TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIK (TLM)
PENGANTAR
LABORATORIUM
MEDIK
Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang
PRAKATA
Segala puji dan syukur kami panjatkkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “buku ajar pengantar laboratorium medik”.
pada kesempatan ini kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
buku ajar ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak terdapat kekurangan.Oleh karena itu, kami mengucapkan maaf jika terdapat banyak
kesalahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan ridha-Nya atas aktivitas
yang kita lakukan. Amin..
Akhir kata kami selaku tim penyusun mengucapkan terima kasih. Semoga buku ini dapat
memberikan manfaat kepada siapa saja yang membacanya.
DAFTAR ISI
PRAKATA.................................................................................................................................3
BAB I PRINSIP DASAR LABORATORIUM MEDIK...........................................................5
BAB II KODE ETIK SERTA KEBIJAKAN LABORATORIUM MEDIK.............................7
BAB III PENGOPERASIAN ALAT GELAS DAN NERACA..............................................13
BAB IV PENGETAHUAN DAN PENANGANAN BAHAN KIMIA...................................18
BAB V PEMBUATAN DAN PENYIMPANAN LARUTAN................................................21
BAB VI KONSENTRASI LARUTAN & PERHITUNGAN LARUTAN.............................25
BAB VII PH DAN LARUTAN BUFFER...............................................................................28
BAB VIII PENGUKURAN PH LARUTAN...........................................................................34
BAB IX REAKSI NETRALISASI ASAM BASA..................................................................37
BAB X STOIKIOMETRI........................................................................................................40
BAB XI UJI KUALITAS LARUTAN....................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................48
BAB I
PRINSIP DASAR LABORATORIUM MEDIK
Pendahuluan
Mendengar kata laboratorium tentu sudah tidak asing lagi bagi Anda. ketika Anda sakit
dan pergi ke rumah sakit atau ke dokter, sebelum tindakan pengobatan biasanya Anda
disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium. sebagian dari Anda mungkin
bertanya-tanya, mengapa harus diperiksa dahulu di laboratorium? mengapa dokter tidak
langsung saja memberi obat atau tindakan medis selanjutnya? seberapa penting hasil
pemeriksaan laboratorium itu berpengaruh terhadap tindakan pengobatan? untuk menjawab
beberapa pertanyaan tersebut, maka tentu anda harus memahami terlebih dahulu apa itu
laboratorium medik. Sekarang, dengan tugas anda sebagai Ahli Teknologi Laboratorium
Medik (ATLM), mengetahui apa itu laboratorium medik tentu menjadi sangat penting untuk
meningkatkan mutu layanan anda. laboratorium kesehatan. Dalam beberapa kondisi
laboratorium medik juga biasanya dikenal hanya dengan istilah laboratorium saja. Maka tidak
heran bila Anda berada di rumah sakit istilah yang tertulis pada nama ruangan hanya
“Laboratorium”. Tetapi pada beberapa rumah sakit yang cukup besar -dengan jumlah
laboratorium yang cukup banyak-biasanya laboratorium ini juga memiliki nama-nama khusus
tergantung dari jenis pemeriksaannya, seperti Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium
Patologi, dan lain-lain. Keberadaan laboratorium ini sangat penting untuk rumah sakit
khususnya bagi para dokter dalam menentukan jenis dan cara pengobatan. Selain di rumah
sakit, beberapa laboratorium medik juga dikelola secara mandiri/swasta. Fungsinya sama
saja, hanya pengelolaannya yang berbeda. Untuk mengetahui bagaimana peran laboratorium
dalam dunia kesehatan, maka Anda harus memahami terlebih dahulu tentang prinsip dasar
laboratorium medik.Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan akan dapat :
1. Menjelaskan pengertian laboratorium medik.
2. Menjelaskan klasifikasi laboratorium medik
3. Menjelaskan kebijakan laboratorium medik
4. Mengaplikasikan etika bekerja di laboratorium medik
5. Menjelaskan peralatan yang biasa digunakan di laboratorium medik Kemampuan-
kemampuan tersebut penting untuk Anda miliki sebagaiseorang Ahli Teknologi
Laboratorium pada saat bekerja di Laboratorium medik. Dalam mempelajari bab ini,
gunakan pengalaman Anda sebagai ATLM sebagai pembanding dengan teori-teori
yang akan dibahas.
Pada bab ini Anda akan mempelajari tentang Prinsip Dasar Laboratorium Medik
dengansusunan topik sebagai berikut.
1. Topik 1 membahas tentang Istilah umum dan singkatan yang sering digunakan di
laboratorium medik.
2. Topik 2 membahas tentang Prinsip-prinsip dasar laboratorium medik
BAB II
ditujukan untuk melayani orang sakit dan promosi perawatan kesehatan yang baik.
Berikut adalah kode etik profesi laboratorium medik yang perlu Anda pelajari dan Anda
laksanakan sebagai ATLM:
Fungsi tabung reaksi adalah untuk mencampur, menampung dan memanaskan bahan-bahan
kimia cair atau padat, utamanya untuk uji kualitatif. Selain berukuran kecil ada juga Tabung
reaksi yang memiliki ukuran besar. Alat tersebut dinamakan Labu didih.
Filler (karet pengisap) Fungsi : Untuk menghisap larutan yang akan dari
botol larutan. Untuk larutan selain air sebaiknya digunakan karet pengisat yang telah
disambungkan pada pipet ukur.
Pengaduk Fungsi : Untuk mengocok atau mengaduk suatu baik akan
direaksikan mapun ketika reaksi sementara berlangsung.
BAB IV
PENGETAHUAN DAN PENANGANAN BAHAN KIMIA
Simbol MSDS
Salah satu hal penting yang harus Anda ketahui pada MSDS yakni simbol tanda
bahaya yang digunakan di MSDS. Pada MSDS tanda bahaya dikelompokkan menjadi 4 hal
yakni bahaya dari segi kesehatan, kemudahan terbakar, reaktivitas bahan dan bahaya khusus,
dan digunakan simbol belah ketupat yang terdiri dari 4 bagian
Arti simbol tersebut adalah: 1.Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan skala
bahaya kesehatan. 2.Bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala bahaya
kemudahan terbakar. 3.Bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan skala bahaya
reaktivitas. 4.Bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus
lainnya. Masing-masing bagian akan terisi dengan angka skore tertentu dengan nilai 0, 1, 2, 3
atau 4 tergantung dari tingkat bahaya bahan kimia. Skore 0 mengindikasikan bahan kimia
tidak berbahaya, skore 1 menunjukkan bahaya pada level rendah dan skore 4 menunjukkan
bahan tersebut termasuk sangat berbahaya.
bahaya terhadap kesehatan Bahan kimia yang dengan
sangat sedikit paparan (exposure) dapat menyebabkan kematian atau sakit parah.Bahan kimia
yang dengan sedikit paparan dapat menyebabkan sakit serius atau sakit parah.Bahan kimia
yang dengan paparan cukup intens atau berkelanjutan dapat menyebabkan kemungkinan sakit
parah atau penyakit menahun.Bahan kimia yang dengan terjadinya paparan dapat
menyebabkan iritasi atau sakit.bahan kimia yang akibat paparan termasuk dalam kondisi
terbakar tidak mengakibatkan sakit atau bahaya kesehatan.bahaya kemudahan terbakar bahan
kimia yang akan teruapkan dengan cepat atau sempurna pada tekanan atmosfer dan
temperatur kamar atau bahan kimia yang segera terdispersi di udara dan bahan kimia tersebut
akan terbakar dengan cepat.Bahan kimia berupa cairan atau padatan yang dapat menyala pada
semua temperatur kamar.Bahan kimia yang harus dipanaskan atau dikondisikan pada
temperatur tinggi tertentu sehingga dapat menyala.Bahan kimia yang harus dipanaskan
terlebih dahulu sebelum nyala dapat terjadi.Bahan kimia yang tidak dapat terbakar.Bahaya
reaktivitas bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan meledak atau
terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau bereaksi pada tekanan dan temperatur normal
Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan meledak atau ter dekomposisi dan
menimbulkan ledakan atau bereaksi tetapi membutuhkan bahan inisiator atau harus
dipanaskan pada kondisi tertentu sebelum inisiasi atau bahan yang bereaksi dengan air dan
menimbulkan ledakan.Bahan kimia yang segera menunjukkan perubahan kimia drastis akibat
kenaikan temperatur atau tekanan atau reaksi secara cepat dengan air dan mungkin
membentuk campuran bahan peledak dengan air.bahan kimia yang secara sendirian stabil
tetapi dapat menjadi tidak stabil akibat kenaikan temperaturatau tekanan.bahan kimia yang
secara sendirian stabil kecuali pada kondisi nyala api dan bahan tidak reaktif dengan air.
Latihan
Larutan sudah sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin setiap
hari kita membuat larutan. Tapi apa itu larutan dan bagaimana larutan dapat terbentuk
mungkin belum begitu kita ketahui. Coba Anda perhatikan gambar di bawah ini. Anda
mungkin pernah mencampurkan 2 buah larutan sehingga muncul larutan baru yang
mempunyai warna tertentu.
sebagai petugas laboratorium, Anda tentu sudah mengetahui bahwa terdapat banyak jenis
larutan yang digunakan untuk pemeriksaan di laboratorium medik, antara lain : perekasi,
larutan untuk pewarnaan bakteri, larutan standar dan larutan penyangga (dapar/buffer).
Kebanyakan larutan yang digunakan untuk pemeriksaan dapat dibeli langsung dari
pemasokkomersial dan siap untuk digunakan. Namun,beberapalarutan tersedia sebagai
konsentrat dan perlu dipersiapkansesuai dengan konsentrasi yang diperlukan. Contohnya
adalah bahan kontrol untuk pemeriksaan kimia klinik, tersedia dalam bentuk serbuk
konsentrat, sebelum digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan aquabidest sampai
volume tertentu. Selain itu ada juga larutan harus disiapkan sebagai “reagen kerja” dengan
mencampurkan dua atau lebih larutan secara bersama-sama. Contohnya dalam pemeriksaan
kimia klinik parameter kreatinin, larutan kerja disiapkan dengan cara mencampurkan NaOH
dengan asam pikrat. Di laboratorium medik sering juga dibuat larutan pewarna untuk
identifikasi sel darah, bakteri, parasit dan jaringan. Larutan pewarna tersedia dalam bentuk
pekat. (stock), dan akan diencerkan dengan larutan penyangga bila akan digunakan dengan
perbandingan tertentu. Misalnya untuk pewarnaan sel darah digunakan larutan stock Giemsa
dan penyangga dengan perbandingan 1 : 4 atau untuk pemeriksaan parasite dengan
perbandingan 1 : 9. Larutan penyangga umumnya tersedia dalam larutan siap pakai.
Larutan adalah campuran homogen yang komponennya terdiri atas pelarut dan zat
terlarut. Larutan disebut juga sebagai campuran homogen dua zat atau lebih. Contoh larutan
yang sering kita temui yaituairgaram, air gula, air kopi, air teh, dan lain-lainl. Dalam larutan
juga dikenal istilah solven dan solute. Solven merupakan pelarut dan solute adalah zat
pelarut. Dalam larutan, solven mempunyai jumlah zat lebih besar sedangkan sisanya adalah
solute. Larutan dapat terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara molekul-molekul
solven dan solute.
Material standar perlu dijaga dalam kondisi tertentu karena dapat terdegradasi
dan karakteristik yang lain dapat berubah selama periode penyimpanan, sekalipun dalam
kondisi penyimpanan ideal dengan stabilitasnya terbatas. berikut beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan .
B. Suhu
Material standar harus dalam keadaan disegel dan disimpan dengan benar dalam
suhu penyimpan yang disarankan dan wadah penyimpanan harus bersifat inert.
C. Kelembaban
Mengontrol kelembaban merupaka hal penting dalam penyimpanan. Kelembaban yang
tinggi akan menyebabkan degradasi material lebih cepat. Oleh karena itu, penggunaan
vial untuk menyimpan standar harus disegel dan disimpan dengan benar yang
kelembabanya sesuai atau dalam desikator.
D. Cahaya
Beberapa material sensitive terhadap cahaya dan membutuhkan perlindungan
dari paparan cahaya. Oleh karena itu material tersebut harus disimpan dalam botol
ember atau botol yang dilapisis aluminium foil. Paparan cahaya terhadap material
tersebut harus diminimalkan juga selama penimbangan dll.
E. Penanganan standar
Persyaratan pertama dan terpenting adalah penanganan terhadap tumpahan dan
pecah dapat menyebabkan kerugian besar dan penurunan dalam jumlah sampel
laboratorium. vial vial yang digunakan berukuran kecil maka harus ditangani dengan
hati hati untuk mencegah kecelakaan kerja.
F. Transfer material
Dalam mentrasfer material standar harus menggunakan micropipate dengan tips
sekali pakai. Hindari mengambil aliquots dengan pipet drop karena dapat menyebabkan
kontaminasi. Demikian pula ketika menimbang material padatan, tidak boleh
mengembalikan serbuk material padatan ke dalam wadahnya kembali jika berlebih
karena dapat menyababkan kontaminasi. Pastikan wadah tertutup kembali agar
mencegah terjadinya oksidasi selama penyimpanan.
G. Menggunakan spatula bersih
Selalu gunakan spatula bersih untuk mengambil bahan standar dari vial dan
gunakan sarung tangan ketika menangani standar.
Penggolongan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listriknya
1.Larutan yang bersifat elektrolit. Air sebagai pelarut memang bukan konduktorlistrik yang
baik tapi jika didalam air ditambahkan senyawa ion yang larut seperti NaCl maka larutan ini
akan menjadi konduktor listrik atau disebut larutan elektrolit.
2.Larutan non elektrolit Larutan yang molekul-molekulnya tidak terionisasi sehingga tidak
ada ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik.
LATIHAN SOAL
Perhitungan Konsentrasi
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu
pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam
larutan encer, massa larutan sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama
dengan massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan
konsentrasinya. Konsentrasilarutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan
pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah pelarut. Konsentrasi larutan merupakan suatu label larutan, agar larutan
tersebut bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perbandingan jumlah zat terlarut
dan jumlah pelarutnya. Konsentrasi larutan yang sering dipergunakan di laboratorium
diantaranya adalah persen (%), molaritas (M), normalitas (N) dan bagian per juta (bpj) atau
part per million (ppm).
Bagian per juta (bpj) atau p a r t p e r m i l l i o n (ppm) Cara lain untuk menuliskan
konsentrasi suatu larutan yang konsentrasinya sangat kecil adalah dengan bagian perjuta.
Prinsip yang digunakan pada dasarnya adalah persen massa dengan konsentrasi yang sangat
kecil. Cara pernyataan konsentrasi seperti ini banyak digunakan dalam pemeriksaan elektrolit
atau di laboratorium lingkungan untuk pengujian logam yang terkandung di dalam air. Ada 3
cara menghitung ppm, yaitu :gram berat solute (1) ppm = X 1.000.000mL larutanmgram
berat solute (2) ppm = X 1.000mL larutanmgram berat solute (3) ppm = liter larutan.
Latihan soal
Larutan penyangga atau yang disebut juga larutan buffer atau larutan dapar
merupakan larutan yang bisa mempertahankan nilai pH meskipun ditambah sedikit asam,
sedikit basa, atau sedikit air (pengenceran). Hal ini dikarenakan karena larutan penyangga
mengandung zat terlarut bersifat “penyangga“ yang terdiri atas komponen asam dan basa.
Komponen asam berfungsi menahan kenaikan pH, sedangkan komponen basa berfungsi
menahan penurunan pH.
Teori dasar pH dan Larutan Buffer
Teori dasar : pH merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen yang melarut dalam
suatularutan di mana:pH = -log[H+]Nilai pH yang paling rendah adalah pH = 0 ([H+] sangat
tinggi atau dalam kata yang lain larutan sangat asam) dan nilai pH yang paling tinggi adalah
pH = 14 ([H+] sangat sedikit atau dalam kata yang lain larutan sangat alkali). Nilai pH H2O
yang murni sama dengan “7” dan larutan lain yang bernilai pH = +/-7 disebut larutan
netral.Pada darahdan cairan ekstraselular sistem buffer bikarbonat (H2CO3 HCO3-+ H+)
merupakan sistem buffer terpenting.
Pada urin, ion amonia (NH3) dan amonium (NH4+) berfungsi sebagai sistem buffer, dan pH
intraselular diatur terutama oleh anion fosfat ( H2PO4-) dan protein.Semua reaksi biokimiawi
terjadi di dalam larutan, dan umumnya reaksi biokimiawi sangat dipengaruh oleh keasaman
lingkungan/larutan tersebut.
Yang demikian oleh karena bentuk (yaitu konfigurasi 3-dimensi) molekul protein tergantung
pada interaksi asam amino pada strukurnya tertier. Semua asam amino bermuatan
positif/negative atau netral pada pH tertentu. Kalau pH diubahkan sifat muatan asam amino
berubah pula serta konfigurasi protein. Ketika bentuk protein berubah pasti aktivitas protein
tersebut (yang berfungsi sebagai enzim, reseptor, protein pembawa atau fungsi yang lain)
akan dipengaruhi.
Jadi ketika kita melakukan penelitan yang termasuk reaksi biokimiawi, caranya untuk
mempertahankan pH pada tingkat yang tepat perlu dipikirkan.Sebagai contoh adalah sistem
buffer fosfat. Sistem buffer fosfat terdiri dari ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) yang
merupakan pemberi hidrogen (asam) dan ion hidrogen fosfat (HPO42-) yang merupakan
penerima hidrogen (basa). Kedua-duanya ion tersebut berada dalam keseimbangan dan
hubungannya bisa ditulis sebagai rumus berikut:H2PO4-H++ HPO42-Ketika ion-ion hidrogen
ditambah dalam larutan yang ditahankan oleh buffer fosfat, keseimbangan yang di atas akan
ke arah kiri (yaitu, ion H+yang kelebihan akan bereaksi dengan ion hidrogen fosfat dan
menghasilkan ion dihidrogen fosfat). Ketika larutan semakin alkali (basa) keseimbangan
yang di atas akan ke arah kanan (yaitu, ion OH-yang kelebihan akan bereaksi dengan ion
hidrogen dan menghasilkan air).
pH = – log H+
Dimana:
pH = 14 – POH
Dimana:
Adanya larutan buffer ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-
obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat Fungsi
penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh.
Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem
penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4–dan HPO42- yang dapat bereaksi
dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah
yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.
Menjaga pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45, yaitu dari
ion HCO3–denganion Na+. Apabila pH darah lebih dari 7,45 akan mengalami alkalosis,
akibatnya terjadi hiperventilasi / bernapas berlebihan, mutah hebat. Apabila pH darah
kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatnya jantung, ginjal ,hati dan pencernaan
akan terganggu.
Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak mudah rusak/teroksidasi
(asambenzoat dengan natrium benzoat).
Selain itu penerapan larutan buffer ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari
seperti pada obat tetes mata.
Adanya larutan penyangga ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat
fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan
tubuh.
Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem
penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang
bisa bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, mampu
menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.
Menjaga pH pada plasma darah supaya berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45 ,yaitu dari
ion HCO3- denganion Na+ . Jika pH darah lebih dari 7,45 akan mengalami alkalosis,
akibatnya terjdi hiperventilasi/ bernapas berlebihan, mutah hebat.Jika pH darah kurang
dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatnya jantung ,ginjal ,hati dan pencernaan akan
terganggu.
Menjaga pH cairan tubuh supaya ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu, yakni asam
dihidrogen posphat (H2PO4-) dengan basa monohidrogen posphat (HPO42-)
Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng supaya tidak mudah rusak /teroksidasi (asam
benzoat dengan natrium benzoat).
Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari
seperti pada obat tetes mata.
Jenis-Jenis Larutan Buffer
Larutan buffer dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau
basa lemah dan asam konjugasinya. Berdasarkan asam basa penyusunnya, larutan
buffer dibedakan menjadi 2, yakni sebagai berikut :
1. Larutan buffer asam
Larutan buffer asam yaitu larutan penyangga yang terbentuk dari asam lemah dan basa
konjugasinya. Larutan penyangga asam mempunyai pH kurang dari 7.
Larutan buffer basa merupakan larutan penyangga yang terbentuk dari basa lemah dan asam
konjugasinya. Larutan penyangga basa mempauanyai pH lebih besar dari 7.
PENGUKURAN PH LARUTAN
Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netralapabila memiliki nilai
pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7
menunjukan keasaman.
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut
(sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan.
1. Kertas lakmus
Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa dan larutan bersifat netral
berbeda. Ada dua macam kertas lakmus,yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari
masing-masing kertas lakmus tersebut adalah sebagai berikut.
a. Lakmus merah
Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutanbasa berwarna
biru.
b. Lakmus biru
Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutanbasa berwarna biru.
c. Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah warna
Sebenarnya lakmus tidak bisa digunakan untuk menentukan nilai derajat keasaman atau
pH larutan. Lakmus hanya akan menunjukkan keadaan suatu larutan, baik asam atau basa.
Jadi, hasil akhir bukan berupa nilai pH akan tetapi keterangan sifat larutan. Biasanya lakmus
digunakan sebagai langkah awal identifikasi larutan yang tidak diketahui sifatnya.
2.Indikator Universal
Indikator universal merupakan campuran warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu
indikator yang berupa kertas dan larutan.dari bermacam-macam indikator yang dapat
menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan
a. Indikator Kertas (Indikator Stick)
Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi
dengan peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam
larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
b. Larutan Indikator
Salah satu contoh indikator universal jenis larutan adalah larutan metil jingga (Metil Orange
= MO). Pada pH kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan pada pH lebih dari 7
warnanya menjadi kuning. Contoh indikator cair lainnya adalah indikator fenolftalin
(Phenolphtalein = pp). pH di bawah 8, fenolftalin tidak berwarna, dan akan berwarna merah
anggur apabila pH larutan di atas 10.
3.pH meter
Teknologi yang lebih modern yaitu menggunakan pHmeter. Penggunaan alat ini dengan cara
dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka skala yang
menunjukkan pH larutan. Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe
berupa elektrode kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam
larutan. Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk bulat
(bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder kaca non-konduktor atau plastik memanjang,
yang selanjutnya diisi dengan larutan HCl (0,1 mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam
sebuah kawat elektrode panjang berbahan perak yang pada permukaannya terbentuk senyawa
setimbang AgCl. Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat elektrode
Ag/AgCl memiliki nilai potensial stabil.
BAB IX
Reaksi netralisasi merupakan reaksi dimana asam dan basa bereaksi dalam larutan berair
untuk menghasilkan garam dan air.natrium klorida cair yang dihasilkan dalam reaksi disebut
garam. Sebuah garam merupakan senyawa ionik yang terdiri dari kation dari basa dan anion
dari asam. Sebuah garam pada dasarnya adalah setiap senyawa ionik yang bukan merupakan
asam atau basa. Reaksi Asam Kuat Basa-Kuat
Ketika jumlah yang sama dari asam kuat seperti asam klorida dicampur dengan basa kuat
seperti natrium hidroksida, hasilnya adalah larutan netral. Produk reaksi tidak memiliki
karakteristik baik asam atau basa. Berikut adalah persamaan reaksi keseimbangan molekul.
Reaksi kimia yang terjadi dalam larutan air yang lebih akurat diwakili dengan persamaan
reaksi ion bersih. Persamaan ionik lengkap untuk netralisasi asam klorida dengan natrium
hidroksida ditulis sebagai berikut:
Karena asam dan basa keduanya kuat, mereka sepenuhnya terionisasi dan seterusnya ditulis
sebagai ion, seperti NaCl terbentuk sebagai produk. Ion-ion natrium dan ion klorida adalah
ion spektator dalam reaksi, sehingga menghasilkan reskai berikut sebagai reaksi ionik bersih.
H+ + OH– → H2O
Semua reaksi netralisasi asam kuat dengan basa kuat adalah reaksi ionik bersih ion hidrogen
digabung dengan ion hidroksida untuk menghasilkan air.
Bagaimana jika asam adalah asam diprotik seperti asam sulfat? Persamaan molekul yang
setimbang sekarang melibatkan rasio 01:02 antara asam dan basa.
Agar reaksi menjadi netralisasi penuh, mol NaOH dua kali lebih banyak harus bereaksi
dengan H2SO4. Garam natrium sulfat larut, dan seterusnya reaksi ionik bersih sama lagi.
Rasio mol yang berbeda terjadi karena asam poliprotik lainnya atau basa dengan beberapa
hidroksida seperti Ca(OH)2.
Reaksi di mana setidaknya salah satu komponen lemah umumnya tidak menghasilkan larutan
netral. Reaksi antara asam nitrit lemah dan kalium hidroksida kuat ditampilkan di bawah.
Cara lain untuk menulis persamaan ion bersih, asam lemah harus ditulis sebagai molekul
karena tidak mengionisasi untuk sebagian besar di dalam air. Basa dan garam sepenuhnya
dipisahkan.
Satu-satunya ion spektator adalah ion kalium, sehingga persamaan ion bersih adalah sbb:
Ion hidroksida kuat pada dasarnya sebagai “kekuatan” bagi asam nitrat lemah untuk menjadi
terionisasi. Ion hidrogen dari asam bergabung dengan ion hidroksida untuk membentuk air,
yang meninggalkan ion nitrit sebagai produk lainnya. Larutan yang dihasilkan tidak netral
(pH = 7), tetapi sedikit basa.
Reaksi juga dapat melibatkan basa lemah dan asam kuat, menghasilkan larutan yang sedikit
asam. Persamaan ion molekul dan bersih untuk reaksi asam klorida dan amonia ditunjukkan
di bawah ini.
Reaksi antara asam dan basa yang baik lemah dapat mengakibatkan larutan yang netral,
asam, atau basa.
LATIHAN SOAL:
1) Satu satunya ion spektator adalah ion kalium sehingga persamaan ion bersih
adalah?
2) Reaksi antara asam basa yang baik lemah dapat mengakibtakan larutan yang?
3) Reaksi netralisasi merupakan reaksi?
BAB X
STOIKIOMETRI
Dalam ilmu kimia, stoikiometri (/ˌstɔɪkiˈɒmᵻtri/) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan
kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani kuno στοιχεῖον stoicheion "elemen" dan μέτρον
metron "pengukuran. Dalam bahasa Yunani patristik, kata Stoichiometria digunakan
Nikephoros untuk merujuk pada jumlah baris dari Perjanjian Baru kanonik dan beberapa
Apokrifa.
Stoikiometri didasarkan pada hukum-hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa,
hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda. Stoikiometri diilustrasikan
melalui gambar berikut, dengan persamaan reaksi setara:
Di sini, satu molekul metana bereaksi dengan dua molekul gas oksigen untuk menghasilkan
satu molekul karbon dioksida dan dua molekul air. Persamaan kimia khusus ini adalah contoh
pembakaran sempurna. Stoikiometri mengukur hubungan kuantitatif ini, dan digunakan untuk
menentukan jumlah produk dan reaktan yang diproduksi atau dibutuhkan dalam reaksi yang
diberikan. Menggambarkan hubungan kuantitatif antara zat-zat ketika mereka berpartisipasi
dalam reaksi kimia dikenal sebagai stoikiometri reaksi. Dalam contoh di atas, stoikiometri
reaksi mengukur hubungan antara metana dan oksigen ketika mereka bereaksi membentuk
karbon dioksida dan air.
Karena hubungan mol yang diketahui dengan massa atom, rasio yang diperoleh dengan
stoikiometri dapat digunakan untuk menentukan jumlah massa dalam suatu reaksi yang
dijelaskan oleh persamaan yang setimbang. Hal ini disebut sebagai stoikiometri komposisi.
Stoikiometri gas berkaitan dengan reaksi yang melibatkan gas, di mana gas berada pada suhu,
tekanan, dan volume yang diketahui dan dapat dianggap gas ideal. Untuk gas, rasio volume
idealnya sama dengan hukum gas ideal, tetapi rasio massa dari reaksi tunggal harus dihitung
dari massa molekul dari reaktan dan produk. Dalam praktiknya, karena keberadaan isotop,
massa molar digunakan sebagai gantinya ketika menghitung rasio massa.
Di awal kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia, yakni stoikiometri reaksi kimia, tidak
mendapat banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaan
tidak menghasilkan hasil yang benar.
Salah satu contoh melibatkan teori flogiston. Flogistonis mencoba menjelaskan fenomena
pembakaran dengan istilah “zat dapat terbakar”. Menurut para flogitonis, pembakaran adalah
pelepasan zat dapat terbakar (dari zat yang terbakar). Zat ini yang kemudian disebut
”flogiston”. Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan pembakaran sebagai pelepasan
flogiston dari zat terbakar. Perubahan massa kayu bila terbakar cocok dengan baik dengan
teori ini. Namun, perubahan massa logam ketika dikalsinasi tidak cocok dengan teori ini.
Walaupun demikian flogistonis menerima bahwa kedua proses tersebut pada dasarnya
identik. Peningkatan massa logam terkalsinasi adalah merupakan fakta. Flogistonis berusaha
menjelaskan anomali ini dengan menyatakan bahwa flogiston bermassa negatif.
Filsuf dari Flanders Jan Baptista van Helmont (1579-1644) melakukan percobaan “willow”
yang terkenal. Ia menumbuhkan bibit willow setelah mengukur massa pot bunga dan
tanahnya. Karena tidak ada perubahan massa pot bunga dan tanah saat benihnya tumbuh, ia
menganggap bahwa massa yang didapatkan hanya karena air yang masuk ke bijih. Ia
menyimpulkan bahwa “akar semua materi adalah air”. Berdasarkan pandangan saat ini,
hipotesis dan percobaannya jauh dari sempurna, tetapi teorinya adalah contoh yang baik dari
sikap aspek kimia kuantitatif yang sedang tumbuh. Helmont mengenali pentingnya
stoikiometri, dan jelas mendahului zamannya.
Di akhir abad 18, kimiawan Jerman Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) menemukan
konsep ekuivalen (dalam istilah kimia modern ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti
reaksi asam basa, yakni hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi penetralan.
Ekuivalen Richter, atau yang sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah
tertentu materi dalam reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan hubungan
antara sejumlah asam dan sejumlah basa untuk mentralkannya. Pengetahuan yang tepat
tentang ekuivalen sangat penting untuk menghasilkan sabun dan serbuk mesiu yang baik.
Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting secara praktis.
Istilah stoikiometri pertama kali digunakan oleh Richter pada tahun 1792 ketika volume
pertama Stoichiometry or the Art of Measuring the Chemical Elements karangan Richter
diterbitkan.[2]
Pada saat yang sama Lavoisier menetapkan hukum kekekalan massa, dan memberikan dasar
konsep ekuivalen dengan percobaannya yang akurat dan kreatif. Jadi, stoikiometri yang
menangani aspek kuantitatif reaksi kimia menjadi metodologi dasar kimia. Semua hukum
fundamental kimia, dari hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap sampai hukum
reaksi gas semua didasarkan stoikiometri. Hukum-hukum fundamental ini merupakan dasar
teori atom, dan secara konsisten dijelaskan dengan teori atom.
Stoikiometri tidak hanya digunakan untuk menyeimbangkan persamaan kimia tetapi juga
digunakan dalam konversi, misalnya, mengubah dari gram ke mol menggunakan massa molar
sebagai faktor konversi, atau dari gram ke mililiter menggunakan kerapatan (densitas).
Misalnya, untuk menentukan jumlah NaCl (natrium klorida) dalam 2 gram senyawa ini, maka
dapat dikonversi dengan jalan: Dalam contoh di atas, ketika dituliskan dalam bentuk pecahan,
satuan gram membentuk identitas multiplikatif, yang setara dengan satu (g/g = 1), dengan
jumlah yang dihasilkan dalam mol (unit yang dibutuhkan), seperti yang ditunjukkan pada
persamaan berikut, Proporsi molarStoikiometri sering digunakan untuk menyeimbangkan
persamaan kimia (stoikiometri reaksi). Sebagai contoh, dua gas diatomik, hidrogen dan
oksigen, dapat bergabung untuk membentuk cairan, air, dalam reaksi eksotermik, seperti
dijelaskan oleh persamaan berikut ini:
2 H2 + O2 → 2 H2O
Rasio molar memungkinkan konversi antara satu mol zat dan mol lainnya. Misalnya dalam
reaksi
2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O
jumlah air yang akan dihasilkan oleh pembakaran 0.27 mol CH3OH diperoleh dengan
menggunakan rasio molar antara CH3OH dan H2O dari 2 menjadi 4. Istilah stoikiometri juga
sering digunakan untuk proporsi molar unsur-unsur dalam senyawa stoikiometris
(stoikiometri komposisi). Misalnya, stoikiometri hidrogen dan oksigen dalam H 2O adalah 2:1.
Dalam senyawa stoikiometris, the molar proportions are whole numbers.
Rasio stoikiometris
Stoikiometri juga digunakan untuk menemukan jumlah yang tepat dari satu reaktan untuk
"sepenuhnya" bereaksi dengan reaktan lain dalam reaksi kimia – yaitu, jumlah stoikiometris
yang akan menghasilkan tidak ada reaktan sisa ketika reaksi berlangsung. Contoh
ditunjukkan di bawah ini menggunakan reaksi termit,
Persamaan ini menunjukkan bahwa 1 mol besi(III) oksida dan 2 mol aluminum akan
menghasilkan 1 mol aluminium oksida dan 2 mol besi. Maka untuk tepat mereaksikan 85.0 g
besi(III) oksida (0.532 mol), 28.7 g (1.06 mol) aluminium dibutuhkan.
BAB XI
UJI KUALITAS LARUTAN
3. Evaluasihasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of control),
apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x ± 3 S.
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil
pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan
antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S, lainnya
dibawah -2 S)
4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol
berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x + S maupun x – S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10 kontrol
berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R 4S atau gangguan
ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10 x, 1 3S.
5. Ujiketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai kontrolnya
nassayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau di
luar rentang nilai kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama. Bila terletak di dalam
rentang nilai kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol masih tepat
sehingga dapat dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di
luar rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak tepat sehingga
hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda Sullivan, Lucy Kean dan Alison Cryer. 2008. Panduan pengantar laboratorium
medik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2008.
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku laboratorium medik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007.
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika, 2008.
Hoffbrand, A.V. 1992. Kapita Selekta Haematologi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC,
1992.
Indrawaty, Sri. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI, 2011.
J.B. Suharjo B.Cahyono, Dr.,Sp.PD. 2006. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam
Praktik Kedokteran. Jakarta : Kanisius, 2006.
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.
Kosasih, E.N. Kosasih dan A.S. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Tangerang : KARISMA Publishing Group, 2008.
Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Pengaruh alat laboratorium dengan sistem penggunaan nya. Sugiati. 2013. Semarang :
Unimus, 2013.
Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2004.
Waterbury, Larry. 2001. Buku Saku Hematologi. Jakarta : EGC, 2001.