DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya Critical Book
Review (CBR) ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Dalam menyelesaikan penyusunan
tugas ini penulis didukung oleh beberapa referensi yang penulis gunakan, oleh sebab itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis sangat
mengucapkan terima kasih terutama kepada Dosen pengampu mata kuliah ini Dr. Sri Adelilla Sari,
M.Si yang telah memberi ilmu dan wawasan yang sangat berharga.
Selain untuk memenuhi tanggung jawab penulis sebagai penerima tugas, tulisan ini juga untuk
menambah ilmu khususnya dan umumya untuk para pembaca. Penulis menyadari bahwa Critical
Book Review ini masih jauh dari kata sempurna. Hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca
Kelompok 1
i
DEKSRIPSI BUKU
Buku ini berjudul “ANALISIS ANORGANIK KUALITATIF MAKRO DAN SEMI MIKRO”
EDISI KE LIMA oleh G. Svehla, edisi ini diterbitka atas kerja sama dengan Longman Group
Limited, London. Diterbitkan pertama kali oleh penerbit PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta 1985.
Tujuan diterbitkannya buku ini adalah untuk mengenal dan mengetahui praktikum kimia secara
sederhana seperti mengenal akan operasi melarutkan, menguapkan, mengkristal kan, menyuling,
mengedapkan, menyaring, mendekantasi, dll melalui reaksi kering dan reaksi basah Mengenal
klasifikasi kation golongan pertama yang meliputi timbel (III) , Mercurium (I) , dan perak (I).
Mengenal klasifikasi kation golongan kedua yang meliputi merkurium (II), Timbel (II), Bismut
(III) , Tembaga (II) , Kadium (II), Arsenik (III) & (IV) , Stibium (III) dan (IV), Timah (II) dan
(IV).
Dalam analisis makro kuantitas zat yang dikerjakan adalah 0,5-1 gram dan volume larutan yang
diambil untuk analisis sekitar 20 ml. Dalam analisis semimikro, kuantitas yang digunakan untuk
analisis dikurangi dengan faktor 0,1-0,05, yakni sekitar 0,05 gram dan volume larutan sekitar 1 ml.
5. Penghematan ruangan
1. ANALISIS KERING
Analisis kering merupakan uji yang dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa proses
melarutkan.
Petunjuk untuk operasi analisis kering, yaitu:
a. Pemanasan
Zat ditaruh dalam sebuah tabung pengapian (tabung bola) yang dibuat dari pipa
2
kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala Bunsen, mula-mula dengan lembut
dan kemudian dengan lebih kuat. Dapat terjadi sublimasi, atau pelelehan atau
penguraian yang disertai perubahan warna, atau dapat dibebaskan suatu gas yang
dapat dikenali dari sifat-sifat khas tertentu.
b. Uji pipa-tiup
c. Uji nyala
(i) kerucut biru dalam, ADB, yang terdiri sebagian besar dari gas yang tak terbakar
(ii) ujung terang D (ini hanya nampak bila lubang udara sedikit ditutup)
Satu-satunya cara yang berharga untuk memanfaatkan uji nyala dalam analisis ialah
memisah-misahkan cahaya atas rona-rona komponennya dan mengidentifikasikan
kation yang ada oleh perangkat rona yang khas itu. Alat yang digunakan untuk
memisahkan cahaya menjadi warna-warna penyusunannya disebut spektroskop.
Suatu bentuk diperiksa dengan mikroskop,akan nampak sebuah sebuah garis
kuning yang terang.
Manik itu dibuat dengan cara serupa dengan manik boraks, hanya saja di sini
digunakan garam mikrokosmik. natrium. amonium hidrogen fosfat tetrahidrat, Na(
NH,)HPO,.4H.O. Manik tembus cahaya tak berwarna mengandung natrium
metafosfat:
Na( ) )= + O↑+ ↑
2. ANALISIS BASA
Analis ini dibuat dengan zat-zat dalam larutan, atau dengan kata lain reaksi ini merupakan
kebalikan dari reaksi kering. Suatu reaksi diketahui berlangsung jika terbentuk endapan,
pembebasan gas, dan perubahan warna.
Ketika menggunakan metode atau analisis ini, hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Alat ketika melakukan analisis :
a) Tabung reaksi
Kapasitas 50, 100 dan 250 ml yang mempunyai bentuk Griffin sangatlah berguna
dalam analisis kualitatif. Harus disertakan kaca arloji dengan ukuran yang sesuai.
Untuk penguapan dan Reaksi kimia yang mungkin akan menghebat, kaca arloji itu
harus ditopangkan pada mulut gelas piala dengan pertolongan batang kaca
berbentuk-V.
4
Labu ini hendaknya berkapasitas 50, 100 dan 250 ml, dan berguna untuk penguraian
dan penguapan. Dengan dipasangnya corong yang batangnya pendek, akan dicegah
kehilangan cairan lewat leher labu dan sementara itu uap bisa keluar.
d) Batang pengaduk
Sebatang kaca yang diameternya sekitar 4 mm, dipotong menurut panjang yang
sesuai dan ujung-ujungnya dibulatkan dengan nyala Bunsen. Batang itu seharusnya
sekitar 20 cm untuk digunakan pada tabung reaksi dan 8 — 10 cm untuk pinggan dan
gelas piala kecil. Pipa kaca berongga tidak boleh digunakan sebagai batang
pengaduk. Suatu batang yang batu ujungnya runcing yang dibuat dengan
memanaskan sebuah batang kaca pada nyala, kemudian menarik pada waktu masih
lunak seperti dalam membuat jet kaca dan mematahkan menjadi dua, digunakan
untuk melubangi ujung kerucut kertas sering untuk memindahkan isi kertas saring ke
bejana lain, dengan semprotan air dari sebuah botol cuci.
Pereaksi golongan: asam klorida encer (2). Reaksi golongan: endapan putih timbel klorida,
PbCl, merkurium(1) klorida Hg,Cl, dan perak klorida AgCl
Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbel klorida
sedikit larut dalam air, dan karena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna bila
ditambahkan asam kloridá encer kepada suatu cuplikan; ion timbel yang tersisa itu,
diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama
5
kation golongan kedua. Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Di antara sulfat-
sulfat, timbel sulfat praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan
merkurium(I) sulfat terletak di antara kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut,
sedangkan pengendapan timbel halida tidak sempurna, dan endapan itu mudah sekali melarut
dalam air panas. Sulfida tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat
bisa mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan
dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan, ia dapat
bertindak dengan bermacam-macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap
amonia.
Timbel adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang tinggi (11,48 g
mi" pada suhu kamar). Is mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (8M), dan
terbentuk juga nitrogen oksida:
Gas nitrogen(II) oksida yang tak berwarna itu, bila tercampur dengan udara, akan teroksidasi
menjadi nitrogen dioksida yang merah:
Dengan asam nitrat pekat, terbentuk lapisan pelindung berupa timbel nitrat pada permukaan
logam, yang mencegah pelarutan lebih lanjut. Asam klorida encer atau asam sulfat encer
mempunyai pengaruh yang hanya sedikit, karena terbentuknya timbel klorida atau timbel
sulfat yang tak larut pada permukaan logam itu.
Reaksi-reaksi dari ion timbel(II) Larutan timbel nitrat (0,25 M) atau timbel asetat (0,25 M)
dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
Asam klorida encer (atau klorida yang larut): endapan putih dalam larutan yang dingin dan
tak terlalu encer
Endapan larut dalam air panas (33,4 g F1 pada 100°C, sedang hanya 9,9 g ¹ pada 20°C).
tetapi memisah lagi sebagai kristal-kristal yang panjang seperti jarum setengah dingin. La
juga larut dalam asam klorida pekat atau kalium klorida pekat, pada mana terbentuk ion
tetrakloroplumbat(11): Jika endapan dicuci dengan cara dekantasi, dan amonia encer
ditambah kan, tak terjadi perubahan yang nampak [perbedaan dari ion merkurium (1) atau
ion perak], meskipun ada terjadi reaksi pertukaran-endapan, dan terbentuk timbel
hidroksida:
6
Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer: endapan hitam timbel sulfida:
Pengendapan tidak sempurna, jika ada asam mineral kuat dengan konsentrasi lebih dari 2M.
Karena terbentuk ion hidrogen dalam reaksi di atas, campuran sebaiknya dibufferkan dengan
natrium asetat. Dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida ke dalam campuran yang
mengandung endapan timbel klorida putih, yang terakhir ini akan diubah menjadi timbel
sulfida (hitam) dengan reaksi pertukaran endapan: Jika uji ini dilakukan dengan adanya
klorida [kalium klorida (jenuh)] dalam jumlah yang banyak, mula-mula terbentuk endapan
merah timbel sulfoklorida, bila gas hidrogen sulfida dialirkan ke dalam larutan.
7
As,O, + 6HCl→→ 2As +6C1 + 3H₂O
Di samping ini, arsenik(III) oksida larut pula dalam natrium hidroksida (2) pada mana
terbentuk ion arsenit.
Melarutnya sulfida dalam amonium polisulfida dapat dianggap sebagai pembentukan garam-
tio dari asam-tio anhidrat. Jadi, melarutnya arsenik(III) sulfida (asam tio anhidrat
mengakibatkan terbentuknya ion-ion amonium dan tioarsenit (amonium tioarsenit: suatu
garam-tio):
Semua sulfida dari sub-golongan arsenik larut dalam amonium sulfida (tak) berwarna),
kecuali timah(II) sulfida: untuk melarutkan yang terakhir ini, diperlukan amonium polisulfida,
yang bertindak sebagian sebagai zat pengok sid, sehingga terbentuk ion tiostanat:
SnS+S → SnS;
Perhatikan, bahwa sementara timah adalah bivalen dalam endapan timah(II) sulfida, ia adalah
tetravalen dalam ion tiostanat. Ion-ion arsenik(III), stibium(III), dan timah(II), dapat
dioksidasikan menjadi ion arsenik(V), stibium(V), dan timah(IV). Di lain pihak, ketiga ion
yang terakhir ini dapat direduksi oleh zat-zat yang sesuai. Besarnya potensial oksidasi-reduksi
dari sistem arsenik (V)-arsenik(III), dan sti bium(V)-stibium(III), bergantung pada pH, maka
oksidasi atau reduksi ion yang bersangkutan dapat dibantu dengan memilih pH yang sesuai
untuk reaksi tersebut.
Dalam materi analisis kation dan golongannya juga dijelaskan dengan baik didalam
dijelaskan jenis jenis kation dalam golongannya beserta dengan reaksi-reaksi nya . Buku ini sudah
sangat baik jika digunakan menjadi buku pendamping mahasiwa dalam belajar mata kuliah
kualitatif dan kuantitatif, kita sebagai mahasiswa kimia sangat disarankan untuk membaca buku
tersebut. dengan menggunakan contoh-contoh dalam tulisannya membuat kita sangat efektif dalam
membaca dan memahami isi buku tersebut, apa yang sebelumnya belum dengan jelas kita ketahui
dapat kita ketahui dengan contoh yang diberikan oleh penulis sehingga dengan menggunakan
contoh yang dibuat oleh penulis sangat efektif dalam membantu kita lebih dalam mengetahui
mengenai poin yang didalam.
Kesimpulan yang dapat diambil setelah membaca dan memahami buku tersebut yaitu
pembaca dapat mengenal atau mengetahui praktikum kimia secara sederhana seperti mengenal
akan operasi melarutkan, menguapkan, mengkristal kan, menyuling, mengedapkan, menyaring,
mendekantasi, dll melalui reaksi kering dan reaksi basah serta dapat mengetahui klasifikasi kation
golongan pertama dan golongan kedua. dimana klasifikasi kation golongan pertama yaitu meliputi
timbel (III) , Mercurium (I) , dan perak (I) dan klasifikasi kation golongan kedua yang meliputi
merkurium (II), Timbel (II), Bismut (III) , Tembaga (II) , Kadium (II), Arsenik (III) & (IV) ,
Stibium (III) dan (IV), Timah (II) dan (IV).
Persentasi penulis akurat, yang di dukung dengan materi yang lengkap syang disertai
dengan contoh senyawa yang mudah dimengerti dengan berlandaskan hasil-hasil uji percobaan
yang dilakukan dengan praktikum kimia, se perti pada contoh reaksi berikut :
9
DAFTAR PUSTAKA
Pudjaatmaka, Hadyana dan Setiono. 1985. Buku Teks Vogel Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
10