Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan karya ilmiah
yang berjudul “Larutan Koloid dan Sifat Koligatif Larutan” ini dengan baik.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat. Rasa
terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
karya ilmiah ini bisa selesi dengan baik.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar
(1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan
kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini
juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta
awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari.
Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan
meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan
osmotik. Sifat koligatif larutan ini sangat banyak kegunaan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kita tahu bahwa penerapan ilmu pengetahuan sudah sangat mengiringi
semua kegiatan manusia sehari – hari dari yang merugikan hingga yang
membuat manusia mendapat keuntung besar dari berbagai sektor bidang ,
sesungguhnya makalah ini akan membahas tentang penggunaan pelajaran kimia
yang terdapat bab sifat koligatif larutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu koloid?
2. Sifat-sifat koloid
3. Bagaimana penerapan koloid?
4. Apa itu sifat koligatif?
5. Penerapan sifat koligatif?
C. Tujuan
1. Mengetahui arti koloid
2. Mengetahui sifat-sifat koloid
3. Mengetahui penerapan kolid
4. Menetahui arti dari sifat koligatif
5. Mengetahui penerapan dari sifat koligatif
BAB II
PEMBAHASAN
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau
suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai
dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan
partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul
yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai
ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid
belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul
S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai
diameter sekitar 6 x 10-7.
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang
cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang
ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar.
Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan
tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid
(gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-
partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat
sulit diamati.
b. Gerak Brown
Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan
untuk melihat partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid tampak
bergerak terus-menerus, gerakannya patah-patah (zig-zag), dan arahnya tidak
menentu. Gerak sembarang seperti ini disebut gerak Brown. Gerak Brown
ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown
( 1773 – 1858), pada tahun 1827.
Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara
partikel-partikel koloid dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak Brown
akan makin cepat, jika partikel-partikel koloid makin kecil. Gerak Brown adalah
bukti dari teori kinetik molekul.
c. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana
mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid
bermuatan listrik?
Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti
partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan
ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang bermuaran positif akan menuju
elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang bermuatan negatif akan
menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid dalam
medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan
untuk menentukan jenis muatan koloid.
d. Absorpsi
Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain
pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
partikel. (Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3
bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3
bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
e. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses
koagulasi ini terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil
bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada
sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid
tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal). Koagulasi dengan
cara menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut:
1) Penambahan Zat Elektrolit
Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid
tersebut akan terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila ditambah asam
asetat, maka lateks akan menggumpal. Dalam koagulasi ini ada zat elektrolit yang
lebih efisien untuk mengoagulasikan koloid bermuatan, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang
muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH) 3 adalah koloid
bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1.
b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang
muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3 adalah koloid bermuatan
negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl
f. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses
pembuatan koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan
membran semipermeable. Proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara
menyaring menggunakan membran/selaput semipermeabel disebut dialisis .
Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam
sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat
melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak
dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah
tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus
selaput bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses
pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak
berfungsi lagi.
g. Koloid Pelindung
Untuk sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu koloid
yang dapat melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi. Koloid pelindung
ini akan membungkus atau membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang
dilindungi. Koloid pelindung ini sering digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es
krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya tidak menggumpal. Koloid
pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi disebut emulgator (zat
pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam air,
emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang dikandung air susu). Sabun dan
detergen juga termasuk koloid pehindung dari emulsi antara minyak dengan air
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke
dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau
karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel
koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat
berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika
terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas
yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel
koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih
mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa
langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan
cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut
akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif
melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Berikut ini adalah penerapan – penerapan sifat dalam kehidupan sehari – hari :
di mana Kf adalah konstanta penurunan titik beku molal (dalam satuan °C/m) dan
m adalah molalitas larutan.
Contoh penerapan :
a.) Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah
0oC. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat
es putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke
dalam air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam
dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada
pencampuran itu, es batu akan mencair sedangkan suhu campuran turun.
Sementara itu, campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain
yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam
cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran membeku.
2. Air mendidih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini,
tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair
diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan
selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel – partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa
penguapan partikel – partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel –
partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih
larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih. Contohnya
air mendidih pada 100 oC
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses
apapun. Koloid juga saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel
koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem
koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
Koloid dibedakan menjadi 5 macam, yaitu aerosol, sol, emulsi, gel, dan buih.
Sifat koligatif kelarutan adalah hal yang sangat umum digunakan untuk
kehidupan manusia di kesehariannya, dengan adanya sifat koligatif ini sangatlah
membantu untuk kemajuan teknologi dalam pengembangan kehidupan.
B. Saran
Saran untuk makalah larutan koloid dan sifat koligatif larutan antara lain
agar makalah ini dapat dimanfaatkan bagi masyarakat terutama dalam kehidupan
sehari – hari. Karena seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa larutan koloid
dan sifat koligatif larutan mempunyai keunikan atau kekhasan masing – masing
yang bila dimanfaatkan akan menimbulkan atau memberikan manfaat yang besar
bagi masyarakat.
C. Daftar Pustaka
Purba, Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: ERLANGGA
Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.
romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/Koloid.pdf
kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web