OLEH KELOMPOK 1:
JURUSAN KIMIA
2018
A. Definisi Membran
Pemisahan dengan membran merupakan metode yang relatif baru dalam proses
pemisahan. Pada skala kecil, aplikasi membran untuk proses pemisahan dimulai tahun 1920
di Jerman, aplikasi membran dimulai tahun 1955 untuk desalinasi air laut , melalui proses
membran elektrolisis.
Sedangkan menurut ahli, membran didefinisikan sebagai suatu media berpori, berbentuk
film tipis, bersifat semipermeabel yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran
molekuler (spesi) dalam suatu sistem larutan. Spesi yang memiliki ukuran yang lebih besar
dari pori membran akan tertahan sedangkan spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori
membran akan lolos menembus pori membran (Kesting, RE, 2000).
Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya perbedaan ukuran pori,
bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian biasa disebut sebagai membran
semipermiable, artinya dapat menahan spesi tertentu, tetapi dapat melewatkan spesi yang
lainnya. Fasa campuran yang akan dipisahkan disebut umpan (feed), hasil pemisahan disebut
sebagai permeat (Heru pratomo, 2003).
Penerapan teknik membran untuk proses pemisahan bersifat multidisiplin dan
mmerlukan bantuan teknologi yang cukup canggih, seperti aplikasi tekanan yang cukup besar
serta teknik pembuatan membran yang cukup rumit. Keuntungan pemisahan dengan
membran, antara lain : pemisahan dapat dilakukan secara kontinu (terus-menerus), pemisahan
energi yang diperlukan relatif kecil, proses membran mudah dimodifikasikan dengan proses
lainnya, pemisahan dapat dilakukan pada kondisi biasa, sifat-sifat membran bervariasi dan
dapat diatur, dan tidak membutuhkan zat tambahan.
a) Mikrofiltrasi
Istilah microfiltration berasal dari “micro” artinya kecil, bisa ditujukan pada ukuran
membran pori skala mikro, mikroorganisme atau mikropartikel, dan “filtration”
artinya pemisahan, sehingga teknologi mikrofiltrasi dapat memisahkan mikroorganisme
seperti bakteri didalam air. Selain itu, membran mikrofiltrasi dapat menyaring padatan
terlarut yang berukuran sekitar 0.05-10 microns. Penggunaan mikrofiltrasi sangat cocok
untuk menurunkan kekeruhan (turbidity) yang disebabkan oleh partikel terlarut dan
mikroorganisme. Material membran yang digunakan dapat berasal dari polimer organik
seperti polipropilen atau polikarbonat, keramik, dan metal alloy. Terdapat 2 mekanisme
pemisahan:
1. Dead-end Microfiltration
Biasa disebut juga “conventional process”. Aliran air mengarah langsung ke membran
dan partikel padatan akan terakumulasi diatas permukaan membran hingga dilakukan
backwash (cuci terbalik), jika tidak ada backwash maka laju alir dapat menurun hingga
nilainya 0 karena semua partikel padatan menyebabkan blocking (penutupan pori) sampai
menutup semua pori membran. Setelah dilakukan backwash, padatan yang terakumulasi
diatas permukaan membran akan dibersihkan dan kemudian ditampung untuk dibuang.
2. Cross-flow Microfiltration
Aliran air pada cross-flow microfiltration secara turbulen sepanjang membran sehingga
dapat mencegah terjadinya akumulasi partikel padatan diatas permukaan membran. Jenis
membran yang digunakan biasanya berbentuk tabung (misal: tubular membrane, holow fiber
membrane). Air yang tidak terfiltrasi dan mengandung partikel padatan (retentate) akan
dialirkan keluar atau difilter kembali. Istilah “cross-flow” digunakan karena aliran air umpan
(feed) dan aliran air terfiltrasi (permeate) mengarah sudut 90 derajat (tangential). Prosess ini
sangatlah banyak digunakan dan hasilnya bagus untuk air umpan yang memiliki konsentrasi
tinggi partikel padatan.
Membran RO mampu memfilter mulai dari bakteri hingga ion monovalen yang
terkandung didalam air. Ukuran porinya yang sangat kecil kurang dari 1 nm dapat secara
efektif menghasilkan air murni, akan tetapi membutuhkan energi yang besar dengan tekanan
sekitar 50 bar tergantung dari jumlah komponen zat terlarut dalam air, dengan demikian
teknologi RO sedikit berbeda dengan teknologi filtrasi membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi,
atau nanofiltrasi, karena gaya dorong bukan hanya dipengaruhi oleh tekanan tapi konsentrasi
zat terlarut melalui proses difusi. Teknologi membrane RO banyak digunakan untuk
pemurnian air minum dari air laut, penghilangan garam dan material terlarut lainnya dalam
air. Design membran RO berbentuk spiral wound dan gambar dibawah sebagai ilustrasi
proses filtrasi yang dilakukan oleh membran RO.
Beberapa aplikasi praktis dari proses pemisahan dengan menggunakan membran antara
lain:
Membran semi permeabel juga dapat digunkaan sebagai pe,isah dalam baterei, dalam sel
bahan bakar dan dalam eletrode ion selektif untuk keperluan analisa kimia.
C. Mekanisme Proses Pemisahan Melalui Membran
Pemisahan dengan membran dilakukan dengan mengalirkan pakan feed ke dalam
membran kemudian akan terpisah sesuai driving force yang digunakan. Proses pemisahan
dengan membran menghasilkan dua aliran yaitu permiat (permeate) dan retentate. Permeate
merupakan hasil pemisahan yang diinginkan sedangkan retentate merupakan hasil sisa.
Komponen pekan yang melalui membran terdapat dua mekanisme yaitu mekanisme
transport aktif dan transport pasif. Mekanisme transport pasif dapat dikendalikan oleh
perbedaan tekanan (∆P), perbedaan konsentrasi (∆C), perbedaan energi (∆E), perbedaan
temperature (˚C).
Pemisahan terjadi karena adanya gaya dorong (driving force) sehingga molekul-molekul
berdifusi melalui membran yangdisebabkan adanya perbedaan tekanan (∆P), perbedaan
konsentrasi (∆C), perbedaan energi (∆E), perbedaan temperature (˚C).
Terdapat dua faktor yang menentukan efektivitas proses filtrasi dengan membran yaitu
1. faktor selektivitas
2. faktor produktivitas.
Keterangan:
Cp adalah konsentrasi zat terlarut pada pakan
Cf adalah konsentrasi zat terlarut pada permiat
pemisahan [] untuk sistem senyawa organik cair atau campuran gas. Untuk campuran yang
mengandung komponen A dan B, factor pemisahan (A/B) dinyatakan dengan persamaan :
𝑌𝐴 /𝑌𝐵
𝐴 =
𝐵 𝑋𝐴 /𝑋𝐵
Keterangan:
YA dan YB adalah konsentrasi A dan komponen B dalam pamiat
XA dan XB adalah konsentrasi A dan komponen B dalam pakan
Faktor selektivitas nilainya harus lebih besar atai sama dengan 1, oleh karena itu
komponen A adalah komponen campuran yang memiliki laju permiasi yang lebih besar
dibandingkan komponen B. jika A/B = 1 maka tidak terjadi proses pemisahan.
𝑑𝑋
= −𝐴
𝑑𝑥
Keterangan :
A disebut sebagai koefisien fenomenologi
(dX/dx) merupakan gaya pengendali yang dinyatakan sebagai gradient dari X (suhu,
teknan, konsentrasi) sebagai panjang koordinat X.
Fasa pakan dan fasa permiat dapat berupa cairan (L) maupun gas (G). Pakan dan
permiat mungkin memiliki fasa yang sama atau memiliki fasa yang berbeda.
Gambaran skematis dari fasa pakan dan permait yang dipisahkan oleh membran
Jenis-jenis Proses Membran dan Daya Pengendali
Peoses membrane untuk pemisahan yang digunakan gaya pengendali gradient tekanan
(∆P) paling banyak digunakan dalam proses industry, karena memiliki fluks yang relative
besar. Untuk memisahkan partikel dengan diameter > 100 nm dipergunakan proses
mikkrofiltrasi. Untuk memisahkan makromolekul (yang memilik berat molekul 104-106) dari
larutan dalam air digunakan proses ultrafiltrasi yang memerlukan aplikasi tekanan lebih besar
dibandingkan mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi. Proses pemisahan molekul-molekul kecil harus
dilakukan denga proses membrane hiperfiltrasi atau disebut sebagai proses osmosis balik.
Gradient tekanan yang diperlukan mikrofiltrasi antara 0,1-2 bar, untuk filtrasu antara 1-5 bar,
sedangkan untuk osmosa balik antara 10-100 bar.
Selain membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, dan osmosa balik jenis membrane lain
yang telah mencapai tahap komersialisasi adalah elektrodialisis dan pemisahan gas.
Elektrolisis adalah proses membrane yang dikendalikan oleh perbedaan potensial listrik (∆E).
proses ini hanya dapat dilakukan bila spesies yang dipisahkan memiliki muatan listrik
(molekul polar) atau ionic. Membrane untuk pemisahan gas didasarkan pada mekanisme
transport difusi yang dikendalikan oleh perbedaan tekanan. Membran untuk pemisahan gas
banyak digunakan untuk pemisahan oksigen, nitrogen dan memisahkan metana dan
karbondioksida.
Membran untuk pervaporasi, membrane cair dam membrane pemisahan gas kadang-
kadang disebut sebagai membran generasi kedua. Pada pemisahan memalui pervaporasi
terjadi transisi fasa, dimana fasa pakant terbentuk cairan dan fasa pemiat berbetuk gas.
Transisis fasa terkompensasi pada membrane distilasi. Dalam hal ini dua larutan dalam air
yang berbeda suhu dipisahkan oleh membrane hidrofob microporous karena perbedaan
tekanan akan terjadi transport uap melalui pori dari membran. Proses penguapanan terjadi
pada fasa yang bersuhu tinggi sedangkan uapanya akan tekondensasi pada fasa yang besuhu
rendah. Membran distilasi digunakan dalam pemekataan dan pemurnian dari larutan
(anorganik) dalam air.
D. Jenis-jenis Membran dan Bahan Membran Sintetik Berpori
Berdasarkan jenis bahannya :
Membran Biologis
Membran biologis memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan. Setiap sistem sel
makhluk hidup dikelilingi oleh membran. Membran biologis dapat melakukan
transport aktif maupun pasif, serta memiliki selektivitas yang tinggi, namun tidak
aplikatif dalam proses pemisahan baik skala kecil maupun skala industri.
Membran Sintetik
1. Membran Sintetik Anorganik
Bahan membrannya adalah bahan anorganik, terutama keramik.
2. Membran Sintetik Organik
Bahan membrannya adalah bahan organik, terutama senyawa polimer. Baik
untuk keperluan dalam skala kecil atau skala besar dalam industri, membran
organik lebih banyak digunakan, karena ditunjang oleh perkembangan bahan
polimer yang sangat pesat.
Polimer adalah senyawa yang besar yang terbentuk dari hasil penggabungan sejumlah
(banyak) unit-unit molekul yang kecil. Unit molekul kecil pembentukan senyawa ini disebut
monomer. Ini artinya senyawa plimer terdiri dari banyak monomer.
Polimer banyak digunakan sebagai bahan dasar membran, karena polimer memilki
berbagai sifat spesifikasi berkaitan dengan struktur dan sifat-sifat fisiknya. Setiap bahan
polimer memiliki struktur kimia dan sifat fisik yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga
dapat memenuhi berbagai keperluan membran. Setiap polimer yang digunakan untuk bahan
membran filtrasi (penyaringan) memiliki struktur berpori. Besarnya pori yang dimiliki
polimer menentukan fungsi atau kegunaannya. Polimer yang memiliki pori yang relatif besar
banyak digunakan untuk mikrofiltrasi, sedangkan polimer untuk bahan membran ultrafiltrasi
porinya sangat kecil.
Bahan polimer untuk kepentingan mikrofiltrasi memiliki pori antara 0,1μm - 10μm,
sedangkan untuk kepentingan ultrafiltrasi memiliki pori antar 2nm – 100nm. Selektivitas
dari membran polimer untuk mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi ditentukan oleh dimensi pori,
sedangkan jenis bahan yang digunakan hanya akan berpengaruh pada aspek adsorpsi dan
stabilitas kimiawi dibawah kondisi pemakaian dan pencucian. Hal ini membawa
konsekwensi bahwa pemilihan polimer untuk bahan membran tidak hanya mementingkan
aspek fluks dan selektivitas, tetapi juga harus mempertimbangkan sifat-sifat kimia dan sifat-
sifat fisiknya.
Masalah utaman dalam proses mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi dengan menggunakan
membran polimer berpori adalah penurunan fluks akibat polarisasi konsentrasi dan pelipatan
membran. Bahan membran yang dipilih harus tidak mudah kusut dan mudah dicuci setelah
peakain agar nilai fluksnya dapat dipertahankan.
Tabel Polimer untuk Membran Mikrofiltrasi
Memiliki stabilitas
kimiawi dan termal
yang sangat baik,
Polisulfon
banyak digunakan
Dan
Dan untuk pendukung pada
Poliestersulfon
pembuatan membran
komposit
memiliki sifat
Poliimida
stabilitas termal dan
Dan
kimiawi yang sangat
Poliesterimida
baik
Dan
Membran tidak berpori dalam bentuk membran komposit atau membran simetris
banyak digunakan untuk proses pemisahan gas dan pervorasi. Parameter untuk membran tipe
ini, yaitu permeabilitas dan selektivitas ditentukan oleh sifat intrinsik dari bahan membran.
Pemilihan membran unuk jenis ini biasanya didasarkan pada kepentingan aplikasinya.
Polimer untuk bahan membran pervaporasi adalah selulosa diasetat, selulosa triasetat, dan
poliamida aromatis.
E. Berbagai jenis pemisahan dengan membrane yang dikendalikan tekanan
Berbagai jenis proses pemisahan melalui membrane yang dikendalikan tekanan dapat
digunakan untuk memekatkan atau memurnikan larutan encer. Jenis membran yang
digunakan proses ini ditentukan oleh ukuran partikel atau zat terlarut,sifat kimiawi zat
terlarut, ukuran pori membran dan distribusi ukuran porinya. Proses pemisahan melalui
membran yang dikendalikan tekanan meliputi; (a) mikrofiltrasi, (b) ultrafiltrasi, dan (c)
hiperfiltrasi atau osmosa balik. Prinsip dasar dari ketiga proses ini dapat diilustrasikan pada
gambar 8.4
Adanya gaya pengendali,seperti tekanan, pelarut dan beberapa zat terlarut akan menerobos
membran, sedangkan beberapa zat terlarut atau pertikel berukuran yang lebih besar dari ukuran
pori membran tetap ditahan atau tidak mampu menerobos membran. Semakin kecil ukuran pori
membran, semakin besar tekanan yang diperlukan untuk gaya pengendalinya. Walaupun tidak ada
beda yang tajam dari ukuran molekul atau partikel yang mempu melewati pori membran mikro
filtrasi, ultrafiltrasi dan osmosa balik, besarnya ukuran molekul atau partikel yang dapat lolos dari
tiap proses dapat di tunjukkan pada gambar 8.5
Mikrofiltrasi
Ultrafiltrasi
Hiperfiltrasi
Mikrofiltrasi
J= K ∆𝑷
J adalah fluks, ∆𝑃 adalah besarnya tekanan yang diaplikasikan dan K adalah tetapan
permeabelitas.
Besarnya nilai K dipengaruhi oleh faktor structural antara lain : porositas dan ukuran pori
serta kekentalan cairan yang berpermiasi pada membran. Dengan memasukkan parameter-
parameter yang mempengaruhi harga K, maka besarnya nilai fluks pada mikrofiltrasi dapat
digunakan persamaan Hagen-Poiseulle
Baik persamaan 8.5 maupun 8.6 telah menggambarkan bahwa besarnya fluks berbanding
terbalik dengan viskositas, η dan berbanding lurus dengan porositas, 𝜉serta radius pori,r.
Dalam upaya mengoptimalkan mikrofiltrasi, adalah penting untuk mempertimbangkan aspek
struktur;porositas harus sebesar mungkin dan distribusi ukuran pori sesempit mungkin.
Membran mikrofiltrasi telah banyak digunakan untuk proses industri, terutama untuk
menyaring partikel-partikel dengan ukuran lebih besar 2 (dua) 𝜇𝑚. Industri makanan dan
farmasi menggunakan teknik mikrofiltrasi untuk proses sterilisasi dan pemurnian. Industri
semikonduktor menggunakan teknik mikrofiltrasi untuk mendapatkan air yang sangat murni.
Bioteknologi dan biomedis menggunakan teknik mikrofiltrasi untuk memisahkan sel dan
untuk membran bioreaktor. Dalam bidang biomedis, teknik mikrofiltrasi digunakan untuk
memisahkan plasma darah dengan sel darah. Secara ringkas, beberapa aplikasi dengan
mikrofiltrasi adalah :
5.pengambilan kembali logam dalam bentuk koloid dari oksida atau hidroksidanya
9.dehidrasi Kristal
Ultrafiltrasi
Prinsip dasar proses membran ultrafiltrasi pada hakekatnya sama dengan prinsip dasar
membran mikrofiltrasi, hanya ukuran porinya yang berbeda. Ukuran pori dari membran
ultafiltrasi terletak di antara membran mikrofiltrasi dan membran osmosa balik. Rentang
ukuran pori dari membrane ultrafiltrasi adalah 1 (satu) nm sampai dengan 𝜇𝑚 sampai dengan
0,05 𝜇𝑚.
Membran ultrafiltrasi terutama dikembangkan untuk proses penyaringan makro
molekul yang memiliki berat molekul relatif sampai beberapa ribu Dalton. Membrane untuk
ultrafiltrasi merupakan membran berpori, sehingga faktor utama yang menentukan
kemampuan membran ultrafiltasi untuk menahan makromolekul adalah ukuran dan bentuk
geometrid an makromolekul tersebut.
Besarnya dari membran ultrafiltrasi berbanding lurus dengan besarnya tekanan yang
diaplikasikan. Besarnya ultrafiltrasi mengikuti hukum – hukum yang berlaku pada membran
mikrofiltras. Fluks dari proses membran ultafiltrasi mengikuti hukum Darcy dan persamaan
Kozeny-Carman. Tetapan permiabilitas K untuk membran ultrafiltrasi dipengaruhi oleh
semua faktor struktur, dan nilai K untuk membrane ultrafiltrasi lebih rendah dari nilai K
untuk membrane mikrofiltasi.
Penggunaan Ultrafiltrasi
Dalam skala industri proses membran ultafiltrasi banyak digunakan pada industri
makanan dan minuman, indusrtri farmasi, industry metalurgi, industri kimia, industry kertas
dan kulit. sampai saat ini proses ultafiltasi umumnya dilakukan pada sistem pelarut air.
Perkembangan untuk diaplikasiakan pada sistem buka air perlu ditunjang dengan dengan
perkembangan polimer untuk bahan membran yang lebih tahan terhadap zat kimia. Saat ini
mulai dikembangkan polimer anorganik (keramik) untuk kepentingan ultafiltrasi dari sistem
larutan bukan air.
Osmosis Terbalik / Hiperfiltrasi
Perbedaan mendasar antara osmosis terbalik dengan ultrafiltrasi terletak pada ukuran
solut yang akan dipisahkan dari soluen dibawah kendali tekanan. Proses membran osmosis
terbalik berlaku untuk zat terlarut yang memiliki berat molekul rendah. Proses ini biasanya
digunakan untuk memisahkan zat terlarut garam-garam anorganik dan senyawa organik
dengan berat molekul rendah seperti glukosa dari pelarutnya.
Perbedaan antara ultrafiltrasi dan osmosis terbalik terletak pada ukuran molekul yang
akan disaring. Jenis membran yang digunakan pada osmosis balik harus lebih rapat serta
memiliki kemampuan menahan gaya hidrodinamik lebih kuat dibandingkan membran pada
ultrafiltrasi. Tekanan yang digunakan pada proses osmosis balik lebih besar dibandingkan
dengan tekanan yang digunakan pada ultrafiltrasi.
Tekanan osmosis pada larutan yang mengandung zat terlarut dengan berat molekul
rendah akan jauh lebih besar dari larutan yang mengandung zat terlarut dengan berat molekul
besar. Tekanan osmosis air laut yang mengandung berbagai macam garam anorganik
memiliki tekanan osmosis sebesar ± 25 bar. Proses pemisahan dengan membran osmosis
balik dapat diilustrasikan pada gambar 1.1.
Gambar 1.1
Dalam proses membran osmosis terbalik, tekanan yang digunakan harus lebih besar dari
tekanan osmosis larutannya.
Jika suatu larutan dibatasi di bawah tekanan pada salah satu dari membran osmosis
terbalik, maka kecepatan pindah zat pelarut dan zat terlarut dalam membran dapat
diperkirakan dengan rumus berikut:
𝐾1
Jv ≡ (∆p - ∆𝜋) .......................... (1.1)
𝜆
𝐾2
Js ≡ (Cb – Cp) .......................... (1.2)
𝜆
Dimana Jv dan Js adalah aliran hidraulik yang terdapat pada membran, ∆p adalah perbedaan
tekanan antara aliran larutan dan produk, ∆𝜋 adalah perbedaan tekanan osmotik antara dua
larutan, Cb adalah konsentrasi zat terlarut dalam produk, 𝐾1 dan 𝐾2 adalah angka koefisien
pindah dari membran ke pelarut dan zat terlarut, dan 𝜆 adalah ketebalan efektif membran.
Konsenvarsi massa memerlukan rumus :
𝐽
Cp = 𝐽𝑠 ........................... (1.3)
𝑣
Dimana R adalah retensi atau penolakan membran. Berdasarkan rumus 1.4, penolakan akan
naik sejalan dengan perbedaan tekanan efektif yang terdapat dalam membran. Hal ini
disebabkan karena aliran pelarut tergantung pada tekanan sedangkan aliran zat terlarut
hampir bebas dari pengaruh tekanan.
Bahan membran untuk osmosis terbalik harus kuat untuk menahan tekanan yang besar
namun tipis untuk menjaga fluks yang relatif besar. Jenis membran yang digunakan pada
osmosis terbalik (hiperfiltrasi) adalah membran asimetris dan membran komposit. Bahan
polimer yang biasa digunakan pada membran asimetris adalah ester selulosa, selulosa
diasetat, selulosa triasetat dan poliamida aromatis. Sedangkan bahan yang sering digunakan
pada membran komposit adalah polieterurea.
Osmosis terbalik umumnya digunakan dalam skala besar misalnya pada pemurnian air
dari sumber air bergaram. Secara ekonomis, penggunaan osmosis terbalik sebagai desalinasi
(penghilangan garam) kurang menguntungkan, akan tetapi dapat pula menjadi praktis jika
digunakan pada daerah air payau. Osmosis terbalik dapat digunakan secara langsung untuk
menganalisa pencemaran air pada daerah tertentu, misalnya pengolahan air kotor tahap
keempat, pemurnian air tambang yang bersifat asam, dan pemeriksaan air buangan industri
mentega dan susu.
F. Daftar Pustaka
Soebagio, dkk. 2013. Buku Kimia Analitik II. Universitas Negeri Malang
Dewi shinta. 2015. Pemisahan dengan membrane. (pdf)
Hidayat. 2014. Definisi Membran. (http://eprints.polsri.ac.id/967/3/BAB%20II.pdf)