Anda di halaman 1dari 47

BAHAN AJAR

TEKNOLOGI LABORATORIUM

MEDIK (TLM)

PENGANTAR
LABORATORIUM
MEDIK
Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang

Cetakan pertama, Oktober2017

Penulis : 1. Mardiana, S.T., M. Biomed

: 2. Dra. Ira Gustira Rahayu, M.Kes.

Pengembang Desain Instruksional:Dra. Marisa, M.Pd.

Desain oleh Tim P2M2 :

Kover & Ilustrasi : Nursuci Leo Saputri, A.Md.

Tata Letak :Heru Junianto, S.Kom


PRAKATA

Segala puji dan syukur kami panjatkkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “buku ajar pengantar laboratorium medik”.
pada kesempatan ini kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
buku ajar ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak terdapat kekurangan.Oleh karena itu, kami mengucapkan maaf jika terdapat banyak
kesalahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan ridha-Nya atas aktivitas
yang kita lakukan. Amin..
Akhir kata kami selaku tim penyusun mengucapkan terima kasih. Semoga buku ini dapat
memberikan manfaat kepada siapa saja yang membacanya.
DAFTAR ISI

PRAKATA.................................................................................................................................3
BAB I PRINSIP DASAR LABORATORIUM MEDIK...........................................................5
BAB II KODE ETIK SERTA KEBIJAKAN LABORATORIUM MEDIK.............................7
BAB III PENGOPERASIAN ALAT GELAS DAN NERACA..............................................13
BAB IV PENGETAHUAN DAN PENANGANAN BAHAN KIMIA...................................18
BAB V PEMBUATAN DAN PENYIMPANAN LARUTAN................................................21
BAB VI KONSENTRASI LARUTAN & PERHITUNGAN LARUTAN.............................25
BAB VII PH DAN LARUTAN BUFFER...............................................................................28
BAB VIII PENGUKURAN PH LARUTAN...........................................................................34
BAB IX REAKSI NETRALISASI ASAM BASA..................................................................37
BAB X STOIKIOMETRI........................................................................................................40
BAB XI UJI KUALITAS LARUTAN....................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................48
BAB I
PRINSIP DASAR LABORATORIUM MEDIK

Pendahuluan
Mendengar kata laboratorium tentu sudah tidak asing lagi bagi Anda. ketika Anda sakit
dan pergi ke rumah sakit atau ke dokter, sebelum tindakan pengobatan biasanya Anda
disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium. sebagian dari Anda mungkin
bertanya-tanya, mengapa harus diperiksa dahulu di laboratorium? mengapa dokter tidak
langsung saja memberi obat atau tindakan medis selanjutnya? seberapa penting hasil
pemeriksaan laboratorium itu berpengaruh terhadap tindakan pengobatan? untuk menjawab
beberapa pertanyaan tersebut, maka tentu anda harus memahami terlebih dahulu apa itu
laboratorium medik. Sekarang, dengan tugas anda sebagai Ahli Teknologi Laboratorium
Medik (ATLM), mengetahui apa itu laboratorium medik tentu menjadi sangat penting untuk
meningkatkan mutu layanan anda. laboratorium kesehatan. Dalam beberapa kondisi
laboratorium medik juga biasanya dikenal hanya dengan istilah laboratorium saja. Maka tidak
heran bila Anda berada di rumah sakit istilah yang tertulis pada nama ruangan hanya
“Laboratorium”. Tetapi pada beberapa rumah sakit yang cukup besar -dengan jumlah
laboratorium yang cukup banyak-biasanya laboratorium ini juga memiliki nama-nama khusus
tergantung dari jenis pemeriksaannya, seperti Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium
Patologi, dan lain-lain. Keberadaan laboratorium ini sangat penting untuk rumah sakit
khususnya bagi para dokter dalam menentukan jenis dan cara pengobatan. Selain di rumah
sakit, beberapa laboratorium medik juga dikelola secara mandiri/swasta. Fungsinya sama
saja, hanya pengelolaannya yang berbeda. Untuk mengetahui bagaimana peran laboratorium
dalam dunia kesehatan, maka Anda harus memahami terlebih dahulu tentang prinsip dasar
laboratorium medik.Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan akan dapat :
1. Menjelaskan pengertian laboratorium medik.
2. Menjelaskan klasifikasi laboratorium medik
3. Menjelaskan kebijakan laboratorium medik
4. Mengaplikasikan etika bekerja di laboratorium medik
5. Menjelaskan peralatan yang biasa digunakan di laboratorium medik Kemampuan-
kemampuan tersebut penting untuk Anda miliki sebagaiseorang Ahli Teknologi
Laboratorium pada saat bekerja di Laboratorium medik. Dalam mempelajari bab ini,
gunakan pengalaman Anda sebagai ATLM sebagai pembanding dengan teori-teori
yang akan dibahas.
Pada bab ini Anda akan mempelajari tentang Prinsip Dasar Laboratorium Medik
dengansusunan topik sebagai berikut.
1. Topik 1 membahas tentang Istilah umum dan singkatan yang sering digunakan di
laboratorium medik.
2. Topik 2 membahas tentang Prinsip-prinsip dasar laboratorium medik
BAB II

KODE ETIK SERTA KEBIJAKAN LABORATORIUM MEDIK

Kode Etik Profesi Laboratorium Medik


Selanjutnya, mari kita melangkah ke materi berikutnya yang cukup penting untuk Anda
pahami dan laksanakan saat Anda bekerja di laboratorium medik. Etika bekerja di
laboratorium adalah sekumpulan sikap dan perilaku yang menjadi ciri tenaga laboratorium
medik yang bertanggung jawab dan diperlukan untuk memastikan bahwa seseorang bekerja
sesuai dengan tingkat standar yang diakui.Secara profesional, etika profesi dapat
meningkatkan motivasi serta mengingatkan kita bahwa profesi laboratorium medis terutama

ditujukan untuk melayani orang sakit dan promosi perawatan kesehatan yang baik.

Berikut adalah kode etik profesi laboratorium medik yang perlu Anda pelajari dan Anda
laksanakan sebagai ATLM:

1.Etika terhadap pasien dan keluarga, serta sejawat

a. Tempatkan kesejahteraan dan pelayanan orang sakit di atas kepentinganAnda sendiri


b. Jangan mengungkapkan hasil pemeriksaan kepada pasien atau orang yang tidak
berwenang.
c. Bersikap simpatik dan berilah perhatian padaorang sakit dan keluarganya
d. Perlakukan hasil pemeriksaan dan informasi pasien Anda dengan kerahasiaan yang
ketat.
e. Menghormati rekan kerja dan bekerja secara harmonis
2.Etika terhadap profesi ATLM saat bekerja di laboratorium

a. Jadilah loyal terhadap profesi laboratorium medis Anda dengan mempertahankan


standar kerja yang tinggi dan dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
profesional Anda.
b. Bekerja secara ilmiah dan dengan penuh kejujuran.
c. Jangan menyalahgunakan keahlian atau pengetahuan profesional Anda untuk
keuntungan pribadi.
d. Jangan pernah mengambil sesuatu dari tempat kerja yang bukan milik Anda.
e. Mempromosikan perawatan kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit.
f. Ikuti tindakan pencegahan dan ketahui bagaimana menerapkan pertolongan pertama
pada kecelakaan di laboratorium.
g. Jangan mengkonsumsi alkohol atau bahan peledak lainnya selama jam kerja atau saat
dalam keadaan siaga darurat.
h. Gunakan peralatan dan bahan di laboratorium dengan benar dan hati-hati.
i. Jangan membuang reagen atau perlengkapan laboratorium lainnya sembarangan.
Kode etik di atas adalah beberapasikap dan perilaku yang wajib Anda pahami dan
laksanakan saat bekerja di laboratorium. Pada prakteknya,butir-butirtersebut dapat
bertambah, disesuaikan dengan kondisi yang adadi masing-masing laboratorium tetapi

tidak boleh dikurangi atau dihilangkan.


Kebijakan ini biasanya mencakup:
1. Jam kerja dan pekerjaan darurat laboratorium sedapat mungkin harus ada jam
kerja laboratorium yang pasti. Di laboratorium yang kecil tapi jumlah
pasiennya banyak seringkali lebih sulit untuk mempertahankan jam kerja. Ini
karena aliran rawat jalan yang besar dan sifat darurat sebagian besar
pekerjaan. Di luar jam kerja normal, setiap laboratorium harus mengatur
sistem untuk menguji spesimen yang mendesak.Bagaimana dengan
pengalaman Anda sendiri mengenai jam kerja ini? Silakan diskusikan dengan
rekan mahasiswa lain
2. Rentang tes yang akan dilakukan dan yang harus dirujuk ke level yang lebih
tinggi dalam beberapa kasus, seringkali laboratorium tidak memiliki peralatan
atau sumber daya yang memadai untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.
Hal ini memungkinkan dilakukannya pemeriksaan di laboratorium lain dengan
kualifikasiyang lebih tinggi. Rentang tes yang akan dilakukan bergantung
pada:
 Jumlah staf yang tersedia
 Ketersediaan sumber daya material
 Jenis institusi kesehatan (rumah sakit atau puskesmas)
 Rujukan spesimen (jika perlu) Contoh, spesimen untuk deteksi HIV
dan sampel air untuk analisis bakteriologis.
3. Koleksi spesimen laboratorium
Koleksi specimen adalah pengumpulan, penanganan dan pengiriman
spesimen medis. Berbagai jenis spesimen diterima setiap hari di laboratorium
dan perlu diperhatikan beberapa rincian untuk memastikan spesimen yang
tepat dikumpulkan.Contohnya spesimen dikumpulkan berdasarkan jenisnya
dan jenis pemeriksaan nya.
4. Kapasitas beban kerja laboratorium kapasitas beban kerja harus disesuaikan
dengan jumlah staf dan tingkat pelatihan, ukuran laboratorium dan
ketersediaan fasilitas laboratorium. Idealnya, pekerjaan mikroskopik (yang
universal untuk semua tingkat laboratorium) per hari tidakboleh melebihi total
empat jam.Bila jumlah pekerjaan yang diminta berada di luar kemampuan
laboratorium, pengujian spesimen menjadi tidak dapat diandalkan dan ukuran
pengamanan cenderung diabaikan. Di sisi lain, terlalu sedikit pekerjaan juga
bisa menyebabkan hasil uji yang tidak dapat d5iandalkan karena kurang
konsentrasi. Beberapa aturan atau kebijakan di atas pada prinsipnya adalah
untuk menciptakan kinerja laboratorium yang handal dan professional dalam
menghasilkan hasil pemeriksaan yang akurat.
1. LAMBANG DI LABORATORIUM
Irritant (Xi) Arti : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit. Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2 Toxic (T) Arti : Bahan yang bersifat beracun, dapat
menyebabkan sakit serius bahkan kematian bila tertelan atau terhirup. Tindakan : Jangan
ditelan dan jangan dihirup, hindari kontak langsung dengan kulit. Contoh : Metanol, Benzena
Corrosive (C) Arti : Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan dapat membuat kulit mengelupas. Tindakan :
Hindari kontak langsung dengan kulit dan hindari dari benda-benda yang bersifat logam.
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%) Flammable Arti : Bahan kimia yang mempunyai titik
nyala rendah, mudah terbakar dengan api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan
bunga api. Tindakan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api. Contoh :
Minyak terpentin. Oxidizing (O) Arti : Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat
menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik dan
bahan pereduksi. Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor. Contoh : Hidrogen
peroksida, Kalium perklorat. Explosive (E) Arti : Bahan kimia yang mudah meledak dengan
adanya panas atau percikan bunga api, gesekan atau benturan. Tindakan : Hindari
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik. Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT). Extremely Flammable (F+)
Arti : Bahan yang amat sangat mudah terbakar. Berupa gas dan udara yang membentuk suatu
campuran yang bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Tindakan : Jauhkan dari
campuran udara dan sumber api. Contoh : Dietil eter (cairan) dan Propane (gas). Radioactive
Arti : Bahan yang mengandung material atau kombinasi dari material lain yang dapat
memancarkan radiasi secara spontan. Contoh : Uranium, 90Co, Tritium. Marine Pollutant
Arti : Polutan laut. Tindakan : Tidak membuang limbah ke saluran air atau sungai yang
mengalir ke laut.2. Baju pelindung digunakan untuk Mengamankan tubuh penolong dari
merembesnya carian tubuh melalui pakaian Helm pelindung digunakan untuk Mencegah
benturan di kepala ketika melakukan pertolongan. Alat ini berguna untuk melindungi tangan
dari benda-benda tajam dan mencegah cidera saat sedang kerja, ketika memilih glove ada
beberapa faktor yang harus di pertimbangkan antara lain bahaya terpapar, benda yang
dihadapi / dikerjakan apakah bahan korosif, panas, dingin, tajam atau kasar karena alat
pelindung tangan berbeda-beda dapat terbuat dari karet, kulit maupun kain katun. Sepatu
safety terbuat dari bahan karet yang didesain sedemikian rupa, hingga sepatu ini dapat di
andalkan pada permukaan licin. Dengan demikian, dengan memakai sepatu safety jadi
beberapa pekerja semakin lebih lincah dalam bekerja. Masker digunakan sebagai perisai dari
partikel berbahaya. Seperti halnya telinga yang tidak bisa menerima bising suara, mata kita
pun harus kita jaga dari risiko terkena benda tajam, bahan kimia, atau percikan api. Setiap
pekerjaan yang membutuhkan kacamata pasti mempunyai spesifikasinya sendiri tergantung
paad situasi dan tempat dari lingkungan kerja. Tukang las misalnya membutuhkan kacamata
yang membuatnya terhindar dari percikan api atau besi yang sedang dilas. ear plug digunakan
untuk melindungi telinga kita dari kebisingan atau suara yang memekakkan telinga.
Digunakan untuk melindungi wajah dari panas dan cipratan api.
BAB III

PENGOPERASIAN ALAT GELAS DAN NERACA

Sebuah laboratorium tak lengkap jika tidak memiliki mikroskop.


Mikroskop merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk melihat obyek yang sangat
kecil yang tidakdapatdilihat dengan mata langsung. Mikroskop ini digunakan untuk
memperbesar obyek apapun yang ingin dilihat, seperti mikroorganisme ataupun bakteri.

NERACA ANALITIK DIGITAL Timbangan digital sangat


memudahkan untuk memperoleh bahan kimia dengan takaran/ukuran/bobot tertentu. Dengan
melihat display/monitor yang menampilkan bobot bahan tertimbang, peneliti dapat dengan
cepat melihat dan mencatat bobot tersebut. Hal ini akan mengurangi kesalahan/galat dalam
penelitian karena kesalahan penglihatan. Perlu anda ingat, bahwa setiap orang memiliki
kepekaan tertentu dalam penglihatannya dalam melihat teraan yang terdapat pada neraca
analog.

GELAS UKUR Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat untuk


mengukur volume larutan, mulai dari volume 10mL hingga 2L. Gelas ukur berbentuk pipa
dan umumnya terbuat dari bahan plastik (polipropilen) yang dilengkapi dengan bagian bawah
yang lebar, sebagai kaki untuk menjaga kestabilan gelas ukur.

TABUNG REAKSI adalah peralatan gelas yang terbuat dari kaca


atau plastik. bentuknya kira kira sebesar jari tangan manusia. Tabung reaksi tersedia dalam
berbagai macam ukuran. Namun pada umumnya memiliki ukuran berdiameter 10-20 dengan
panjang 50-200 mm.

Fungsi tabung reaksi adalah untuk mencampur, menampung dan memanaskan bahan-bahan
kimia cair atau padat, utamanya untuk uji kualitatif. Selain berukuran kecil ada juga Tabung
reaksi yang memiliki ukuran besar. Alat tersebut dinamakan Labu didih.

LABU UKUR digunakan untuk mengukur larutan hingga mencapai


volume tertentu. Alat yang terbuat dari kaca berbentuk labu ini juga bisa digunakan untuk
menyisakan larutan kimia analitik dengan konsentrasi dan jumlah yang berakurasi
tinggi.Keakuratan yang tinggi ini dikarenakan oleh bagian lehernya yang terdapat sebuah
lingkaran gradasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Pada lehernya juga
terdapat tanda batas yang menunjukkan ukuran volume, mulai 1 mL hingga 2 L.

ERLENMEYER Fungsi labu erlenmeyer adalah untuk mencampur,


mengukur dan menyimpan cairan. Umumnya erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat
sehingga tahan ketika dipanaskan. Ukuran labu erlenmeyer bervariasi mulai dari 50 – 500
ml.Dalam laboratorium mikrobiologi alat lab ini digunakan untuk membantu proses
pembiakan mikroba.
BEAKER GLASS digunakan untuk bahan kimia dengan sifat
korosif yang terbuat dari PPTE. Dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau hilangnya
cairan, gelas ini biasa dipasangkan dengan gelas arloji sebagai penutup.

PIPET TETES Pipet digunakan untuk memindahkan volume


cairan yang telah terukur. Alat ini terdiri dari beberapa jenis dengan bentuk, fungsi, dan
tingkat ketelitian yang berbeda. Macam-macam pipet diantaranya yaitu; Pipet tetes, pipet
ukur dan pipet volume Pipet tetes. Sesuai dengan namanya, pipet yang satu ini mampu
memindahkan cairan dalam jumlah yang sangat kecil yaitu berupa tetesan. Hal ini
dikarenakan bentuk dari pipet ini yang berupa pipa kecil yang ditutupi dengan karet di bagian
atasnya.

PIPET UKUR Fungsi Pipet ukur adalah untuk memindahkan


larutan secara terukur sesuai dengan volume. Pada pipet ini juga terdapat skala yang
menunjukan volume tersebut. Ukuran volume terbesat pipet ukur sendiri adalah 50 ml.

PIPET VOLUME atau pipet gondok. Berbeda dengan pipet


tetes, pipet volume memiliki ukuran yang lebih besar sehingga mampu memindahkan cairan
dari wadah ke wadah. Peralatan laboratorium ini merupakan alat ukur kuantitatif dengan
tingkat ketelitian tinggi.Pipet volume memiliki bagian menggelembung ditengahnya.
Fungsinya adalah untuk mengambil larutan dengan volume yang tepat dan sesuai dengan
label yang tertera pada bagian yang menggelembung tersebut.

CORONG PISAH Peralatan laboratorium berbentuk kerucut


dengan tutup setengah bola ini biasanya digunakan dalam proses ekstraksi cair. Yaitu proses
memisahkankomponen-komponen fase pelarut dengan densitas yang berbeda.Corong pisah
atau corong pemisah memiliki bagian penyumbat di atasnya dan keran dibawahnya. Alat lab
kimia ini dibuat dari kaca borosilikat. Sedangkan kerannya terbuat dari teflon ataupun kaca.

Corong fungsi : Corong digunakan untuk memasukan atau memindah


larutan dari satu tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah
diberi kertas saing pada bagian atas.

Filler (karet pengisap) Fungsi : Untuk menghisap larutan yang akan dari
botol larutan. Untuk larutan selain air sebaiknya digunakan karet pengisat yang telah
disambungkan pada pipet ukur.
Pengaduk Fungsi : Untuk mengocok atau mengaduk suatu baik akan
direaksikan mapun ketika reaksi sementara berlangsung.

Botol Semprot Fungsi : Digunakan untuk menympan aquades dan


digunakan untuk mencuci ataupun membilas bahan-bahan yang tidak larut dalam air.

Kaki tiga Fungsi : Kaki tiga sebagai penyangga pembakar spirtus.

BAB IV
PENGETAHUAN DAN PENANGANAN BAHAN KIMIA

Safety Data Sheet (MSDS)


Material Safety Data Sheet(MSDS) adalah dokumen yang dibuat khusus tentang suatu
bahan kimia mengenai pengenalan umum, sifat-sifat bahan, cara penanganan, penyimpanan,
pemindahan dan pengelolaan limbah buangan bahan kimia tersebut. Berdasarkan isi dari
MSDS maka dokumen tersebut sebenarnya harus diketahui dan digunakan oleh para
pelaksana yang terlibat dengan bahan kimia tersebut yakni produsen, pengangkut,
penyimpan, pengguna dan pembuang bahan kimia. Pengetahuan ini akan dapat mendukung
budaya terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja. Ketersediaan MSDS di laboratorium
saat ini belum memasyarakat, padahal ketersediaan MSDS cukup penting dan digunakan juga
sebagai salah satu kriteria laboratorium standar. Bahan kimia yang ada dilaboratorium medik
antara lain: metanol yang digunakan untuk fikasasi pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi
dan larutan pewarna untuk bakteri.

Simbol MSDS

Salah satu hal penting yang harus Anda ketahui pada MSDS yakni simbol tanda
bahaya yang digunakan di MSDS. Pada MSDS tanda bahaya dikelompokkan menjadi 4 hal
yakni bahaya dari segi kesehatan, kemudahan terbakar, reaktivitas bahan dan bahaya khusus,
dan digunakan simbol belah ketupat yang terdiri dari 4 bagian

Arti simbol tersebut adalah: 1.Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan skala
bahaya kesehatan. 2.Bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala bahaya
kemudahan terbakar. 3.Bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan skala bahaya
reaktivitas. 4.Bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus
lainnya. Masing-masing bagian akan terisi dengan angka skore tertentu dengan nilai 0, 1, 2, 3
atau 4 tergantung dari tingkat bahaya bahan kimia. Skore 0 mengindikasikan bahan kimia
tidak berbahaya, skore 1 menunjukkan bahaya pada level rendah dan skore 4 menunjukkan
bahan tersebut termasuk sangat berbahaya.
bahaya terhadap kesehatan Bahan kimia yang dengan
sangat sedikit paparan (exposure) dapat menyebabkan kematian atau sakit parah.Bahan kimia
yang dengan sedikit paparan dapat menyebabkan sakit serius atau sakit parah.Bahan kimia
yang dengan paparan cukup intens atau berkelanjutan dapat menyebabkan kemungkinan sakit
parah atau penyakit menahun.Bahan kimia yang dengan terjadinya paparan dapat
menyebabkan iritasi atau sakit.bahan kimia yang akibat paparan termasuk dalam kondisi
terbakar tidak mengakibatkan sakit atau bahaya kesehatan.bahaya kemudahan terbakar bahan
kimia yang akan teruapkan dengan cepat atau sempurna pada tekanan atmosfer dan
temperatur kamar atau bahan kimia yang segera terdispersi di udara dan bahan kimia tersebut
akan terbakar dengan cepat.Bahan kimia berupa cairan atau padatan yang dapat menyala pada
semua temperatur kamar.Bahan kimia yang harus dipanaskan atau dikondisikan pada
temperatur tinggi tertentu sehingga dapat menyala.Bahan kimia yang harus dipanaskan
terlebih dahulu sebelum nyala dapat terjadi.Bahan kimia yang tidak dapat terbakar.Bahaya
reaktivitas bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan meledak atau
terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau bereaksi pada tekanan dan temperatur normal
Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan meledak atau ter dekomposisi dan
menimbulkan ledakan atau bereaksi tetapi membutuhkan bahan inisiator atau harus
dipanaskan pada kondisi tertentu sebelum inisiasi atau bahan yang bereaksi dengan air dan
menimbulkan ledakan.Bahan kimia yang segera menunjukkan perubahan kimia drastis akibat
kenaikan temperatur atau tekanan atau reaksi secara cepat dengan air dan mungkin
membentuk campuran bahan peledak dengan air.bahan kimia yang secara sendirian stabil
tetapi dapat menjadi tidak stabil akibat kenaikan temperaturatau tekanan.bahan kimia yang
secara sendirian stabil kecuali pada kondisi nyala api dan bahan tidak reaktif dengan air.

Latihan

1) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang MSDS?


2) Jelaskan apa manfaat dari informasi MSDS dari suatu bahan kimia?
BAB V

PEMBUATAN DAN PENYIMPANAN LARUTAN

Larutan sudah sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin setiap
hari kita membuat larutan. Tapi apa itu larutan dan bagaimana larutan dapat terbentuk
mungkin belum begitu kita ketahui. Coba Anda perhatikan gambar di bawah ini. Anda
mungkin pernah mencampurkan 2 buah larutan sehingga muncul larutan baru yang
mempunyai warna tertentu.

sebagai petugas laboratorium, Anda tentu sudah mengetahui bahwa terdapat banyak jenis
larutan yang digunakan untuk pemeriksaan di laboratorium medik, antara lain : perekasi,
larutan untuk pewarnaan bakteri, larutan standar dan larutan penyangga (dapar/buffer).
Kebanyakan larutan yang digunakan untuk pemeriksaan dapat dibeli langsung dari
pemasokkomersial dan siap untuk digunakan. Namun,beberapalarutan tersedia sebagai
konsentrat dan perlu dipersiapkansesuai dengan konsentrasi yang diperlukan. Contohnya
adalah bahan kontrol untuk pemeriksaan kimia klinik, tersedia dalam bentuk serbuk
konsentrat, sebelum digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan aquabidest sampai
volume tertentu. Selain itu ada juga larutan harus disiapkan sebagai “reagen kerja” dengan
mencampurkan dua atau lebih larutan secara bersama-sama. Contohnya dalam pemeriksaan
kimia klinik parameter kreatinin, larutan kerja disiapkan dengan cara mencampurkan NaOH
dengan asam pikrat. Di laboratorium medik sering juga dibuat larutan pewarna untuk
identifikasi sel darah, bakteri, parasit dan jaringan. Larutan pewarna tersedia dalam bentuk
pekat. (stock), dan akan diencerkan dengan larutan penyangga bila akan digunakan dengan
perbandingan tertentu. Misalnya untuk pewarnaan sel darah digunakan larutan stock Giemsa
dan penyangga dengan perbandingan 1 : 4 atau untuk pemeriksaan parasite dengan
perbandingan 1 : 9. Larutan penyangga umumnya tersedia dalam larutan siap pakai.
Larutan adalah campuran homogen yang komponennya terdiri atas pelarut dan zat
terlarut. Larutan disebut juga sebagai campuran homogen dua zat atau lebih. Contoh larutan
yang sering kita temui yaituairgaram, air gula, air kopi, air teh, dan lain-lainl. Dalam larutan
juga dikenal istilah solven dan solute. Solven merupakan pelarut dan solute adalah zat
pelarut. Dalam larutan, solven mempunyai jumlah zat lebih besar sedangkan sisanya adalah
solute. Larutan dapat terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara molekul-molekul
solven dan solute.

Gambar di sebelah kiri adalah pelarut yang berfungsi


untuk melarutkan zat terlarut, sedangkan gambar yang di sebelah kanan adalah larutan.
Apabila terdapat yang terlarut dalam pelarut, maka campuran tersebut dinamakan larutan. Air
merupakan contoh pelarut yang universal, artinya hampir semua bahan dapat larut di dalam
air. Suatu larutan dapat terdiri dari satu zat terlarut atau lebih dan satu macam pelarut, tetapi
umumnya terdiri dari satu jenis zat terlarut dan satu pelarut.
Penggolongan Larutan Berdasarkan Jenis Zat Yang Terlarut Ada banyak jenis larutan di
sekitar kita. Dalam pembahasan di bab ini, kita hanya akan membahas beberapa larutan yang
mungkin sering kita temui setiap hari.
Larutan zat padat dalam cairan Pada jenis larutan ini gaya tarik antara solute lebih dominan
daripada larutan antara cairan dengan cairan. Dalam suatu zat padat, molekul-molekul atau
ion-ionnya tersusundengan baik dan gaya tariknya maksimum. Agar terbentuk suatu larutan,
gaya tarik antar partikel solut dan solven harus baik. Seperti proses larutnya gula dalam air.
Gula yang mempunyai banyak gugusan OH dalam struktur molekulnya akan mudah larut
dalam air karena akan membentuk ikatan hidrogen dengan air sehingga gula dengan mudah
dapat ditarik dari kristalnya masuk ke solven. Hal ini menunjukkan solute dari molekul polar
akan lebih mudah larut dalam solven polar juga. Tapi molekul-molekul polar tidak dapat larut
dalam pelarut non polar. Hal ini karena gaya tarik antar molekul-molekul polar sangat kuat
sehingga tidak bisa tertarik oleh solven non polar.
A. Penyimpanan

Material standar perlu dijaga dalam kondisi tertentu karena dapat terdegradasi 
dan karakteristik yang lain dapat berubah selama periode penyimpanan, sekalipun dalam
kondisi penyimpanan ideal dengan stabilitasnya terbatas. berikut  beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan .

B. Suhu

Material standar harus dalam keadaan disegel dan disimpan dengan benar dalam
suhu penyimpan yang disarankan dan wadah penyimpanan harus  bersifat inert.

C. Kelembaban
Mengontrol kelembaban merupaka hal penting dalam penyimpanan. Kelembaban yang
tinggi akan menyebabkan degradasi material lebih cepat. Oleh karena itu, penggunaan
vial untuk menyimpan standar harus disegel dan disimpan dengan benar yang
kelembabanya sesuai  atau dalam desikator.
D. Cahaya
Beberapa material sensitive terhadap cahaya  dan membutuhkan perlindungan
dari paparan  cahaya. Oleh karena itu material tersebut  harus disimpan dalam botol
ember   atau botol yang dilapisis aluminium foil. Paparan cahaya terhadap material
tersebut harus diminimalkan juga selama penimbangan dll.
E. Penanganan standar
Persyaratan  pertama dan terpenting  adalah penanganan terhadap tumpahan dan
pecah dapat menyebabkan kerugian besar dan penurunan dalam jumlah sampel
laboratorium. vial  vial yang digunakan  berukuran kecil maka harus ditangani dengan
hati hati untuk mencegah  kecelakaan kerja.
F. Transfer material
Dalam mentrasfer material  standar  harus menggunakan micropipate dengan tips
sekali pakai. Hindari mengambil aliquots dengan pipet drop karena dapat menyebabkan
kontaminasi.  Demikian  pula  ketika menimbang material padatan, tidak boleh
mengembalikan serbuk material padatan ke dalam wadahnya kembali jika berlebih
karena dapat menyababkan kontaminasi. Pastikan wadah tertutup kembali agar
mencegah  terjadinya oksidasi selama penyimpanan.
G. Menggunakan spatula bersih
Selalu gunakan spatula bersih untuk mengambil bahan standar  dari vial dan
gunakan sarung tangan ketika menangani standar.
Penggolongan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listriknya

1.Larutan yang bersifat elektrolit. Air sebagai pelarut memang bukan konduktorlistrik yang
baik tapi jika didalam air ditambahkan senyawa ion yang larut seperti NaCl maka larutan ini
akan menjadi konduktor listrik atau disebut larutan elektrolit.

2.Larutan non elektrolit Larutan yang molekul-molekulnya tidak terionisasi sehingga tidak
ada ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik.

LATIHAN SOAL

1) apa yang dimaksud dengan larutan solvent?


2) bagaiamana tata cara membuat suatu larutan?
3) jelaskan penggolongan zat terlarut berdasarkan jenis zat yang terlarut!?
BAB VI

KONSENTRASI LARUTAN DAN PERHITUNGAN KONSENTRASI LARUTAN

Perhitungan Konsentrasi
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu
pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam
larutan encer, massa larutan sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama
dengan massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan
konsentrasinya. Konsentrasilarutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan
pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah pelarut. Konsentrasi larutan merupakan suatu label larutan, agar larutan
tersebut bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perbandingan jumlah zat terlarut
dan jumlah pelarutnya. Konsentrasi larutan yang sering dipergunakan di laboratorium
diantaranya adalah persen (%), molaritas (M), normalitas (N) dan bagian per juta (bpj) atau
part per million (ppm).

A. Konsentrasi Larutan Secara KualitatifDalampekerjaansehari-haridilaboratorium,biasanya


kita menggunakan larutan yang lebih rendah konsentrasinya dengan cara menambah
pelarutnya.Di laboratorium pada umumnya membeli larutan senyawa kimia dalam air yang
konsentrasinya pekat, sebab dengan cara ini sangat ekonomis. Apabila akan digunakan untuk
keperluan sehari-hari larutan ini harus diencerkan.Proses pengenceran adalah mencampurkan
larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar atau konsentrasi yang lebih kecil.

Pengenceran yang dimaksud kan dalam larutan kimia,yaitu memperbesar jumlah


pelarut pada suatu larutan yang mempunyai jumlah mol zat tertentu.Pengenceran yang biasa
dilakukan adalah dengan mengambil larutan yang mempunyai konsentrasi volume tertentu
kemudian ditambah dengan pelarut(aquades untuk pelarut air) sampai volume nya sesuai
dengan yang diharapkan.Hasilpengenceran jumlah mol zat terlarut yang ada dalam larutan
tidak berubah,namun konsentrasi larutan berubah,hal ini disebabkan oleh perubahan volume
dari pelarut.
Larutan pekat Berat jenis(g/mL) Persen massa Molaritas Asam
sulfat(H2SO4)1,849618Asam
klorida(HCl)1,183612Asamfosfat(H3PO4)1,78515Asamnitrat(HNO3)1,437016
Asamasetat(CH3COOH)1,0510017,5Larutan ammonia dalam air(NH3)0,902815

Konsentrasi Larutan Secara Kuantitatif1. Persen(%)Menyatakan banyaknya jumlah


gram atau mL zat terlarut dalam 100 bagian larutan. Persen massa dan volum adalah cara
paling sederhana untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan dengan membandingkan massa
atau volume masing-masing bagian. Satuan % yang umum digunakan adalah % berat, %
volume dan % berat/volume.a. % massaKonsentrasi persen berat larutan adalah jumlah
bagian berat zat terlarut yang terdapat dalam 100 bagian berat larutan. Rumus yang
digunakan adalah :
berat zat terlarut% berat larutan = X 100 %berat larutanContoh :Hitung berapa %
NaCl dalam suatu larutan yang dibuat dengan cara melarutkan 20 gram NaCl dalam 55 gram
air.
Jawab : % NaCl = 20+55 20X 100 % = 26,67
% volumeKonsentrasi persen volume larutan adalah jumlah bagian volume zat terlarut yang
terdapat dalam 100 bagian volume larutan. Rumus yang digunakanadalah: volume zat terlarut
% volume larutan = X 100 %volume larutanContoh :50 mL alkohol dicampur dengan 100
mL air menghasilkan 150 mL larutan. Hitung % volume alkohol. Jawab50% volume = X 100
% = 33,33 %

Normalitas (N)Normalitas larutan didefinisikan sebagai jumlah grek suatu solut


(terlarut) dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter atau
dengan kata lain jumlah grek zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus yang digunakan
adalah:grekzat terlarut gram zat terlarutNormalitas = N = = liter larutan BE zat terlarut x liter
larutan

Bagian per juta (bpj) atau p a r t p e r m i l l i o n (ppm) Cara lain untuk menuliskan
konsentrasi suatu larutan yang konsentrasinya sangat kecil adalah dengan bagian perjuta.
Prinsip yang digunakan pada dasarnya adalah persen massa dengan konsentrasi yang sangat
kecil. Cara pernyataan konsentrasi seperti ini banyak digunakan dalam pemeriksaan elektrolit
atau di laboratorium lingkungan untuk pengujian logam yang terkandung di dalam air. Ada 3
cara menghitung ppm, yaitu :gram berat solute (1) ppm = X 1.000.000mL larutanmgram
berat solute (2) ppm = X 1.000mL larutanmgram berat solute (3) ppm = liter larutan.
Latihan soal

1) Hitunglah konsentrasi larutan dalam %, jika 100 mgram Ba(OH)2dilarutkan dalam


500 mL air
2) Hitunglah konsentrasi larutan dalam satuan ppm, jika 2 mgram HgCl2 terlarut dalam
5 liter air
3) Berapa gram Ca(OH)2yang diperlukan untuk membuat larutan sebanyak 100 mL
dengan konsentrasi 0,2 M?
4) Hitunglah konsentrasi larutan dalam satuan normalitas (N), jika 5 gram KOH
dilarutkan dalam 2 liter air?
BAB VII

PH DAN LARUTAN BUFFER

Larutan penyangga atau yang disebut juga larutan buffer atau larutan dapar
merupakan larutan yang bisa mempertahankan nilai pH meskipun ditambah sedikit asam,
sedikit basa, atau sedikit air (pengenceran). Hal ini dikarenakan karena larutan penyangga
mengandung zat terlarut bersifat “penyangga“ yang terdiri atas komponen asam dan basa.
Komponen asam berfungsi menahan kenaikan pH, sedangkan komponen basa berfungsi
menahan penurunan pH.
Teori dasar pH dan Larutan Buffer
Teori dasar : pH merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen yang melarut dalam
suatularutan di mana:pH = -log[H+]Nilai pH yang paling rendah adalah pH = 0 ([H+] sangat
tinggi atau dalam kata yang lain larutan sangat asam) dan nilai pH yang paling tinggi adalah
pH = 14 ([H+] sangat sedikit atau dalam kata yang lain larutan sangat alkali). Nilai pH H2O
yang murni sama dengan “7” dan larutan lain yang bernilai pH = +/-7 disebut larutan
netral.Pada darahdan cairan ekstraselular sistem buffer bikarbonat (H2CO3 HCO3-+ H+)
merupakan sistem buffer terpenting.
Pada urin, ion amonia (NH3) dan amonium (NH4+) berfungsi sebagai sistem buffer, dan pH
intraselular diatur terutama oleh anion fosfat ( H2PO4-) dan protein.Semua reaksi biokimiawi
terjadi di dalam larutan, dan umumnya reaksi biokimiawi sangat dipengaruh oleh keasaman
lingkungan/larutan tersebut.
Yang demikian oleh karena bentuk (yaitu konfigurasi 3-dimensi) molekul protein tergantung
pada interaksi asam amino pada strukurnya tertier. Semua asam amino bermuatan
positif/negative atau netral pada pH tertentu. Kalau pH diubahkan sifat muatan asam amino
berubah pula serta konfigurasi protein. Ketika bentuk protein berubah pasti aktivitas protein
tersebut (yang berfungsi sebagai enzim, reseptor, protein pembawa atau fungsi yang lain)
akan dipengaruhi.
Jadi ketika kita melakukan penelitan yang termasuk reaksi biokimiawi, caranya untuk
mempertahankan pH pada tingkat yang tepat perlu dipikirkan.Sebagai contoh adalah sistem
buffer fosfat. Sistem buffer fosfat terdiri dari ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) yang
merupakan pemberi hidrogen (asam) dan ion hidrogen fosfat (HPO42-) yang merupakan
penerima hidrogen (basa). Kedua-duanya ion tersebut berada dalam keseimbangan dan
hubungannya bisa ditulis sebagai rumus berikut:H2PO4-H++ HPO42-Ketika ion-ion hidrogen
ditambah dalam larutan yang ditahankan oleh buffer fosfat, keseimbangan yang di atas akan
ke arah kiri (yaitu, ion H+yang kelebihan akan bereaksi dengan ion hidrogen fosfat dan
menghasilkan ion dihidrogen fosfat). Ketika larutan semakin alkali (basa) keseimbangan
yang di atas akan ke arah kanan (yaitu, ion OH-yang kelebihan akan bereaksi dengan ion
hidrogen dan menghasilkan air).

1. Penggunaan pH meter dalam menentukan ukuran pH suatu larutan harus


dilakukan secara cermat dan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengukuran pH.
2. Elektroda pada pH meter harus dibilas dengan aquades sebelum dan sesudah
pengukuran pH
3. Untuk membuat larutan buffer fosfat dengan pH tertentu harus menggunakan
konsentrasi asam fosfat dan basa konjugasinya dengan konsentrasi yang sama.
Sepertidalam praktikum digunakan konsentrasi 0,25M natrium dihidrogen fosfat
(NaH2PO4) dan 0,25M natrium monohidrogen fosfat (Na2HPO4)
4. Penambahan ion H+yang berasal dari NaH2PO4menyebabkan penurunan pH,
dikarenakan banyaknya ion H+ yang terbebas.
5. Semakin banyak NaH2PO4yang ditambahkan semakin asam larutan tersebut
6. Semakin tinggi konsentrasi glukosa dalam larutan bennedict maka akan semakin
pekat warna yang terbentuk (semakin mengarah ke warna merah bata dan
terbentuk endapan)
7. Keakuratan hasil yang diperoleh dipengaruhi oleh banyak hal, seperti ketelitian
praktikan dalam penggunaan alat, keakuratan alat, dan kesalahan prosedur kerja
yang dilakukan praLarutan penyangga atau yang disebut juga larutan buffer atau
larutan dapar merupakan larutan yang bisa mempertahankan nilai pH
meskipun ditambah sedikit asam, sedikit basa, atau sedikit air (pengenceran). Hal
ini dikarenakan karena larutan penyangga mengandung zat terlarut bersifat
“penyangga“ yang terdiri atas komponen asam dan basa. Komponen asam
berfungsi menahan kenaikan pH, sedangkan komponen basa berfungsi menahan
penurunan pH.

Sifat – Sifat dari Larutan Buffer Adalah:

1) pH tidak berubah bila larutan diencerkan.


2) pH larutan tidak berubah bila larutan ditambah ditambahnkan asam atau basa.
Hubungan antara pH dengan larutan buffer adalah sebagai berikut:

1. Larutan buffer dari campuran asam lemah dengan garamnya.

[H+] = Ka                    atau        [H+] = Ka

pH  = – log H+

Dimana:

Ka   = Ketetapan kesetimbangan

= Jumlah mol asam lemah

= Jumlah mol basa konjugasinya

2. Larutan buffer dari campuran basa lemah dengan garamnya.

[OH–]          = Kb         atau        [H+] = Kb

pH              = 14 – POH

POH           = – log OH–

Dimana:

Kb   = Ketetapan kesetimbangan

= Jumlah mol basa lemah

= Jumlah mol asam konjugasinya

Fungsi Larutan Buffer

 Adanya larutan buffer ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-
obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat Fungsi
penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh.
 Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem
penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4–dan HPO42- yang dapat bereaksi
dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah
yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.
 Menjaga pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45, yaitu dari
ion HCO3–denganion Na+. Apabila pH darah lebih dari 7,45 akan mengalami alkalosis,
akibatnya terjadi hiperventilasi / bernapas berlebihan, mutah hebat. Apabila pH darah
kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatnya jantung, ginjal ,hati dan pencernaan
akan terganggu.
 Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak mudah rusak/teroksidasi
(asambenzoat dengan natrium benzoat).
 Selain itu penerapan larutan buffer ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari
seperti pada obat tetes mata.
 Adanya larutan penyangga ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat
fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan
tubuh.

 Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem
penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang
bisa bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, mampu
menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.

 Menjaga pH pada plasma darah supaya berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45 ,yaitu dari
ion HCO3- denganion Na+ . Jika pH darah lebih dari 7,45 akan mengalami alkalosis,
akibatnya terjdi hiperventilasi/ bernapas berlebihan, mutah hebat.Jika pH darah kurang
dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatnya jantung ,ginjal ,hati dan pencernaan akan
terganggu.

 Menjaga pH cairan tubuh supaya ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu, yakni asam
dihidrogen posphat (H2PO4-) dengan basa monohidrogen posphat (HPO42-)

 Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng supaya tidak mudah rusak /teroksidasi (asam
benzoat dengan natrium benzoat).

 Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari
seperti pada obat tetes mata.
Jenis-Jenis Larutan Buffer

Larutan buffer dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau
basa lemah dan asam konjugasinya. Berdasarkan asam basa penyusunnya, larutan
buffer dibedakan menjadi 2, yakni sebagai berikut :

1. Larutan buffer asam

Larutan buffer asam yaitu larutan penyangga yang terbentuk dari asam lemah dan basa
konjugasinya. Larutan penyangga asam mempunyai pH kurang dari 7.

Contoh: CH₃COOH (asam lemah) dan CH₃COO– (basa konjugasinya).

2. Larutan penyangga basa

Larutan buffer basa merupakan larutan penyangga yang terbentuk dari basa lemah dan asam
konjugasinya. Larutan penyangga basa mempauanyai pH lebih besar dari 7.

Contoh: NH₃ (basa lemah) dan NH₄+ (asam konjugasinya).

latihan soal larutan buffer penyangga

1. Tentukan pH larutan jika 800 ml larutan CH3COOH 0,1M dicampur dengan


400ml larutan CH3COONa 0,1M (Ka CH3COOH = 1,8×10-5) !
2. Tentukan pH larutan apabila 400 ml larutan NH 4OH 0,5M dicampur dengan 100
ml larutan NH4Cl 0,5M ( Kb NH4OH = 1,8×10-5)
3. Sebanyak 50 ml larutan yang terdiri dari CH3COOH 1M dan CH3COONa
1M ditambahkan larutan HCl 1M sebanyak iml. Tentukan pH larutan setelah penambahan
HCl 1M ! ( Ka = 1,8 x 10-5)
4. Sebanyak 50 ml larutan yang terdiri dari CH3COOH 1M dan CH3COONa 1M
ditambah 50 ml air. Tentukan pH larutan setelah pengenceran !
BAB VIII

PENGUKURAN PH LARUTAN

Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netralapabila memiliki nilai
pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7
menunjukan keasaman.

Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut
(sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan.

1. Kertas lakmus

Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa dan larutan bersifat netral
berbeda. Ada dua macam kertas lakmus,yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari
masing-masing kertas lakmus tersebut adalah sebagai berikut.

a. Lakmus merah

Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutanbasa berwarna
biru.

b. Lakmus biru

Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutanbasa berwarna biru.

c. Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah warna

Sebenarnya lakmus tidak bisa digunakan untuk menentukan nilai derajat keasaman atau
pH larutan. Lakmus hanya akan menunjukkan keadaan suatu larutan, baik asam atau basa.
Jadi, hasil akhir bukan berupa nilai pH akan tetapi keterangan sifat larutan. Biasanya lakmus
digunakan sebagai langkah awal identifikasi larutan yang tidak diketahui sifatnya.

2.Indikator Universal

Indikator universal merupakan campuran warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu
indikator yang berupa kertas dan larutan.dari bermacam-macam indikator yang dapat
menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan
a. Indikator Kertas (Indikator Stick)

Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi
dengan peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam
larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
b. Larutan Indikator

Salah satu contoh indikator universal jenis larutan adalah larutan metil jingga (Metil Orange
= MO). Pada pH kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan pada pH lebih dari 7
warnanya menjadi kuning. Contoh indikator cair lainnya adalah indikator fenolftalin
(Phenolphtalein = pp). pH di bawah 8, fenolftalin tidak berwarna, dan akan berwarna merah
anggur apabila pH larutan di atas 10.

3.pH meter

Teknologi yang lebih modern yaitu menggunakan pHmeter. Penggunaan alat ini dengan cara
dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka skala yang
menunjukkan pH larutan. Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe
berupa elektrode kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam
larutan. Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk bulat
(bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder kaca non-konduktor atau plastik memanjang,
yang selanjutnya diisi dengan larutan HCl (0,1 mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam
sebuah kawat elektrode panjang berbahan perak yang pada permukaannya terbentuk senyawa
setimbang AgCl. Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat elektrode
Ag/AgCl memiliki nilai potensial stabil.
BAB IX

REAKSI NETRALISASI ASAM BASA

REAKSI NETRALISASI DAN PERSAMAAN REAKSI NETRALISASI

Reaksi netralisasi merupakan reaksi dimana asam dan basa bereaksi dalam larutan berair
untuk menghasilkan garam dan air.natrium klorida cair yang dihasilkan dalam reaksi disebut
garam. Sebuah garam merupakan senyawa ionik yang terdiri dari kation dari basa dan anion
dari asam. Sebuah garam pada dasarnya adalah setiap senyawa ionik yang bukan merupakan
asam atau basa. Reaksi Asam Kuat Basa-Kuat

Ketika jumlah yang sama dari asam kuat seperti asam klorida dicampur dengan basa kuat
seperti natrium hidroksida, hasilnya adalah larutan netral. Produk reaksi tidak memiliki
karakteristik baik asam atau basa. Berikut adalah persamaan reaksi keseimbangan molekul.

HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

Reaksi kimia yang terjadi dalam larutan air yang lebih akurat diwakili dengan persamaan
reaksi ion bersih. Persamaan ionik lengkap untuk netralisasi asam klorida dengan natrium
hidroksida ditulis sebagai berikut:

H+ + Cl– + Na+ + OH– → Na+ + Cl– + H2O

Karena asam dan basa keduanya kuat, mereka sepenuhnya terionisasi dan seterusnya ditulis
sebagai ion, seperti NaCl terbentuk sebagai produk. Ion-ion natrium dan ion klorida adalah
ion spektator dalam reaksi, sehingga menghasilkan reskai berikut sebagai reaksi ionik bersih.
H+ + OH– → H2O

Semua reaksi netralisasi asam kuat dengan basa kuat adalah reaksi ionik bersih ion hidrogen
digabung dengan ion hidroksida untuk menghasilkan air.

Bagaimana jika asam adalah asam diprotik seperti asam sulfat? Persamaan molekul yang
setimbang sekarang melibatkan rasio 01:02 antara asam dan basa.

H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2SO4 + 2H2O(l)

Agar reaksi menjadi netralisasi penuh, mol NaOH dua kali lebih banyak harus bereaksi
dengan H2SO4. Garam natrium sulfat larut, dan seterusnya reaksi ionik bersih sama lagi.
Rasio mol yang berbeda terjadi karena asam poliprotik lainnya atau basa dengan beberapa
hidroksida seperti Ca(OH)2.

Reaksi Melibatkan Asam Lemah atau Basa lemah

Reaksi di mana setidaknya salah satu komponen lemah umumnya tidak menghasilkan larutan
netral. Reaksi antara asam nitrit lemah dan kalium hidroksida kuat ditampilkan di bawah.

HNO2(aq) → KOH(aq) → KNO2(aq) + H2O(l)

Cara lain untuk menulis persamaan ion bersih, asam lemah harus ditulis sebagai molekul
karena tidak mengionisasi untuk sebagian besar di dalam air. Basa dan garam sepenuhnya
dipisahkan.

HNO2 + K+ + OH– → K+ + NO2– + H2O

Satu-satunya ion spektator adalah ion kalium, sehingga persamaan ion bersih adalah sbb:

HNO2 + OH– → NO2– + H2O

Ion hidroksida kuat pada dasarnya sebagai “kekuatan” bagi asam nitrat lemah untuk menjadi
terionisasi. Ion hidrogen dari asam bergabung dengan ion hidroksida untuk membentuk air,
yang meninggalkan ion nitrit sebagai produk lainnya. Larutan yang dihasilkan tidak netral
(pH = 7), tetapi sedikit basa.
Reaksi juga dapat melibatkan basa lemah dan asam kuat, menghasilkan larutan yang sedikit
asam. Persamaan ion molekul dan bersih untuk reaksi asam klorida dan amonia ditunjukkan
di bawah ini.

HCl + NH3 → NH4Cl

H+ + NH3 → NH4+   (Cl– adalah ion spektator)

Reaksi antara asam dan basa yang baik lemah dapat mengakibatkan larutan yang netral,
asam, atau basa.

LATIHAN SOAL:

1) Satu satunya ion spektator adalah ion kalium sehingga persamaan ion bersih
adalah?
2) Reaksi antara asam basa yang baik lemah dapat mengakibtakan larutan yang?
3) Reaksi netralisasi merupakan reaksi?
BAB X

STOIKIOMETRI

Dalam ilmu kimia, stoikiometri (/ˌstɔɪkiˈɒmᵻtri/) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan
kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani kuno στοιχεῖον stoicheion "elemen" dan μέτρον
metron "pengukuran. Dalam bahasa Yunani patristik, kata Stoichiometria digunakan
Nikephoros untuk merujuk pada jumlah baris dari Perjanjian Baru kanonik dan beberapa
Apokrifa.

Stoikiometri didasarkan pada hukum-hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa,
hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda. Stoikiometri diilustrasikan
melalui gambar berikut, dengan persamaan reaksi setara:

CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O.

Di sini, satu molekul metana bereaksi dengan dua molekul gas oksigen untuk menghasilkan
satu molekul karbon dioksida dan dua molekul air. Persamaan kimia khusus ini adalah contoh
pembakaran sempurna. Stoikiometri mengukur hubungan kuantitatif ini, dan digunakan untuk
menentukan jumlah produk dan reaktan yang diproduksi atau dibutuhkan dalam reaksi yang
diberikan. Menggambarkan hubungan kuantitatif antara zat-zat ketika mereka berpartisipasi
dalam reaksi kimia dikenal sebagai stoikiometri reaksi. Dalam contoh di atas, stoikiometri
reaksi mengukur hubungan antara metana dan oksigen ketika mereka bereaksi membentuk
karbon dioksida dan air.

Karena hubungan mol yang diketahui dengan massa atom, rasio yang diperoleh dengan
stoikiometri dapat digunakan untuk menentukan jumlah massa dalam suatu reaksi yang
dijelaskan oleh persamaan yang setimbang. Hal ini disebut sebagai stoikiometri komposisi.
Stoikiometri gas berkaitan dengan reaksi yang melibatkan gas, di mana gas berada pada suhu,
tekanan, dan volume yang diketahui dan dapat dianggap gas ideal. Untuk gas, rasio volume
idealnya sama dengan hukum gas ideal, tetapi rasio massa dari reaksi tunggal harus dihitung
dari massa molekul dari reaktan dan produk. Dalam praktiknya, karena keberadaan isotop,
massa molar digunakan sebagai gantinya ketika menghitung rasio massa.

Di awal kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia, yakni stoikiometri reaksi kimia, tidak
mendapat banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaan
tidak menghasilkan hasil yang benar.

Salah satu contoh melibatkan teori flogiston. Flogistonis mencoba menjelaskan fenomena
pembakaran dengan istilah “zat dapat terbakar”. Menurut para flogitonis, pembakaran adalah
pelepasan zat dapat terbakar (dari zat yang terbakar). Zat ini yang kemudian disebut
”flogiston”. Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan pembakaran sebagai pelepasan
flogiston dari zat terbakar. Perubahan massa kayu bila terbakar cocok dengan baik dengan
teori ini. Namun, perubahan massa logam ketika dikalsinasi tidak cocok dengan teori ini.
Walaupun demikian flogistonis menerima bahwa kedua proses tersebut pada dasarnya
identik. Peningkatan massa logam terkalsinasi adalah merupakan fakta. Flogistonis berusaha
menjelaskan anomali ini dengan menyatakan bahwa flogiston bermassa negatif.

Filsuf dari Flanders Jan Baptista van Helmont (1579-1644) melakukan percobaan “willow”
yang terkenal. Ia menumbuhkan bibit willow setelah mengukur massa pot bunga dan
tanahnya. Karena tidak ada perubahan massa pot bunga dan tanah saat benihnya tumbuh, ia
menganggap bahwa massa yang didapatkan hanya karena air yang masuk ke bijih. Ia
menyimpulkan bahwa “akar semua materi adalah air”. Berdasarkan pandangan saat ini,
hipotesis dan percobaannya jauh dari sempurna, tetapi teorinya adalah contoh yang baik dari
sikap aspek kimia kuantitatif yang sedang tumbuh. Helmont mengenali pentingnya
stoikiometri, dan jelas mendahului zamannya.

Di akhir abad 18, kimiawan Jerman Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) menemukan
konsep ekuivalen (dalam istilah kimia modern ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti
reaksi asam basa, yakni hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi penetralan.
Ekuivalen Richter, atau yang sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah
tertentu materi dalam reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan hubungan
antara sejumlah asam dan sejumlah basa untuk mentralkannya. Pengetahuan yang tepat
tentang ekuivalen sangat penting untuk menghasilkan sabun dan serbuk mesiu yang baik.
Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting secara praktis.

Istilah stoikiometri pertama kali digunakan oleh Richter pada tahun 1792 ketika volume
pertama Stoichiometry or the Art of Measuring the Chemical Elements karangan Richter
diterbitkan.[2]

Pada saat yang sama Lavoisier menetapkan hukum kekekalan massa, dan memberikan dasar
konsep ekuivalen dengan percobaannya yang akurat dan kreatif. Jadi, stoikiometri yang
menangani aspek kuantitatif reaksi kimia menjadi metodologi dasar kimia. Semua hukum
fundamental kimia, dari hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap sampai hukum
reaksi gas semua didasarkan stoikiometri. Hukum-hukum fundamental ini merupakan dasar
teori atom, dan secara konsisten dijelaskan dengan teori atom.

Mengubah gram ke mol

Stoikiometri tidak hanya digunakan untuk menyeimbangkan persamaan kimia tetapi juga
digunakan dalam konversi, misalnya, mengubah dari gram ke mol menggunakan massa molar
sebagai faktor konversi, atau dari gram ke mililiter menggunakan kerapatan (densitas).
Misalnya, untuk menentukan jumlah NaCl (natrium klorida) dalam 2 gram senyawa ini, maka
dapat dikonversi dengan jalan: Dalam contoh di atas, ketika dituliskan dalam bentuk pecahan,
satuan gram membentuk identitas multiplikatif, yang setara dengan satu (g/g = 1), dengan
jumlah yang dihasilkan dalam mol (unit yang dibutuhkan), seperti yang ditunjukkan pada
persamaan berikut, Proporsi molarStoikiometri sering digunakan untuk menyeimbangkan
persamaan kimia (stoikiometri reaksi). Sebagai contoh, dua gas diatomik, hidrogen dan
oksigen, dapat bergabung untuk membentuk cairan, air, dalam reaksi eksotermik, seperti
dijelaskan oleh persamaan berikut ini:

2 H2 + O2 → 2 H2O

Stoikiometri reaksi menggambarkan perbandingan molekul hidrogen, oksigen, dan air 2: 1: 2


dalam persamaan di atas.

Rasio molar memungkinkan konversi antara satu mol zat dan mol lainnya. Misalnya dalam
reaksi
2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O

jumlah air yang akan dihasilkan oleh pembakaran 0.27 mol CH3OH diperoleh dengan
menggunakan rasio molar antara CH3OH dan H2O dari 2 menjadi 4. Istilah stoikiometri juga
sering digunakan untuk proporsi molar unsur-unsur dalam senyawa stoikiometris
(stoikiometri komposisi). Misalnya, stoikiometri hidrogen dan oksigen dalam H 2O adalah 2:1.
Dalam senyawa stoikiometris, the molar proportions are whole numbers.

Rasio stoikiometris

Stoikiometri juga digunakan untuk menemukan jumlah yang tepat dari satu reaktan untuk
"sepenuhnya" bereaksi dengan reaktan lain dalam reaksi kimia – yaitu, jumlah stoikiometris
yang akan menghasilkan tidak ada reaktan sisa ketika reaksi berlangsung. Contoh
ditunjukkan di bawah ini menggunakan reaksi termit,

Fe2O3 + 2 Al → Al2O3 + 2 Fe

Persamaan ini menunjukkan bahwa 1 mol besi(III) oksida dan 2 mol aluminum akan
menghasilkan 1 mol aluminium oksida dan 2 mol besi. Maka untuk tepat mereaksikan 85.0 g
besi(III) oksida (0.532 mol), 28.7 g (1.06 mol) aluminium dibutuhkan.

BAB XI
UJI KUALITAS LARUTAN

  Uji kualitas reagen harus dilakukan :


1.      Setiap kali batch larutan kerja (working solution) dibuat.
2.      Setiap minggu (sangat penting untuk larutan pewarna Ziehl Neelsen)
3.      Bila sudah mendekati masa daluwarsa.
4.      Bila ditemukan / terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul kekeruhan, perubahan warna, timbul
endapan)
5.      Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan.
B.     Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan :
1.      Melakukan pemeriksaan bahan kontrol assayed yang telah diketahui nilainya dengan
menggunakan reagen tersebut.
2.      Menggunakan strain kuman.
C.    UjiKetelitian
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan dan
meramalkan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan,
dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat di pertanggung jawabkan.
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan kontrol assayed atau
unassayed. Kegiatan yang harus dilakukan adalam pengujian ini adalah :
1.   periodependahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk pemeriksaan
selanjutnya. Periode ini umumnya dilakukan baik untuk pemeriksaan kimia klinik,
hematologi, imunoserologi maupun kimia lingkungan. Cara :
a. Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan spesimen setiap hari kerja atau
pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja.
b.Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir periode pendahuluan
pada kolom x.
c. Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (mean), standar deviasi
(SD). Koefisien variasi (CV), batas peringatan (mean ± 2 SD) dan batas kontrol (mean ± 3
SD).
d. Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean ± 3 SD. Bila ada, maka nilai
tersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai mean, SD, CV, mean ± 2 SD dan mean ± 3 SD.
e. Nilai mean dan S yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan Periode kontrol.
2.   Periode kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari tersebut. Prosedur
pada periode kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia
klinik, hematologi dan kimia lingkungan cara dalah sebagai berikut :
a. Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa.
b.Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
c. Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S (Standar Deviasi Index)
denganrumus:
Xi mean
Satuan SD = ---------------SD
d.Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol. Sumbu X dalam grafik kontrol
menunjukkan hari/tanggal pemeriksaan sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan S.

3.     Evaluasihasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of control),
apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x ± 3 S.
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil
pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan
antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S, lainnya
dibawah -2 S)
4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol
berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x – S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R 4S atau gangguan
ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10 x, 1 3S.

5. Ujiketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya
nassayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau di
luar rentang nilai kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama. Bila terletak di dalam
rentang nilai kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol masih tepat
sehingga dapat dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di
luar rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak tepat sehingga
hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Amanda Sullivan, Lucy Kean dan Alison Cryer. 2008. Panduan pengantar laboratorium
medik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2008.

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku laboratorium medik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007.

Gandasoebrata, R. 2008. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat, 2008.

Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika, 2008.

Hoffbrand, A.V. 1992. Kapita Selekta Haematologi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC,
1992.

Indrawaty, Sri. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI, 2011.

J.B. Suharjo B.Cahyono, Dr.,Sp.PD. 2006. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam
Praktik Kedokteran. Jakarta : Kanisius, 2006.

Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.

Kiswari, dr. Rukman. 2014.pengantar lab medik. Jakarta : Erlangga, 2014.

Kosasih, E.N. Kosasih dan A.S. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Tangerang : KARISMA Publishing Group, 2008.

Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2008.

Pengaruh alat laboratorium dengan sistem penggunaan nya. Sugiati. 2013. Semarang :
Unimus, 2013.

Pengaruh Waktu Penyimpanan suatu larutan. Rahayu, Puji.

Permenkes no.37. Mboi, Nafsiah. 2012. Jakarta : s.n., 2012.

Tjokronegoro, Arjatmo 1996. Pemeriksaan Laboratorium medik. Jakarta : Balai Penerbitan


FKUI, 1996.

Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2004.
Waterbury, Larry. 2001. Buku Saku Hematologi. Jakarta : EGC, 2001.

Anda mungkin juga menyukai