ABSTRAK
Kata kunci: Laju reaksi, Persmaaan Arrhenius, Konstanta laju, Energi Aktivasi,
Suhu
THE EQUATION OF ARRHENIUS AND ACTIVATION ENERGI
Nur Arida1, Mirnawati2, Nurul Fahmi Zulkarnain3 dan Wirayuda4
ABSTRACT
This experiment aims to explain the relationship between reaction rate and
temperature and to determine the activation energi using the Arrhenius equation.
Activation energi is the minimum energy required to initiate a reaction.This
experiment was carried out by dividing into 2 systems with different time
variations with the aim of knowing the effect of concentration on the reaction rate
and the effect of temperature on the reaction rate. Based on the results of data
analysis, the value of k in system 1 for a temperature of 20-60oC, respectively, is
0.00258; 0.00445; 0.00736; 0.0113; and 0.0184. As for system 2, namely
0.00276; 0.00504; 0.00885; 0.015; and 0.024. The value of activation energi in
system 1 is 39,877.269 J/mol and in system 2 is 44,372.64 J/mol. The value of
activation energy is inversely proportional to temperature, an increase in
temperature can decrease the activation energy.
jumlah total benturan yang menghasilkan suatu reaksi sempurna. E adalah energi
aktivasi untuk reaksi (Cairns, 2004: 202).
Adapun yang menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu laju
reaksi menurut Sastroamidjojo (2018: 158-167) adalah:
1. Sifat pereaksi
Dalam suatu reaksi kimia terjadi pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan
baru, sehingga kelajuan reaksi harus bergantung pada macam ikatan yang
terdapat. Secara percobaan kecepatan reaksi bergantung pada senyawa-
senyawa yang melakukan reaksi bersama.
2. Konsentrasi pereaksi
Kelajuan reaksi kimia yang bersifat homogen tergantung pada konsentrasi
pereaksi pereaksi. Reaksi homogen merupakan reaksi yang hanya terjadi
dalam 1 fasa sedangkan reaksi heterogen berjalan yang meliputi lebih dari
satu fasa. Semakin tinggi konsentrasi molekul reaktan semakin sering
molekul-molekul tersebut bertumbukan satu sama lain dan memiliki
kesempatan untuk bereaksi membentuk produk (Campbell, 2000: 37).
3. Suhu
Suhu dapat menaikkan kelajuan dari setiap reaksi di mana penurunan dalam
suatu suhu akan menurunkan laju reaksi dan ini tidak bergantung apakah
reaksi endoterm atau eksoterm.
4. Katalisator
Beberapa reaksi dapat dipercepat oleh adanya senyawa-senyawa yang mereka
sendiri tetap tak berubah setelah reaksi berakhir. Senyawa-senyawa tersebut
dikenal sebagai katalisator dan pengaruh mereka dikenal sebagai katalis.
Molekul-molekul yang bertumbukan harus memiliki energi kinetik total sama
dengan atau lebih besar dari energi aktivasi (Ea), iya itu jumlah energi minimum
yang diperlukan untuk mengawali reaksi kimia (Chang, 2005: 44). Perhitungan
energi aktivasi didasarkan dengan menggunakan rumus perhitungan kinetika
reaksi berorde 1 atau lazim disebut global kinetik. Penentuan besaran energi
aktivasi dilakukan dengan metode grafis dengan rumusan yang digunakan
berdasarkan persamaan arrhenius.
E
dx -
= Ae RT (1-x)
dt
(Himawanto, 2013: 37).
Dari persamaan Arrhenius, selanjutnya dapat ditentukan nilai energi aktivasi
(Ea) yang diperoleh dari kemiringan (slope). Suatu reaksi memiliki energi aktivasi
yang rendah maka reaksi tersebut akan berjalan lebih cepat (Swadana, 2014: 211).
Dimana arrhenius menyatakan hubungan suatu suhu terhadap reaksi dinyatakan
dengan
E
k=k o e - RT ❑
dengan k adalah konstanta reaksi, ko adalah faktor frekuensi, Ea adalah energi
aktivasi. R adalah konstanta gas, dan T adalah suhu mutlak. Apabila
persamaannya diubah menjadi fungsi logaritma maka menjadi:
Ea
ln k = ln ko -
RT
(Mashitoh, 2013:22).
Laju reaksi sangat bergantung pada suhu, dimana menurut Yuda (2017: 25),
semakin tinggi temperatur yang digunakan maka semakin cepat dan banyak
kandungan pada produk yang diinginkan. Suhu tinggi mempengaruhi molekul-
molekul bergerak semakin cepat. Suhu dapat menaikkan kelajuan dari
setiap reaksi di mana penurunan dalam suatu suhu akan menurunkan
laju reaksi dan ini tidak bergantung apakah reaksi endoterm atau
eksoterm (Sastroamidjojo, 2018: 159).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan bolak balik. Hasil
esterifikasi dapat mencapai kesetimbangan karena terjadi reaksi bolak balik antara
reaktan dengan produk. Reaksi dapat berlangsung sampai kekonversu sempurna
pada temperatur relatif rendah misalnya paling tinggi 120°C reaktan metanol
harus dipasok dalam jumlah (Susanti, 2021: 130).
B. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan hubungan laju reaksi dengan temperature.
2. Menghitung konstanta laju reaksi.
3. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.
2. Bahan
Rumus Jumlah
No Nama Bahan Warna
Kimia (ml)
1 Larutan Kalium K2S2O8(aq) 30 Tidak Berwarna
Persulfat
2 Larutan Kalium Iodida KI(aq) 45 Tidak berwarna
3 Larutan Natrium Na2S2O3(aq) 5 Tidak berwarna
Tiosulfat
4 Larutan Kanji C6H10O5(aq) 5 Keruh
5 Es Batu H2O(s) Tidak berwarna
6 Aquades H2O(l) 25 Tidak berwarna
D. PROSEDUR KERJA
1. Sistem 1
1 1 2 2 2 1 2
Ulangi perlakuan
2 1 2 1
untu suhu 30oC
hingga 60oC
Catat waktu yang Tuangkan kembali ke Campurkan
diperlukan hingga terjadi tabung 1, kemudian tabung 1 ke
perubahan warna nyalakan stopwatch tabung 2
2. Sistem 2
1 1 2 2 2 2
Ulangi perlakuan
2 1 2 1
untu suhu 30oC 1 2
hingga 60oC
Catat waktu yang Tuangkan kembali ke Campurkan Tabung 1 dan 2
diperlukan hingga terjadi tabung 1, kemudian tabung 1 ke diatur suhunya
perubahan warna nyalakan stopwatch tabung 2 hingga 20oC
E. HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Sistem 1
a. Suhu 20℃ pada tabung 1 Larutan tidak berwarna
2,5 ml larutan K2S2O8 + 2,5ml H2O
b. Suhu 20℃ pada tabung 2 Larutan tidak berwarna
5 ml larutan KI + 0,5 Ml larutan
Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan kanji
Suhu 20℃ pada campuran tabung 1 t = 389 s (larutan berwarna
dan 2 biru tua)
a. Suhu 30℃ pada tabung 1
2,5 ml larutan K2S2O8 + 2,5ml H2O Larutan tidak berwarna
b. Suhu 30℃ pada tabung 2
5 ml larutan KI + 0,5 Ml larutan Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan kanji
Suhu 30℃ pada campuran tabung 1 t = 258 s (larutan berwarna
dan 2 biru tua)
a. Suhu 40℃ pada tabung 1 Larutan tidak berwarna
2,5 ml larutan K2S2O8 + 2,5ml H2O
b. Suhu 40℃ pada tabung 2 Larutan tidak berwarna
5 ml larutan KI + 0,5 Ml larutan
Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan kanji
Suhu 40℃ pada campuran tabung 1 t = 112 s (larutan berwarna
dan 2 biru tua)
a. Suhu 50℃ pada tabung 1 Larutan tidak berwarna
2,5 ml larutan K2S2O8 + 2,5ml H2O
b. Suhu 50℃ pada tabung 2 Larutan tidak berwarna
5 ml larutan KI + 0,5 Ml larutan
Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan kanji
Suhu 50℃ pada campuran tabung 1 t = 74 s (larutan berwarna biru
dan 2 tua)
a. Suhu 60℃ pada tabung 1 Larutan tidak berwarna
2,5 ml larutan K2S2O8 + 2,5ml H2O
b. Suhu 60℃ pada tabung 2 Larutan tidak berwarna
5 ml larutan KI + 0,5 Ml larutan
Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan kanji
Suhu 60℃ pada campuran tabung 1 t = 62 s (larutan berwarna biru
dan 2 tua)
2 Sistem 2
a. Suhu 20℃ pada tabung 1 Larutan tak berwarna
3,5 ml larutan K2S2O8 + 1,5ml H2O
b. Suhu 20℃ pada tabung 2 Larutan tak berwarna
4 ml larutan KI + 1ml H2O + 0,5 Ml
larutan Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan
kanji
Suhu 20℃ pada campuran tabung 1 t = 362 s (larutan berwarna biru
dan 2 tua)
a. Suhu 30℃ pada tabung 1 Larutan tak berwarna
3,5 ml larutan K2S2O8 + 1,5ml H2O
b. Suhu 30℃ pada tabung 2 Larutan tak berwarna
4 ml larutan KI + 1ml H2O + 0,5 Ml
larutan Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan
kanji
Suhu 30℃ pada campuran tabung 1 t = 192,5s (larutan berwarna
dan 2 biru tua)
a. Suhu 40℃ pada tabung 1 Larutan tak berwarna
3,5 ml larutan K2S2O8 + 1,5ml H2O
b. Suhu 40℃ pada tabung 2 Larutan tak berwarna
4 ml larutan KI + 1ml H2O + 0,5 Ml
larutan Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan
kanji
Suhu 40℃ pada campuran tabung 1 t = 102 s (larutan berwarna biru
dan 2 tua)
a. Suhu 50℃ pada tabung 1 Larutan tak berwarna
3,5 ml larutan K2S2O8 + 1,5ml H2O
b. Suhu 50℃ pada tabung 2 Larutan tak berwarna
4 ml larutan KI + 1ml H2O + 0,5 Ml
larutan Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan
kanji
Suhu 50℃ pada campuran tabung 1 t = 77 s (larutan berwarna biru
dan 2 tua)
a. Suhu 60℃ pada tabung 1 Larutan tak berwarna
3,5 ml larutan K2S2O8 + 1,5ml H2O
b. Suhu 60℃ pada tabung 2 Larutan tak berwarna
4 ml larutan KI + 1ml H2O + 0,5 Ml
larutan Na2S2O3 + 0,5 ml Larutan
kanji
Suhu 60℃ pada campuran tabung 1 t = 37 s (larutan berwarna biru
dan 2 tua)
F. ANALISIS DATA
1. Sistem 1
a. Menentukan Nilai Ea dan A secara grafik
Persamaan grafik :
y = mx + b
Ea
m=-
R
Ea = - R (m)
2. Sistem 2
a. Menentukan Nilai Ea dan A secara grafik
Persamaan grafik :
y = mx + b
Ea
m=-
R
Ea = - R (m)
1) Nilai Energi Aktivasi (Ea)
y = mx + b
y = -5337,1x + 12,325
Diketahui : m = -5337,1
J
R = 8,314
mol
Ditanyakan : Ea . . . . . ?
Penyelesaian :
−Ea
=m
R
Ea=-R ( m )
J
Ea= -8,314 (-5337,1)
moL
J
Ea=44.372,64
moL
2) Nilai Faktor Frekuensi
y = mx + b
y = -5337,1x + 12,325
Diketahui : b = 12,325
Ditanyakan :A.....?
Penyelesaian :
-Ea 1
ln k =¿ ¿ + ln A
R T
ln A =b
A = eb
A = e12,325
A = 225.257,619
b. Nilai Konstanta Laju Reaksi (K)
J
Diketahui : Ea =44.372,64
moL
A = 225.257,619
J
R = 8,314
moL.K
Dinyatakan : K.....?
Penyelesaian :
k (pada suhu 293 K)
Penyelesaian:
−Ea
k = A e RT
−44.372,64 J/mol
J
k = 225.257,619. 8,314
mol
.K . 293 K
e
k = 225.257,619. e-18,215
k = 225.257,619x 1,228 x 10-8
k = 0, 00276
-4.0000
-5.0000 f(x) = − 4796.4 x + 10.41
R² = 0.97
-6.0000
-7.0000
Grafik Hubungan 1/T dan ln 1/t pada Sistem 1
2. Sistem 2
T(oC) T (K) t (s) 1/T ln 1/t
20 300 362 0.003413 -5.8916
30 192,
303 0.0033 -5,26009
5
40 313 102 0.00319 -4,6249
50 323 77 0.00309 -4,3438
60 333 37 0.003003 -4,6109
1/T
0
-1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-2
ln 1/t
-3
-4
f(x) = − 5337.13 x + 12.33
-5 R² = 0.98
-6
-7
Grafik Hubungan 1/T dan ln 1/t pada Sistem 2
H. PEMBAHASAN
Energi aktivasi (Ea) merupakan jumlah energi minimum yang diperlukan
untuk mengawali reaksi kimia (Chang, 2005: 44). Laju reaksi sangat bergantung
pada suhu di mana semakin tinggi temperatur yang digunakan maka semakin
cepat dan banyak kandungan produk yang diinginkan. Suhu tinggi mempengaruhi
molekul-molekul bergerak dengan cepat sehingga semakin tinggi suhu maka laju
reaksinya semakin cepat (Yuda, 2017: 25).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan laju reaksi dengan
temperatur serta menentukan konstanta dan energi aktivasi dengan menggunakan
persamaan arrhenius. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah menghitung energi
aktivasi dengan menggunakan persamaan arrhenius berdasarkan suhu dan
waktunya. Adapun prinsip kerjanya yaitu pengukuran, pencampuran,
pendinginan, pemanasan, pengukuran waktu dan suhu campuran mengawali
perubahan warna.
Percobaan ini dibagi menjadi dua sistem komponen dengan perlakuan yang
Gambar
sama dan campuran yang sama namun volume 1. Mencampurkan
larutan yang berbeda.larutan
Hal ini
tabung 1 dan 2
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Adapun
pada sistem 1 terdiri dari larutan K 2S2O8 dicampurkan dengan H2O pada tabung 1,
dan pada tabung 2 berisi campuran larutan
KI, Na2S2O8 dan larutan kanji. Pada tabung
1, larutan K2S2O8 berfungsi sebagai zat
pengoksidasi ion iodida menjadi I2 dan
H2O berfungsi untuk mengencerkan
larutan K2S2O8 serta untuk menghidrolisis
larutan. Sedangkan pada tabung 2, larutan Na2S2O8 berfungsi untuk mereduksi I2
menjadi I- sebelum direaksikan dengan tabung 1. Larutan KI berfungsi sebagai
penyedia ion iodida dan larutan kanji berfungsi sebagai indikator untuk
mengidentifikasi adanya ion iodida dalam larutan. Identifikasi amilum dapat
dilihat dari terbentuknya kompleks amilum iodin yang berwarna kompleks biru.
Adapun reaksi yan terjadi pada kedua sistem yaitu:
Reaksi pada tabung 1:
2S2O82- + 2 H2O 4SO42- + O2 + 4H+
HO C HO C I
O + I2
HO C HO C I
H C CH2 H C OH
HO C H HO C H
CH2OH CH2OH
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hubungan antara laju reaksi dengan temoeratur yaitu berbanding lurus
dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula laju reaksinya. Hal ini
dikarenakan suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dari suatu
senyawa sehingga dapat bertumbukan dengan cepat dan laju reaksinya
meningkat.
2. Berdasarkan hasil analisis data, nilai k pada sistem 1 berturut-turut untuk
suhu 20-60oC yaitu 0,00258; 0,00445; 0,00736; 0,0113; dan 0,0184. Adapun
pada sistem 2 yaitu 0,00276; 0,00504; 0,00885; 0,015; dan 0,024.
3. Adapun nilai energi aktivasi pada sistem 1 yaitu 39.877,269 J/mold an pada
sistem 2 yaitu 44.372,64 J/mol. Nilai energi aktivasi berbanding terbalik
dengan suhu, peningkatan suhu dapat menurunkan energi aktivasi.
J. SARAN
Praktikan selanjutnya, dalam mencampurkan kedua tabung dilakukan dengan
cepat agar suhu larutan tidak berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Mashitoh, Rudiati; Budi Rahardjo; Litil S; Agus Harjok. (2013). Model Kinetika
Perubahan Kualitas Tomat Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi
Pertanian. 4(1). ISSN. 2620-9721
Yuda, Reza C; Irdiansyah dan Indah. (2017). Studi Kinetika Pengaruh Suhu
terhadap Ekstraksi Minyak Atsiri. Jurnal Chemorgy. 1(1). ISSN 2252-
7575