Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Surveilans Epidemiologi mempunyai peran yang sangat penting
se bagai intelijen penyakit dan mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi
epidemiologi untuk manajemen kesehatan, mendukung pengambilan keputusan
dan penyusunan perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta sistem kewaspadaan dini
kejadian luar biasa (SKD-KLB). Dalam konteks desentralisasi, daerah dituntut untuk
dapat mandiri dan mampu melaksanakan surveilans epidemiologi secara profesional

Saat ini System Surveilans belum berjalan dengan baik karena berbagai faktor
yang harus segera di tangani dan di selesaikan bersama. Efektivitas beberapa program
penting di tingkat kabupaten masih menghadapi masalah karena kapasitas terbatas
mendefinisikan masalah lokal yang nyata, pemahaman definisi, keterampilan pada
pembuatan policy berbasis bukti, penyediaan data yang valid dan dapat diandalkan
belum optimal

Masalah-masalah ini memberikan dampak yang signifikan pada alokasi


anggaran karena situasi yang kompetitif dengan sektor lain. System Surveilans belum
berjalan secara optimal karena berbagai faktor yang harus segera di tangani dan
selesaikan bersama sehinga Perlunya ada Tim /pokja yang mengunakan pendekatan
epidemiologi dalam menyelesaikan permasalahan Kesehatan (DEST dan PEST) .
pendekatan tang digunakan untuk menyelesaikan masalah pada proses program
Kesehatan adalah QIP (Quality Improvement Process). Surveilans epidemiologi
kesehatan adalah suatu kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien . Penerapan
metode surveilans epidemiologi kesehatan disesuaikan dengan kajian atau dasar
kejadian yang memerlukan kegiatan surveilans. Kegiatan surveilans berdasarkan
jenisnya dapat dilakukan berupa surveilans individu, surveilans penyakit, surveilans
1
sindromik, surveilans laboratorium, surveilans terpadu dan surveilans global dalam
kegiatan pokok surveilans epidemiologi kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu Metode Qip ?

1.2.2 Bagaimana Sistem Kewaspadaan Dini Dan Respon (SKDR) Penyakit Potensial
KLB ?

1.2.3 Bagaimana Konsep Dasar Implementasi Sk Dest Kota Kupang Dalam


Penanggulangan Covid 19 Dan Penyakit Lainnya ?

1.2.4 Bagaimana Implementasi Pest Dalam Penanggulangan Stunting ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Metode Qip

1.3.2 Untuk mengetahui Sistem Kewaspadaan Dini Dan Respon (Skdr) Penyakit
Potensial Klb

1.3.3 Untuk mengetahui Konsep Dasar Implementasi Sk Dest Kota Kupang Dalam
Penanggulangan Covid 19 Dan Penyakit Lainnya

1.3.4 Untuk mengetahui Implementasi Pest Dalam Penanggulangan Stunting

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengenalan Metode Qip (Quality Improvement Process)


System Surveilans belum berjalan secara optimal karena berbagai faktor yang
harus segera di tangani dan di selesaikan bersama. Masalah-masalah ini memberikan
dampak yang signifikan pada alokasi anggaran karena situasi yang kompetitif dengan
sektor lain. System Surveilans belum berjalan secara optimal karena berbagai faktor
yang harus segera di tangani dan selesaikan bersama sehinga perlunya ada Tim
/pokja yang mengunakan pendekatan epidemiologi dalam menyelesaikan
permasalahan Kesehatan (DEST dan PEST). Pendekatan yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah pada proses program Kesehatan adalah QIP (Quality
Improvement Process).

Berikut langkah-langkah metode Qip :


1. Reason for Improvement
a) Tujuan & Aktivitas : Identifikasi Permasalahan / Memilih Prioritas:
Area masalah yang paling efektif dan efisien untuk diatasi Research for
themes , Multivoting , Theme selection matrix , Flow Chart
b) Keluaran : Area Permasalahan yg terpilih (tema)
Pada bagian ini,dilakukan untuk mengidentifikasi Dan Membuat Daftar Masalah
sebagai berikut :
a) Program TB
1) Tenaga laboratorium di beberapa puskesmas kosong.
2) Double Job Program Bagi Pragramer TB di Puskesmas
3) Keterlambatan Penginputan Laporan di aplikasi SITB
4) Koordinasi Logistik TB antara pengelola program TB dan petugas
Gudang Farmasi Dinkes masih belum berjalan dengan baik
5) kolaborasi Petugas TB dan HIV Puskesmas belum maksimal di
Puskesmas
6) Sosialisasi Penemuan Kasus dan Pengobatan TB pada penderita DM
Masih kurang (semua puskesmas)

3
b) Program HIV
1) Logistik kurang terpenuhi, masih berharap pemenuhan logistik dari
provinsi
2) Pencatatan Pelaporan Puskesmas yang belum tepat waktu
3) Beberapa puskesmas terkendala terkait ketepatan pengiriman laporan
via online dikarenakan laptop programer tidak mensupport aplikasi
SIHA Online
4) Minimnya Layanan ARV bagi penderita HIV
5) Koordinasi antar atasan dan staf belum maksimal
6) Koordinasi dengan petugas petugas gudang yang belum maksimal
7) Programer HIV yang double job

c) Program Kusta dan Frambusia


1) Mutasi dan pergantian Programer Kusta dan Frambusia yang sudah
Terlatih
2) Kurangnya Motivasi Programer PKM untuk penemuan kasus k
3) Kurangnya pendanaan baik Tingkat dinas maupun Puskesmas
4) Khusus progaram frambusia sudah tidak dianggarkan 5. Tidak ada
kegiatan pada hari kusta sedunia
5) Tidak ada kegiatan Koordinasi di tingkat provinsi

d) Program Diare
1) Kurangnya koordinasi programer Diare ke Programer Dinas
Tentang Program Diare

e) Program DBD
1) Alat Fogging di dinas kesehatan sudah banyak yang rusak
2) Pelaksanaan kegiatan fogging tidak maksimal

f) Program ISPA

4
1) Sering terjadi pergantian Programer Terlatih
2) Banyak Programer dari Non PNS dan tidak ada pendaping dari PNS
3) Pengiriman Laporan Tidak Tepat Waktu
4) Kegiatan tidak masuk di BOK puskesmas yang mengakibatkan
programer puskesmas kurang termotivasi dalam melaksanakan
kegiatan

g) Program Hepatitis
1) Program Hepatitis di Kabupaten Buton Tengah belum terlaksana
(belum ada logistik)

2. Current Situation
a) Tujuan dan Aktivitas : Memilih masalah dengan tepat dan menentukan
target peningkatan seperti Mengumpulkan data (untuk mengukur kinerja
proses ) , Membuat problem statement , Menentukan target peningkatan
b) Keluaran : Problem Statement dan Target penyelesaian. Target waktu
penyelesaian sangat tergantung akar masalah yg akan di intervensi

3. Analysis
a) Tujuan dan aktivitas : Analysis Masalah Kesehatan (Analisis akar penyebab
masalah dengan Analysis FishBone diagram ) seperti , Analisis penyebab
dan akibat ,Identifikasi tindakan yg berkaitan dengan akar masalah ,
Memilih akar masalah dengan impact terbesar , Verfikasi akar masalah
b) Keluaran : Akar penyebab /masalah dengan impact terbesar

4. Countermeasure
a) Tujuan dan aktivitas : Merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah
penanggulangan yang akan mengkoreksi/ mengintervensi akar penyebab
masalah seperti mengembangkan langkah langkah penanggulangan,
mengembangkan rencana aksi serta menerapkan langkah-langkah
penanggulangan

5
b) Keluaran : Cost benefit analysis,Countermeasure matrix dan Barier and
analysis, Action plan

5. Result
a) Tujuan dan Aktivitas : mengkonfirmasi bahwa masalah dan akar
penyebabnya telah menurun/ada perubahan dan peningkatan target telah
terpenuhi yaitu sebelum dan sesudah perbandingan menggunakan indikator
yang sama (gunakan grafik atau bagan yang sama), jika ya maka pergi ke
Langkah 6 (standardisasi), jika Tidak kemudian kembali ke Langkah 3 dan
4
b) Keluaran : Hasil intervensi (Perbandingan indicator yg sama sebelum dan
sesudah intervensi)

6. Standardization
Pada tahap ini menggambarkan hasil yang diukur menunjukkan bahwa target
telah tercapai atau belum.
a) Tujuan dan Aktivitas : Mencegah suatu masalah serta akar masalahnya
terjadi terulang lagi, memastikan tindak lanjut, menggunakan proses yang
sedang distandarkan atau pertimbangan untuk replikasi area lain.
b) Keluaran : Daftar Check list, Sistem monitoring, Buat pedoman, Pola
piker→ kebiasaan

7. Future plan
a) Tujuan dan aktivitas : Evaluasi Perencanaan dan efektifitas Tim, melakukan
review untuk lessons learned, rencanakan action plan lebih lanjut
b) Keluaran : REVIEV P-D-C-A Lessons learned (Plan-Do-Checkt-Act)
Semua program dapat dilakukan dengan baik bila adanya : DUKUNGAN
PIMPINAN, TIM EFEKTIF, EVIDENT BASE, KOMITMEN

2.2. Sistem Kewaspadaan Dini Dan Respon (SKDR) Penyakit Potensial KLB
Situasi Global Covid-19 dan Hepatitis Akut yang tidak diketahui penyebabnya
kasus Di Indonesia pengamatan SKDR upaya yang dilakukan yaitu update sistem
DTO. Instruksi Presiden nomor 4 tahun 2019
6
Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah
Penyakit, pandemi Global, dan
Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia.
Jenis Surveilans Kesehatan berdasarkan Penyelenggaraan :

1. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR), Early Warning Alert Response and
Systems (EWARS) / Indicator Based Surveillance (IBS)

Sistem yang mendeteksi adanya ancaman indikasi KLB penyakit menular yang
dilaporkan secara mingguan, yang dapat menampilkan alert atau sinyal peringatan dini
adanya peningkatan kasus penyakit melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah . Alert
atau sinyal peringatan dini yang muncul pada sistem bukan berarti sudah terjadi KLB
tetapi merupakan pra-KLB yang mengharuskan petugas untuk melakukan respon cepat
agar tidak terjadi KLB.

2. Penyakit dan gejala yang diamati

a) Diare Akut
Merupakan BAB yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya
3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7
hari)
b) Malaria Konfirmasi
c) Tersangka Demam Dengue
7
d) Pneumonia
e) Diare Berdarah
f) Tersangka Demam Tifoid
Penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, dengan gejala demam
naik turun, gangguan pencernaan, dan kadang disertai gangguan kesadaran.
g) Jaundice Akut
h) Merupakan Kumpulan gejala yang terdiri dari kulit dan sklera berwarna kuning
dan urine berwarna gelap yang timbul secara mendadak . Jaundice Akut
menangkap penyakit yang tidak termasuk di dalam daftar 23 penyakit SKDR,
misalnya Hepatitis A, Yellow Fever, dsb.
i) Tersangka Chikungunya
j) Tersangka Flu Burung pada Manusia
k) Tersangka Campak
l) Tersangka Difteri
m) Tersangka Pertussis
n) AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
o) Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
p) Tersangka Antrax
q) Tersangka Leptospirosis
r) Tersangka Kolera
s) Kluster Penyakit ygtdklazim
t) Tersangka Meningitis/Encephalitis
u) Tersangka Tetanus Neaonatorum
v) Tersangka Tetanus
w) ILI
x) HFMD

3. Mekanisme kerja sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR)


a) Bidan, Pustu, serta jejaring di bawah Puskesmas melaporkan kasus kepada
petugas surveilans di Puskesmas
b) Petugas surveilans Puskesmas mengkompilasi laporan dan memasukkan ke
website SKDR.

8
c) Petugas dari laboratorium dan Rumah Sakit memberikan laporan ke website
SKDR
d) Petugas di Dinkes Kabupaten/Kota memverifikasi alert di website SKDR --
> kunjungan langsung dan/atau memeriksaan hasil ke laboratorium (bila
perlu) --> hasil verifikasi dimasukkan ke website SKDR
e) Dinkes Provinsi dan Pusat dapat mengakses laporan tersebut di website
SKDR

2.3. Konsep Dasar Implementasi Sk Dest Kota Kupang Dalam Penanggulangan


Covid-19 Dan Penyakit Lainnya
1) Dasar Hukum

a. Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit


Menular(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273)
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang
Jenis Penyakit MenularTertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 503)
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan;
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/Menkes/ SK/VIII/2003 Tahun
2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004 Tahun
2004 tentang Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa

2) Konsep Dasar Dibentuknya Dest (District Epidemiologi Surveilans Tim) Kota


Kupang
Masih tingginya masalah kesehatan masyarakat di Kota Kupang, terutama
masalah penyakit menular yang berpotensi wabah/klb termasuk penyakit baru maupun
penyakit yang sudah dieliminasi dan menjadi masalah kesehatan kembali, serta
masalah kesehatan lainnya. Untuk penanggulangan penyakit dan masalah kesehatan

9
tersebut, diperlukan kegiatan pengamatan terus menerus, dan dilaksanakan secara
sistematis terhadap penyakit atau masalah kesehatan tersebut serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya agar dapat dilakukan tindakan perbaikan atau penelitian, melalui
kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis/interpretasi data, desiminasi
informasi dan komunikasi ke berbagai pihak terkait. Mendukung program
penanggulangan penyakit dan masalah kesehatan, dalam rangka Perencanaan,
Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan kesehatan terhadap penyakit atau
masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit perlu dilakukan surveilans epidemiologi kesehatan . Kegiatan
pokok surveilans epidemiologi kesehatan antara lain :

a. Pengumpulan/pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya.


b. Pengelola data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan.
d. Perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya.
e. Evaluasi penilaian kegiatan.
Kegiatan pokok Surveilans Epidemiologi Kesehatan dalam upaya
penanggulangan penyakit menular dan masalah kesehatan di Kota Kupang, tidak
dapat dilakukan oleh satu unsur/bagian/bidang tertentu saja, tetapi memerlukan
kerjasama tim sehingga akan memberikan rekomendasi yang tepat dan akhirnya
keputusan pimpinan yang tepat pula dalam tujuan penanggulangan penyakit menular
atau masalah kesehatan. Tim tersebut adalah Tim Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Kota Kupang atau DEST (District Epidemiologi Surveilans Tim) Kota Kupang.

3) Susunan Tim Dest Kota Kupang


a. PENGARAH : Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang
Bertanggungjawab dalam pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Kesehatan di
Tingkat Kota Kupang dan Mengambil Keputusan Berdasarkan Kebijakan yang
berlaku
b. KETUA PELAKSANA : Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Kupang

10
Melakukan Pengawasan Kegiatan Surveilans Epidemiologi Kesehatan.,
Melakukan Koordinasi internal dan eksternal, dan Memberikan Rekomendasi
Kepada Pengambil Kebijakan.

4) Anggota Tim
TIM PENGEMBANGAN SURVEILANS, MONITORING DAN EVALUASI
MASALAH KESEHATAN :
1. Tugas Tugas
a. Melakukan penyiapan instrumen pengumpulan data
b. Melakukan pengumpulan data
c. Melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap rumor kesehatan
d. Melakukan investigasi
e. Melakukan analisis data secara deskriptif dan analitik
f. Melakukan kajian dan evaluasi masalah kesehatan serta rekomendasi
g. Melaksanakan kewaspadaan dini kasus berpotensi KLB/Wabah
h. Membuat Laporan hasil kegiatan tim
Koordnator : Kepala Bidang P2P
Sekretaris : Sub Koordinator Program Surveilans dan Imunisasi
Anggota :
a. Sub Koordinator Program P2PM, dan Staf
b. Sub Koordinator Program P2PTM, dan Staf
c. Staf Program Surveilans dan Imunisasi

TIM VERIFIKASI, ANALISIS, PENGEMBANGAN TATALAKSANA KASUS


1. Tugas Tugas
a. Melakukan verifikasi data
b. Melakukan pemeriksaan fisik dan diagnosis kasus di faskes dan populasi
berisiko di masyarakat
c. Melakukan analisis tatalaksana kasus
d. Melakukan pengembangan tatalaksana kasus sesuai perkembangan klinis
penyakit

11
e. Melakukan pelayanan kesehatan
f. Membuat rekomendasi kepada program terkait
g. Membuat laporan hasil kegiatan tim
Koordinator : Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
Sekretaris : Kepala IFK Kota Kupang

Anggota :
a. Sub Koordinator Program Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional,
dan staf
b. Sub Koordinator Program Pelayanan Kesehatan Rujukan, dan staf
c. Sub Koordinator Program Peningkatan Mutu Kesehatan, dan staf
d. Sub Koordinator Program KIA dan Gizi Masyarakat, dan staf

TIM PENGEMBANGAN KINERJA LABORATORIUM


Tugas Tugas
a. Melakukan Pengawasan Pemeriksaan sampel
b. Melakukan pengumpulan data pemeriksaan laboratorium
c. Melakukan rujukan sampel (bila perlu)
d. Melakukan analisis dan evaluasi kinerja laboratorium
e. Membuat rekomendasi kinerja laboratorium
f. Membuat laporan hasil pemeriksaan
Koordinator : Ka. Bidang Sumber Daya Kesehatan
Sekretaris : Ka. UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Kupang
Anggota :
a. Sub Koordinator Program Kefarmasian, dan staf
b. Sub Koordinator Program Kesling, Kesehatan Kerja dan Olahraga, dan staf
c. Sub Koordinator Program Alat Kesehatan & Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga, dan staf
d. Staf pada UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Kupang
e. Sub Koordinator Program Sumber Daya Manusia Kesehatan, dan staf

TIM PERENCANAAN, ADVOKASI DAN SOSIALISASI

12
Tugas Tugas
a. Menyusun perencanan program dan alokasi penganggaran kegiatan
b. Menyusun bahan Advokasi untuk mendapatkan dukungan kebijakan dari
pemerintah daerah
c. Melakukan sosialisasi kebijakan pemerintah daerah tentang perkembangan
penanganan masalah kesehatan
i. Membuat Laporan hasil kegiatan tim
Koordinator : Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (KESMAS)
Sekretaris : Sub Koordinator Program Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Anggota :
a. Kasubag Umum dan Kepegawaian, dan Staf
b. Kasubag Keuangan dan Perlengkapan, dan Staf
c. Sub Koordinator Program Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, dan
staf
d. Sub Koordinator Program KIA dan Gizi Masyarakat, dan staf
e. Staf Program Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
f. Tim Sistim Informasi Kesehatan (SIK) Bidang pada Dinas Kesehatan
Kota Kupang

5)Tujuan
a. Terciptanya tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang
terintegrasi antara unit/bagian/bidang penyelenggara surveilans dengan
laboratorium, sumber-sumber data, penelitian, kajian dan penyelenggara program
kesehatan lainnya, sehingga penanggulangan penyakit menular atau masalah
kesehatan dapat segera ditangani.
b. Memberikan rekomendasi pengendalian penyakit menular atau masalah
kesehatan secara tepat
c. Mendukung diperolehnya keputusan tentang pengendalian penyakit menular atau
masalah kesehatan lainnya secara tepat

6)Alur Koordinasi Dalam Pelaksanaan DEST

13
Ketua Tim Pelaksana
Tim Pengembangan Surveilans, Monitoring Dan Evaluasi Masalah Kesehatan :
a. Tim Perencanaan, Advokasi Dan Sosialisasi Dan Tim Verifikasi, Analisis,
Pengembangan Tatalaksana Kasus

b. Tim Pengembangan Kinerja Laboratorium


c. Data Covid-19 Dan Penyakit Lainnya
d. Data Masalah Kesehatan Lainnya
e.
7) SITUASI KASUS COVID-19 DALAM MASA PPKM DI KOTA KUPANG
MINGGU KE- 19 (15 MEI) TAHUN 2022
1. PPKM Di Kota Kupang Ditetapkan Berdasarkan :
a. Kmk Ri No. Hk. 01.07/Menkes/4805/2021 Tentang Indikator Penyesuaian
Upaya Kesehatan Masyarakat Dan Pembatasan Sosial Dalam
Penanggulangan Pandemi Covid 19 Tanggal 30 Juni 2021
b. Inmendagri Yang Ditetapkan Setiap 2 Minggu, Dan Inmendagri Terakhir
Yang Dikeluarkan Adalah : Inmendagri No 25 Tahun 2022 Tentang Ppkm
Level 3, Level 2 Dan Level 1 Serta Mengoptimalkan Posko Penanganan
Covid-19 Ditingkat Desa Dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran
Covid 19 Di Wilayah Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Dan Papua. Tanggal 09 Mei 2022
2. Indikator Penyesuaian Upaya Kesehatan Masyarakat Dan Pembatasan Sosial Dalam
Penanggulangan Pendemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Keadaan S/D 15
Mei 2022
a. Level Transmisi
b. Tingkat Transmisi Komunitas
c. Kapasitas Respon
d. Level Situasi Pandemi
e. Upaya Kesehatan Masyarakat Dan Pembatasan Sosial Berdasarkan Level
Situasi
8) IMPLEMENTASI DEST DALAM PENANGGULANGAN COVID-19
DI KOTA KUPANG

14
Data Yang Digunakan Adalah
Sesuai Data Situasi S/D Minggu Ke-19 (15 Mei 2022) serta diperoleh dari
BIDANG P2P DAN FASKES SE-KOTA KUPANG

2.4. Implementasi Pest Dalam Penanggulangan Stunting


Pengertian
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis sehingga anak lebih pendek untuk seusianya. (Kekurangan gizi terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada masa awal kehidupang setelah lahir ,tetapi baru tampak
setelah anak berusia 2 tahun . Periode terjadinya gangguan tumbuh Stunting dapat
terjadi sejak dalam kandungan dan dapat berlanjut umumnya sampai 2 tahun pertama
setelah lahir . Periode dari saat konsepsi sampai anak berusia 2 tahun (1000 hari
pertama) telah teridentifikasi merupakan masa yang paling kritis dalam kesempatan
untuk memberi intervensi

15
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi sehingga penanganannya perlu dilakukan
oleh multisektor :
a. Praktek pengasuhan yang tidak baik
b. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC Ante Natal Care, Post
Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
c. Kurangnya akses ke makanan bergizi
d. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi

Dampak stunting
1. Dampak Kesehatan
a. Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus)
b. Hambatan perkembangan kognitif dan motorik
c. Gangguan metabolik pada saat dewasa à risiko penyakit tidak menular
(diabetes, obesitas, stroke, jantung)

2. Dampak Pertumbuhan Penduduk


Stunting pada Balita:
a. 15 tahun mendatang menjadi generasi penduduk usia produktif
b. Menurunkan produktivitas SDM
c. Bonus Demografi tidak termanfaatkan dengan baik

3. Dampak Ekonomi
Potensi keuntungan ekonomi dari investasi penurunan stunting di Indonesia: 48 kali
lipat

3. Faktor Risiko Pendek Pada Bayi


a. Faktor ibu selama masa kehamilan dan sebelum hamil, ikut menentukan
panjang bayi lahir
b. Pertambahan berat badan selama kehamilan berpengaruh pada panjang lahir
bayi
4. Konsep Penanggulangan Stunting
1. Pencegahan : 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK)

16
2. Penanganan : STIMULASI – PENGASUHAN dan PENDIDIKAN
BERKELANJUTAN

5. Ada 2 Macam Pelaksanaan Surveilans


1. TEORITIS (FORMALITAS)
Terpenuhinya komponen-komponen surveilans :
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
c. Analisis Data
d. Penyebarluasan Informasi
e. Pengambilan Keputusan
2. FUNGSIONAL
à menghasilkan tujuan yang optimal, dengan indikasi :
a. Pengumpulan data dilakukan secara benar dan akurat
b. Pengolahan dilakukan secara tepat
c. Analisis data dilakukan secara tajam
d. Digunakan sebagai pengambilan keputusan
6. Indikator Keberhasilan
1. Tahap Input
Indikatornya :
a. Tersedianya laporan surveilans gizi dari tingkat desa.
b. Adanya tenaga pengelola data gizi di Kab/Kota.
c. Tersedianya biaya operasional surveilans gizi di Kab/Kota.
d. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data di Kab/Kota.
2. Tahap proses
Indikatornya :
a. Dilaksanakannya pengolahan dan analisis data surveilans gizi dari
puskesmas.
b. Dilaksanakannya diseminasi informasi hasil surveilans gizi lintas program
dan lintas sektor setiap 6 bulan.
c. Adanya kebijakan dan tindak lanjut yang dilakukan lintas program dan sektor
terkait
3. Tahap output
17
Indikatornya :
a. Tersedianya data dan informasi status gizi bayi dan balita.
b. Tersedianya data balita 2T dan BGM.
c. Tersedianya data balita gizi buruk.
d. Tersedianya data cakupan balita di posyandu (D/S)
e. Tersedianya data jumlah kasus gizi buruk yang dirujuk dan yang mendpt
penanganan lebih lanjut.
f. Tersedianya data pendampingan keluarga penderita gizi buruk pasca
perawatan.
g. Terdistribusinya informasi status gizi bayi dan balita secara berkala kepada
lintas program dan lintas sektor terkait.
h. Tersedianya data cakupan kapsul vitamin A.
i. Tersedianya data cakupan tablet Fe3 pada bumil.
j. Tersusunnya rencana tindak lanjut penanganan masalah gizi di wilayah
Kabupaten/Kota
7. Implementasi PEST
a. Perlu ada tim surveilans terpadu di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun
puskesmas.
b. Pelibatan lintas program
c. perencanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan

8. Tim Surveilans Provinsi


a. Tim Pengembangan Surveilans, Monitoring dan Evaluasi Masalah
Kesehatan,
b. Tim Verifikasi, Analisis, dan Pengembangan Tatalaksana Kasus,
c. Tim Pengembangan Kinerja Laboratorium,
d. Tim Perencanaan, Advokasi dan Sosialisasi.

9. Tugas pokok dan fungsi Tim Surveilans Provins


a. Tim Pengembangan Surveilans, Monitoring Dan Evaluasi Masalah Kesehatan
1) Melakukan penyiapan instrumen pengumpulan data;

18
2) Melakukan pengumpulan data;
3) Melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap rumor kesehatan;
4) Melakukan investigasi;
5) Melakukan evaluasi masalah secara deskriptif ;
6) Melaksanakan kewaspadaan dini kasus berpotensi klb/wabah;
7) Membuat laporan hasil kegiatan tim
b. Tim Verifikasi Dan Analisis Data Serta Pengembangan Tatalaksana Kasus
1. Melakukan verifikasi terhadap laporan yang dibuat oleh Tim Pengembangan
Surveilans, Monitoring dan Evaluasi Masalah Kesehatan
2. Melakukan analisis data secara deskriptif dan analitik;
3. Membuat laporan hasil kegiatan tim
c. Tim Pengembangan Kinerja Laboratorium
1. Melakukan pengumpulan sampel
2. Melakukan pemeriksaan khusus
3. Melakukan rujukan sampel
4. Pengembangan kapasitas laboratorium
5. Membuat laporan hasil pemeriksaan.

19
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Surveilans epidemiologi kesehatan adalah suatu kegiatan pengamatan yang
sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit
atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara
efektif dan efisien

Penerapan metode surveilans epidemiologi kesehatan disesuaikan dengan


kajian atau dasar kejadian yang memerlukan kegiatan surveilans. Kegiatan surveilans
berdasarkan jenisnya dapat dilakukan berupa : surveilans individu, surveilans
penyakit, surveilans sindromik, surveilans laboratorium, surveilans terpadu dan
surveilans global dalam kegiatan pokok surveilans epidemiologi kesehatan.

3.2. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai Integrasi Surveilans, diharapkan
pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang “Integrasi Surveilans” dan
dapat memanfaakannya dalam kehidupan sehari-hari.

20

Anda mungkin juga menyukai