Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS KUALITATIF

Disusun oleh :
Kelompok 3 (Tiga)
Nama Anggota :
- M. Pramudya Niko Putra Farhan
- Salsabila Rezki Ananda
- Tasya Nadia Utami
Kelas : 1 KB
Instruktur : Meilianti, S.T.,M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
PALEMBANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadira Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan segala pengertian sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul “Analisis Kualitatif”

Dalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan


serta kerja sama dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah memberikan sumbangsinya dalam hal ini berupa bantuan yang sangat
berarti dalam penyusunan Makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


Makalah ini. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif sebagai pedoman di masa mendatang. Maka kami dengan
penuh rasa syukur mempersembahkan Makalah ini semoga bermanfaat
untuk kita semua.

Senin,19 Oktober 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar......................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ...........................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................ 3

2.1 Analisis Kualitatif ......................................................................................... 3

2.2 Reaksi Kering dan Basah ...............................................................................3

2.3 Zona dalam Nyala Bunsen ........................................................................... 10

2.4 Uji Pendahuluan Terhadap Larutan.............................................................. 11

2.5 Klasifikasi Kation dalam Golongan Analisis ................................................ 12

2.6 Klasifikasi Anion dalam Golongan Analisis ................................................ 13

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 16

i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia analisis adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang
mempelajari yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui
komposisi, struktur, danfungsi kimiawinya. Kimia analisis telah dimanfaatkan
secara luas dalam berbagaimacam disiplin ilmu seperti kedokteran, farmasi,
arkeologi, forensik, pemantauankualitas lingkungan dan lain sebagainya (Huda,
2009).

Analisa kualitatif atau disebut juga analisa jenis adalah untuk


menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang
dianalisa. Dalam melakukan analisa kita mempergunanakan sifat-sifat zat atau
bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu
sampel cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu maka
kita lakukan analisa kualitatif terhadap sampel cairan itu. Caranya ialah kita
tentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya bagaimanakah warna, bau,
indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila sampel
berupa padatan, kita tentukan bagiamanakah warna, bau, warna nyala, titik
leleh, bentuk kristal, serta kelarutannya. Harus disadari bahwa untuk melakukan
analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup
mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa. Berdasarkan metodenya,
analisa kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama, analisis
bahan berdasarkan karakterisasi fisis, yaitu penentuan sifat fisis dan keasaman.
Kedua, analisis bahan berdasarkan metode H2S , yaitu analisis kation dan
analisis anion (UPI,2004)

1
Dalam percobaan ini, yang akan dianalisa adalah apakah ada kation
– kation yang terdapat di dalam sampel dan apa jenis dari kation yang
terkandung dalam sampel. Pengidentifikasian kation - kation didasarkan pada
prinsip reaksi warna.

1.2 Rumusan Masalah


1 . Apa yang dimaksud analisis kualitatif ?
2. Jelaskan macam-macam reaksi kering?
3. Jelaskan zona-zona yang terdapat dalam nyala bunsen?
4. Jelaskan pendahuluan terhadap larutan?
5. Uraikan klasifikasi kation (ion logam) kedalam golongan-golongan
analisis ?
6. Jelaskan pengujian untuk anion dalam larutan?
1.3 Tujuan

1 . Untuk mengetahui apa yang dimaksud analisis kualitatif


2. Untuk mengetahui macam-macam reaksi kering
3. Untuk mengetahui zona-zona yang terdapat dalam nyala bunsen
4. Untuk mengetahui pendahuluan terhadap larutan
5. Untuk mengetahui Uraian klasifikasi kation (ion logam) kedalam
golongan-golongan analisis
6. Untuk mengetahui pengujian untuk anion dalam larutan

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Analisis Kualitatif

Berdasarkan fase zat yang dinalisis terdapat dua metode analisis


yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dilakukan terhadap zat
yang dalam bentuk padatan tanpa melarutkan contoh padatan tersebut.
Reaksi basah dilakukan terhadap contoh dalam bentuk larutan dengan
demikian jika sampel dalam bentuk padatan maka harus dilakukan pelarutan
terlebih dahulu.

2.2. Reaksi Kering dan Basah


1) Reaksi Kering
Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat. Reaksi
kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan
kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam
ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik.
Reaksi kering dilakukan dalam keadaan kering yaitu tanpa melarutkan
contoh. Cara yang dilakukan adalah :
a) Pemanasan.
Zat ditaruh dalam sebuah tabung perapian (tabung bola) yang
dibuat dari pipa kaca lunak dan dipanasi dalam sebuah nyala bunsen.
Pemanasan tersebut akan menyebabkan terjadinya sublimasi,
pelelehan atau penguraian yang disertai perubahan warna atau
pembebasan gas yang dapat dikenali sifat khas tertentu.
b) Uji pipa tiup.
Nyala Bunsen terang (lubang udara tertutup seluruhnya) kira-
kira sepanjang 5 cm digunakan untuk uji ini. Suatu nyala mereduksi
dihasilkan dengan menaruh mulut pipa tiup tepat di luar nyala dan

3
meniup dengan lembut sehingga kerucut dalam berayun-ayun pada
zat yang diperiksa. Suatu nyala mengoksidasi diperoleh dengan
memegang mulut pipa tiup itu kira-kira sepertiga ke dalam nyala dan
meniup lebih kuat arah sejajar dengan puncak pembakar, puncak
nyala dibiarkan mengenai zat tersebut
c) Uji nyala.
Senyawa logam tertentu diuapkan dalam nyala dalam Bunsen tak
terang memberikan warna yang karakteristik pada nyala
itu. Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga
dapat dilakukan uji warna nyala sebagai salah satu cara identifikasi
kation dengan reaksi kering. Untuk uji reaksi kering metode uji nyala
yang sering dilakukan adalah:

(1) Reaksi nyala dengan kawat nikrom


Biasanya dilakukan dengan cara sedikit zat dilarutkan ke dalam
HCL pekat, diatas kaca arloji kemudian dicelupkan
kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih
kemudian dibakar diatas nyala oksidasi.
Prinsipnya sederhana : melihat perubahan warna nyala api.
Karena beberapa logam memberikan warna nyala yang khas bila
dibakar pada api oksidasi. Metoda ini sebenernya metoda klasik tapi
masih cukup akurat untuk analisis kualitatif, setidaknya memberikan
arah yang sangat jelas untuk analisis logam. Alat yang dipakai
hanyalah kawat nikrom (sebuah alloy nikelkromium) atau kawat
platina, harus logam ini yang dipakai karena kedua kawat tersebut
tidak akan memberikan warna bila dibakar, dan harus hati-hati
dengan kawat ose, karena bentuknya yang agak mirip.

4
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
 Bersihkan sebuah kawat dengan mencelupkannya ke dalam
asam hidroklorida pekat
 Panaskan pada bunsen. Ulangi prosedur ini sampai kawat
tidak menimbulkan warna pada nyala api Bunsen.
 Basahi kawat dengan asam dan kemudian celupkan ke dalam
sedikit bubuk padatan yang akan diuji sehingga ada beberapa
bubuk padatan yang menempel pada kawat tersebut.
 Bakar kawat pada nyala Bunsen.
 Ulangi prosedur dari awal jika warna nyala memudar,

CATATAN : terkadang uji warna nyala juga dapat menjadi


satusatunya indikator pemastian suatu unsur tanpa memerlukan
analisis yang lebih lanjut dalam pengidentifikasiannya. Seperti unsur
Astatin (At) yang hanya berwarna putih pada saat di uji warna
nyalanya.

5
(2) Reaksi nyala beilshein
Biasanya dilakukan dengan cara kawat tembaga yang telah bersih
dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala hijau hilang. Apabila ada
halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.

(3) Reaksi nyala untuk borat


Dilakukan dengan cara cawan porselin sedikit zat padat
ditambahkan asam sulfat pekat dan beberapa tetes methanol,

6
kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul
warna hijau.
d) Uji manik boraks
Uji manik boraks dilakukan dengan menggunakan kawat platina
membentuk suatu lingkaran kecil yang dipanasi dalam nyala bunsen
kemudian dibenamkan ke dalam bubuk boraks. Zat padat yang
menempel disimpan dalam bagian nyala yang terpanas, garam akan
membengkak dan melepaskan air kristalnya dan menyusut sebesar
lingkaran kawat platina dan membentuk manik kaca, transparan dan tak
berwarna.
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
 Panaskan kawat nikrom sampai pijar
 Setelah pijar masukan kedalam natrium yang akan diuji :
 Panaskan kembali sampai membentuk manik mirip kaca
 Masukan kedalam sampel yang akan dianalisis
 Panaskan dalam nyala reduksi dan oksidasi
 Amati manik yang terbentuk pada setiap pengujian nyala reduksi dan
oksidasi dalam keadaan panas dan dingin
 Setelah dilakukan tiap uji manik dilepaskan dengan cara bersihkan
kawat nikrom dari kawat sebelumnya dengan cara dipukuk-pukul
bagian kawat yang terdapat maniknya setelah bersih celupkan
kedalam HCl lalu panaskan sampai pijar
 Panaskan kawat nikrom sampai pijar
 Setelah pijar masukan kedalam natrium yang akan diuji
 Panaskan kembali sampai membentuk manik mirip kaca
 Masukan kedalam sampel yang akan dianalisis
 Panaskan dalam nyala reduksi dan oksidasi
 Amati manik yang terbentuk pada setiap pengujian nyala reduksi dan
oksidasi dalam keadaan panas dan dingin

7
 Setelah dilakukan tiap uji manik dilepaskan dengan cara bersihkan
kawat nikrom dari kawat sebelumnya dengan cara dipukul-pukul
bagian kawat yang terdapat maniknya setelah bersih celupkan kedalam
HCl lalu panaskan sampai pijar

2) Reaksi Basah
Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan.
Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan
pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis
kualitatif dilakukan dengan cara basah. Reaksi basah dilakukan
terhadap zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan
terbentuknya endapan, pembebasan gas dan perubahan warna. Reaksi basah
merupakan jenis identifikasi zat secara kualitatif yang sering digunakan pada
umumnya.

8
a) Reaksi Pengendapan

Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan


kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya.
Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan
kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapatdilakukan dengan
mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb
dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas.Kenaikan suhuakan
memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua
kation lainnya tidak.

b) Reaksi Asam-Basa

Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila


dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidrogen.,sedangkan basa mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna merupakan
asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3, NaOH dan KOH. Sebaliknya bila
asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut asam atau basa lemah,
misalnya asam asetat, H2S dan amonium hidroksida. Dalam analisis kualitatif
H2S digunakan untuk mengendapkan sejumlah kation menjadi garam
sulfidanya.

c) Reaksi Redoks

Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk


analisis kualitatif, baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh
penggunaan Reaksi redoks dalam analisis kualitatif:

Contoh reaksi redoks pada Kalium permanganat, KMnO4

Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dengan air,
merupakan pengoksidasi kuat yang dipengaruhi oleh pH dari mediumnya.

9
 dalam asam, MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ (warna merah muda) + 4H2O
 dalam larutan netral, MnO4- + 4H+ + 3e →MnO2 (endapan coklat) +
2H2O
 dalam larutan basa, MnO4- + e → MnO42- ( warna hijau)

2.3 Zona dalam Nyala Bunsen

Nyala Bunsen dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:
a = daerah suhu rendah
b = daerah nyala paling panas
c = daerah oksidasi bawah
d = daerah oksidasi atas
e = daerah reduksi atas
f = daerah reduksi bawah
Secara garis besar nyala api Bunsen terdiri atas tiga bagian yaitu

1. Kerucut dalam ADB yang berwarna biru, di mana dalam kerucut dalam ini
sebagian besar terdiri atas gas-gas yang tidak terbakar.

10
2. Ujung terang D yang hanya tampak bila lubang udara sedikit ditutup.

3. Kerucut luar ACBD sebagai tempat terjadinya pembakaran sempurna.

Bagian-bagian dari nyala Bunsen secara terperinci dan fungsinya dapat


dilihat pada tabel berikut.

Bagian Daerah Nyala Api Busen Fungsinya


a. Daerah Suh Rendah Dipakai untuk menguji zat-zat yang mudah
menguap.
b. Daerah Nyala Paling Panas/ Daerah Digunakan untuk menguji sifat peleburan
Peleburan suatu zatdan melengkapi daerah suhu
rendah dalam menguji kemudahan relative
suatu zat untuk menguap.
c. Daerah Oksidasi Bawah Digunakan untuk mengoksidasi zat-zat
yang larut dalam mutu boraks, fosfat dan
karbonats.
d. Daerah Oksidasi Atas Digunakan untuk mengoksidasi zat-zat
yang tidak memerlukan suhu tinggi. Warna
nyala tidak berwarna dan nyalanya tidak
sepanas didaerah oksidasi bawah.
e. Daerah Reduksi Atas Digunakan untuk mengoksidasi oksida-
oksida berupa kerak menjadi logam. Pada
daerah ini banyak mengandung karbon
berpijar dan berupa kerucut berwarna biru.
f. Daerah Reduksi Bawah Digunakan untuk mereduksi boraks lelehan.

2.4. Uji Pendahuluan Terhadap Larutan

Uji pendahuluan terbagi atas 3 cara, yaitu dengan pemeriksaan


organoleptis(mengunakan panca indara), reaksi uji nyala kation, dan
pemeriksaan kelarutan senyawaionik dalam air.

Cara pengerjaan untuk uji organoleptis adalah dengan cara diletakkan


dalam kaca arloji untuk zat padat, dan untuk zat cairan disimpan didalam
tabung reaksi kemudiandiamati bentuk, warna, dan baunya.

Uji pendahuluan yang kedua adalah reaksi nyala kation. Reaksi nyala
kationdilakukan dengan cara mencelupkan kawat ni-krom ke dalam larutan
HCl terlebih dahulukemudian dibakar. Fungsi dari larutan HCl adalah untuk

11
membilas atau mengangkatkotoran pada kawat sehingga memudahkan dalam
identifikasi.

Metode lain untuk mendapatkan kembali senyawa dari larutannya


adalah dengan membuat larutan hingga mencapai batas kelarutannya pada
suhu tinggi dan kemudian menurunkan suhu sehingga kelarutannya
berkurang, larutan tersebut menjadi superjenuh, dan senyawa padat
ternukleasi.

2.5. Klasifikasi Kation dalam Golongan Analisis

Klasifikasi Kation

Untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida,


hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Klalisfikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan
membentuk endapan atau tidak.

Menurut G. Svehla (1985), Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas


golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:

1. Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida


encer. Ion-ion golongan ini adalah timbal, merkurium(I) (raksa), dan perak.

2. Golongan II, kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut,
kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan
timah(III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIa
dan keenam yang terakhir sub-golongan IIb. Sementara sulfida dari kation
dalam golongan IIa tak dapat larut dalam ammonium polisulfida, sulfida
dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.

12
3. Golongan III, kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrongen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
Namun, kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dengan
suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan
mangan(II). Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation
didefinisikan ke dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifatnya terhadap
pereaksi. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu secara
sistematik, dapat ditetapkan ada atau tidaknya kation-kation berdasarkan
golongannya

4. Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reagen golongan I,
II, III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat
dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam.
Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium, dan barium.

5. Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagen-


reagen golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir,
yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan
hidrogen.

2.6. Klasifikasi Anion dalam Golongan Analisis

Klasifikasi Anion

Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya


kenaikan jumlah elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh
tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida (Cl-). Natrium klorida
(NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik
compound) karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau
memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan
kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S2-,

13
dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena ion-ion ini
mengandung hanya satu atom.

Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif
lebih sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam
larutan minimal (dapat diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat
digolongkan sebagai berikut :

1. Golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO33- -, Cr2O42-,


AsO43-,AsO33-. Anion-anion ini mengendap dengan Ba2+ dalam suasana
basa.
2. Golongan halida : Cl-, Br-, I, S2-
Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).
3. Golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2-.
Semua garam dari golongan ini larut. NO-3-, NO2-, CH3OO- .
Menurut G. Svehla (1985), Proses reaksi anion dapat dibagi kedalan dua bagian
yaitu:

1. Kelas A

a. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer :
Karbonat, hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfide,
nitrit, hipoklorit, sianida, dan sianat.

b. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat.

2. Kelas B

a. Reaksi pengendapan: sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit,


arsenat, arsenit, kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat,
benzoate, dan suksinat.

b. Oksidasi dan reduksi dalam larutan

14
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Analisis kualitatif yang bertujuan untuk mengenali komposisi atau struktur
bahan kimia cukup banyak jenisya. Sesuai dengan jenis bahan kimia yang
terdapat dalam sampel analisis kualitatif untuk bahan organik biasanya menjadi
bagian kajian dari kimia organik sehingga tidak dimasukan dalam bagian kimia
analitik. Bahan kimia dalam sampel organik juga cukup banyak ragamnya
sesuai dengan struktur dari bahan tersebut. Bahan kimia organik molekuler
berbeda cara penetapannya dengan bahan kimia anorganik ionik. Dimana kation
tersebut memiliki 5 golongan dan anion memiliki 3 gologan yaitu, gol sulfat,
gol halide, dan gol nitrat.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2012.
http://coretanwanitabiasa007.blogspot.com/2012/11/klasifikasi-kation-
dan-anion.html?m=1 diakses pada tanggal 19 Oktober 2020
2. Anonim, 2019. https://www.bukusekolah.net/2019/04/analisis-reaksi-
kering-dan-reaksi-basa.html diakses pada tanggal 19 Oktober 2020
3. Fajar Ramdhan, 2018.
https://id.scribd.com/document/391633607/Percobaan-i-Analisis-
Pendahuluan diakses pada tanggal 19 Oktober 2020
4. Halima Siregar,2017. https://id.scribd.com/doc/307198573/BAB-I-
KIMIA-ANALISA-KUALITATIF diakses pada tanggal 19 Oktober
2020
5. Sutresna, 2007.
https://www.google.co.id/amp/s/pdfslide.net/amp/documents/laporan-
analisis-kualitatif-uji-pendahuluan.html diakses pada tanggal 19
Oktober 2020

16

Anda mungkin juga menyukai