Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KIMIA ANALISIS DASAR

Analisis Kimia di Laboratorium & Titrasi Redoks

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
1. Annisa Septiana (140-0021)
2. Indah Nabilah Rahmawati (140-0026)
3. Muhammad Min Alfisyahri ( 040-0008 )

Kelas : 1KB
Kelompok 2

Jurusan : D3 Teknik Kimia

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul ANALISIS KIMIA DI LABORATORIUM & TITRASI REDOKS. Karya tulis
ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliahan Kimia.

Atas bimbingan bapak/ibu dosen maka disusunlah karya tulis ilmiah ini. Semoga
dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Karya tulis ini diharapkan bisa
bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, saya banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun
karya tulis ini saya telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat karya tulis
yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini,
oleh karenanya mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan saya berharap semoga karya ilmiah ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Palembang, 19 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ………………………………........................................................................2

DAFTAR ISI…………………………………………..…………………………………......3

BAB 1
PENDAHULUAN ………………………………………….…………................................4
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….………..4
B. Tinjauan Pustaka
…............................................................................................................................................4

C. Manfaat Penulisan
…………………………………………………………………………..…………………..5

BAB
II PEMBAHASAN……..…………………………………….............................................6

2.1
1. Petunjuk umum ....................................................................................................................6
2. Prosedur keselamatan kerja di laboratorium ……………....................................................6
3. Tata tertib keselamatan kerja ………....................................................................................7
4. Alat keselamatan kerja …………...…..................................................................................8
5. Cara memindahkan bahan kimia ………………..................................................................8
6. Simbol keselamatan kerja…………………..........................................................................10
7. Penanganan kecelakaan .........................................................................................................11
8. Peralatan analisis kimia …………………...………………………………………….........13
9. Reagen yang digunakan …………………………………………... .....................19

2.2.
10. Pengert ian t itrasi Redoks ………. …………………………………………...........22
11. Prinsip t itrasi Redoks …... …………………………………………………...........22
12. Macam-macam t itrasi Redoks ………………………..……………………………23
13. Contoh soal dan pembahasan Redoks …………………..………………………... 28

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................30


A. Kesimpulan ...........................................................................................................................30
B. Saran .....................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................31

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Analisis kimia merupakan suatu kegiatan pengadaan informasi yang diperlukan


untuk suatu penalaran, pengambilan keputusan, serta penetapan kebijakan. Untuk dapat
memperoleh ketiga aspek tersebut, diperlukan data hasil analisis yang benar. Hasil
analisis yang benar hanya akan diperoleh apabila metode, prosedur, sampling, alat
ukur/instrumen, operator, dan pelaporan dalam keadaan benar.

Ketika menganalisis sampel pada berbagai laboratorium, kenyataannya seringkali


ditemukan hasil yang berbeda-beda. Pengambilan keputusan yang salah dari perbedaan
hasil analisis tersebut dapat berakibat fatal misalnya bagi kesehatan manusia, jaminan
hukum, hingga ditolaknya suatu komoditi ekspor oleh negara pengimpornya. Oleh
karena itu, dapat dibayangkan betapa besar biaya yang harus dikeluarkan apabila hasil
uji dinyatakan tidak akurat sehingga produk ditolak/dilakukan analisis ulang.

Pada kenyataannya memang berbagai faktor dapat mempengaruhi mutu hasil


analisis, tetapi secara umum hasil analisis yang benar dan absah akan diperoleh apabila
metode dan instrumen yang digunakan telah tervalidasi.

Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi


redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indicator yang
bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi
yang diharapkan terjadi dalam analisis. Prosedur titrasi yang berdasarkan reaksi redoks
dapat memerlukan suhu yang dinaikkan, penambahan katalis, atau pereaksi berlebih
disusul dengan titrasi kembali. Pereaksi berlebih biasanya ditambahkan dan kita harus
dapat mengambil kelebihannya dengan mudah sehingga ia tidak akan bereaksi dengan
titrasi pada titrasi selanjutnya.

B. Tinjauan Pustaka

Ketika menganalisis sampel pada berbagai laboratorium, kenyataannya seringkali


ditemukan hasil yang berbeda-beda. Pengambilan keputusan yang salah dari
perbedaan hasil analisis tersebut dapat berakibat fatal misalnya bagi kesehatan
manusia, jaminan hukum, hingga ditolaknya suatu komoditi ekspor oleh negara
pengimpornya. Oleh karena itu, dapat dibayangkan betapa besar biaya yang harus
dikeluarkan apabila hasil uji dinyatakan tidak akurat sehingga produk
ditolak/dilakukan analisis ulang.

4
Pada kenyataannya memang berbagai faktor dapat mempengaruhi mutu hasil
analisis, tetapi secara umum hasil analisis yang benar dan absah akan diperoleh
apabila metode dan instrumen yang digunakan telah tervalidasi.
Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu dengan reaktan
lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang
ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya
konsentrasi dari salah satu larutan dikenal sebagai larutan standar, telah diketahui
dengan tepat.
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat
anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial,
sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati
titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan menggunakan
indikator. Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi
redoks, maka dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan
permanganometri.

C. Manfaat Penulisan

1. Mengetahui cara menganalisis kimia di laboratorium

2. Mengetahui pengertian reaksi redoks

3. Mengetahui mcam-macam titrasi redoks

4. Mengetahui prinsip-prinsip reaksi redoks

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Petunjuk Umum


Keselamatan bekerja didalam sebuah laboratorium merupakan salah satu aspek yang
patut untuk diperhatikan. Contohnya seperti seseorang yang tengah berkendara di jalan raya.
Begitu pula dengan bekerja di laboratorium juga memerlukan rambu-rambu sehingga selama
dalam perjalanan dapat sampai tujuan dengan selamat.

Meski begitu kecelakaan dapat terjadi bukan hanya karena tidak memperhatikan etika
berkendara dan rambu-rambu lalu lintas, tetapi juga dapat terjadi ketika ada orang lain yang
lalai. Sama juga halnya dengan kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium. Hal ini tentu
bukanlah kejadian yang disengaja tetapi bisa terjadi apabila ada kelalaian dari diri sendiri dan
orang lain. Oleh karenanya semua pihak sangat berperan dalam menerapkan budaya
keselamatan kerja.

1. Berikut adalah prosedur keselamatan kerja di laboratorium

 Ruangan laboratorium

Ruangan laboratorium yang memenuhi standar adalah salah satu faktor untuk
menghindari kecelakaan kerja. Syarat tersebut meliputi kondisi ruangan yang memiliki sistem
ventilasi dan jalur evakuasi yang baik.

Susunan ruangan harus ditata dengan rapi penempatannya seperti penempatan bahan
kimia atau peralatan percobaan sehingga mudah mencarinya dan bila perlu berikan denah dan
panduan penempatan. Alat keselamatan kerja harus selalu tersedia terutama kotak P3K dan
alat pemadam api. Siapkan nomor telepon penting seperti pemadam kebakaran dan petugas
medis supaya saat terjadi kecelakaan yang cukup parah dapat ditangani dengan segera.

6
Sediakan juga lembaran tentang cara penggunaan alat pemadam api dan tata tertib
laboratorium.

2. Tata Tertib Keselamatan Kerja

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

 Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan dalam laboratorium
tanpa seizin petugas laboratorium dan orang yang tidak berkepentingan dilarang
masuk ke laboratorium untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan

 Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan. Jangan
melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan kimia,
alat-alat, dan cara pemakaiannya dan bertanyalah jika Anda merasa ragu atau tidak
mengerti saat melakukan percobaan

 Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja

o Pakailah jas laboratorium saat bekerja di laboratorium

o Usahakan untuk tidak sendirian di ruang laboratorium. Supaya bila terjadi kecelakaan
dapat dibantu dengan segera

o Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya segera melaporkannya ke petugas


laboratorium

7
o Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya

o Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang
volatil dan mudah terbakar

o Setiap pekerja di laboratorium harus mengetahui cara memberi pertolongan pertama


pada kecelakaan (P3K)

o Buanglah sampah pada tempatnya

o Jangan bermain-main di dalam ruangan laboratorium

o Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik

o Dilarang merokok, makan, dan minum di laboratorium

3. Alat Keselamatan Kerja


Di dalam ruang laboratorium harus sudah tersedia seluruh alat keselamatan kerja
supaya saat terjadi kecelakaan atau darurat bisa diatasi dengan cepat. Berikutadalah alat-alat
keselamatan kerja yang ada di laboratorium. Pastikan semuanya tersedia dan Anda tahu
dimana letaknya.
 Pemadam kebakaran (hidrant) atau Alat pemadam api ringan (APAR)
 Eye washer
 Water shower
 Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
 Jas Laboratorium
 Peralatan pembersih
 dll

4. Cara Memindahkan Bahan Kimia


Sebelum memindahkan bahan kimia, hal yang harus dilakukan adalah mengetahui
segala informasi tentang bahan kimia yang akan digunakan. Seperti cara membawa, bahaya
yang ditimbulkan, dll. Pindahkanlah sesuai kebutuhan dan jangan berlebihan. Bila ada sisa
bahan kimia, jangan dikembalikan ke tempatnya semula karena dapat menyebabkan
kontaminasi pada bahan kimia.

8
Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud cair, pindahkan dengan
menggunakan batang pengaduk atau pipet tetes. Hindari percikan karena bisa menyebabkan
iritasi pada kulit. Jangan menaruh tutup botol diatas meja supaya tutup botol tidak kotor oleh
kotoran di atas meja.
Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud padat, gunakan sendok atau alat lain yang
tidak terbuat dari logam. Hindari menggunakan satu sendok untuk mengambil beberapa jenis
zat kimia supaya terhindar dari kontaminasi.
Pembuangan Limbah

Seperti yang kita ketahui bahwa limbah dapat mencemari lingkungan. Maka dari itu, kita
perlu menangani limbah tersebut dengan tepat. Untuk limbah kimia hendaknya dibuang di
tempat khusus karena beberapa jenis zat kimia sangat berbahaya bagi lingkungan.
Buang segera limbah sehabis melakukan percobaan. Sementara limbah lainnya seperti kertas,
korek api, dan lainnya dibuang di tempat sampah. Sebaiknya pisahkan limbah organik dan
non organik supaya pengolahan sampahnya lebih mudah.

9
5. Simbol Keselamatan Kerja
Gambar dibawah adalah simbol-simbol yang umumnya ada di laboratorium. Simbol
ini harus diperhatikan dan dipahami supaya Anda mengetahui bahaya yang ada pada suatu
benda atau zat kimia.

Berikut adalah penjelasan simbol-simbol tersebut :

 Animal hazard adalah bahaya yang berasal dari hewan. Mungkin saja hewan itu
beracun karena telah disuntik bermacam-macam zat hasil eksperimen atau dapat
menggigit dan mencakar Anda

 Sharp instrument hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang tajam.
Benda itu jika tidak digunakan dengan benar maka dapat melukai Anda

 Heat hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang panas. Tangan Anda akan
kepanasan jika menyentuh benda tersebut dalam keadaan aktif atau menyala

 Glassware hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah pecah.
Biasanya berupa gelas kimia

 Chemical hazard adalah bahaya yang berasal dari bahan kimia. Bisa saja bahan
kimia itu dapat membuat kulit kita gatal dan iritasi

10
 Electrical hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang mengeluarkan
listrik. Hati-hati dalam menggunakannya supaya tidak tersengat listrik

 Eye & face hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang dapat
membuat iritasi pada mata dan wajah. Gunakan masker atau pelindung wajah sebelum
menggunakan bahan tersebut

 Fire hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah terbakar. Contohnya
adalah kerosin (minyak tanah) dan spiritus

 Biohazard adalah bahaya yang berasal dari bahan biologis. Bahan tersebut bisa dapat
menyebabkan penyakit mematikan seperti AIDS. Contohnya adalah tempat
pembuangan jarum suntik

 Laser radiation hazard adalah bahaya yang berasal dari sinar laser.

 Radioactive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda radioaktif. Benda ini
dapat mengeluarkan radiasi dan jika terpapar terlalu lama maka akan menyebabkan
kanker

 Explosive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah meledak.
Jauhkan benda tersebut dari api

6. Penanganan Kecelakaan

Kecelakaan saat kerja biasa terjadi walaupun kita telah bekerja dengan hati-hati. Hal
yang paling utama adalah jangan panik dan ikuti prosedur penanganan kecelakaan yang baik
dan benar. Cari bantuan petugas laboratorium untuk membantu Anda. Bila perlu, panggil
petugas medis atau pemadam kebakaran.

Bila terkena bahan kimia, bersihkan bagian kulit yang terkena bahan kimia sampai
bersih. Kulit yang terkena jangan digaruk supaya tidak menyebar. Bawa keluar korban dari
laboratorium supaya mendapatkan oksigen. Bila kondisi cukup parah, panggil petugas
kesehatan secepatnya.

Bila terjadi kebakaran karena bahan kimia atau korsleting listrik, segera bunyikan
alarm tanda bahaya. Jangan langsung disiram dengan air. Gunakan hidran untuk
memadamkan api. Hindari menghirup asap. Bila kebakaran meluas, segera panggil petugas
pemadam kebakaran.

11
Bekerja di laboratorium dengan nyaman tentunya akan mempengaruhi kelancaran
pada aktivitas kerja. Dengan begitu kecelakaan kerja dapat dihindari. Karena kecelakaan
kerja yang terjadi di laboratorium selain dapat menimbulkan kerugian materi namun juga
korban jiwa. Meski begitu semua kemungkinan tersebut dapat dieliminir dengan
memperhatikan pedoman keselamatan kerja.

Istilah prosedur analisis seringkali dikacaukan dengan istilah teknik analisis dan
dengan istilah metode analisis.Menurut Ibnu Ghalib dan A. Rohman (2007), Teknik analisis
hanya merujuk pada pengukuran dan evaluasi hasil pengukuran. Metode analisis merujuk
pada penetapan kadar senyawa tertentu dan evaluasi hasil pengukuran, sedangkan prosedur
analisis merupakan serangkaian proses mulai dari penyiapan sampel sampai evaluasi hasil
pengukuran. Keseluruhan tahap atau langkah prosedur analisis dapat diringkas sebagai
berikut :

1. Definisi masalah
Definisi masalah ini terkait dengan informasi analisis yang berhubungan dengan tingkat
akurasi yang dibutuhkan. Selain itu juga menyangkut berapa lama waktu yang dibutuhkan,
biaya yang diperlukan, ketersediaan alat, bahan dan pelarut yang dibutuhkan untuk analisis.

2. Pemilihan teknik dan metode analisis


Pemilihan teknik dan metode analisis terbaik yang akan digunakan untuk analisis sampel
harus diperhatikan, apakah akan menggunakan kromatografi, spetrofotometri, titrimetri, atau
dengan yang lainnya.

3. Pengambilan sampel
Sampel haruslah dapat mewakili materi yang akn dianalisis secara utuh. Masalah
pengambilan sampel merupakan hal yang tidak boleh dipandang ringan karena dari cara kita
mengambil sampel itulah diperoleh hasil analisis. Persoalannya adalah apakah sampel yang
dianalisis itu representative, artinya mewakili semua barang (populasi) yang akan dianalisis.

4.Pra – perlakuan sampel atau pengkondisian


Pengubahan analit ke bentuk yang sesuai sehingga analit dapat dideteksi atau dapat diukur
harus juga diperhatikan.

12
Tahapan ini berkaitan dengan metode pemisahan. Pemilihan teknik-teknik pemisahan untuk
suatu situasi yang spesifik tergantung pada sejumlah factor. Pemilihan teknik ini didasari
pada ketelitian dan ketepatan hasil yang diperlukan.

5.Pengukuran analit yang diinginkan


Berbagai sifat fisika dan kimia dapat digunakan sebagai suatu cara identifikasi kualitatif dan
pengukuran kuantitaif atau keduanya. Jika sifatnya (pengukuran analit) adalah spesifik dan
selektif, maka tahap pemisahan dan perlakuan awal sampel dapat disederhanakan.

6.Perhitungan dan interpretasi data analisis


Suatu analisis dapat dikatakan selesai bila hasil-hasilnya dinyatakan sedemikian rupa
sehingga si peminta analisis (customer) dapat memahami artinya. Teknik-teknik statistic di
tahun-tahun belakangan ini banyak digunakan dalam pengembangan maupun dalam
pengolahan data untuk memperoleh hasil akhir analisis.

1.1 Peralatan Analisis Kimia


1. Gelas Ukur

Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat untuk mengukur volume larutan, mulai dari volume
10mL hingga 2L. Gelas ukur berbentuk pipa dan umumnya terbuat dari bahan plastik
(polipropilen) yang dilengkapi dengan bagian bawah yang lebar, sebagai kaki untuk menjaga
kestabilan gelas ukur.

13
2. Alat Alat Laboratorium | Tabung Reaksi

Tabung reaksi adalah peralatan gelas yang terbuat dari kaca atau plastik. bentuknya kira kira
sebesar jari tangan manusia. Tabung reaksi tersedia dalam berbagai macam ukuran. Namun
pada umumnya memiliki ukuran berdiameter 10-20 dengan panjang 50-200 mm.
Fungsi tabung reaksi adalah untuk mencampur, menampung dan memanaskan bahan-bahan
kimia cair atau padat, utamanya untuk uji kualitatif. Selain berukuran kecil ada juga Tabung
reaksi yang memiliki ukuran besar. Alat tersebut dinamakan “Labu didih”.

3. Alat Laboratorium Kimia | Labu Ukur

Labu ukur (Volumetric Flask) atau labu takar adalah alat kimia, yang digunakan untuk
mengencerkan larutan hingga mencapai volume tertentu. Alat yang terbuat dari kaca
berbentuk labu ini juga bisa digunakan untuk menyisakan larutan kimia analitik dengan
konsentrasi dan jumlah yang berakurasi tinggi.

14
Keakuratan yang tinggi ini dikarenakan oleh bagian lehernya yang terdapat sebuah lingkaran
gradasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Pada lehernya juga terdapat tanda
batas yang menunjukkan ukuran volume, mulai 1 mL hingga 2 L.

Umumnya, labu ukur ini berwarna transparan, sehingga sangat memudahkan pemantauan.
Namun, ada pula yang berwarna gelap serta dilengkapi dengan penutup yang tahan terhadap
bahan dan reaksi kimia, seperti bahan polietilen.

4. Alat- Alat Laboratorium | Labu Erlenmeyer

Erlenmeyer adalah jenis labu laboratorium yang banyak digunakan. Alat berbentuk kerucut
dengan leher silinder dan dasar yang datar ini diambil dari nama “Emil Erlenmeyer”.
seorang kimiawan asal jerman.
Fungsi labu erlenmeyer adalah untuk mencampur, mengukur dan menyimpan cairan.
Umumnya erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat sehingga tahan ketika dipanaskan. Ukuran
labu erlenmeyer bervariasi mulai dari 50 – 500 ml.
Dalam laboratorium mikrobiologi alat lab ini digunakan untuk membantu proses pembiakan
mikroba.

15
5. Alat Alat Lab | Gelas Beaker atau Gelas Piala

Gelas yang sering disebut gelas piala dan gelas kimia ini adalah alat laboratorium yang
berfungsi sebagai penampung. Alat berbentuk silinder dengan alas datar ini, biasa digunakan
untuk bahan kimia dengan sifat korosif yang terbuat dari PPTE. Dan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi atau hilangnya cairan, gelas ini biasa dipasangkan dengan gelas arloji
sebagai penutup.
Terdapat beberapa ukuran untuk gelas ini, mulai dari 25 mL hingga 3 L. Gelas beaker terbuat
dari bahan borosilikat atau plastik.

6. Alat Laboratorium | Pipet Tetes

Pipet digunakan untuk memindahkan volume cairan yang telah terukur. Alat ini terdiri dari
beberapa jenis dengan bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian yang berbeda. Macam-macam
pipet diantaranya yaitu; Pipet tetes, pipet ukur dan pipet volume:

Pipet tetes. Sesuai dengan namanya, pipet yang satu ini mampu memindahkan cairan dalam
jumlah yang sangat kecil yaitu berupa tetesan. Hal ini dikarenakan bentuk dari pipet ini yang
berupa pipa kecil yang ditutupi dengan karet di bagian atasnya.

16
7. Peralatan Laboratorium | Pipet Ukur

Fungsi Pipet ukur adalah untuk memindahkan larutan secara terukur sesuai dengan volume.
Pada pipet ini juga terdapat skala yang menunjukan volume tersebut. Ukuran volume terbesat
pipet ukur sendiri adalah 50 ml.

8. Alat Ukur Lab | Pipet Volume / Gondok

Pipet gondok atau pipet volume. Berbeda dengan pipet tetes, pipet volume memiliki ukuran
yang lebih besar sehingga mampu memindahkan cairan dari wadah ke wadah. Peralatan
laboratorium ini merupakan alat ukur kuantitatif dengan tingkat ketelitian tinggi.
Pipet volume memiliki bagian menggelembung ditengahnya. Fungsinya adalah untuk
mengambil larutan dengan volume yang tepat dan sesuai dengan label yang tertera pada
bagian yang menggelembung tersebut.

17
9. Alat Laboratorium Kimia | Kaki Tiga

Kaki tiga dalam alat laboratorium adalah besi yang mempunyai 3 kaki yang memiliki fungsi
sebagai penyangga ring. Fungsi kaki tiga adalah sebagai penahan kawat kasa dan penyangga
ketika proses pemanasan.

10. Alat- Alat Laboratorium | Rak Tabung Reaksi

Rak tabung reaksi adalah alat yang umumnya terbuat dari kayu. Ia mempunyai 12 lubang
dengan 12 cekungan dibawahnya untuk menyimpan tabung reaksi. Ukuran rak ini sekitar 20
x 10 cm. Pada bagian lainnya, terdapat 6 batang kayu yang berfungsi sebagai tempat tabung
reaksi dikeringkan.
Secara ringkas. Fungsi tabung reaksi adalah sebagai tempat menyimpan tabung reaksi,
mengeringkan dan menjaga tabung reaksi agar tidak berjamur.

18
11. Alat Lab | Penjepit Tabung Reaksi

Penjepit tabung reaksi terbuat dari kayu dan digunakan untuk menjepit tabung reaksi disaat
proses pemanasan. Atau bisa juga digunakan untuk mengambil kertas saring dan benda-benda
lab lain disaat kondisi alat tersebut panas.

12. Alat Alat Laboratorium | Plat Tetes

Fungsi Plat tetes adalah sebagai penguji keasaman suatu larutan atau mereaksikan larutan .
Plat tetes terbuat dari bahan porselen dan umumnya tersedia dalam jumlan 6, 12 dan 16
lubang tetes.

1.2 Reagen yang digunakan


Dalam memilih bahan kimia untuk kebutuhan, kita harus memperhatikan Grade atau
tingkat kualitasnya, karena kuaitas tersebut di buat sesuai dengan tujuan pemakaian dari
bahan tersebut, ada yang spesifik, namun ada juga yang bisa untuk keseluruhan. Mari kita
simak Berbagai Tingkatan Kualitas Bahan Kimia berikut ini :

19
Teknis

Kualitas ini ialah yang paling standar, biasanya di gunakan untuk keperluan industri
atau keperluan lainnya yang di luar tubuh. Karena dalam bahan berkualitas teknis, biasanya
ada bahan bahan yang tidak boleh masuk ke dalam tubuh ataupun kandungannya yang cuku
besar sehingga dapat membahayakan tubuh

Food Grade

Kualitas ini seperti namanya yaitu food grade berarti bisa untuk di makan atau di
gunakan sebagai campuran makanan. meskipun semua bahan kimia tetap ada ambang batas
pemakaian per harinya. jadi harus mengetahui ambang batas dari bahan yang akan di pakai.
Dalam bahan food grade ini kadang masih mengandung bahan bahan lain yang cukup
menakutan namun karena komposisinya sangat kecil maka menjadi aman di konsumsi,
misalnya saja MgSO4 food grade tetap mengandung Logam berat seperti timba, tapi karena
komposisinya sangat kecil maka hal tersebut tetap aman

Pro Analis

Kualitas ini merupakan kualitas terbaik untuk suatu bahan, karena biasanya kualitas
Pro Analis atau yang biasa di singkat PA ini sangat murni mendekati 100%. bahan dengan
kualitas PA ini cocok di gunakan untuk penelitian dan keperlian laboratorium, karena pada
saat penelitian. zat pengotor akan mengganggu hasil percobaan. sehingga di perlukan zat
yang benar benar murni. oleh karena kualitasnya yang terbaik, harga bahan Pro Analis ini di
hargai sangat tinggi. bisa berkali kali lipat dari kualitas teknisnya
USP
USP ini merupakan singkatan dari United States Pharmacopeia, standar ini
dikeluarkan oleh sebuah organisasi non profit di amerika. Biasanya bahan yang menggunakan
standar ini ialah bahan bahan yang di pakai untuk pembuatan kosmetik dan bahan makanan.

Student Grade

Bahan kualitas ini memang tidak terlalu umum karena hanya di gunakan di kalangan
sekolah saja di bawah universitas, karena di universitas sudah menggunakan kualitas PA.
Namun kualitas bahan Student Grade ini tetap lebih bagus dari bahan Teknis namun masih di
bawah kualitas Pro Analis

Diatas ialah beberapa standar bahan kimia yang perlu di keahui, oleh karena itu kita
harus memilih terlebih dahulu bahan yang cocok untuk kebutuhan kita. Jangan membuat
makanan dengan bahan teknis karena dapat membahayakan yang akan memakan makanan
tersebut

Bahan kimia juga memainkan peran penting dalam proses pembuatan dan pengujian
produk farmasi, peralatan medis, biologi, produk berbasis jaringan dan sel, dan banyak solusi
terkait perawatan kesehatan lainnya. Laboratorium dan peneliti yang menggunakan bahan
kimia dan reagen percaya bahwa pabrikan mereka telah mengidentifikasi dengan tepat grade
setiap bahan kimia dan memastikan bahwa bahan kimia tersebut telah memenuhi semua
standar peraturan dan sertifikasi untuk tujuan penggunaannya.

20
Ketika membuat larutan, pabrikan harus terlebih dahulu menentukan tingkat
kemurnian kimia yang diperlukan berdasarkan penggunaan yang dimaksudkan. Daftar berikut
ini menjelaskan tujuh grade bahan kimia umum, dari tingkat tertinggi hingga terendah/
kemurnian:

Grade ACS memenuhi atau melebihi standar kemurnian yang ditetapkan oleh American
Chemical Society (ACS). Grade ini dapat digunakan untuk penelitian pada makanan, obat,
atau penggunaan obat dan dapat digunakan untuk aplikasi ACS atau untuk prosedur umum
yang memerlukan spesifikasi kualitas yang ketat dan kemurnian ≥95%.

Grade reagen umumnya sama dengan grade ACS (≥95%) dan dapat digunakan pada
makanan, obat, atau penggunaan obat dan cocok untuk digunakan di banyak laboratorium dan
aplikasi analitis.

Grade USP memenuhi atau melebihi persyaratan dari United States Pharmacopeia (USP).
Grade ini dapat digunakan untuk makanan, obat-obatan, atau penggunaan medis. Ini juga
umum digunakan untuk banyak aplikasi di laboratorium.

Grade NF memenuhi atau melebihi persyaratan dari National Formulary (NF). USP dan NF
(USP – NF) bersama-sama menerbitkan buku standar farmakopia publik untuk zat-zat obat
kimia dan biologi, bentuk sediaan, preparasi kompon, eksipien, peralatan medis, dan
suplemen makanan. Daftar NF ini harus ditinjau untuk menentukan mana yang dianggap
sebagai grade yang setara.

Grade Laboratorium adalah grade yang paling populer untuk digunakan dalam aplikasi
pendidikan (praktikum), tetapi tingkat ketidakmurniannya tidak diketahui. Meskipun sangat
bagus untuk mengajar dan pelatihan, itu tidak cukup murni untuk ditawarkan untuk
digunakan pada makanan, obat, atau penggunaan obat apa pun.

Purified Grade, juga disebut grade murni atau praktis, tidak memenuhi standar resmi; tidak
cukup murni untuk digunakan pada makanan, obat, atau penggunaan obat apa pun.

Grade Teknis digunakan untuk tujuan komersial dan industri; namun, seperti banyak
lainnya, itu tidak cukup murni untuk digunakan pada makanan, obat, atau penggunaan obat
apa pun.

Grade ACS, Reagen, dan USP-NF biasanya setara dan dapat dipertukarkan tetapi,
meskipun demikian, kesesuaian harus selalu dikonfirmasi sebelumdigunakan. Ini dapat
dilakukan dengan meninjau persyaratan peraturan yang berlaku.

Grade laboratorium, murni, dan teknis memiliki kegunaannya sendiri. Misalnya,


bahan kimia grade laboratorium, karena biaya rendah dan kemurnian kimia yang baik,
digunakan secara luas dalam aplikasi pendidikan, seperti praktikm di laboratorium pada
tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi; Namun, bahan kimia kelas laboratorium
tidak akan sesuai untuk digunakan di laboratorium Quality Control pada produsen farmasi
atau alat medis. ACS-, USP-, atau bahan kimia yang terstandar harus digunakan dalam
laboratorium ini, karena grade tersebut memiliki lebih sedikit kotoran yang pada akhirnya
dapat berdampak pada pasien yang memakai obat-obatan yang dibuat dengan bahan kimia
tersebut.

21
Dengan tujuh jenis kelas kemurnian kimia yang berbeda dan tidak sama, sangat
penting bagi kita untuk memahami bagaimana mereka dapat mempengaruhi produk.
Menggunakan tingkat kemurnian yang lebih rendah dari standar produk yang seharusnya
akan menyebabkan kesalahan yang sangat mahal. Demikian pula, menggunakan kelas dengan
kemurnian yang lebih tinggi bila tidak diperlukan dapat mengakibatkan biaya yang tidak
perlu.

2.2 TITRASI REDOKS


Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain
yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal sebagai analisis volumetri, dimana
zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Zat yang akan ditentukan kadarnya biasanya
diletakkan didalam erlemeyer, sedangkan zat yang tidak diketahui konsentrasinya biasanya
diletakkan di dalam buret atau sebaliknya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasinya. Titrasi dibedakan menjadi 4, yaitu: 1)titrasi asam basa;
2)titrasi redoks; 3 )titrasi kompleksometri; dan 4)titrasi pengendapan.

Pada makalah ini dikhususkan untuk membahas titrasi redoks. Titrasi redoks merupakan
suatu metode analisa yang didasarkan pada terjadinya reaksi oksidasi reduksi antara analit
dengan titran. Analit yang mengandung spesi redukstor dititrasi dengan titran yang berupa
larutan standart dari oksidator atau sebaliknya. Konsep reaksi redoks tersebut merupakan
konsep reaksi reduksi oksidasin berdasarkan peruahan bilangan oksidasinya.

1. Prinsip Titrasi Redoks

Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor.


Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan
oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan
bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan
elektron atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.

Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksiantara analit dengan titran, dimana redoktur akan
teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Analit yang mengandung spesi reduktor di titrasi
dengan titran yang berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya.

Istilah okidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biangan oksidasi. Jadi proses
oksidasi disertai dengn hilangnya electron sedangkan redulsi disertai dengan pertamahan
electron. Oksidator adalah senyawa di mna atom yang terkadung mengalamipenurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan
bilangan oksidasi.oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan
salingmengkompensasisatu sama lain.istilah oksidator dan reduksi tidak mengacu pada atom
saja akan tetapi juga pada suatu senyawa. Jika suatu reagen berperan baik sebagai oksidator
atau reduktor, maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau disporposionasi.

22
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit. Dalam titrasi
redoks biasanya digunakan potensiometeri untuk mendeteksi titik akhir, namun ada pula yang
mengunakan indikator yang dapat berubah warna nya dengan adanya kelebihan titran yang
digunakan

Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan
umum sebagai berikut :

 Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron
secara stokhiometri.
 Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan
99%).
 Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator,contohnya penentuan
oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat. Indikator
titrasi redoks tentunya tergantung dari jenisnya masing-masing dan pastinya berbeda-beda.
Ada yang menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan
iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk
titrasi redoks misalnya ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin. Atau ada juga yang tidak
menggunakan indikator seperti permanganometri. Biasanya dua jenis indicator digunakan
untuk menentukan titik akhir. Indicator tersebut adalah indicator eksternal maupun indicator
eksternal. Indicator dari jenis ini harus menghasilkan perubahan potensial oksidasi di sekitar
titik ekuivalen reaksi redoks.

Titik titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi antara potensial
larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang
tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak
dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya
penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.

Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat
sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite
dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan
menggunakan kalium dikromat.

2. Macam-Macam Titrasi Redoks


Terdapat beberapa macam titrasi redoks, macam-macamnya adalah sebagai berikut:

1. Permanganometri
2. Iodine
3. Bromo
4. Cerimetri

1. Permanganometri

 Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar Kalium


permanganat. Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam maupun
dalam suasana basa. Dalam suasana asam, kalium permanganat akan tereduksi
menjadi Mn2+ dengan persamaan reaksi :
 MnO4- + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O

23
 Berdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan oksidasinya, maka
berat ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya
atau 31,606.
 Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam
sulfat cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat.
 Larutan permanganat berwarna ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak
berwarna, indikator tidak diperlukan. Namun jika larutan permangant yang kita
pergunakan encer, maka penambahanindikator dapat dilakukan. Beberapa indikator
yang dapat dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat.
Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis
vitamin C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan. Pertama-tama,
sampel ditimbang seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari
gas carbondioksida (CO2), selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam
sulfat encer sebanyak 10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi
gunakan larutan kanji atau amilosa.

2. Titrasi Iodin (Iodometri dan Iodimetri)


Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi langsung
(iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).

1. Titrasi langsung (iodimetri)


Iodimetri merupakan Metode Titrasi redoks yang melibatkan iodin yang bereaksi secara
langsung. Iodium merupakan oksidator yang relative kuat dengan nilai potensial reaksi
sebesar +0,535 V. Iodium akan mereduksi senyawa – senyawa yang memilki potensial
reduksi lebih kecil dibandingkan dengan iodium. Pada reaksi oksidasi, iodium akan
mengalami reduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi:

I2 + 2e → 2I–
larutan baku iodium dapat digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa- senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi lebih kecil dari pada sistem iodium-iodida sebagaimana
persamaan di atas atau dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat
reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfida, sulfit, Stibium(III),
timah(II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada
konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat yang dapat
menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif.

2. Titrasi tak langsung (iodometri)

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada sistem iodium- iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO45H2O. Iodometri terjadi pada zat
yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi
iodida yang ditambahkan membentuk iodin.
Metode titrasi iodometri (tak langsung) menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran untuk
menentukan kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks.Garam ini biasanya
berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan
penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer, larutan
natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi
standar primer untuk natrium tiosulfat.

24
Dalam iodometri I– dioksidasi oleh suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidak apa – apa,
tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat lambat dan mungkin
tidak sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindarinya :
– Memperbesar [H+], jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau menurunkan pH.
– Memperbesar [I–], misalnya oksidasi dengan Fe3+.
– Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi : misalnya dikocok dengan
kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka I 2 akan masuk dalam pelarut organik ini,
sebab I2 lebih mudah larut dalam senyawa solven organic daripada dalam air.
Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut :

IO3– + 5I– + 6H+ → 3I2 + H2O


I2 + 2S2O32- → 2I– + S4O62-
Adapun indikator yang digunakan dalam titrasi iodometri adalah indicator kanji, dimana
warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodine dapat bertindak sebagai
indicator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens
untuk zat – zat pelarut seperti karbon tetra klorida dan kloroform. Namun demikian, larutan
dari kanji lebih umum dipergunakan karena warna biru gelap dari kompleks iodin – kanji
bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin.

3. Titrasi Bromo (Bromometri dan Bromatometri)


Bromo-bromatometri merupakan salah satu metode penetapam kadar suatu zat dengan prinsip
reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya aatu
elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,
keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat
yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat tersebut direduksi.

Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperoleh satu elektron atau lebih oleh zat
(atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih
negatif (kurang positif), jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam
proses itu zat ini dioksidasi.

Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion bromat
(BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa kalium
bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk
menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam
kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida
bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi
warna kuning pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik
akhir.
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
mudah menguap, karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta
labu yang dipakai untuk titrasi harus ditutup.

Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat juga
digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent walaupun
tercampur dengan stanum valensi empat.

Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi iod, sementara dirinya
direduksi menjadi brimida :

25
BrO3– + 6H+ + 6I+ →
Br– + 3I2 + 3H2O
Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini, karena suatu reaksi asam basa
(penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya. Namun nampak bahwa 6 ion
iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal.

4. Titrasi Serimetri
Larutan serium(IV) sulfat dalam asam sulfat encer merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan
lebih stabil daripada larutan kalium permanganat, dengan suatu syarat bahwa asam sulfat
cukup mampu menghindari hidrolisis dan pengendapan garam basanya. Kalau larutan kalium
permanganate dapat direduksi menjadi beberapa macam keadaan hasil reduksi, maka reduksi
larutan serium(III), menurut reaksi:

Ce4+ + e– →Ce3+
Ion Ce(IV) dipergunakan dalam larutan-larutan dengan keasaman tinggi karena hidrolisisa
akan menghasilkan pengendapan pada larutan-larutan dengan konsentrasi ion hydrogen yang
rendah.potensial redoks dari pasangan Ce(IV)/ Ce(III) tergantung pada sifat dan konsentrasi
dari asam yang ada.

Keuntungan serium (IV)sulfat sebagai suatu zat pengoksidasi standar adalah :

1. Larutan serium (IV)sulfat secara mencolok stabil selama dalam jangka waktu yang lama
.larutan ini tidak perlu dilindungi dari cahaya , dan bahkan dapat didihkan selama waktu
yang singkat tanpa perubahan yang berarti dalam konsentrasi .
2. Serium(IV)sulfat dapat digunakan dalam penetapan zat – zat pereduksi dengan adanya
konsentrasi HCl yang tunggi .
3. Larutan – larutan serium (IV)sulfat dalam larutan 0,1 N tidak terlalu berwarna untuk
dapat mengaburkan penglihatan ketika membaca miniskus dalam buret dan alat – alat
titrimetri lainnya .
4. Dalam reaksi garam serium (IV)sulfat dalam larutan asam dengan zat – zat
pereduksi,perubahan valensi yang terjadi adalah : Ce4++e–↔ Ce3+
Dengan demikian maka dianggap bobot ekivalennya adalah 1 mol atau 1 Mr .

5. Ion serium (IV) tidak berwarna (dibandingkan ion Mn (II) yang btidak berwarna dari
KMnO4 , dan ion serium (III) yang hijau dari kalium dikhromat).
6. Serium (IV)sulfat adalah zat pengoksid yang serba guna . ia dapat digunakan dalam
banyak titrasi yang sama permangganat telah digunakan ,dan juga untuk penetapan –
penetapan lainnya .
7. Larutan serium (IV) sulfat paling baik distandarisasikan dengan arsen (III)oksida atau
natrium oksalat .
Larutan serium(IV)sulfat dalam larutan asam sulfat encer adalah stabil, bahkan pada
temperature – temperature didih .larutan dalam HCl dari garam ini tidak stabil , karena
reduksi menjadi Ce (III) oleh asam tersebut dengna dibarengi pembebasan klor. Reaksinya:

2Ce4++2Cl–↔ 2Ce3++Cl2
Reaksi ini berlangsung benar – benar cepat pada pendidihan , maka HCl tidak dapat
digunakan dalam oksidasi – oksidasi yang memerlukan pendidihan dengan serium(IV)sulfat
berlebih dalam larutan asam .asam sulfat harus digunakan dalam oksidasi demikian .adanya
asam fluoride membentuk suatu kompleks stabil dengan serium (IV) sulfat dan
menghilangkan warna dari larutan yang kuning itu

26
3. Kurva Titrasi Redoks
Sebelum kita belajar untuk menggambar kurva titrasi redoks maka kita harus
mempelajari terlebih dahulu bagaimana mencari konstanta kesetimbangan reaksi redoks.
Konstanta tersebut dapat dipakai untuk mencari konsentrasi spesies yang terlibat dalam reaksi
redoks pada saat titik equivalent terjadi. Potensial sel akan benilai “nol” pada saat
kesetimbangan tercapai atau dengan kata lain penjumlahan potensial setengah reaksi reduksi
dan setengah reaksi oksidasi akan sama dengan “nol”, dengan demikian persamaan Nernst
untuk keduanya dapat disamakan.

Persamaan Nernst untuk reaksi aOks + ne -> bRed dapat dinyatakan sebagai berikut:
E = Eo – 2.3026RT/nF log [red]b/[Oks]a
Pada 25 C nilai 2.3026RT/F adalah 0.05916/n sehingga persamaan diatas dapat ditulis lagi
menjadi:
E = Eo – 0.05916/n log [red]b/[Oks]a

Pada saat reaksi redoks mencapai kesetimbangan maka nila Ered akan sama dengan
nilai Eoks. Sedangkan hubungan antara energi bebas dengan konstanta kesetimbangannya
adalah sebagai berikut
?Go = -RT ln K atau ?Go=-nFEo
-RT ln K = -nFE
Eo = RT/nF ln K
Secara umum potensial larutan pada titik ekuivalen dapat dicari dengan persamaan berikut :
E = (n1Eo1 + n2Eo2) / n1+n2
Dengan syarat reaksi tidak melibatkan ion poliatomik seperti CrO42- dan tidak
melibatkan ion hydrogen. Indeks 1 untuk setengah reaksi oksidasi dan 2 untuk setengah
reaksi reduksi. Kurva titrasi dibuat dengan mengeplotkan potensial larutan terhadap volume
larutan titrant yang ditambahkan (modifikasi alat dapat dilihat pada gambar) dimana 1
merupakan elektroda untuk mengukur potensial atau dapat berupa pH meter, dan 2
merupakan alat untuk tempat titrant. Setelah titrant ditambahkan maka larutan diaduk dengan
stir magnetic agar reaksi berjalan merata dan cepat. Berikut kurva titrasi antara larutan
Besi(II)amonium sulfat dengan 0.02 M kalium permanganat (analit dibuat dari 95 mL
Besi(II)amonium sulfat kira-kira 0.02 M ditambah dengan 5 mL asam sulfat pekat

27
4. Contoh soal dan pembahasan
1. Dalam suasana asam besi(II) dititrasi dengan larutan kalium permanganat 0,0206 M,
larutan KMnO4 yang diperlukan 40,20 mL. Hitunglah mg besi dalam larutan
tersebut?
Penyelesaian :

28
2. Suatu larutan natrium tiosulfat distandarisasi dengan melarutkan 0,1210 g KIO3
(214,00 g/mol) dalam air, ditambahkan KI berlebih dan diasamkan dengan HCl. Iodin
yang dibebaskan memerlukan 41,64 mL larutan tiosulfat untuk memberikan warna
biru kompleks kanji-iodin. Hitung molaritas Na2S2O3.
Penyelesaian :

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Prosedur analisis merupakan cara untuk melakukan suatu analisis dengan memperhatikan
teknik pengambilan sampel atau cara pengambilan sampel yang tergantung pada sifat dan
jumlah bahan yang diananalisis. Penimbangan dan pengukuran mengunakan suatu alat.
Pengukuranadalah membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang
ditetapkan sebagai satuan. Metode analisis ada 2 yaitu klasik dan instrumental, untuk
memilih metode analisis yang baik tergantung pada sampel yang akan dianalisis. Ada
juga metode analisis makro, semi mikro dan mikro untuk menganalisis secara kualitatif
dan kuantitatif.

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh
analisis titrimetrik. Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang
melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Titrasi redoks merupakan jenis titrasi
yang paling banyak jenisnya, diantaranya permanganometri Bikromatometri Cerimetri,
Iodimetri, Iodometri, Iodatometri, Bromometri, Bromatometri, Nitrimetri. Titrasi redoks
adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya,
dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.

B. Saran
Demikianlah makalah kami tentang Analisis Kualitatif & Titrasi Redoks, semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan keilmuan
kita. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga makalah kami ini bisa selesai. kami juga meminta maaf kepada pembaca atas
semua kesalahan dan kekurangan yang ada pada makalah kami ini. Terimakasih.

30
DAFTAR PUSTAKA
https://bisakimia.com/2016/02/08/berbagai-tingkatan-kualitas-bahan-kimia/

https://indogen.id/7-grade-bahan-kimia-umum-yang-digunakan-di-laboratorium/

https://salamadian.com/alat-alat-laboratorium-kimia-biologi/

https://almeganews.wordpress.com/2019/02/27/prosedur-keselamatan-kerja-di-laboratorium-
yang-wajib-diketahui/

http://dutastikeskpb.blogspot.com/2017/05/makalah-kimia-analisis.html

https://ririnadelestari.wordpress.com/2017/02/15/titrasi-redoks/

https://auroracahya.wordpress.com/2012/06/12/titrasi-redoks/

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/195603231981012-
SITI_DARSATI/Macam-macam_Titrasi_Redoks_dan_Aplikasinya.pdf

https://www.academia.edu/10259576/MAKALAH_ANALISIS_KUALITATIF

https://id.scribd.com/doc/87201069/Makalah-Titrasi-Redoks-Pak-Oka

https://id.scribd.com/doc/307196576/BAB-II-KIMIA-ANALISA-KUALITATIF

https://docplayer.info/73117048-Kimia-kuantitatif-makalah-titrasi-redoks-dosen-
pembimbing-dewi-kurniasih-disusun-oleh-anna-rosa-luckyta-dwi-retnoningsih.html

31

Anda mungkin juga menyukai