Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROGRAM EVALUASI

OLEH

Nama Mahasiswa : Fajar Dwi Rohmad, A.Md.Kep.


NIM : 2021206203130P
Program Studi : S 1 Keperawatan
Semester :1
Tahun Akademik : 2021 / Gasal

S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan


memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil, dan
dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan yang
sistematis dari dampak program. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu usaha untuk
mengukur suatu pencapaian tujuan atau keadaan tertentu dengan membandingkan dengan
standar nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Juga merupakan suatu usaha untuk
mencari kesenjangan antara yang ditetapkan dengan kenyataan hasil pelaksanaan.
Menurut Wijono,1997 (dalam Wahyu 2016), evaluasi adalah prosedur secara
menyeluruh yang dilakukan dengan menilaimasukan, proses dan indikator keluaran untuk
menentukan keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Menurut WHO, 1990 (dalam wahyu,2016), pengertian evaluasi adalah suatu cara
sistematis untuk memelajari berdasarkan pengalaman dan mempergunakan pelajaran yang
dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan
perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan masa datang.
(Wahyu,2016)

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana program evaluasi keperawatan komunitas ?

b. Tujuan program evaluasi keperawatan komunitas ?

c. Prisip program evaluasi keperawatan komunitas ?

C. Tujuan

a. Mampu memahami program evaluasi keperawatan komunitas

b. Mampu menjelaskan tujuan evaluasi keperawatan komunitas

c. Mampu mengetahui perinsp evaluasi keperawatan komunitas


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu


program yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan,
dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan
demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di
masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program
(Yusuf, 2000:2).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaannya
sudah berhasil di capai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor ”kealpaan yang terjadi
” selama tahap pengkajian,analisa,perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius &
Bayne,1994).
Menurut Griffith & (Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang di
rencanakan,dan perbandingan yang sistimatik pada status kesehatan Klien.Dengan
mengukur perkembangan Klien dalam mencapai suatu tujuan,maka perawat bisa
menentukan efektifitas tindakan keperawatan.Meskipun valuasi di letakkan pada akhir
proses keperawatan,evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk enentukan apakah informasi yang telah di
kumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang di observasi sudah
sesuai.Diagnosa juga perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.Tujuan
dan intervensi di evaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut,dapat di capai
secara efektif.

B. Tujuan

Evaluasi adalah suatu tahap untuk menentukan manfaat atau nilai dari sesuatu. Selama
proses evaluasi, informasi dikumpulkan dan dianalisis untuk ditentukan kegunaan dan
signifikansinya. Perubahan yang ada dinilai, dan kemajuan didokumentasikan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( Klien telah mencapai tujuan yang di
tetapkan )
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( Klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan)
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (Klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan )

C. Prinsip Evaluasi

Sejalan dengan landasan teoritis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas,


program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang dikemukakan oleh W.K
Kellogg Foundation (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut :
a. Memperkuat program. Tujuan kita adalah promosi kesehatan dan peningkatan
kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaian tujuan ini dengan
cara menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan dalam mengkaji
program, dampaknya serta hasil akhir program tersebut.
b. Menggunakan pendekatan multipel. Selain pendekatan multidisiplin, metode
evaluasi mungkin banyak dan bermacam – macam. Tidak ada suatu pendekatan
yang lebih unggul, tetapi metode yang dipilih harus sejalan dengan tujuan
program.
c. Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata. Program berbasis dan berfokus
komunitas, yang berakar pada komunitas “nyata” dan berdasarkan pengkajian
komunitas harus memiliki rancangan evaluasi untuk mengukur kriteria mengenai
pentingnya program tersebut bagi komunitas.
d. Menciptakan proses partisipasi. Apabila anggota komunitas merupakan bagian
dari pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi, mereka pun harus
menjadi mitra dalam evaluasi.

e. Memungkinkan fleksibilitas. “Pendekatan ecaluasi harus fleksibel dan bersifat


preskriptif; jika tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya
perubahan yang sering kali meningkat secara tajam dan kompleks: (W.K Kellogg
Foundation, 1998, hal. 3)
f. Membangun kapasitas. Proses evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus
meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan perilaku individu yang terlibat di
dalamnya. Hal ini serupa dengan dengan konteks profesional maupun non
profesional.

D. Proses Evaluasi

Literatur mengenai evaluasi semakin banyak tersedia. Evaluasi program atau proyek
telah menjadi spesialisasi seluruh departemen dan firma konsultan yang berfokus pada
pengukuran dan evaluasi.
Demi mencapai tujuan kita (yaitu, membuat pendahuluan dari evaluasi program),
kita akan menggunakan suatu model 3 bagian. Pada model ini, kita akan mempelajari
proses implementasi program, dampak program, dan hasil program.
Pada bagian ini, kita akan berfokus pada promosi kesehatan dan program promosi
kesehatan yang dirancang untuk mempengaruhi populasi target melalui aktivitas terencana
(proses) yang mungkin menimbulkan efek yang cepat (dampak) dan efek yang lebih lama
(hasil). (Dignan & Carr, 1992, hal. 153).
1992, hal. 153).
Dampak (sumatif; hasil jangka pendek)
Proses (formatif) Hasil (jangka panjang)

Informasi yang Implementasi program, Efek segera program, sebagai contoh : Insidens dan prevalensi faktor
dikumpulkan termasuk : Pengetahuan Perilaku Persepsi risiko, morbiditas, dan mortalitas
Respons tempat Respons Ketrampilan Keyakinan
penerima Respons praktisi Akses terhadap sumber
Kompetensi personel
Dukungan sosial

Bilamana Implementasi awal program Untuk menentukan apakah faktor yang Untuk mengukur apakah insidens dan
diaplikasikan atau ketika terjadi perubahan mempengaruhi kesehatan baik dari individu prevalensi telah berubah. Sebagai
program (contoh, pindah maupun lingkungan telah berubah. Sebagai contoh, apakah angka imunisasi anak
ke tempat baru, diberikan contoh, apakah perilaku individu telah usia dua tahun telah meningkat?
kepada berubah?
populasi yang berbeda) Apakah jumlah pasien gangguan
Apakah kebijakan baru diimplementasikan? pernafasan mengalami
penurunan?

Apakah industri memfilter cerobong


polutannya?
Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :

a. Mengukur pencapaian tujuan klien

Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan di


gunakan dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan
klien,yang terdiri dari bebrapa komponen,meliputi: KAPP
(kognitif,Afektif,Psikomotor,Perubahan fungsi dan gejala yang spesifik).
i. Kognitif (pengetahuan)

Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan setelah


klien di ajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif
meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala- gejalanya,
pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat-alat, resiko komplikasi, gejala yang
harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran dan lain-lain. Evaluasi kognitif di
peroleh melalui interview atau tes tertulis.
ii. Affektif (status emosional)

Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar di


evaluasi.Hasil penilaian emosi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan
memberikan suatu indikasi terhadap status emosi klien.hasil tersebut meliputi
”tukar menukar perasaan tentang sesuatu”, cemas yang berkurang ada kemauan
berkomunikasi dan seterusnya.
iii. Psikomotor

Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang lainnya jika


perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasikan pada tujuan (kriteria
hasil ).Hal ini biasanya di lakukan melalui observasi secara langsung.Dengan
melihat apa yang telah di lakukan Klien sesuai dengan yang di harapkan adalah
suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi psikomotor klien.
iv. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.

Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek


status kesehatan klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan
fungsi tubuh maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan
klien berubah setelah di lakukan tindakan keperawatan.Evaluasi pada gejala
yang spesifik di gunakan untuk menentukan penurunan atau penigkatan gejala
yang mempengaruhi status
kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di lakukan bisa di lakukan dengan cara
observasi secara langsung,interview dan pemeriksaan fisik.
b. Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi.

Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat membandingkan


data dengan outcomes.tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentang
pencapaian Klien terhadap outcomes.Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini :
i. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.Pada keadaan ini
perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes
yang lain.
ii. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di tentukan.Perawat
mengetahui keadaan klien pada tahap perubahan kearah pemecahan
masalah.Penambahan waktu,resources,dan intervensi mungkin di perlukan
sebelum tujuan tercapai.
iii. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi ini,perawata
harus mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini
timbul.

E. Komponen Evaluasi

Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu :

1 Proses (formatif)

Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan.Evaluasi proses harus di lakukan segera setelah
perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap
tindakan.Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di
tentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari
analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan kelompok,
interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sitem SOAP atau model
dokumentasi lainnya.
2 Hasil (sumatif)

Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif,
fleksibel, dan efisien. Adapun metode penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari
closed-chart audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan
pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak
secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa
menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan evisiensi tindakan yang telah
diberikan.
a. Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut Pinnell &
Meneses,1986) :
Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart

d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan

e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

F. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

a. Kriteria.

Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk mengumpulkan data dan


sebagai penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang di gunakan
pada tahap evaluasi di tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan hasil akhir
tindakan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan lebih luas sebagai
dasar untuk evaluasi praktek keperawatan secara luas.
Outcome criteria. Kriteria hasil didefenisikan sebagai standar untuk menjelaskan
respon atau hasil dari rencana tindakan keperawatan. Hasil tersebut akan
menjelaskan bagaimana keadaan klien ,setelah tindakan dilaksanakan. Kriteria akan
dinyatakan dalam istilah behaviour (perilaku) sebagaimana disebutkan dalam bab
terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam
istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap
orang yang terlibat dalam evaluasi.
b. Standar Praktek

Standar pelayanan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek


keperawatan secara luas. Suatu standar menyatakan apa yang harus dilaksanakan
sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil
penelitian, konsep teori, dan dapat di terima oleh praktek klinik keperawatan saat
sekarang. Standar harus secara cermat disusun dan di uji untuk menetukan
kesesuain dalam penggunaannya. Contoh pemakain standar dapat dilihat pada
standar praktek keperawatan yang disusun oleh ANA.
c. Evaluative question

Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu digunakan pertanyaan


evaluative sebagai dasar mengevaluasi kualitas pelayanan dan respon klien terhadap
tindakan.
1) Pengkajian : apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada klien?

2) Diagnosa : apakah diagnosa disusun bersama dengan klien?

3) Perencanaan : apakah tujuan diidentifikasi dalam perencanaan?

4) Pelaksanaan : apakah klien diberitahu terhadap tindakan yang diberikan?

5) Evaluasi : apakah modivikasi tindakan keperawatan diperlukan? Evaluasi dan


Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas

Mutu layanan kesehata dapa diukur melalui 3 cara :

a. Pengukuran mutu prospektif

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan


sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh karena itu pengukurannya
akan ditujukan terhadap struktur atau input layanan kesehatan dengan asumsi
bahwa layanan kesehatan harus memiliki sumber daya tertentu agar dapa
menghasilakan suatu layanan kesehatan yang bermutu. Bagian – bagiannya
sebagai berikut :
1) Pendidikan Profesi Kesehatan

Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai


pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang dapat mendukung layanan
kesehatan yang bermutu.
2) Perizinan

Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan.


Surat ijin kerja (SIK) dan surat iji praktek(SIP) yang diberikan kepada
perawat merupakan suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi
syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan (NERS). Demikian pula
dengan profesi kesehatan lain, harus mempnyai ijin kerja sesuai dengan
profesimya.
3) Standardisasi

Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan, tenaga,


gedung, sistem, organisasi, anggaran dan lain-lain. Setiap fasilitas layanan
kesehatan yang memiliki standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan
kesehatan yang sama mutunya. Contohnya: standardisasi layanan rumah sakit
akan mengelompokan atau mengklasifikasikan rumah sakit kedalam berbagai
kelas tertentu misalnya RSU kelas A, B, C dan D, Rumah sakit jiwa kelas A
dan B.
4) Sertifikasi

Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai ners yang


tergistrasi adalah contoh setifikasi. Di indonesia, perizinan seperti itu
dilakukan oleh departemen kesehatan atau dinas kesehatan dengan
rekomendasi dari persatuan perawat nasional indonesia (PPNI).
5) Akreditasi

Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti RS


telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran
mutu prospektif berfokus pada penilaian, sumber daya, bukan pada kinerja
penyelenggaraan layanan kesehatan.
b. Pengukuran Mutu Retrospektif

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah


penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya
merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan
(nursing record), wawancara, pembuatan kuesioner, dan penyelenggaraan
pertemuan.
c. Pengukuran Mutu Konkuren

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan selama


layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan
melalui pengamatan langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan
peninjauan pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan
mengadakan pertemuan dengan klien, keluarga, atau petugas kesehatan.
Standar Evaluasi Praktik Keperawatan Menurut ANA (2004) Perawat
kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas. Adapun
kriteria pengukuran bagi perawat kesehatan komunitas adalah sebagai berikut

1) Mengkordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi berdasarkan kriteria


hasil pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain.
2) Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah
untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam
kebijakan, program, dan pelayanan.
3) Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas pemantauan
(monitoring) program dan pelayanan.
4) Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk merevisi rencana,
intervensi, dan aktivitas yang sesuai.
5) Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau rekomendasi untuk
meningkatkan efektivitas intervensi.
6) Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada komunitas dan
pemangku kepentingan lain berdasarkan hukum dan peraturan negara.
Biasanya fokus pertanyan evaluasi adalah seputar relevansi, kemajuan, efiensi biaya,
efektivitas, dan hasil.
(1) Relevansi

Adakah tuntutan untuk menyelenggarakan program? Relevansi menentukan


alasan untuk menyelenggarakan suatu program atau serankaian aktivitas.
Pertanyaan seputar relevansi mungkin lebih penting untuk program yang sudah
berjalan dibandingkan dengan program baru.
Seringkali suatu program direncanakan untuk memenuhi kebutuhan komunitas
yang terungkap, seperti screening tekanan darah.
Program ini kemudian berlangsung selama beberapa tahun tanpa disertai
evaluasi mengenai relevansinya. Pertanyaan harus diajukan secara rutin apakah
program nasih dibutuhkan? Sebenarnya, evaluasi tidak hanya dibutuhkan untuk
program baru, tetapi untuk seluruh program.
Keterbatasan yang lazim ditemukan pada program baru adalah ketidakadekuatan
staff atau anggaran. Satu jalan keluar terhadap keterbatasan tersebut adalah
evaluasi relevansi program yang ada. Staff dan anggaran program yang tidak lagi
dibutuhkan dapat dialokasikan pada program baru.
(2) Kemajuan

Apakah aktivitas program sesuai dengan rencana? Apakah staff dan material
yang tepat tersedia dalam kuantitas dan waktuyang tepat untuk
mengimplementasikan aktivitas program? Apakah banyak klien yang

diharapkan banyak ikut berpartisipasi dalam aktivitas program yang dijadwalkan?


Apakah input dan output memenuhi beberapa rencana yang ditetapkan
sebelumnya? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan mengukur kemajuan program
dan merupakan bagian dari proses evaluasi formatif.
(3) Efisiansi Biaya

Bagaimana pembiayaan program? Apa keuntungannya? Apakah keuntungan


program sebanding dengan biaya yang dikeluarkan? Evaluasi efisiensi biaya
mengukur hubungan antara hasil (keuntungan / manfaat program dan biaya
penyelenggaraan program (seperti gaji staff dan material). Efisiensi biaya
mengevaluasi apakah hasil program dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah
melalui pendekatan yang lain.
(4) Efektivitas (dampak)

Apakah tujuan program tercapai? Apakah klien merasa puas dengan program?
Apakah penyelenggara program merasa puas dengan aktivitas dan keterlibatan
klien? Efektivitas berfokus pada evaluasi formatif seperti hasil jangka pendek dan
segera.
(5) Hasil

Apakah implikasi jangka panjang program? Sebagai hasil dari program, perubahan
perilaku apa yang dapat diharapkan dalam waktu 6 minggu, 6 bulan atau 6 tahun?
Efektivitas mengukur hasil yang segera, sedangkan evaluasi hasil mengukur
apakah aktivitas program mengubah alasan awal penyelenggara program.
Pertanyaan mendasar adalah : apakah program mencapai tujuannya? (apakah
kesehatan meningkat?).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Maka dari itu perawat harus mampu membuat perencanaan program
evaluasi untuk melakukannya secaa komprehensif
Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur suatu
pencapaian tujuan atau keadaan tertentu dengan membandingkan dengan standar nilai
yang sudah ditentukan sebelumnya. Juga merupakan suatu usaha untuk mencari
kesenjangan antara yang ditetapkan dengan kenyataan hasil pelaksanaan.

B. Saran

Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai calon perawat harus terus meningkatkan
kompetensi dirinya, salah satunya melalui program evaluasi keperawatan komunitas
DAFTAR PUSTAKA

Ignatavicius dan Bayne. 1994. Medical Surgical Nursing:A Nursing Process


Approach. Philadelphi : W.B Saunders Co

Kholifah S ,Widagdo W .2016. Keperawatan Keluarga dan Komunias.

Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan

Lyer dkk 1996. Nursing Process and Nursing Diagosis. Philadephia : .B


Saunders Co

Makhfudli & Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai