Anda di halaman 1dari 5

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari.

Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zatzat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim dan salep yang termasuk emulsi, sol, dan aerosol.

A. EMULSI Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi (emulgator) yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat (Anonim, 1995). Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan bersama surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada

kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995). Masing-masing emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda juga mempunyai nama yang berbeda,yaitu sebagai berikut: 1. Emulsi gas (aerosol cair) Emulsi gas merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dan medium pendispersinnya berupa gas. Salah satu contohnya hairspray, dimana dapat membentuk emulsi gas yang diingikan karena adannya bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol 2. Emulsi cair Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua fase bersifat polar dan non polar. Emulsi ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu emulsi minyak di dalam air contoh susu terdiri dari lemak sebagai fase terdispersi dalam air jadi butiran minyak di dalam air atau emulsi air dalam minyak contoh margarine terdispersi dalam minyak jadi butiran air dalam minyak. 3. Emulsi padat Emulsi padat merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya cair dengan fase pendispersinnya berupa fase padat. Contoh : Gel yang dibedakan menjadi gel elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan partikelnya tidak kuat sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya membentuk ikatan kovalen yang kuat. Gel elastic dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang pekat contoh gel ini adalah gelatin dan sabun.Sedangkan gel non-elastis dapat dibuat secara kimia sebagai contoh gel silica yang terbentuk karena penambahan HCl pekat dalam larutan natrium silikat sehingga molekul molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel. Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut : 1. Emulsi A/M yaitu butiran-butiran air terdispersi dalam minyak. Pada emulsi ini butiran butiran air yang hidrofilik stabil dalam minyak yang hidrofobik.

2.

Emulsi M/A yaitu butiran-butiran minyak terdispersi dalam air. Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat

pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan. Tujuan dari penstabilan adalah untuk mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi dengan pendispersinnya. Namun kesetabilan emulsi juga dipengaruhi beberapa faktor lain yaitu, ditentukan gaya-gaya: 1. Gaya tarik-menarik yang dikenal gaya Van der walss. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid membentuk gumpalan lalu mengendap. 2. Gaya tolak-menolak yang terjadi karena adanya lapisan ganda elektrik yang muatannya sama saling bertumpukan.

Mekanisme Emulsi Secara Kimia dan Fisika 1. Mekanisme secara kimia Mekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan minyak. Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi ditambahkan, karena kebanyakan emulsi adalah disperse air dalam minyak dan dispersi minyak dalam air, sehingga emulgator yang digunakan harus dapat larut dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa organik yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik, bagian hidrofobik akan berinteraksi dengan minyak sedangkan yang hidrofilik dengan air sehingga terbentuklah emulsi yang stabil. 2. Mekanisme secara fisika Secara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga misalnya dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase terdispersinya akan tersebar merata ke dalam medium pendispersinya.

Kestabilan Emulsi Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut:

1. 2. 3.

Tegangan antarmuka rendah Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka Tolakkan listrik double layer

4. 5.

Relatifitas phase pendispersi kecil Viskositas tinggi.

Ada Beberapa Cara Pembuatan Emulsi 1. Dengan Mortir dan Stampel Sering digunakan untuk membuat minyak lemak dalam ukuran kecil 2. Botol Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol pengocokan dilakukan terputus putus untuk memberi kesempatan emulgator bekerja. 3. Mixer Partikel fase dispersi dihaluskan dengan memasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar denagn kecepatan tinggi. 4. Homogenizer Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel mempunyai ukuran yang sama.

B. SOL Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi. Sol terdiri dari 2 macam yaitu: a. Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya cinta cairan (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin. b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib artinya takut cairan (phobia=takut). Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masingmasing disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol logam.

C. AEROSOL Aerosol didefinisikan sebagai sistem koloid yang mengandung partikel-partikel padat atau cairan yang sangat halus yang terbagi-bagi didalam dan dikelilingi oleh gas. Sediaan aerosol yang beredar dipasaran dapat berupa sediaan farmasi untuk pemakaian dalam untuk penanganan gangguan pernafasan atau penyakit astma (misalnya Meptin inhaler, Berotec inhaler dan Ventolin inhaler) juga untuk pemakaian luar (misalnya etil klorida spray) dan juga untuk produk kosmetik (misalnya jenis styling foam untuk penataan rambut). Formulasi aerosol terdiri dari dua komponen yang esensial :
1.

Bahan obat yang terdiri dari zat aktif dan zat tambahan (pelarut, antioksidan, dansurfaktan)

2.

Propelan dapat (tunggal atau campuran) Zat tambahan dan propelan tersebut sebelum di formulasikan harus diketahui

betul-betul sifat fisika dan kimianya dan efek yang ditimbulkan terhadap sediaan jadi. Tergantung dari type aerosol yang di pakai, aerosol farmasi dapat dibuat sebagai embun halus, pancaran basah, busa stabil. Aerosol bekerja dengan dasar sebagai berikut : 1. Jika suatu gas yang dicairkan berada daalam wadah yang tertutup, maka sebagai dari gas tersebut akan menjadi uap dan sebagian lagi tetap cair. Dalam keaadaan keseimbangan, fase uap naik, fase cair turun. 2. Komponen zat aktif dari obat dilarutkan / di dispersikan dalam fase cair dri gas tersebut. 3. Fase uap gas memberi tekanan pada dinding dan pernukaan fase cair. 4. Jika pada fase cair dimasukan tabung yang pangkalnya melekap pada katup dan hanya ujungnya yang masuk ke fase cair, maka karena tekanan uap tersebut, fase cair akan naik melalui tabung ke lubang katup. 5. Jika tombol pembuka ( actuator ) ditekan, katup terbuka, fase cair didorong keluar selama actuator ditekan. 6. Fase gas yang berkurang akan terisi kembali oleh fase cair yang menguap. 7. Fase cair yang keluar bersama zat aktif, karena titik didihnya terlampaui, akan menguap di udara menyebabkan terjadinya bentuk semprotan atau spray.

Anda mungkin juga menyukai