JUDUL PRAKTIKUM
B.
disperse koloid
Untuk mengenal larutan sejati,
3.3
C. LANDASAN TEORI
Koloid merupakan campuran dan disperse kasar dengan disperse halus
dengan partikel-partikelnya antara 10-7 dan 10-5 cm. Dalam system koloid,
terdapat dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Walaupun
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Beleran padat
Larutan gula padat
Susu
Agar-agar bubuk
Solar
Sabun (Sunlight)
Cuka
Aquades
E. CARA KERJA
Menyisipkan semua alat dan bahan yang digunakan
a. Pembuatan sol belerang
1. Mencampurkan 1 bagian gula dan 1 bagian belerang ke dalam pestle
2. Menggerus campuran tersebut hingga larut
3. Mengambil 1 bagian dari campuran tersebut, kemudian ditambahkan
dengan 1 bagian gula, lalu menggerus kembali hingga diperoleh bagian
yang lebih halus
4. Mengambil 1 bagian lagi dari campuran yang telah dihaluskan tersebut,
kemudian menambahkannya dengan 1 bagian gula, lalu digerus kembali
5. Memasukkan campuran tersebut ke dalam gelas ukur yang telah berisi
60 ml aquades
b. Pembuatan sol Fe(OH)3
1. Memasukkan 60 ml aquades ke dalam gelas ukur, kemudian
memanaskannya di atas Bunsen hingga mendidih
2. Menanmbahkan larutna FeCl3 jenuh
3. Memanaskan campuran tersebut sambil diaduk perlahan-lahan hingga
terbentuk larutan cokelat-kemerahan
c. Pembuatan Agar-Agar
- Pembuatan agar-agar tanpa proses pemanasan
Memasukkan 1 spatula Agar-agar bubuk ke dalam gelas ukur yang telah
-
berisi 60 ml aquades.
Pembuatan agar-agar disertai proses pemanasan
PENGAMATAN BERKAS
JENIS SISTEM
Pembuatan Sol
CAHAYA
Menghamburkan cahaya
Koloid
Belerang
Pembuatan sol
Menghamburkan cahaya
Koloid
Fe(OH)3
Pembuatan Agar-Agar
Menghamburkan cahaya
Koloid
pemanasan
Pembuatan Agar-agar Menghamburkan cahaya
Koloid
tanpa proses
disertai proses
pemanasan
Pencampurab Air
Menghamburkan cahaya
Koloid
dengan solar
Pencampuran susu
Menghamburkan cahaya
Koloid
dengan air
Pencampuran susu
Menghamburkan cahaya
Koloid
dengan cuka
Pembahasan
a. Pembuatan sol Belerang
Pada proses pembuatan sol Beerang, dilakukan penggerusan (penghalusan)
secara bertahap dan penambahan gula. Tujuan dari penggerusan
(penghalusan) dan penambahan gula tersebut adalah untuk memperoleh
tingkat kehalusan tertentu. Penambahan gula dimaksudkan sebagai
pemecah partikel Belerang sehingga dapat dilarutkan dalam air.
Berdasarkan uraian tersebut, pembuatan sol Belerang dilakukan dengan
cara Dispersi, yaitu cara mekanik dengan menggerus gula sebagai zat
Inert dari Belerang.
b. Pembuatan sol Fe(OH)3
Pada proses pembuatan sol Fe(OH)3, dilakukan proses pemanasan, yang
ditujukan untuk mempercepat proses pendispersian. Warna cokelatkemerahan menunjukkan bahwa sol Fe(OH)3 sudah terbentuk. Berdasarka
uraian tersebut, pembuatan sol Fe(OH)3 dilakukan dengan cara kondensasi,
yaitu reaksi hidrolisis, karena koloid tersebut dibuat dengan
menambahkan air dan garam FeCl3
Reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
FeCl3(aq) + 3H2O (l) Fe(OH)3 (s) + 3HCl (aq)
c. Pembuatan Agar-agar
Pada proses pembuatan agar-agar yang disertai denggan proses
pemanasan dimaksudkan agar butir-butir kasar endapan agar-agar dapat
menjadi partikel koloid dengan bantuan pemeptisasi.
Berdasarkan hasil pengamatan maka, agar-agar tergolong jenis koloid
emulsi padat dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi padat.
Cara pembuatan agar-agar tersebut, termasuk cara disperse, yaitu cara
peptisasi, karena membutuhkan zat pemecah berupa air untuk mengubah
partikel kasar menjadi partikel koloid.
d. Pencampuran Air, Solar, dan sabun
Pada proses penambahan solar ke dalam air (aquades), akan membentuk
G. KESIMPULAN
Berdasarkan praktiku di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan cara Dispersi dan
Kondensasi.
Cara Dispersi adalah pemuatan koloid dari partikel-partikel kasar
menjadi partikel-partikel yang lebih halus (koloid), misalnya dengan
cara disperse mekanik, yaitu partikel besar digerus menjadi partikel
koloid
Contohnya pada pembuatan sol Belerang
Sedangkan cara kondensasi adalah pembuatan koloid dari partikelpartikel halus menjadi partikel-partikel yang lebih kasar melalui suatu
reaksi kimia, misalnya dengan cara hidrolisis.
Contohnya, pada pembuatan sol Fe(OH)3
2. Salah satu sifat koloid adalah efek tyndall.
Ketika larutan koloid diuji dengan mengunakan senter, maka partikel
koloid akan menghamburkan cahaya ke segala jurusan (arah), sehingga
jalannya sinar (berkas cahaya) dalam larutan koloid dapat terlihat ,
namun partikel terdispersinya tidak terlihat.
3. Sistem Dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, cair, atau
gas.
Gas ke dalam zat pendispersi dalam fase padat, cair, atau gas.
Gas yang terdispersi dalam gas tidak akan menghasilkan koloid. Sistem
koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan fase
pendispersinya.
Sistem koloid dari partikel padat yang wujudnya berada di antara
padat dan cair yang dapat terbentuk dari satu sol yang terdispersinya
mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak
padat disebut gel.
Sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya zat
cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat
cair itu tidak saling melarutkan