DASAR PENGUKURAN

“PERBANDINGAN UNJUK KINERJA BERBAGAI TIPE PH METER

DIGITAL DI LABORATORIUM KIMIA”

“REDEFINITION OF THE MOLE IN THE REVISED INTERNATIONAL

SYSTEM OFUNITS AND THE ONGOING IMPORTANCE OF
METROLOGY FOR ACCURATECHEMICAL MEASUREMENTS”

DISUSUN OLEH :

Gesrina Bangun

4233131063

PSPK-2023 D

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Ani Sutiani., M.Si

Mutiara Agustina Nasution, S.Pd., M.Pd

PRODI S-1 PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
 KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Shalom
Om Swastyastu
Namo Buddhaya

Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah swt , Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah critical jurnal report tepat
waktu tanpa hambatan yg begitu berarti.
Penulisan makalah berjudul “CRITICAL JURNAL REPORT ‟ yg mengangkat
perbandingan pembahasan terhadap dua (2) jurnal yg berbeda, bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar ilmu kimia. Pada makalah berikut akan
membandingkan dua (2) jurnal yg berbeda.
Selama proses penyusunan makalah, saya mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:

Dr. Ani Sutiani., M.Si

Mutiara Agustina Nasution, S.Pd., M.Pd

selaku dosen mata kuliah dasar-dasar ilmu kimia,

saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan saya
agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiinn

Medan, 12 maret 2024

Penulis

ii
 DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................... (ii)

Daftar isi ........................................................................................................................ (iii)

BAB 1 : PENDAHULUAN ....................................................................................... (1-2)

Latar belakang ............................................................................................................... (1)

Rumusan masalah........................................................................................................... (1)

Tujuan ........................................................................................................................... (2)

BAB 2 : PEMBAHASAN ..................................................................................................

Jurnal 1 ....................................................................................................................... (3-6)

Jurnal 2 ..................................................................................................................... (7- 15)

BAB 3 : PENUTUP .................................................................................................... (16)

Kesimpulan .................................................................................................................. (16)

Saran ............................................................................................................................. (16)

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. (17)

iii
 BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Mengkritik sebuah Jurnal atau lebih adalah salah satu kegiatan yang
harus dikuasai oleh siswa maupun mahasiswa. Terlebih lagi untuk kita calon
pendidik bangsa. Banyak jurnal-jurnal yang beredar sekarang ini yang bisa
dikritik. Baik dari segi penulisan, cocok tidaknya bahan materi dengan pembaca,
maupun dari segi kelengkapan materi.

Adapun tujuan penulis di dalam makalah ini adalah untuk menguraikan

tentang kelebihan dan kekurangan dari dua buah jurnal serta perbedaan antara
kedua jurnal tersebut hal ini dilakukan demi memenuhi tugas Mata Kuliah
Perkemangan peserta didik yaitu tentang Critical Journal Review dimana
tujuannya adalah tidak lain untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa di dalam
menilai sebuah jurnal. Di dalam makalah ini juga tidak ada maksud untuk
menyudutkan beberapa pihak tertentu.

Makalah ini menyertakan keunggulan dan kekurangan dari jurnal

tersebut. Baik itu dari segi penulisan dan pemakaian bahasa, bahan materi yang
disampaikan, maupun dari segi kelengkapan materi. Karena pada dasarnya tidak
ada jurnal yang sempurna. Dengan demikian, diharapkan tidak ada pihak-pihak
yang tersinggung atas penyajian makalah ini. Karena makalah ini dibuat
berdasarkan sudut pandang pembaca.

1.1 RUMUSAN MASALAH

1. Mengidentifikasi definisi dasar ilmu kimia

2. Mengidentifikasi tijauan teoritis jurnal
3. Mengidentifikasi metode penelitian jurnal
4. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan jurnal

1
1.2. TUJUAN
1. Mengasah kemampuan analisa mahasiswa
2. Mengetahui definisi berdasarkan tinjauan teoritis jurnal
3. Mengetahui metode pembuatan jurnal
4. Mengasah kemampuan analisis kelebihan dan kekurangan jurnal

2
 BAB 2
PEMBAHASAN

JURNAL 1 :

1 Judul Jurnal 1 : Perbandingan Unjuk Kinerja Berbagai Tipe Ph Meter Digital

Di Laboratorium Kimia
Jurnal Jurnal 1 : Jurnal Pengelolaan Laboratorium Sains Dan Teknologi
3 Download https://ejournal.unib.ac.id/labsaintek/article/view/15460
4 Volume dan Volume 1, nomor 1, halaman 1 sampai 9
halaman
5 Tahun 2021
6 Penulis Devirizanty, Susianan Nurmalawati, Candra Hartanto
7 Reviewer Gesrina Bangun
8 Tanggal 12 Maret 2024
9 Tujuan Jurnal 1 : Penelitian ini bertujuan mendapatkan pH meter digital
penelitian dengan tipe dan merek apapun yang terstandarisasi dengan tepat dan
benar
10 Subjek tiga jenis pH meter yang berbeda type di Laboratorium Kimia FMIPA
penelitian Universitas Bengkulu
11 Kata kunci Jurnal 1 : bidang kimia, pH meter, pengukuran
12 Pendahuluan
Latar belakang Peranan Laboratorium dalam Perguruan Tinggi adalah sebagai wadah
dan teori bagi mahasiswa, dan dosen mengembangkan dan melakukan
penelitian yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Laboratorium
sebagai wadah penelitian memfasilitasi instrumen, alat, dan bahan
yang digunakan bagi dosen dan mahasiswa. Instrumentasi sebagai alat
ukur yang hampir digunakan dalam semua kegiatan di laboratorium
memerlukan perawatan dan pengecekan secara berkala untuk
mengetahui akurat atau tidak hasil data yang didapat. Karena itulah
perlu dilakukan pengecekan peralatan dengan melakukan uji
efektivitas alat tersebut. Pemakaian instrumen laboratorium yang
memperhatikan standar operasi alat sangat diperlukan. Standar
Pemakaian alat sendiri telah diterapkan melalui adanya pengisian buku
kontrol alat, pembersihan instrumen setelah digunakan, penempatan
alat instrument dan SOP peralatan yang ditempatkan ditempat yang
mudah dibaca dan dipahami pengguna. Peran Pranata pada saat
penggunaan alat-alat laboratorium pastinya terdapat beberapa
perhitungan dasar yang wajib dikuasai oleh mahasiswa, pada
pengukuran dasar ilmu kimia tidak terlalu berbeda dengan perhitungan
dasar matematika dan juga perhitungan dasar fisika, yang
membedakan adalah hal yang digitung yaitu molekul, senyawa dan hal
lainnya yang berkaitan erat dengan kimia. Laboratorium Pendidikan
adalah mengawasi dan memberikan supervisi penggunaan instrumen
bagi mahasiswa. Tugas Pranata Laboratorium itu sendiri adalah
menyampaikan cara pemakaian kepada peserta didik dan memberikan
bantuan pemilihan alat yang baik dan berakurasi tinggi untuk dapat

3
 digunakan dalam penelitiannya. Salah satu alat yang akan dikaji saat
ini adalah pH meter. pH meter adalah alat untuk mengukur keasaman
atau basa suatu larutan. Ada beberapa type pH meter yang dimiliki
laboratorium kimia yaitu type PH108, type HI98107 dan HI 5521/HI
5522. Selama ini hasil pengukuran berbagai macam larutan dengan
menggunakan berbagai macam type pH meter tersebut memberikan
hasil yang berbeda-beda. Perbedaan hasil pengukuran inilah yang
mendorong kami untuk melakukan uji presisi dan akurasi dari masing-
masing alat yang sudah melalui kalibrasi yang didapat dari larutan
standar pH 4,01, 7 ,01 dan 10,01. Hasil Pembacaaan dengan rentang
pH yang berbeda ini dicatat dan dikumpulkan kemudian dilakukan
pengolahan data secara statistik untuk mendapatkan pHmeter yang
terstandarisasi dengan tepat, sehingga hasil yang didapat lebih akurat.
13 Metode Metode kuantitatif
penelitian
Langkah Pastikan pH meter telah dikalibrasi sebelum digunakan - Jika
penelitian elektroda kering, rendam dalam larutan penyimpanan HI70300 selama
30 menit untuk mengaktifkannya kembali. - Celupkan elektroda ke
dalam sampel yang akan diuji sambil mengaduknya dengan pelan. -
Tunggu sampai indikator stabilitas pada LCD menghilang LCD
menampilkan nilai pH (dikompensasi secara atomatis untuk suhu)
pada LCD primer, sedangkan LCD sekunder menentukan suhu sampel
jika pengukuran dilakukan dalam sampel yang berbeda secara
berturut-turut. - Bilas ujung elektroda secara menyeluruh untuk
menghilangkan kontaminasi silang. Setelah dibersihkan, bilas ujung
elektroda dengan air deionisasi dan beberapa sampel yang akan diukur
Hasil Dilihat dari hasil pengolahan data di atas ternyata dari ketiga jenis Ph
penelitian meter yang terdapat Di Laboratorium Kimia FMIPA UNIB
menunjukkan kinerja yang cukup bagus dan ketiga-tiganya masih
layak dipakai untuk melakukan kegiatan pengujian, penelitian,
praktikum dan layanan pelanggan. Berdasarkan hal tersebut diketahui
bahwa tingkat pemahaman mahasiswa terhadap konsep dasar
perhitungan kimia dapat dikuasai dengan baik. Dari hasil pengukuran
berbagai tipe pH meter yang ada di laboratorium kimia yang
distandarisasi dengan menggunakan larutan standar yang sesuai
dengan prosedur SNI. Sesuai dengan hasil pengukuran yang masih
dapat ditoleransi sampai rentang range 0,01 – 0,1, artinya pengukuran
akan akurat jika dilakukan standarisasi yang benar dan tepat sesuai
dengan prosedur SNI. Sebelum melakukan pengukuran pH meter
digital dengan berbagai tipe dan merek tersebut harus dilakukan
standarisasi terlebih dahulu. Standarisasi dapat dilakukan dengan
lartuan standart Buffer pH 4, 7 dan 10. Jika prosedur ini telah
dilakukan maka dapat dipastikan pengukuran pH akan mendapatkan
data yang valid dan akurat. Setelah semua type pH dilakukan
standarisasi dengan benar dan tepat selanjutnya dilakukan pengukuran
terhadap suatu larutan yang juga sudah diketahui pH nya secara tepat
dalam hal ini di pakai larutan Buffer pH 4 produksi Merck.
Diskusi Para mahasiswa dapat dikatakan telah menguasai dan memahami

4
 penelitian konsep dasar perhitungan kimia hal tersebut dibuktikan dengan
pengukuran dan pengetesan alat ukur ph yang digunakan masih bagus
dan sesuai dengan perhitungan manual atau teori yang dilakukan oleh
mahasiswa
Daftar pustaka Abdul Rohman. 2016. Validasi dan Penjaminan Mutu Metoda Analisis
Kimia. Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University Press.
Anwar Hadi. 2018. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium
Pengujian & Laboratorium Kalibrasi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Johari,
J.M.C. dan M. Rachmawati. 2004. Kimia SMA untuk kelas XI.
Jakarta : PT Esis. Margono, 1977. Kimia untuk SMA. Surakarta :
Widya Duta. .Nur’aini, Dewi Nur dan Sabar Cahyono. -. Simpati
Kimia Semester 2 Kelas XI. Surakarta : CV. Grahadi. Purba, Michael.
2004. Kimia untuk SMA Kelas 2B. Jakarta : Erlangga SNI 6989.11 :
2004 Cara Uji Derajat Keasaman (pH) menggunakan pH Meter.
Adijuwono. 1992. Managemen Laboratorium. Bandung : IPB.
Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM Press. Lubis, M.
1993. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta : Depdikbud
Qomariyah, N. 2004. Uji Derajat Keasaman (pH), Kelarutan,
Kerapatan dan Sudut Tumpukan untuk Mengetahui Kualitas Bahan
Pakan Sumber Protein. Volume 78,35. Jurnal Pengelolaan
Laboratorium Sains dan Teknologi, Vol 1(1), 2021 9
Rusbiono,Momo.2004. Modul Pengadministrasian Alat dan Bahan
Sains. Jakarta : Dikmenjur. Supriatna,Mamat. 2011. Studi Penelusuran
Pengelolaan Laboratorium Sains Sebagai Analisis Kebutuhan Untuk
Program Diklat Pengelola Laboratorium. Bandung : Widyaiswara
P4TK IPA. Suyanta. 2010. Jurnal Manajemen Operasional
Laboratorium. Yogyakarta : UNY
14 Analisis jurnal
Kekuatan Jurnal 1 :
jurnal  menggunakan bahasa atau penyampaian yang mudah
dipahami, pembahasan dalam jurnal ini dibuat dalam bentuk
metode kuantitatif,
 Adanya hasil dari peneliti–peneliti sebelumnya yang juga
mempunyai tipe penelitian sejenis sehingga dapat menjadi
bahan banding peneliti,
 Terdapat kata kunci
 Terdapat abstract
 Terdapat kesimpulan
Kelemahan Jurnal 1 :
jurnal  Penelitian yang dilakukan hanya dalam ranah pratikum dan
alat-alat pengukuran yang berada dalam kawasan laboratorium
yang diuji
 Tidak terdapat pendahuluan
15 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang pH ini, dapat ditarik kesimpulan
bahwa jika kita akan melakukan pengukuran dengan menggunakan
peralatan pH Meter Digital dengan tipe dan merek apapun juga maka

5
 sebaiknya harus melakukan standarisasi dulu dengan larutan standart
yang sudah tersedia dan mepunyai sertifikat RCM atau pun dengan
larutan standar yag dibuat sendiri sesuai SNI.Kalau peralatan pH
meter sudah ditandarisasi maka siap untuk melakukan pengukuran
pada sampel, sehingga hasil yang akan didapat pasti lebih akurat. Nilai
Diskriminasi SD BM < 2 x SD 1/2 2 ≤ SD BM < 3 x SD 1/2 3 ≤ SD
BM < 5 x SD 1/2 5 ≤ SD BM < 7 x SD 1/2 7 ≤ SD BM < 10 x SD 1/2
SD BM SD 1/2 Kinerja buruk dan diharuskan perbaikan Kinerja
sangat buruk Standar Deviasi pada kapasitas beban maksimum
Standar Deviasi pada kapasitas 1/2 maksimum Status pH meter
Kinerja bagus Kinerja cukup bagus Kinerja diterima dan segera
dilakukan perbaikan 8 Jurnal Pengelolaan Laboratorium Sains dan
Teknologi, Vol 1(1), 2021 Standarisasi wajib dilakukan setiap kali
akan melakukan pengukuran untuk menjaga hasil yang diperoleh.
Perhatikan masa kadaluarsa dari larutan standart yang akan dipakai
karena hal ini ternyata juga memepengaruhi hasil pengukuran jika
larutan standart yang di pakai sudah kadaluarsa. Larutan standart yang
dibuat sendiri sesuai prosedur SNI dapat dipergunakan untuk semua
tipe pH meter, asalkan proses pengerjaannya tepat dan benar
16 Saran Jurnal 1 :
Dalam penelitian ini penulis hanya dapat menyarankan bahwa untuk
pengukuran dengan menggunakan peralatan pH Meter digital dengan
type dan merek apapun sebaiknya harus diperhatikan . 1. Larutan
standart harus dibuat dengan seteliti mungkin dan sesuai dengan
prosedur SNI. 2. Larutan standar yang tersedia apakah masih layak
pakai atau tidak, dalam artian sudah kadaluarsa untuk larutan yang
dibuat sendiri dapat diketahui dengan timbulnya endapat, larutan
menjadi keruh atau bahkan berubah warna, untuk larutan standar yang
dari pabrik dapat dilihat pada kemasan botolnya. 3. Cara standarisasi
harus disesuaikan dengan metoda yang terdapat pada petunjuk
masing-masing prosedur yang menyertai peralatan. 4. Cara
penyimpanan peralatan harus sesuai dengan prosedur nya, seperti
harus memperhatikan suhu dan kelembaban probe,termasuk larutan
yang dipakai untuk perendaman probe jika pH meter memnggunakan
probe. 5. Yang terpenting lakukan cek antara terhadap peralatan pH
meter paling tidak enam bulan sekali untuk mengetahui apakah
peralatan masih layak pakai atau tidak.
17 Refrensi Jurnal 1 : Devirizanty, dkk (2021) PERBANDINGAN UNJUK
KINERJA BERBAGAI TIPE pH METER DIGITAL DI
LABORATORIUM KIMIA; Jurnal Pengelolaan Laboratorium Sains
Dan Teknologi, 1(1), 1-9

6
 JURNAL 2 :

1 Judul Jurnal 2 : Redefinition of the Mole in the Revised International

System ofUnits and the Ongoing Importance of Metrology for
AccurateChemical Measurements
2 Jurnal Jurnal 2 : Analytic chemistry
3 Download https://pubs.acs.org/doi/epdf/10.1021/acs.analchem.1c02776
4 Volume dan Volume. 93, Nomor. 36, halaman 12147- 12155
halaman
5 Penulis Richard. J.brown, Paul.j Brawer, Olaf Rienitz, Axel pramann,
Bern Guttler
6 Reviewer Gesrina Bangun
7 Tanggal 12 Maret 2024
8 Tujuan Jurnal 2 : Penelitian ini menyoroti pentingnya sistem satuan
penelitian yang menjadi sandaran kita dalam pengukuran sehari-hari yang
memungkinkan masyarakat berfungsi. Telah ditunjukkan
bagaimana sistem ini telah berkembang selama bertahuntahun
dan bagaimana kimia kini menjadi bagian penting dari upaya
metrologi internasional
9 Subjek Sistem satuan internasional kimia Mol
penelitian
10 Kata kunci Jurnal 2 : the science of measurement, in maintaining
theinfrastructure we all rely on for accurate chemical
measurements, the recent change to the definition of the mole,
the unit of chemistry, is explained
Pendahuluan measurement is ubiquitous and allows all modern life tofunction.
We rely on accurate and trustworthy measure-ments for
international trade, high-technology manufacturing,human health
and safety, protection of the environment, globalclimate studies,
and basic science.1And yet, we take thesemeasurements for
granted. One of the reasons for this is thatthe measurement
system we rely on to underpin and ensurethe quality of these
measurements works so well because of therigorous behind the
scenes work of many institutes concernedwith measurement
science, National Metrology Institutes(NMIs). (In many
countries the NMI shares this responsibilitywith one or more
Designated Institutes (DIs), which are likethe NMI operating at
the top of the national metrologysystem.)This Feature explains
how this measurement system, theInternational System of Units
(SI), works and how it recentlywas changed in order to provide
resilience andflexibility formany years to come. In particular, the
role of analyticalchemistry in the process is highlighted, and the
system for ensuring the accuracy and comparability of chemical
measure-ments globally is described.2A short introduction
tomeasurement units and metrology’s role in shaping theseover
time is given in the supporting system
11 Latar belakang The mole is one of the seven base units of the

7
dan teori InternationalSystem of Units. Chemists generally take the mole
for grantedas it was used by chemists long before it was formally
adoptedas an SI base unit. From around 1808 and Gay-Lussac’s
law ofcombining volumes of gases, chemists have understood
thatstoichiometric proportions of chemicals react together
ratherthan equal masses. Nonetheless, there remained an
ongoingrelationship between chemical amount and mass because
of theobvious requirement to determine the quantity of a
chemicalby weighing. This led to some philosophical mixing of
thesetwo concepts. The unit name“mole”is attributed to
WilhelmOstwald.3In hisHand- and Hilfsbuch zur usf hrung
Physiko-Chemischer Messungenof 1893, he writes:“Let us
generallyrefer to the weight in grams of a substance that is
numericallyidentical to the molecular weight of that substance,
as onemole...”.3Similar terms such as“g-Molekel”or“g-
Mol”withcomparable meanings were used by others such as
WaltherNernst at the same time, and“gram-molecule”also
appeared inEnglish texts.4Recognizing that the same number of
moleculeswas contained within equivalent measures of“gram-
molecules”represented progress toward the modern
understanding of themole but introduced another way that the
chemical amountcould be interpreted, in terms of number of
entities. Thisemerging concept had two interpretations that had
becomeentwined: one was the“chemical mass unit”and the other
wasthe“number of moles”. One of thefirst steps to separating
these concepts came in 1942 when Guggenheim noted thatthere
was great utility in defining the concept of“number
ofatoms”differently from a pure number. Stille
differentiatedbetween a chemical mass unit and a unit related to
a number ofparticles defined by the Avogadro constant. As a
consequence,he suggested the introduction of an additional base
quantity,the“amount of substance”.5,6Thus, the acceptance of
chemistry began within thefield ofmetrology, a process that was
arguably fully complete in 1971when the mole was adopted as
the seventh base unit of the SI.7An intermediate step had
occurred in 1961 when TheInternational Union of Pure and
Applied Chemistry(IUPAC) and The International Union of Pure
and AppliedPhysics (IUPAP) agreed to assign the value 12
exactly to therelative atomic mass of carbon-12, and this formed
the basis ofthe 1971 definition of the mole as“The mole is the
amount of substance of a system whichcontains as many
elementary entities as there are atoms in0.012 kilogram of

8
 carbon 12; its symbol is“mol”. When themole is used, the
elementary entities must be specified andmay be atoms,
molecules, ions, electrons, other particles, orspecified groups of
such particles.”In 1980, it was clarified that“In this definition, it
isunderstood that unbound atoms of carbon 12, at rest and intheir
ground state, are referred to.”The mole was, as it still is,unusual
among base units as its definition contains two clauses.Thefirst
clause defines the proportionality between thenumber of
elementary entities and a given material property,using this to
define the mole. The second clause, missing inother base unit
definitions, defines what constitutes anelementary entity. Of
course, scientists had been thinkingabout chemical
measurements and the mole prior to this datebut this was the
moment that chemistry was formally broughtwithin international
metrological structures.
12 Metode Jurnal 2 : penelitian ini menggunakan kuantitatatif deskriptif
penelitian
Langkah The mole establishes the connection between the SI
penelitian andchemistry. It recognizes that atoms and molecules
reacttogether on an amount of substance basis, which
chemistsrefer to as stoichiometry, and not on a mass basis.
Morecontentious has always been the name of the base
quantity“amount of substance”of which the mole is the base unit.
It isnot a term used very often outside the metrology
community.Part of the reason for this seems to be that chemists
used themole for practical purposes before they really thought
aboutthe qualities of amount of substance. This is the reverse
ofphysics where it is apparent that we conceive of
quantities,such as length, prior to defining units, such as the
meter, tomeasure them. nother reason that“amount of
substance”isnotpopularistheawkwardnessofthenameandtherequir
ement for qualification when used,“amount of lead”or“amount
of substance of lead”. The lack of familiarity of manychemists
with the amount of substance often leads to otherdescriptions of
the quantity such as“number of moles”that themetrology world
would frown upon, by analogy“number ofkilograms”is never
used as a replacement for mass. Nevertheless, we may consider
that amount of substance (n)is used to quantify material
composed of elementary entities ina way that is proportional to
the number of elementary entities(N). The constant of
proportionality linking these is theAvogadro constant (NA) such
that . In practice, chemists almost always determine an
amount ofsubstance via a weighing process with reference to the
mass ofthe analyte, X, of interest and its molar massM(X),
thus ( ) where n is the amount of substance of analyte X

9
 andmXis themass of a pure sample of X.Equation 2allows the
molar massor amount of substance of a sample to be determined
withoutknowledge of the value of the Avogadro constant. This
isrelevant to the development of the understanding of the
moleand its recent redefinition since relative atomic masses
wereknown accurately long before measurements of the
Avogadroconstant reached a similar accuracy. The molar mass
of carbon-12,M(12C), is the reference basis forM(X). The molar
mass ofany substance may be calculated from the relative
atomicmassesArof the elements involved. Usually this is a
meanrelative atomic mass since this considers the relative
abundanceof all isotopes of these elements on earth. These
relative atomicmasses also have as the reference pointAr(12C) =
12, bydefinition. Therefore, we may also
write ( )( ) whereMuis the molar mass constant,
an ever present butseldom explicitly considered quantity in
chemistry. It is themacroscopic world’s cousin of the atomic
mass constant,mu,that we are more familiar with in the
microscopic world,sometimes referred to as the Dalton, symbol
Da, especially inmass spectrometry. In the 1971 definition of the
mole,Muwasexactly 0.001 kg/mol.With this link between the
microscopic world of number ofentities and the macroscopic
world of 12 g of carbon-12, theAvogadro constant is therefore
inextricably linked to the mole.This can be seen from
combination ofeqs 1and2and therelationmX/M(X) =NX/NA,
whereNXis the number ofelementary entities of analyte X.
However, its presence in the1971 definition wasimplicitrather
thanexplicit. That was set tochange when the SI underwent its
largest revision since itsinception, as is explained in the next
section.
Hasil It is worth considering what level of accuracy is considered
penelitian tobefit for the purpose for chemical measurements. The
varietyand complexity of requirements in analytical chemistry
meansthat there is no general answer to this. However, it is
evidentthat an increasing number ofinternational
agreements,regulations, and expanding global trade require
reliable andcomparable chemical, and even biological,
measurements.These are often the basis for decisions and
agreements, forexample, in health care, environmental
protection, food safety,and international trade. Although the
requirements may bevery different for different measurands, all
measurement resultsmust befit for purpose: they must be able to
ensurecomparability of measurement results appropriate for
theirintended use. This requirement may be on a global scale
andover several decades, if not centuries, and may require
theutmost accuracy when it comes to the long-time monitoring
ofmeasurands relevant for climate change processes such
asanthropogenic emissions and ambient amount fractions of

10
CO2. or the measurement of critical biomarkers during the
currentCOVID-19 pandemic.An important requirement for
confidence in measurementresults is knowledge of the
uncertainty of the measurement.This must be based on
traceability to recognized referencesand ideally to SI units.
Therefore, establishing traceability forchemical measurements
has become a key preoccupation formetrology. The provision of
this technical infrastructure is animportant goal in all
industrialized countries and also mostemerging economies. Of
central importance to this process isthe Mutual Recognition
Arrangement (the CIPM-MRA) fornational measurement
standards and for calibration andmeasurement certificates issued
by National MetrologyInstitutes that assures the global
recognition and equivalenceof measurement
results.37International comparability amongNMIs is achieved by
so-called“key comparisons”organized bythese committees. Here,
primary measurement methods15areused to compare the
measurement capabilities of the NationalMetrology Institutes at
the highest possible level of accuracy.This provides information
about the international compara-bility of measurement results
and provides the highest point ofreference for national
measurement infrastructures, from whichtraceability can be
provided to stakeholders and end users. TheConsultative
Committee for Amount of Substance (CCQM)38is the expert
committee devoted to metrology in chemistry andbiology and
started its activities in 1993. The CCQM activities,together with
those of regional metrology bodies, support over6300 calibration
and measurement capabilities (CMCs) inchemistry and biology
across 71 institutes worldwide. Openaccess to these CMCs is
provided via the Key ComparisonDatabase (KCDB) on the Web
site of the BIPM in Paris.39Figure 4provides an example of the
progress made inimproving the comparability of NMIs’and
DIs’capabilities forunderpinning atmospheric observations of
methane. Itdemonstrates that continued effort by the CCQM has
resulted in reduced uncertainties which are now smaller than
therequirement from the World Meteorological
OrganisationGlobal Atmosphere Watch WMO-GAW
Programme (compat-ibility goal of 2 nmol mol−1) for
underpinning compositionmeasurements of methane in the
background atmosphere,40showing an order of magnitude
improvement in a decade. It isimportant to appreciate that only
by running the earliercomparisons was it possible to understand
the improvementsin science required to drive these uncertainties
lower.Typical ways of disseminating traceability to the mole
inchemistry are via certified reference materials or by
providingreference values for interlaboratory comparisons. To
dissem-inate these units of measurement to the end user in an
efficientway, traceability infrastructures are necessary, unbroken

11
 chainsof comparison linking the end user’s result back to the
NMI’sprimary reference material or calibration
measurement.44Similarly to other areas of metrology, it is very
importantthat there are intermediate levels in a chemical
traceabilitychain between NMIs and the end user. This acts as
a“supplymultiplier”since it is impossible for the small number of
NMIsat the primary level to meet directly the demand for
traceabilityof chemical measurements of end users. Additional
links in thistraceability chain increase the number of end users
who maybe reached, since each laboratory can service multiple
usersfrom just one calibration measurement or reference
materialthat it receives. While the number of traceable
measurementsincreases with every link in the chain, so does the
measurementuncertainty (associated withincluding additional
linkingcomparison calibrations). Thus, there is always a balance
tobe struck between keeping the number of links in the chain
aslow as possible and providing traceable measurements for
allend users who require them. An example of this in
practicemay be found in Germany where a traceability system
forchemical measurements has been established within
theframework of the German Calibration Service
13 Daftar pustaka (1) Brown, R. J. C.; Janssen, J. T.Metrologia2021,58, 033001.(2)
Brown, R. J. C.; Milton, M. J. T.Chem. Soc. Rev.2007,36,
904−913.(3) Ostwald, W.Hand- und Hilfsbuch zur usf hrung
Physiko-Chemischer Messungen; W Engelmann Verlag:
Leipzig, Germany,1893; p 127.(4) Nernst, W.Theoretische
Chemie vom Standpunkte der vogadro’schen Regel und der
Thermodynamik; Enke Verlag: Stuttgart,Germany, 1893; p
31.(5) Stille, U.Messen und Rechnen in der Physik; Friedrich
ViewegVerlag: Braunschweig, Germany, 1955; p 117.(6)
Milton, M. J. T.Philos. Trans. R. Soc., A2011,369,
399.(7)Resolution 3 of the 14th
CGPM,www.bipm.org/en/committees/cg/cgpm/14-
1971/resolution-3(accessed 2021-06-21).(8) Brown, R. J.
C.Metrologia2018,55, L25−L33.(9) Deslattes, R. D.; Henins, .;
Bowman, H. A.; Schoonover, R. M.;Carroll, C. L.; Barnes, I. L.;
Machlan, L. A.; Moore, L. J.; Shields, W.R.Phys. Rev.
Lett.1974,33, 463−466.(10) Stock, M.; Davis, R.; de Mirandés,
E.; Milton, M. J. T.Metrologia2019,56, 022001.(11) G ttler, B.;
Bettin, H.; Brown, R. J. C.; Davis, R. S.; Mester, .;Milton, M.
J. T.; Pramann, .; Rienitz, O.; Vocke, R. D.; Wielgosz,
R.I.Metrologia2019,56, 044002.(12)SI Brochure: Le Syst me
international d’unités; The InternationalSystem of Units, 9th ed.;
Bureau International des Poids et
Mesures,2019;https://www.bipm.org/en/publications/si-
brochure/(accessed2021-06-21).(13)SI Brochure, 9th ed.,
Appendix 2, Mise en pratique for thedefinition of the mole in the
SI, Consultative Committee for mount ofSubstance−Metrology

12
in Chemistry and Biology
(CCQM),2019;https://www.bipm.org/en/publications/mises-en-
pratique(ac-cessed 2021-06-21).(14) Newell, D. B.; Cabiati, F.;
Fischer, J.; Fujii, K.; Karshenboim, S.G.; Margolis, H. S.; de
Mirandés, E.; Mohr, P. J.; Nez, F.; Pachucki,K.; et
al.Metrologia2018,55, L13−L16.(15) Milton, M. J.
T.Metrologia2013,50, 158−163.(16) Fujii, K.; Bettin, H.;
Becker, P.; Massa, E.; Rienitz, O.;Pramann, A.; Nicolaus, A.;
Kuramoto, N.; Busch, I.; Borys, M.Metrologia2016,53,
19− 45.(17) Becker, P.; Dorenwendt, K.; Ebeling, G.; Lauer,
R.; Lucas, W.;Probst, R.; Rademacher, H. J.; Reim, G.; Seyfried,
P.; Siegert, H.Phys.Rev. Lett.1981,46, 1540−1543.(18) Becker,
P.Metrologia2003,40, 366−375.(19) Becker, P.; Bettin, H.Philos.
Trans. R. Soc., 2011,369, 3925−3935.(20) Fujii, K.; Waseda,
A.; Kuramoto, N.; Mizushima, S.; Becker, P.;Bettin, H.;
Nicolaus, A.; Kuetgens, U.; Valkiers, S.; Taylor, P.; et al.IEEE
Trans. Instrum. Meas.2005,54, 854−859.(21) Robinson, I. .;
Schlamminger, S.Metrologia2016,53, 46− 74.(22) Stenger, J.;
G bel, E. O.Metrologia2012,49, L25−L27.(23) Taylor, B.
N.Metrologia2009,46, L16−L19.(24) G ttler, B.; Rienitz, O.;
Pramann, A.Ann. Phys.2019,531,1800292.(25) Bartl, G.;
Becker, P.; Beckhoff, B.; Bettin, H.; Beyer, E.; Borys,M.; Busch,
I.; Cibik, L.; D’ gostino, G.; Darlatt, E.; et
al.Metrologia2017,54, 693−715.(26) Wang, M.; Huang, W. J.;
Kondev, F. G.; Audi, G.; Naimi, S.Chin. Phys. C2021,45,
030003.(27) Becker, P.; Bettin, H.; Danzebrink, H. U.; Gl ser,
M.; Kuetgens,U.; Nicolaus, .; Schiel, D.; De Bi vre, P.;
Valkiers, S.; Taylor, P.Metrologia2003,40, 271−287.(28)
Rienitz, O.; Pramann, A.; Schiel, D.Int. J. Mass
Spectrom.2010,289,47−53.(29) ndreas, B.; zuma, Y.; Bartl,
G.; Becker, P.; Bettin, H.; Borys,M.; Busch, I.; Gray, M.; Fuchs,
P.; Fujii, K.; et al.Phys. Rev. Lett.2011,106, 030801−1−4.(30)
Mana, G.; Rienitz, O.Int. J. Mass Spectrom.2010,291,55−60.(31)
Pramann, A.; Lee, K.-S.; Noordmann, J.; Rienitz,
O.Metrologia2015,52, 800−810.(32) Pramann, .; Rienitz,
O.Crystals2020,10, 500.(33)CODATA internationally
recommended 2018 values of theFundamental
Constants,https://physics.nist.gov/cuu/Constants/index.html(acce
ssed 2021-06-21).(34)CODATA internationally recommended
2014 values of theFundamental
Constants,https://physics.nist.gov/cuu/pdf/wall_2014.pdf(access
ed 2021-06-21).(35) Revision of the International System of
Units (Backgroundpaper).Anal. Methods2019,11,
1577−1579,.(36) Brown, R. J. C.Metrologia2021,58,
035014.(37)CIPM Mutual Recognition Arrangement (CIPM
MRA), Mutualrecognition of national measurement standards
and of calibration andmeasurement certificates issued by
national metrology institutes,

13
 1999,https://www.bipm.org/en/cipm-mra(accessed 2021-06-
21).(38)Consultative Committee for Amount of Substance:
Metrology inChemistry and Biology
(CCQM),www.bipm.org/en/committees/cc/ccqm(accessed June
21 2021).(39)BIPM Key Comparison
Database,https://www.bipm.org/kcdb(accessed 2021-06-
21).(40)18th WMO/IAEA Meeting on Carbon Dioxide, Other
GreenhouseGases and Related Tracers Measurement Techniques
(GGMT-2015),LaJolla, C , September 13−17, 2015, G W
Report No. 229, 2016.(41) van der Veen, A. M. H.; Brinkmann,
F. N.; Arnautovic, M.;Besley, L.; Heine, H. J.; Esteban, T. L.;
Sega, M.; Kato, K.; Kim, J. S.;Castorena, A. P.; et
al.Metrologia2007,44, 08002.(42) van der Veen, A. M. H.;
Brinkmann, F. N C; Arnautovic, M.;Besley, L.; Heine, H.-J.;
Esteban, T. L.; Sega, M.; Kato, K.; Kim, J. S.
14 Analisis jurnal
Kekuatan Jurnal 2 :
jurnal  Pembahasan pada jurnal ini dibuat secara lengkap dan
padat sehingga pemahaman kepada jurnal ini akan lebih
berbobot dan mudah
 Penjabaran terkait satuan internasional Mol secara
lengkap dan terperinci
 Tedapat lampiran data berupa kuantitatif yang
memudahkan pembaca memahami pembahasan yang di
sampaikan
 Terdapat abstrak
 Kesimpulan yang mencakup point-point yang dibahas
 Terdapat kata kunci
 Terdapat email yang tercantum, jika pembaca ingin
mengkritik atau memberi saran terhadap jurnal ini.
Kelemahan Jurnal 2 :
jurnal  Tidak terdapat penutup
 Tidak terdapat kesimpulan
 Tidak terdapat saran
15 Kesimpulan
16 Saran Jurnal 2 :
17 Harapan Jurnal 2 :
This Feature has highlighted the importance of the system
ofunits upon which we all rely for the everyday
measurementsthat allow society to function. It has been shown
how thissystem has developed over the years and how chemistry
is nowa key part of the international metrology endeavor.
Indeed,chemistry was a key contributor to the recent revision of
ourinternational system of units. Improvements in isotope
ratiomeasurements provided the accuracy required for
theAvogadro project to succeed, thereby unlocking the route
toredefine the mole and the kilogram. (Isotope ratio measure-

14
 ments were also an essential part of the redefinition of thekelvin,
a detailed description of which may be foundelsewhere. This
was an outstanding achievement andperhaps the greatest story of
scientific progress and interna-tional collaboration in recent
times, a clear demonstration andtimely reminder that
multilateralism delivers huge benefits inaddressing scientific and
technical challenges.47The newdefinition of the mole (and
indeed those of all the SI baseunits) is now based on afixed
numerical value of afundamental constant, for the mole this is
the Avogadroconstant,NA. This means that the definition of a
unit no longermandates the way in which it must be
experimentally realized.This separation ensures that improved
measurements willresult directly from improved technology and
provides thefoundation for a more accurate measurement system
fromwhich we will benefit for decades to come
18 Referensi Analytic chemistry

15
 BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN :

Berdasarkan analisa pembaca dapat disimpulkan bahwa kedua jurnal

diatas memiliki persamaan yaitu kesamaan dalam membahas materi pengukuran
dasar kimia, pada jurnal pertama, fokus kepada perhitungan kadar pH air yang ada
pada sekitar laboratorium guna uji coba alat pratikum serta mengasah dan menguji
kemampuan mahasiswa dalam standar pemahaman perhitungan dasar kimia
berdasarkan teori sebelum diadakannya pratikum dengan alat pratikum atau alat
laboratorium. Pada jurnal kedua, fokus membahas perhitungan dasar kimia yaitu
satuan standar Mol secara teori dan lengkap sehingga membuat pembaca
mengetahui struktur dan juga sejarah dalam standar satuan internasional dasar
kimia yaitu Mol.

SARAN :

Besar harapan saya akan menjadi lengkapnya kedua jurnal ini

dikemudian hari, maka dari itu penulis diharapkan mampu menerima kritik dan
saran dari para pembaca, Saran saya adalah penulis diharapkan dapat
mengembangkan jurnal ini menjadi lebih baik sehingga lebih menarik minat
pembaca dan memberikan pemahaman yang lebih jelas kedepannya. Kekurangan
jurnal ini hendaknya diminimalisir dikemudian hari.

16
 DAFTAR PUSTAKA

Devirizanty, S. N. (2021). PERBANDINGAN UNJUK KINERJA BERBAGAI TIPE pH METER

DIGITAL DI LABORATORIUM KIMIA. JURNAL PENGELOLAAN LABORATORIUM
SAINS DAN TEKNOLOGI, 1-9.

Richard. J.brown, P. B. (2021). Redefinition of the Mole in the Revised International

System ofUnits and the Ongoing Importance of Metrology for AccurateChemical
Measurements. analityc Chemistry, 12147−12155.

17