebihan memacu resistensi
insulin melalui peningkatan kadar gula darah dan asam-asam lemak bebas di
dalam darah. Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan
selingan lebih penting daripada sumber atau tipe karbohidrat tersebut. Hal ini
disebabkan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan
selingan mempengaruhi kadar gula darah dan sekresi insulin. Adapun itu,
mekanisme hubungan asupan karbohidrat dengan kadar gula darah sebagai
berikut: Karbohidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida,
terutama pada gula darah. Penyerapan gula darah menyebabkan peningkatan
kadar gula darah dan meningkat sekresi insulin. Asupan tinggi karbohidrat
juga menyebabkan peningkatan kadar suatu trigliserid setelah makan di dalam
darah (Fitri dan Yekti, 2012: 127).
D. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi kecil 24 buah
b. Rak tabung reaksi 2 buah
c. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
d. Gelas kimia 250 mL 1 buah
e. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
f. Gelas ukur 25 mL 1 buah
g. Gelas kimia 100 mL 1 buah
h. Corong biasa 1 buah
i. Batang pengaduk 1 buah
j. Spatula 1 buah
k. Gelas ukur 10 mL 2 buah
l. Pembakar spiritus 1 buah
m. Botol semprot 1 buah
n. Pipet tetes 12 buah
o. Sikat tabung reaksi 2 buah
p. Stopwatch 1 buah
q. Korek api 1 buah
r. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Glukosa (C6H12O6)
b. Larutan Fruktosa (C6H12O6)
c. Larutan Sukrosa (C12H22O11)
d. Larutan Laktosa (C12H22O11)
e. Larutan Alfa Naftol 1,5 M
f. Larutan Perak Nitrat (AgNO3) 5%
g. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 5%
h. Larutan Amonium Hidroksida (NH4OH) 2%
i. Asam Klorida (HCl) 10%
j. Larutan asam sulfat pekat (H2SO4)
k. Larutan sampel x
l. Pereaksi Tollens
m. Fenilhidrazin (C6H5NHNH2)
n. Aquades (H2O)
o. Kapas
p. Kertas lakmus
q. Tissu
E. Prosedur Kerja
1. Uji Molisch
a. Sebanyak 4 tabung reaksi kecil disediakan.
b. Ditambahkan larutan glukosa, fruktosa, laktosa, dan sukrosa ke dalam
masing- masing tabung reaksi.
c. Ditambahkan larutan H2SO4 ke dalam tabung reaksi melalui dinding
tabung.
d. Perubahan warna diamati.
2. Uji Tollens
1. Sebanyak 2 tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens disediakan.
Tabung I ditambahkan dengan glukosa dan tabung kedua sukrosa.
2. Perubahan yang terjadi dicatat setelah didiamkan beberapa menit,
apakah terbentuk cermin perak atau tidak.
3. Uji Benedict
a. Sebanyak 4 tabung reaksi disediakan. Ke dalam tabung reaksi
dimasukkan larutan gula yakni glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa
ke dalam masing – masing empat buah tabung yang berbeda.
b. Pereaksi Benedict ditambahkan ke dalam masing-masing tabung
tersebut.
c. Tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam air mendidih.
d. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi
dicatat.
4. Uji Osazon
a. Sebanyak 4 tabung reaksi disediakan. Ke dalam tabung reaksi tersebut
dimasukkan larutan gula yakni yakni glukosa, fruktosa, sukrosa dan
laktosa ke dalam masing – masing empat buah tabung yang berbeda.
b. Larutan fenilhidrazin ditambahkan ke dalam masing – masing tabung,
dan campuran diaduk dengan baik.
c. Tabung reaksi disumbat dengan segumpal kapas.
d. Dilakukan pemanasan untuk setiap tabung reaksi selama 30 menit, lalu
didinginkan.
e. Terbentuknya endapan diamati.
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
a. Larutan Sukrosa dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi.
b. Larutan HCl 10% ditambahkan ke dalam tabung reaksi.
c. Tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih selama 50 menit.
d. Ditambahkan larutan NaOH ke dalam tabung reaksi.
e. Larutan diuji dengan kertas lakmus.
f. Campuran diuji dengan pereaksi Benedict.
g. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan uji benedict pada percobaan
ketiga.
F. Hasil Pengamatan
1. Uji Molisch
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Glukosa + α-naftol Larutan bening dengan Hablur
Coklat
+ H2SO4
Terbentuk cincin ungu dan
menghasilkan panas

2. Fruktosa + α-naftol Larutan bening dengan Hablur


Coklat
+ H2SO4 pekat
Terbentuk cincin ungu dan
menghasilkan panas

3. Sukrosa + α-naftol + Larutan bening dengan Hablur


Coklat
H2SO4 pekat
Terbentuk cincin ungu dan
menghasilkan panas

4. Laktosa + α-naftol + 2 mL Larutan bening dengan Hablur


H2SO4 pekat Coklat
Terbentuk cincin ungu dan
menghasilkan panas

2. Uji Tollens
N
Perlakuan Hasil Pengamatan
o
1. Pereaksi Tollens + glukosa Terbentuk cermin perak
(Tak berwarna)

2. Pereaksi Tollens + sukrosa Tidak terbentuk cermin perak

(Tak berwarna)

3. Uji Benedict
N
Perlakuan Hasil Pengamatan
o
1. Benedict + glukosa + Terbentuk endapan merah bata
dipanaskan
(Biru)
2. Benedict + sukrosa + Tetap berwarna biru
dipanaskan
(Biru)
3. Benedict + fruktosa + Terbentuk endapan merah bata
dipanaskan
(Biru)
4. Benedict + laktosa + Tetap berwarna biru
dipanaskan
(Biru)
4. Uji Osazon
N
Perlakuan Hasil Pengamatan
o
1. Glukosa + fenilhidrazin + Terbentuk hablur kuning
dipanaskan + didinginkan
2. Fruktosa + fenilhidrazin + Tidak terbentuk hablur kuning
dipanaskan + didinginkan
3. Laktosa + fenilhidrazin + Terbentuk hablur kuning
dipanaskan + didinginkan
4. Sukrosa+ fenilhidrazin + Terbentuk hablur kuning
dipanaskan + didinginkan

5. Uji Hidrolisis Sukrosa oleh Asam


N
Perlakuan Hasil Pengamatan
o
1. Sukrosa + HCl 10% Larutan tak berwarna
+ NaOH 10% Larutan berwarna kuning

Diuji dengan lakmus merah Lakmus merah menjadi biru


+ Benedict Terbentuk endapan merah bata

Dibandingkan dengan sukrosa Tidak menghasilkan erbentuk


hasil uji benedict (percobaan 3) endapan merah bata
Hidrolisis sukrosa oleh asam Menghasilkan endapan merah bata
6. Identifikasi Gula
N
Perlakuan Hasil Pengamatan
o
1 Sampel + Benedict + Tidak terbentuk endapan merah
Pemanasan bata
2 Sampel + Pereaksi Tollens Tidak terbentuk cermin perak
3 Sampel + Fenilhidrazin + Terbentuk hablur kuning
Pemanasan
4 Sampel + Uji molisch Tidak terbentuk cincin ungu

G. Pembahasan
1. Uji Molisch
Percobaan ini bertujuan untuk menguji suatu larutan yang
mengandung karbohidrat. Pada percobaan ini larutan uji yang digunakan ialah
larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan suatu sampel x yang tidak
diketahui jenis dan nama larutannya. Prinsip dari uji molisch adalah
kondensasi dari hidroksimetil furfural dengan α -naftol membentuk cincin
berwarna ungu.
Larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan sampel x ditambahkan
α -naftol. Fungsi penambahan α -naftol yaitu untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat dalam sampel sehingga menghasilkan larutan bening dengan
hablur coklat yang merupakan warna dari larutan α -naftol. Masing-masing
larutan ditambahkan asam sulfat pekat yang berfungsi untuk menghidrolisis
ikatan pada sakarida agar menghasilkan senyawa furfural. Setelah penambahan
asam sulfat maka larutan terbentuk cincin berwarna ungu dan menghasilkan
panas pada masing-masing tabung kecuali pada larutan sampel x.
Terbentuknya cincin ungu pada larutan uji menandakan bahwa larutan gula
yang diuji ini merupakan karbohidrat. Adapun panas yang dihasilkan pada
percobaan ini menandakan bahwa terjadi reaksi eksoterm yaitu pelepasan kalor
dari sistem ke lingkungan. Pada percobaan ini semua larutan gula bereaksi
positif.
Hal ini sesuai dengan teori (Sumardjo, 2009) yang menyatakan bahwa
dasar dari uji molisch adalah heksosa dan pentosa mengalami dehidrasi oleh
pengaruh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksi metil furfural atau
furfural untuk kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan α -naftol
membentuk senyawa berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida.
Warna violet yang terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Adapun
reaksinya yaitu:
a. Glukosa
b. Fruktosa

c. Sukrosa

d. Laktosa

2. Uji Tollens
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan antara gula pereduksi dan
gula non pereduksi. Uji Tollens merupakan uji khusus untuk karbohidrat
pereduksi (Sumardjo, 2008: 235). Larutan yang akan diuji yaitu glukosa,
sukrosa, dan sampel x. Ketiga larutan masing-masing ditambah dengan
pereaksi Tollens, kemudian dipanaskan. Tujuan pemanasan yaitu agar reaksi
dapat terjadi dengan cepat. Uji positif pada percobaan ini yaitu menghasilkan
cermin perak pada dasar tabung reaksi.
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada larutan glukosa terbentuk
cermin perak. Hal ini sesuai dengan teori (Sumardjo, 2008: 206) menyatakan
bahwa glukosa merupakan golongan aldoheksosa yaitu aldosa yang
mempunyai struktur kimia gugus aldehida bebas atau gugus formil bebas
sehingga glukosa adalah termasuk gula pereduksi yang dapat mereduksi
pereaksi Tollens.
Untuk larutan sukrosa dengan pereaksi tollens yang tidak
menghasilkan cincin perak, menyatakan bahwa sukrosa bukan merupakan gula
pereduksi. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sukrosa
tidak membentuk cermin perak dikarenakan sukrosa tersusun atas
monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa yang tidak memiliki gugus
hemiasetal dan dalam air tidak berada kesetimbangan dengan suatu aldehid
atau keton sehingga sukrosa bukanlah gula pereduksi (Fessenden, 1986: 352).
Untuk larutan sampel x tidak terbentuk cermin perak menandakan
bahwa sampel x tidak mengandung gugus aldehid sehingga diketahui bahwa
sampel x adalah gula jenis sukrosa. Hal ini berarti bahwa sukrosa tersusun atas
glukosa dan fruktosa yang keduanya berikatan melalui atom oksigen pada
atom-atom hemiasetal atau hemiketal sehingga sukrosa tidak lagi memiliki
radikal laktol bebas, sehingga sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi Tollens.
Adapun reaksinya sebagai berikut:
a. Glukosa

b. Sukrosa

3. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk membedakan gula pereduksi dan gula bukan
pereduksi pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan sampel x.
Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi
yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu 2+ dari CuSO4.5H2O dalam
suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Uji positif dari
percobaan ini yaitu terbentuk endapan merah bata. Kelima larutan uji masing-
masing direaksikan dengan pereaksi benedict yang berwarna biru. Fungsi
pereaksi benedict yaitu untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu
larutan gula. Setelah ditambah pereaksi benedict campuran dipanaskan. Tujuan
pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi. Hasil yang diperoleh setelah
pemanasan ialah terbentuk endapan merah bata pada glukosa dan fruktosa,
sedangkan pada sukrosa, laktosa, dan sampel x larutannya tetap berwarna biru.
Untuk laktosa, hasilnya tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya laktosa
juga menghasilkan endapan merah bata karena merupakan gula pereduksi.
Pembentukan endapan merah bata membuktikan bahwa larutan glukosa dan
fruktosa merupakan gula pereduksi. Adapun reaksinya yaitu:
a. Glukosa

b. Fruktosa

c. Laktosa
d. Sukrosa

4. Uji Osazon
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan antara karbohidrat yang
mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal) dan keton (hemiketal) bebas dan
tidak bebas. Dalam pengujian digunakan larutan gula yaitu glukosa, fruktosa,
laktosa, sukrosa dan sampel x yang ditambahkan dengan fenilhidrazin yang
akan menyediakan gugus hidrazin yang mengikat gugus aldehid atau keton
pada gula pereduksi. Pada gula monosakarida (gula pereduksi) dengan
penambahan fenilhidrazin berlebih menghasilkan hablur berwarna kuning dan
disakarida yang memiliki hemiasetal atau hemiketal yang bebas, akan
menjalani reaksi sejenis dengan fenilhidrazin menghasilkan hablur berwarna
kuning. Hasil yang didapatkan yaitu terbentuk hablur kuning pada larutan
glukosa, laktosa, dan sukrosa. Sedangkan fruktosa dan sampel x tidak
terbentuk hablur kuning. Untuk larutan uji sukrosa yang menghasilkan hablur
kuning tidak sesuai dengan teori dikarenakan sukrosa merupakan disakarida
atau karbohidrat yang tersusun atas glukosa dan fruktosa yang saling berikatan
melalui atom oksigen pada atom karbon hemiasetal glukosa dan atom karbon
hemiaketal fruktosa. Hal ini mengakibatkan sukrosa tidak lagi memiliki sifat-
sifat aldehid atau α-hidroksi karbon sehingga seharusnya tidak terbentuk
hablur. Sementara untuk fruktosa juga tidak sesuai dengan teori dimana
seharusnya terbentuk hablur kuning. Adapun reaksinya yaitu:
a. Glukosa
b. Fruktosa

c. Laktosa

d. Sukrosa
5. Uji Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
Hidrolisis Sukrosa oleh Asam Amino bertujuan untuk membuktikan
suatu disakarida jika di hidrolisis maka akan terurai menjadi monosakarida-
monosakarida penyusunnya. Sukrosa merupakan suatu disakarida yaitu gula
yang disusun oleh dua monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa. Hidrolisis
disakarida dengan cara memanaskan disakarida bersama-sama asam mineral
encer atau oleh pengaruh enzim disakaridase akan menghasilkan komponen-
komponen penyusunnya. Hirolisis dilakukan dengan menambahkan HCl 10 %.
Larutan HCl ini berfungsi sebagai asam yang akan menghidrolisis sukrosa.
Larutan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sukrosa. Setelah dilakukan
penambahan HCl larutan sukrosa kemudian dipanaskan untuk memeprcepat
terjadinya reaksi. Larutan didinginkan dan ditambah NaOH. Fungsi
penambahan NaOH yaitu untuk menetralkan larutan. Tujuan penetralan larutan
yaitu untuk memperoleh komponen penyusun dengan jumlah yang sama.
Proses penetralan dilakukan dengan menguji larutan menggunakan kertas
lakmus. Tujuan lain penetralan yaitu agar hasil hidrolisis dari sukrosa dapat
bereaksi dengan pereaksi benedict karena benedict hanya dapat bereaksi dalam
suasana netral.
Campuran yang telah dinetralkan ditambahkan benedict yang
berwarna biru kemudian dipanaskan menghasilkan endapan merah bata. Hal
ini membuktikan bahwa pada sukrosa telah terjadi hidrolisis oleh HCl dan
menghasilkan gugus penyusunnya yaitu glukosa dan fruktosa. Dimana
pembentukan endapan merah bata menunjukkan bahwa dalam larutan
mengandung gula pereduksi yakni glukosa dan fruktosa. Adapun reaksinya:
Dibandingkan dengan hasil uji Benedict pada percobaan ketiga
terhadap sukrosa, sukrosa sebelum dihidrolisis berbeda dengan setelah
dihidrolisis. Perbedaannya yaitu, sukrosa sebelum dihidrolisis tidak dapat
mereduksi pereaksi Benedict sehingga pada percobaan ketiga tidak
menghasilkan endapan merah bata. Hal ini karena ikatan pada sukrosa telah
dipecah oleh hidrolisis atom karbon anomerik glukosa dan fruktosa sebagai
penyusun sukrosa saling terikat membentuk ikatan glikosidik, sehingga setiap
unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehid atau keton yang dapat
bermutarosi menjadi rantai terbuka.
H. Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Gula pereduksi dan gula non pereduksi dapat dibedakan dengan uji
benedict dan uji tollens. Gula pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, laktosa,
sedangkan larutan yang bukan gula pereduksi yaitu sukrosa.
b. Disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal) atau keton
(hemiketal) bebas dan tidak bebas dapat dibedakan dengan
menggunakan uji asazon. Disakarida yang mengandung gugus aldehid
(hemiasetal) bebas dan keton (hemiketal) bebas adalah glukosa,
fruktosa, dan laktosa, sedangkan sukrosa tidak mengandung kumpulan
aldehid ataupun keton bebas karena kedua komponen monosakaridanya
saling berikatan satu sama lain.
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memperhatikan
kebersihan alat yang diguanakan. Khususnya pada penggunaan tabung reaksi
dan pipet tetes. Sebelum digunakan alat harus dicuci bersih dan dikeringkan
agar bahan tidak terkontaminasi dengan pengotor sehingga hasil yang
diperoleh sesuai dengan keinginan.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Minda.2016.Biomolekul Sel Karbohidrat, Protein, dan Enzim.Padang:


UNP Press.

Firani, Novi Khila.2017.Metabolisme Karbohidrat.Malang: UB Press.

Fitri dan Yekti Wirawanni.2012.Asupan Energi, Karbohidrat, Serat, beban


Glikemik, Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2.Media Medika Indonesia.Volume 46.

Fitri, Ardhista Shabrina dan Yolla Arinda Nur Fitriana.2020.Analisis Senyawa


Kimia Pada Karbohidrat.Saintek.Volume 17.

Ide, Pangkalan. 2010. Health Secret Of Pepin. Jakarta: Anggota IKAPI.

Mastuti, Endang dan Dwi Ardiana Setyawardhani.2010.Pengaruh Variasi


Temperatur dan Konsentrasi Katalis Pada Kinetika Reaksi Hidrolisis
Tepung Kulit Ketela Pohon.Ekuilibrum.Volume 9.

Wijayanti, Novita.2017.Fisiologi Manusia & Metabolisme Zat Gizi.Malang:


UB Press.

Anda mungkin juga menyukai