Anda di halaman 1dari 9

“KOLOID DALAM PUDING”

1. Judul : Membuat Puding sebagai salah satu jenis koloid

2. Tujuan percobaan:
Untuk mengenal jenis-jenis koloid
Untuk mengetahui cara pembuatan salah satu jenis koloid yaitu puding
Untuk mengetahui koloid-koloid dalam kehidupan sehar-hari
Untuk mengetahui puding termasuk koloid berjenis apa

3. Landasan teori
Pengertian Koloid
Koloid adalah materi yang mempunyai ukuran partikel 1 – 1000 nm, yang mana pada ukuran
tersebut partikel dapat melewati kertas saring tetapi tidak dapat melewati membran hewan
atau tumbuhan

Sifat-sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya ke segala arah.
Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan larutan dengan koloid, sebab larutan
tidak memiliki sifat menghamburkan cahaya dan dapat menjelaskan buramnya dispersi koloid
(minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya, namun jika keduanya dicampur akan
menghasilkan koloid yang nampak seperti susu)

b. Gerak Brown
Gerak brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak dan lurus tapi tidak
menentu, hal ini diakibatkan tabrakan dengan medium pendispersinya.

c. Absorpsi
Ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid
yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel
Catatan: absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang terjadi di dalam suatu partikel

d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispesi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik
seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis
adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke
dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan
bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan
muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan
untuk menggumpalkan debunya.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling
koloid. Contoh: agar-agar.
-Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan
pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium
pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah koloid cairan dalam medium cair. Agar larutan koloid stabil, ke dalam koloid
biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut.
Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik
pada kedua cairan yang membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari
emulsi minyak dan air.

Pembuatan Koloid
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan
partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit
sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
2. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) + HC
3. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
4. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn H3AsO3
encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3
5. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam
larutan kalsium asetat jenuh.

2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi
yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
1. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan
butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan
kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan
dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling
koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
2. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion
sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah. Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan
FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S
karet dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar dipeptisasi oleh air.
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat
logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk
partikel koloid berupa debu di dalam air.

4. Cara Ultrasonik
yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)

Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid,
dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat
dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak
dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam
koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong.
Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro
dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis.
Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci darah”
dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.

Struktur dan Karakteristik Gel


Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding sel
rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari
monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan diperjualbelikan.
Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas.
Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk
kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-
kisi ini dimanfaatkan dalam elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul
objek akibat perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat
untuk menyangga tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam kultur
jaringan.
Histeresis Gel
Histeresis adalah gejala yang dimiliki oleh agar-agar dan sejumlah bahan gel lainnya, yang
berhubungan dengan suhu transisi fase padat-cair. Agar-agar mulai mencair pada suhu 85 °C
dan mulai memadat pada suhu 32-40 °C. Jadi tidak seperti air yang memadat dan mencair pada
titik suhu yang sama.
Gel
Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar bersifat seperti gelatin: padatan
lunak dengan banyak pori-pori di dalamnya sehingga bertekstur 'kenyal'. Sifat ini menarik
secara indrawi sehingga banyak olahan makanan melibatkan agar-agar: pengental sup, puding
(jelly), campuran es krim, anmitsu (di Jepang), agar-agar dikenal luas di daerah Asia Tropika
sebagai makanan sehat karena mengandung serat (fiber) lunak yang tinggi dan kalori yang
rendah. Kandungan serat lunak yang tinggi membantu melancarkan pembuangan sisa-sisa
makanan di usus (laksatif).
Selain digunakan sebagai makanan, agar-agar juga digunakan secara luas di laboratorium
sebagai pemadat kemikalia dalam percobaan, media tumbuh untuk kultur jaringan tumbuhan
dan biakan mikroba, dan juga sebagai fase diam dalam elektroforesis gel. Di laboratorium, agar-
agar (biasanya dikemas dalam bentuk bubuk) dikenal sebagai agar atau agarosa saja.

4. Cara pembuatan
Bahan-bahan :
susu cair tawar 800 ml
coklat bubuk 20 gr
gula pasir 125 gr
agar-agar bubuk 1 bungkus
dark cooking chocolate 100 gr (dipotong-potong)
telur 1 butir (gunakan kuningnya saja)
garam 1/8 sdt

Cara membuat :
Siapkan panci lebih dahulu. Masukkan susu cair, coklat bubuk, gula pasir, garam, dan agar-
agar bubuk
Gunakan nyala api sedang pada kompor Anda. Aduk adonan perlahan-lahan sampai
mendidih.
Potongan dark cooking chocolate dimasukkan, aduk-aduk adonan hingga larut dan tercampur
rata.
Matikan api kompor dulu.
Siapkan kuning telur dalam mangkok, lalu tuangkan sedikit rebusan adonan diatas ke
dalamnya, aduk sampai merata.
Lalu masukkan campuran kuning telur tersebut ke dalam panci berisi rebusan adonan
pertama.
Gunakan api sedang untuk memasak rebusan adonan hingga mendidih sambil diaduk-aduk.
Matikan api kompor lalu tuang cairan rebusan adonan ke dalam cetakan.
Biarkan dulu adonan puding selama 30 menit.
Bila adonan sudah dingin, masukkan ke dalam kulkas.
Saat adonan sudah mengeras, maka puding coklat siap dihidangkan.

5. Diskusi hasil pengamatan


- Puding merupakan salah satu jenis koloid padat-cair (gel)

6. Kesimpulan
Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas.
Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk
kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair.
Puding merupakan salah satu contoh jenis koloid gel.
Laporan kimia
Sistem koloid

Oleh:
Laisa Awidiya
Eunike Politon
Valentsia riewpassa
Hadis Arahman
Fringe Kandioh

Kelas:
11 MIPA 3

SMA Negeri 1 Airmadidi

Anda mungkin juga menyukai