KOLOID
11 IPA 1
ALIFIN NISSA NUGRAHENI
kompetensi
ensi dasar
I.
: menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapananya dalam kehidupan seharihari.
: mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
TUJUAN
II. TEORI
Koloid, yang disebut juga dispersi koloid atau suspensi koloid, adalah suatu campuran
yang berada di antara larutan sejati dan suspensi kasar. Ukuran partikel koloid
mempunyai diameter antara 10 -7 dan 10-5 cm, yang berarti lebih besar dari ukuran
partikel larutan sejati (diameter < 10 -7), dan lebih kecil dari ukuran partikel suspensi
kasar (diameter > 10-5).
Suatu dispersi koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase yang terdispersi dan medium
pendispersinya. Baik fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa gas,
cair, atau padat. Koloid dapat digolongkan menurut fasenya.
A.
Sistem Dispersi
Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara
merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi.
1. Suspensi
Suspensi adalah sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar tersebar
merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya merupakan campuran
heterogen, sehingga dapat diamati hanya dengan mata telanjang.
2. Larutan
Larutan adalah sistem dispersi dengan ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak
dapat diamati (dibedakan) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi
meskipun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
3. Koloid
Koloid berasal dari bahasa Yunani kolia yang artinya lem. Koloid pertama kali
dikenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin
yang merupakan kristal tapi sulit terdisfusi.
Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel
yang lebih besar dari larutan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel
antara 1nm 100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat
diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
Secara umum perbedaan suspensi, larutan dan koloid dapat dilihat pada tabel berikut.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
1.
2.
3.
4.
5.
Koloid
Suspensi
(Dispersi Koloid)
(Dispersi Kasar)
1. Secara mikroskopis
Homegen, tak dapat Dibedakan
bersifat homogen,
walaupun menggunakan mikroskop tetapi heterogen jika 1. Heterogen.
ultra.
diamati dengan
mikroskop ultra.
2. Salah satu atau
2. Partikel berdimensi
Semua partikel berdimensi (panjang,
semua dimensi
anatara 1nm sampai
lebar, atau tebal) kurang dari 1nm.
partikel besar dari
100nm.
100nm.
Satu fasa.
3. Dua fasa.
3. Dua fasa.
4. Pada umunya
Stabil.
4. Tidak stabil.
stabil.
5. Tidak dapat
disaring, kecuali
Tidak dapat disaring.
5. Dapat disaring
dengan penyaringan
ultra.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Larutan gula, larutan garam, alkohol
Sabun, susu, santan, Air Sungai yang
70%, larutan cuka, airlaut, udara yang
jeli, selai, mentega,
keruh, campuran
dan mayones.
bersih, dan bensin.
B.
Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium
dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid dapat
dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:
Fase Terdispersi
Fase Pendispersi
1.
2.
3.
Padat
Cair
Gas
Padat
Padat
Padat
Jenis (nama
koloid)
Sol padat
Emulsi padat
Busa padat
4.
Padat
Cair
Sol, gel
5.
Cair
Cair
Emulsi
6.
7.
8.
Gas
Padat
Cair
Cair
Gas
Gas
Busa
Aerosol padat
Aerosol cair
No.
Contoh
Mutiara, kaca warna
Keju, mentega
Batu apung, kerupuk
Pati dalam air, cat,
jeli
Susu, santan
Manyonaise
Krim, pasta
Debu, asap
Awan kabut
1.
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol.
Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang
terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk
aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
2.
Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis
sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
3.
Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat
terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air
dalam minyak (A/M).
4.
Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
5.
Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
C.
Sifat-Sifat Koloid
1.
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall
ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu
sifat itu disebut efek tyndall.Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya,maka
larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid
(gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2.
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel
suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat
cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid
dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan
yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan
tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel
fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3.
Adsorbsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana
partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel
zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda
halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam
sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan didalam sol padat tersebut. Partikel
koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada
permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena
mempunyai permukaan yang sangat luas.
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3
Bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S
Bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S.
Muatan Koloid Sol Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel
koloid memiliki muatan sejenis (positif dan negatif).
Maka terdapat gayatolak menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat
bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara
keseluruhan bersifat netral. Contohnya sumber muatan koloid, kestabilan koloid, lapisan
bermuatan ganda, elektroforesis koloid sol, koagulasi,koloid liofil dan liofob.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel
koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu,
pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode.
Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan
alat Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan
mengalami koagulasi dengan cara:
Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
Kimia.
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu, sirup masammasam.
D.
Kestabilan Koloid
1. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan kedalam sistem koloid agar menjadi
stabil. Carakerja koloid pelindung adalah dengan membentuk lapisan disekeliling
partikel koloid yang dilindungi. koloid pelindung pada emulsi disebut sebagai emuigator,
tujuan penambahan zat ini untuk menjaga agar tidak mudah terpisah.
2. Dialisis
Proses dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu. Dalam proses ini,
sistem koloid dimasukan kedalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid
terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel kecil
seperti ion atau molekul sederhana.
3. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, kita
mengenal dua macam koloid.
a. Koloid Liofil
Koloid liofil yaitu koloid yang senang cairan. Partikel koloid akan mengadsorpsimolekul
cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu.
Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.
b. Koloid Liofob
Koloid liofob yaitu koloid yang benci cairan. Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul
cairan.
Contoh koloid liofob adalah sol sulfide dan sol logam.
Ciri-ciri koloid liofil dan liofob
Liofil
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya.
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan.
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya.
Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang
teradsorpsi disekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling
bergabung.
Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi.
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit.
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian
dapat
diubah
kembali
menjadi
sol
dengan penambahan
medium pendispersinya.
Memberikan efek Tyndall yang lemah.
Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali.
Liofob
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan
medium pendisperinya.
Memiliki muatan positif atau negatif.
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya.
Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel- partikel ion yang bermuatan listrik.
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi.
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan.
Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol.
Memberikan efek Tyndall yang jelas.
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel.
Labu Erlenmeyer
Gelas ukur
Corong
Kaca arloji
B. Bahan
1.
2.
3.
4.
Larutan gula
Susu cair
Campuran tanah dan air
Kertas saring
V. HASIL PENGAMATAN
No.
1.
2.
3.
Sampel
Larutan gula
Susu cair
Campuran
tanah dan air
Larutan sejati
Koloid
Setelah
Disaring
Berwarna bening
Berwarna putih
Setelah Didiamkan
Filtrat
Residu
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Suspensi
Berwarna bening
Tidak ada
Jenis Sampel
Ada
VI. PERTANYAAN
1. Nyatakan dalam satuan angstrom (), ukuran diameter bagi partike-partikel
larutan sejati, koloid dan suspensi kasar.
Ukuran diameter larutan sejati adalah < 10-7 cm atau < 1 nm atau <10
Ukuran diameter koloid adalah antara 10-7 10-5 cm atau antara1 nm 100 nm atau
antara 10 1000
Ukuran diameter suspensi kasar adalah > 10-5 cm atau > 100 nmatau >1000
2. Tuliskan perbedaan dari larutan sejati, suspensi kasar dan koloid.
No.
Larutan Sejati
Suspensi Kasar
Koloid
1. Homogen, tidak dapat
Secara
makroskopis
dibedakan
walaupun
bersifat
homogen,
Heterogen
menggunakan
mitetapi heterogen jika
kroskop ultra
diamati
dengan
mikroskop ultra
2. Semua
partikel Salah satu atau semua Partikel
berdimensi
berdimensi (panjang, dimensi
partikelnya antara 1 nm sampai 100
lebar,
atau
tebal) lebih besar dari 100 nm nm
kurang dari 1 nm
3.
4.
5.
Satu fasa
Stabil
Tidak dapat disaring
dengan penyaring ultra
Dua fasa
Tidak stabil
Dapat disaring
Dua fasa
Pada umumnya stabil
Tidak dapat disaring,
kecuali
dengan
penyaringan ultra
6.
Jernih
Keruh
Agak keruh
Jenis Koloid
Contoh
Sol Padat
Kuningan, kaca
berwarna
Mentega, keju
Asap, debu di udara
Selai, cat, jeli
Susu, santan, es krim
Busa sabun,
minuman, buih, air
laut
Karet busa, batu
apung
Kabut (fog), awan
2.
3.
4.
5.
6.
Cair
Padat
Padat
Cair
Gas
Padat
Gas
Cair
Cair
Cair
Emulsi Padat
Aerosol padat
Sol, gel
Emulsi cair
Busa cair
7.
Gas
Padat
Busa padat
8.
Cair
Gas
Aerosol cair
6. Mengapa dalam tabel data tipe koloid di atas tidak terdapat fase terdispersi gas
dan medium pendispersi gas?
Karena gas dengan gas tidak dapat membentuk sistem koloid karena pencampuran gas
selalu homogen.
7. Berilah beberapa contoh produk industri yang menggunakan ilmu kimia,
khususnya koloid.
Susu, sabun, detergen, sampo, cat, parfum, deodorant spray, hair-spray, penghilang
bau mulut yang disemprotkan, deodorant stick, minyak rambut (jelly), tinta,lem, selai
dan lain-lain.
VII. KESIMPULAN
Jadi, kesimpulannya menurut data hasil pengamatan adalah:
Larutan gula merupakan larutan sejati