Anda di halaman 1dari 85

FARMASI FISIKA

Willy Tirza Eden, S.Farm., M.Sc., Apt.


Daftar pustaka

Martin, A.N, Swarbrick, J., and Cammarata,A., 1983,


Physical Pharmacy: Physical Chemical Principles in
The Pharmaceutical Sciences 3rd.Ed., Lea 7 Febiger,
Philadelphia
Materi KELARUTAN
meliputi :
Interaksi solvent – solute
Pelarut polar, nonpolar dan semipolar
Larutan ideal dan nonideal
Kelarutan garam dalam air
Hal-Hal yang mempengaruhi kelarutan
KELARUTAN

Dalam kimia, larutan adalah campuran


homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat,atau Secara kualitatif adalah interaksi
spontan satu atau lebih solute untuk
membentuk dispersi molekuler yang
homogen
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut atau solute,
sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan
dari beberapa molekul gula. Jika kristal gula itu
dimasukkan ke dalam air, maka molekul-
molekul gula akan memisah dari permukaan
kristal gula menuju ke dalam air (disebut
melarut).
Untuk mendapatkan suatu larutan dibutuhkan
solvent (pelarut) dan solute (zat terlarut).
Solvent yang biasa dipakai adalah air, spiritus,
gliserin, eter dan chloroform.
Proses pencampuran zat terlarut dan pelarut
membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi

Kelarutan dalam besaran kuantitatif adalah


konsentrasi solute pada keadaan jenuh,
dalam sejumlah solvent pada suhu tertentu.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam
larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan
%.
Kelarutan solute dalam solvent umumnya
dipengaruhi oleh:
Sifat dari solute dan solvent
Cosolvensi
Temperatur
Pembentukan senyawa komplex
INTERAKSI SOLUTE DAN SOLVENT

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip


umumnya dapat saling bercampur dengan
baik, sedangkan zat-zat yang struktur
kimianya berbeda umumnya kurang dapat
saling bercampur (like dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah
larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa
nonpolar akan mudah larut dalam pelarut
nonpolar. Contohnya alkohol dan air
bercampur sempurna (completely miscible),
air dan eter bercampur sebagian (partially
miscible), sedangkan minyak dan air tidak
bercampur (completely immiscible).
Kepolaran suatu pelarut ditentukan oleh:
1. Kelarutan dalam air
Senyawa yang larut dalam air cenderung
bersifat polar, semakin banyak atom
Hidroksida dan hidrogen akan bersifat
semakin mudah larut dalam air. Semakin
banyak atom Hidrokarbon bersifat sukar
larut dalam air, cenderung bersifat non polar.
2. Indeks polaritas atau momen dipol
Momen dipol adalah jumlah vektor dari momen
ikatan dalam molekul. Momen dipol adalah
ukuran kepolaran molekul secara keseluruhan.
Semakin besar momen dipol atau indeks
polaritasnya akan semakin polar.
Senyawa Momen dipol,D
H2O 1,84
NH3 1,46
CH3Cl 1,86
CCl4 0
CO2 0
CH3OCH3 1,3

CH3 C H 2,7

CH3 C CH3 2,8


3. Konstanta dielektrik
Pelarut polar memiliki konstanta dielektrik
yang besar. Semakin besar konstanta dielektrik
, akan mengurangi gaya tarik menarik antara
ion dalam kristal
4. Elektronegatif
Elektronegatifan adalah kemampuan atom untuk
menarik elektron luarnya, karena elektron luar
dari atom digunakan untuk membentuk suatu
ikatan.Keelektronegatifan dipengaruhi oleh
jumlah proton dalam inti dan jumlah kulit yang
mengandung elektron, sehingga elektronegatifan
bertambah dari kiri kekanan untuk periode
tertentu dari susunan berkala.

Li Be B C N O F

Keelektronegatifan bertambah
F
Cl
Br
I

Semakin keatas elektronegatifan bertambah.


Semakin besar elektronegatifan maka akan
bersifat semakin polar.
 Pelarut Polar,
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh
polaritas dari pelarut yaitu oleh dipol
momennya.
Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan
zat polar lainnya. Selain momen dipol,
kelarutan suatu zat terlarut juga dipengaruhi
oleh kemampuan zat terlarut membentuk
ikatan hidrogen, co. Air melarutkan aldehid,
keton dan senyawa lain yang mengandung
oksigen dan nitrogen.
Sebagai tambahan kelarutan zat juga
bergantung pada gambaran struktur seperti
perbandingan gugus polar terhadap gugus
nonpolar dari molekul.
Pelarut Nonpolar
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti
hidrokarbon, berbeda dengan zat polar.
Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi
gaya tarik menarik antara ion ion sejenis
karena tetapan dielektriknya rendah. Oleh
karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak
larut atau hanya dapat larut sedikit dalam
pelarut non polar. Co : minyak dlm CCl4
Pelarut Semipolar
Senyawa semipolar dapat bertindak sebagai
suatu perantara yang dapat bertindak sebagai
pelarut perantara yang dapat menyebabkan
bercampurnya cairan polar dan nonpolar. Co.
Aseton menaikkan kelarutan eter dalam air,
propilenglikol terbukti menaikkan kelarutan
timbal balik dari air dan minyak permen.
Kelarutan
Cairan Dalam Cairan
Kelarutan suatu cairan dalam cairan, sering
dilakukan dalam pembuatan larutan
farmasetik. Misalkan, alkohol ditambah air
membentuk larutan hidroalkohol, minyak
menguap dan air membentuk larutan encer
dikenal dengan air beraroma.
Berdasarkan hukum Raoult, suatu cairan bila
dilarutkan dalam cairan yang lain akan
membentuk 2 tipe larutan:
1. Larutan Ideal
2. Larutan non ideal
Larutan Ideal
Menurut hukum Raoult :
pi = pt˚. Xi
pi , tekanan parsial komponen campuran
pada temperatur tertentu
pt˚, tekanan uap pada keadaan murni
Xi , fraksi mol komponen dalam larutan.
Campuran dikatakan ideal apabila kedua
komponen larutan mengikuti hukum Raoult
untuk seluruh komposisi.
Larutan ideal adalah suatu larutan dimana
tidak ada perubahan sifat komponen, selain
dari pengenceran, ketika zat-zat bercampur
membentuk larutan. Tidak ada panas yang
dilepaskan atau diabsorbsi selama proses
pencampuran dan volume akhir larutan
memperlihatkan penjumlahan sifat dari
masing-masing konstituen.
Keidealan suatu larutan berarti keseragaman
sempurna dari gaya atraksi atau disebut juga
dengan tekanan dalam (internal pressure).
Pada suatu campuran larutan A dan B, gaya
tarik menarik antara molekul A dan A, molekul
B dengan B dan molekul A dengan B adalah
sama, maka larutan dikatakan ideal sesuai
dengan definisi.
Tetapi banyak contoh pasangan larutan yang
diketahui mempunyai atraksi gaya kohesi
melebihi atraksi adhesi, dan sebaliknya, walau
pun larutan bercampur dalam segala
perbandingan. Larutan seperti ini disebut
larutan non ideal.
Disebut larutan nonideal karena pada salah
satu komponen menunjukkan adanya
penyimpangan terhadap hukum Raoult.
Penyimpangan negatif , terjadi apabila
atraksi adhesi diantara molekul yang berbeda
melebihi atraksi kohesi, sehingga tekanan uap
larutan akan lebih kecil dari tekanan uap yang
diharapkan hukum Raoult.
Penyimpangan negatif, mengakibatkan
kenaikan kelarutan dan seringkali
dihubungkan dengan ikatan hidrogen.
Penyimpangan positif, menyebabkan
penurunan kelarutan, sebagai akibat asosiasi
molekul salah satu konstituen untuk
membentuk molekul ganda.
Terjadinya asosiasi disebabkan karena adanya
gaya kohesi molekul dari setiap konstituen.
Sehubungan dengan itu ketidak samaan dari
kepolaran atau tekanan dalam dari konstituen
menyebabkan kecenderungan melepaskan
diri yang lebih besar dari molekul A dan B
Menurut Hildebrand penyimpangan positif
yang dipengaruhi tekanan dalam ( internal
pressure) lebih baik diperhitungkan,
menggunakan persamaan:
Pi = ΔHv – RT
V
Pi , Tekanan Dalam ( Kal/cm³ )
ΔHv, Panas Penguapan ( Kal )
V , Volume molar cairan (cm³)
R , Konstanta gas 1,987 kal/mol derajat
T , Temperatur mutlak ( K )
Titik es 0˚C = 273 K
Co. soal
Panas penguapan molar air pada 25˚C adalah
10.500 kal dan V kira-kira 18,01 cm³.
Konstanta gas R adalah 1,987 kal/mol derajat.
Hitung tekanan dalam air (atm) ?
1 atm = 1,01 x 105 N/m2
1 kal = 4,186 J
1 joule = 1 N.m

SELaMaT MeNgeRjAkAn
PERKIRAAN KELARUTAN
 Hubungan Molekuler

Menurut Kier dan Hall untuk menyelidiki


kelarutan hidrokarbon cair, alkohol, eter, dan
ester dalam air, memakai perkiraan atas dasar
suatu indeks topologi (indeks struktural) Х
atau chi,yang mempunyai nilai tergantung pada
gambaran struktur dan gugus fungsi dari
molekul tertentu.
Istilah chi orde-nol ˚Х, chi orde-satu ¹Х, dan
chi dengan orde yang lebih tinggi, digunakan
untuk menggambarkan molekul. Istilah ¹Х,
diperoleh dengan menjumlahkan ikatan yang
ditimbang oleh kebalikan akar kuadrat jumlah
dari setiap ikatan. Dalam hal propana

CH3
H3C CH3
Dengan mengabaikan hidrogen yang terikat,
karbon 1 dihubungkan melalui satu ikatan ke
karbon pusat, yang terikat dengan karbon-
karbon lainnya oleh dua ikatan. Kebalikan akar
kuadrat oleh karena itu adalah (1.2)ˉ¹/²= 0,707
untuk ikatan kiri. Ikatan sebelah kanan
mempunyai valensi kebalikan akar kuadrat yang
sama yaitu 0,707. Semua itu dijumlahkan
menghasilkan :
¹Х = 0,707 + 0,707 = 1,414
¹Х dapat digunakan untuk menghitung
kelarutan molal dari hidrokarbon alifatik,
alkohol dan ester dalam air. Dengan
menggunakan analisis regresi. Persamaan yang
diperoleh untuk melengkapi data alkana pada
25˚C adalah :
ln S = -1,505-(2,533 ¹Х)
Co: Hitung indeks struktural untuk senyawa
isobutana dan kelarutan isobutana dalam air
pada suhu 25˚ (Molaritas)
C

C
C C

Isobutana
Jawab:
Jika kerapatan larutan 1,035

Isobutana
¹Х = ?
Kelarutan molal untuk isobutana dalam air
adalah

Ln S = -1,505 – 2,533. ?

S = ?? molal

molal = ??? molar


Hubungan luas permukaan dan kelarutan
Amidon, dkk mengamati kelarutan non elektrolit cair
dalam pelarut polar, meliputi hidrokarbon, eter,
alkohol, ester, keton dan asam karboksilat dalam air.
Metode ini terdiri dari analisis regresi dimana ln
kelarutan dari zat terlarut sebanding dengan luas
permukaan total (TSA). Luas permukaan total terbagi
dalam luas permukaan hidrokarbon (HYSA) dan luas
permukaan gugus fungsi (FGSA)
Menurut Amidon dkk,untuk menghitung kelarutan
molal dari hidrokarbon dan alkohol dalam air
25˚C berdasarkan pada luas permukaan hidrokarbon
(HYSA) dan luas permukaan gugus fungsi (FGSA),
diperoleh persamaan:
ln (Kelarutan)= -0,0430(HYSA)
-0,0586(FGSA) + 8,003 (I) + 4,420
Dimana :
FGSA adalah luas permukaan untuk gugus
hiroksil.
I, Variabel indikator untuk alkohol. Harga I
diberikan = 1, apabila senyawa adalah suatu
alkohol dan 0 jika senyawa adalah hidrokarbon
( tidak ada gugus OH ).
Tabel luas permukaan Molekuler Alkohol dan
Hidrokarbon

Senyawa HYSA, Luas FGSA, Luas Kelarutan


Permukaan permukaan yang
Hidrokarbon ggs fungsi diamati
A˚ OH dlm
alkohol molal

n-butanol 212,9 59,2 1,006
Sikloheksanol 240,9 49,6 3,8x10ˉ¹
Sikloheksana 279,1 - 6,61x10ˉ
n-Oktana 383 - 5,80x10ˉ
Co :
Hitunglah kelarutan n-butanol dalam air suhu
25˚C , berdasarkan luas permukaan molekul
nya. Dan tentukan prosen perbedaan dari harga
yang diamati?
Jawab:
n-butanol ( termasuk golongan alkohol )
ln (Kelarutan)= -0,0430(HYSA)
-0,0586(FGSA) + 8,003 (I) + 4,420

ln (Kelarutan)=-0,0430.(212,9)
-0,0586.(59,2) + 8,003 (1) +4,420
ln (Kelarutan )=-0,20082
Kelarutan= anti ln -0,20082 = 0,818 molal
(kesalahan 18,7% dari harga yang diamati
1,006)
Contoh Soal:
Hitunglah kelarutan molal dari sikloheksana dan
sikloheksanol dalam air pada suhu 25˚C dan
tentukan persen perbedaan dari harga yang
diamati?
Jawab:
1. sikloheksana ( termasuk golongan alkana )
ln (Kelarutan)= -0,0430(HYSA)
-0,0586(FGSA) + 8,003 (I) + 4,420

ln (Kelarutan)=-0,0430.(279,1)
-0,0586.(0) + 8,003 (0) +4,420
ln (Kelarutan )=-7,5813
Kelarutan= anti ln -7,5813 = 5,1x10ˉ molal
(kesalahan 22,8% dari harga yang diamati
6,61x10ˉ )
2. Sikloheksanol ???
( termasuk golongan alkohol )
ln (Kelarutan)= -0,0430(HYSA)
-0,0586(FGSA) + 8,003 (I) + 4,420

ln (Kelarutan)=-0,0430.(240,9)
-0,0586.(?) + 8,003 (??) +4,420
ln (Kelarutan )=???
Kelarutan= anti ln ??? = ???? molal
(kesalahan …….% dari harga yang diamati
3,8x10ˉ¹)
KELARUTAN
ZAT PADAT DALAM
CAIRAN
Sistem padatan dalam cairan termasuk salah satu
yang paling sering ditemui dan mungkin
merupakan tipe larutan farmasetik yang paling
penting. Larutan farmasetik terdiri dari berbagai
variasi zat terlarut dan pelarut, mulai dengan
larutan ideal dilanjutkan dengan larutan nonpolar
atau agak polar dan akhirnya yang sangat polar,
dimana solvasi dan asosiasi (penggabungan)
berakibat pada penyimpangan nyata dari sifat ideal.
Proses pelarutan suatu zat padat dalam solven
Dapat digambarkan terjadi dalam 3 tahap (Martin
dkk, 1993), tahap tahap tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tahap pertama menyangkut pemindahan
suatu molekul zat dari zat terlarut atau
pelepasan satu molekul dari kristal solut
pada temperatur tertentu. Kerja yang
dilakukan dalam memindahkan satu
molekul dari zat terlarut sehingga dapat
lewat ke wujud uap membutuhkan
pemecahan ikatan antar molekul-molekul
berdekatan.
.
Tahap 1
Pelepasan satu molekul solute
Proses pelepasan ini melibatkan energi
sebesar 2W22 untuk memecah ikatan antar
molekul yang berdekatan dalam kristal.
Tetapi apabila molekul melepaskan diri dari
fase zat terlarut, lubang yang ditinggalkan
tertutup, dan setengah dari energi
diterima kembali, maka total energi dari
proses pertama adalah W22
2.Tahap kedua menyangkut pembentukan
lubang dalam pelarut yang cukup besar
untuk menerima molekul zat terlarut.
Tahap 2
Pembentukan celah atau rongga dalam pelarut
Energi yang dibutuhkan pada tahap ini adalah
W11. Bilangan 11 menunjukkan bahwa interaksi
terjadi antar molekul solven.
3.Tahap ketiga molekul zat terlarut akhirnya
ditempatkan dalam lubang pelarut. Lubang
dalam pelarut (tahap 2) yang terbentuk,
sekarang tertutup. Pada keadaan ini, terjadi
penurunan energi sebesar – W12, selanjutnya
akan terjadi penutupan rongga kembali dan
kembali terjadi penurunan energi potensial
sebesar – W12, sehingga tahap ketiga ini
melibatkan energi sebesar – 2W12. Interaksi
solut – solven ditandai dengan 12.
Tahap 3
Penempatan solute didalam rongga pelarut
Secara keseluruhan, energi ( W ) yang
dibutuhkan untuk semua tahapan proses
tersebut adalah :

W = W22 + W11 – 2W12………………………...( 1 )

Semakin besar W atau selisih energi yang


dibutuhkan pada tahap 1 dan 2 dengan energi
yang dilepaskan pada tahap 3, maka semakin
kecil kelarutan zat.
Bila suatu zat melarut, kekuatan tarik menarik
antar molekul dari zat terlarut harus diatasi
oleh kekuatan tarik menarik antara zat terlarut
dengan pelarut. Simbol W pada persamaan 1
adalah energi potensial atau simbol yang
menyatakan gaya tarik menarik
LARUTAN IDEAL
Kelarutan zat padat didalam larutan ideal
bergantung pada temperatur, titik leleh zat
padat, panas peleburan molar ΔHf, yaitu panas
yang diabsorbsi apabila zat padat meleleh.
Dalam larutan ideal, panas pelarutan sama
dengan panas peleburan, yang dianggap
konstan tidak bergantung pada temperatur,
tidak dipengaruhi oleh sifat pelarut.
Persamaan yang diturunkan untuk larutan ideal
zat padat dalam cairan oleh Hildebrand dan
scott sebagai berikut:
-log Xi2 = ΔHf ( To-T )
2,303R T . To
Xi2 = Kelarutan ideal zat dalam fraksi mol
ΔHf = beda entalpi/panas peleburan
To = Suhu peleburan zat terlarut padat (K)
T = Suhu Percobaan mutlak larutan (K)
R = Tetapan Gas
Notasi i pada X2 , adalah untuk larutan ideal
dan notasi 2 menyatakan fraksi mol dari zat
terlarut. Pada temperatur diatas titik leleh, zat
terlarut dalam keadaan cair dan dalam larutan
ideal maka zat terlarut bercampur dalam segala
perbandingan dengan pelarut. Sehingga
persamaan dari Hildebrand dan Scott tidak
dipakai karena T > T0.
Tugas (kumpulkan minggu depan)
Contoh soal:
Berapakah kelarutan naftalen (m) dalam
larutan benzen ideal 20˚C ?, titik leleh naftalen
80˚C, dan panas peleburan molar 4500 kal/mol
???
Jawab :
-log X2 = ΔHf ( To-T )
2,303R T . To

Kelarutan dalam fraksi mol dapat diubah


menjadi molalita (apabila berat molekul pelarut
M1 diketahui ) dengan hubungan sebagai
berikut,
m = 1000. X2
M1 (1-X2)
Larutan Nonideal
Kelarutan zat padat didalam larutan nonideal
harus diperhitungkan faktor aktivitas solute
yang koefisiennya sebanding dengan volume
(molar) solute dan volume fraksi solven (Φ)/Phi.
Parameter kelarutan (δ)/delta, besarnya sama
dengan harga akar tekanan dalam (√pi)
solute dan interaksi antara solute dan solven.
Parameter kelarutan (δ), yang menyatakan
kohesi antar molekul sejenis dapat dihitung
dari panas penguapan, tekanan dalam dan
tegangan permukaan. Cara terbaik untuk
menghitung parameter kelarutan adalah akar
kuadrat dari tekanan dalam,
δ = ΔHv – RT ½
V
ΔHv adalah panas penguapan kal/mol
V adalah volume molar solute pada
temperatur yang diinginkan, R adalah
tetapan gas dan T adalah temperatur
mutlak. Jika zat terlarut pada
temperatur ini padat, volume molarnya
harus diperoleh pada temperatur yang lebih
tinggi pada saat zat itu berbentuk cair
(yaitu pada temperatur diatas titik leleh)
Dengan demikian persamaan yang paling sederhana
untuk larutan non ideal, dinyatakan sebagai
kelarutan reguler dirumuskan oleh Scatchard-
Hildebrand sebagai berikut:
- log X2 = ΔHf (To-T) + log 2 (koef. Keaktifan solute)
2,303RT To

- log X2 = ΔHf (To-T) + V2Φ12 (δ1-δ2)²


2,303RT To 2,303RT
Dimana :
X2 adalah fraksi mol zat terlarut,
ΔHf merupakan panas peleburan zat terlarut
(kal/mol),
R tetapan gas ( 1,987 kal/mol derajat) ,
T dengan 298˚K pada 25˚C yaitu temperatur
yang sering digunakan.
V2 adalah volume molar solute (cm³),
δ1 parameter kelarutan solven,
δ2 merupakan parameter kelarutan solute.
Dalam larutan encer, volume fraksi mendekati 1,
dan Φ1 dapat diabaikan sebagai pendekatan
pertama. Bila perhitungan kasar memperlihatkan
makna yang lebih kecil dari 1, harus dibuat
perhitungan kembali dengan memperhitungkan
harga Φ1. .
Φ1. = V1 ( 1 - X2)
V1(1 –X2 )+V2.X2
dimana : V1 adalah volume pelarut
V2 adalah volume zat terlarut pada
temperatur diatas titik lelehnya
Hitung parameter kelarutan iodium , tentukan
fraksi mol dan kelarutan molal dari iodium
dalam karbon disulfida pada 25ºC?

Jika diketahui panas penguapan (∆Hv)


cairan Iodium 11.493 kal/mol. Panas
peleburan rata-rata (∆Hf) sekitar 3600 kal
pada suhu 25ºC, titik leleh iodium 113ºC dan
volume molar zat terlarut (V2) adalah
59 cm³dan volume pelarut (V1) adalah 60 cm³.
Parameter kelarutan karbondisulfida adalah 10
Jawab :
Diketahui :
ΔHv = 11.493 kal/mol
∆Hf = 3600 kal
R = 1,987 kal/mol.derajat K
T = 298 K
To = 386 K
V2 = 59 cm³
V1 = 60 cm³
δ1 = 10
(a) Parameter kelarutan iodium
δ2 = ΔHv – RT ½
V
= 11.493- (1,987 x 298) ½
59

= 13,6
(b) X2 dihitung dengan menganggap
Φ1² adalah 1
- log X2 = ΔHf (To-T) + V2Φ12 (δ1-δ2)²
2,303RT To 2,303RT
- log X2 = 3600 x (386 - 298) + 59 (1)2 x(10,0 – 13,6)²
1364 386 1364
X2 = 0,0689
Volume fraksi
Φ1. = V1 ( 1 - X2)
V1(1 –X2 )+V2.X2
Φ1. = 60 ( 1 – 0,0689)
60(1 –0,0689 ) + 59.0,0689
Φ1. = 60 ( 0,9311) = 55,866
60(0,9311)+ 4,0651 59,9311
Φ1. = 0,9322
Hitung X2

- Log X2 = 3600 x 386-298 + 59.(0,9322)²(10,0 – 13,6)²


1364 386 1364
- Log X2 = (2,639 x 0,228) + 0,4871
Log X2 = - (0,6017+0,4871)
Log X2 = - 1,0888
X2 = anti log – 1,0888
X2 = 0,0815
 Kelarutan dalam fraksi mol yang dihitung
dari uap iodium dalam karbon disulfida dapat
diubah menjadi konsentrasi molal
menggunakan persamaan sbb,

m = 1000. X2
M1 (1-X2)
Sehingga,
m = 1000. 0,0815__
76,13 . (1-0,0815)
m = 1,17 mol/kg
Kelarutan iodium dalam karbondisulfida
adalah 1,17 mol/kg pelarut
δ(total) adalah harga sesungguhnya untuk
pelarut dan obat. Semakin mirip harga δ
untuk dua komponen, semakin besar
kelarutan timbal balik dari pasangan itu.

Misalnya: harga δ untuk senyawa kofein 14,1


dan untuk pelarut dioksan 10,0 dan untuk
kloroform 9,3. Oleh karena itu kofein dapat
lebih larut dalam dioksan daripada dalam
kloroform.
 Tabel 1.Volume molar dan parameter kelarutan senyawa kristal

Senyawa Parameter kelarutan ( kal/cm³)½


Krisatal / zat V δD δP δH δ
terlarut (cm³/mol)

Asam 104 8,9 3,4 4,8 10,7


Kafeina 144 10,1 3,4 9,1 14,1
Metil paraben 145 9,3 4,4 6,0 11,8
Naftalena 123 9,4 1,0 1,9 9,6
Fenobarbital 137 10,3 4,8 5,3 12,6
Sulfadiazine 182 9,5 4,8 6,6 12,5
Tolbutamid 229 9,7 2,9 4,1 10,9
 Tabel 2. Volume molar dan parameter kelarutan untuk beberapa
senyawa cair
Senyawa Parameter kelarutan ( kal/cm³)½
Cair / Pelarut V δD δP δH δ
(cm³/mol)
N-Butana 101,4 6,9 0 0 6,9
Dietileter 104,8 7,1 1,4 2,5 7,7
Sikloheksana 108,7 8,2 0 0,1 8,2
Toluen 106,8 8,8 0,7 1,0 8,9
Etilasetat 98,5 7,7 2,6 3,5 8,9
Benzen 89,4 9,0 0 1,0 9,1
Kloroform 80,7 8,7 1,5 2,8 9,3
Aseton 74,0 7,6 5,1 3,4 9,8
Karbondisulfida 60,0 10,0 0 0,3 10,0
Dioksan 85,7 9,3 0,9 3,6 10,0
Etanol 58,5 7,7 4,3 9,5 13,0
Metanol 40,7 7,4 6,0 10,9 14,5
Apabila parameter kelarutan zat terlarut sama
dengan pelarut, maka gaya kohesi zat terlarut dan
pelarut adalah sama ( δ1 – δ2 = 0 ), sehingga
kelarutan zat terlarut hanya bergantung pada
bentuk kelarutan ideal, termasuk panas peleburan
(ΔHf), titik leleh zat terlarut ( To ) dan temperatur
larutan ( T ).
Tugas (kumpulkan minggu depan)

Hitung parameter kelarutan naftalen , tentukan


fraksi mol dan kelarutan molal dari naftalen dalam
toluen pada 25ºC?
Jika diketahui panas penguapan (∆Hv)
cairan naftalen 11927 kal/mol. Panas
peleburan rata-rata (∆Hf) sekitar 4500 kal
pada suhu 25ºC, titik leleh naftalen 80ºC dan
Vol. molar zat terlarut (V2) adalah
123 cm³dan vol. molar pelarut (V1) adalah 106,8 cm³.
Parameter kelarutan toluen adalah 8,9
ParaMeteR KeLarUtaN PaRsiaL Dan
PerHitungan atas Dasar kontribusi
Gugus
Harga Parameter kelarutan δ tunggal menurut
Hildebrand merupakan nilai total dari 3
parameter kelarutan.
Menurut pendekatan Hansen parameter
kelarutan terbagi dalam besarnya energi
kohesi kedalam bentuk non polar atau
interaksi dispersi ΔED, yang kedua untuk
interaksi dipol-dipol permanen ΔEp dan
ketiga ikatan hidrogen ΔEH.
 Jika jumlah bentuk energi ini dibagi volume molar
memberikan kerapatan energi kohesi total.
 ΔE = ΔED + ΔEP + ΔEH
V V V V
Atau
δ² = δD² + δP² + δH²
Dimana δ adalah parameter kelarutan total terutama
Hildebrand. Harga δD² ditentukan dengan
pembanding hidrokarbon yang sesuai yang disebut
homomorf, sedangkan δp² dan δH² diperoleh dengan
metode empiris.
3 Parameter parsial dapat dilihat pada tabel 1 dan 2
bersama dengan parameter kelarutan total untuk
beberapa senyawa kristal dan senyawa cair.
 Fedors mengajukan suatu metode andil gugusan
untuk memperkirakan parameter kelarutan total
suatu senyawa. Andil atom dan gugus kimia pada ΔE
dan ΔV dirumuskan sebagai berikut;
 δ² = Σ ΔE
Σ ΔV

Daftar harga atom dan gugusan untuk andil dispersi,


polar dan ikatan hidrogen terhadap parameter
kelarutan dapat dilihat pada tabel 3.
 Tabel 3. Parameter kelarutan parsial dan volume molar beberapa
atom dan gugus kimia ( Andil gugus atom )

Gugus ΔV ΔV.δD² ΔV.δP² ΔV.δH²


-OH 10,0 1770±450 700±200 4650±400
-NH2 19,2 1050±300 600±350 1350±200
-COOH 28,5 3350±300 500±150 2750±250
-CHO 18,0 1830±450 225±26 4000±160
-O 3,8 520±350 140±16 1375±650
-CH2 16,1 1180 0 0
-CH3 33,5 1125 0 0
-Cl 24,0 1400±100 1250±100 100±20
-I 35,5 4000±250 500±100 50±50
 Metode penemuan parameter parsial untuk pelarut
dan zat terlarut padat adalah langsung berdasarkan
rumus

 δ² = Σ ΔE
Σ ΔV
Maka dalam tabel 3, ΔV.δD² = ΔED, demikian pula
dengan ΔV.δP² dan ΔV.δH² masing-masing sama
dengan ΔEP dan ΔEH.
ΔV adalah andil untuk volume molar total V dari
setiap atom atau gugus molekul
Contoh soal

Hitung parameter kelarutan parsial dan


parameter kelarutan total dari etanol
berdasarkan pada perhitungan atas dasar
andil gugus atau kontribusi gugus?
Rumus kimia
etanol ????????
? ?
Jawab :
CH3CH2OH

Gugus ΔV ΔV.δD² ΔV.δP² ΔV.δH²


-CH3 33,5 1125 0 0
-CH2 16,1 1180 0 0
-OH 10,0 1320 900 5050
------- -------- ------- ---------
V=59,6 ΔV.δD²=3625 ΔV.δP² =900 ΔV.δH²=5050
δD²=60,82 δP² =15,10 δH²=84,73
δD = 7,80 δP =3,89 δH = 9,20
δ² = δD² + δP² + δH²=160,65
δ = √160,65 = 12,67
Tugas (dikumpulkan minggu depan)

Hitung parameter kelarutan parsial dan


parameter kelarutan total dari metanol
berdasarkan pada perhitugan atas dasar andil
gugus atau kontribusi gugus?
Jawab

Rumus molekul dari Metanol


CH3OH

Anda mungkin juga menyukai