Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II

“PENETAPAN KADAR ASETOSAL DENGAN METODE ASIDI-


ALKALIMETRI”

Oleh:
KELOMPOK I (SATU)

No. Nama Mahasiswa NIM


1. Dhiyah Maghfira Damopolii 821421005
2. Dewi Sinta Lamaga 821421046
3. Yuli Angraini S. Raupu 821421042
4. Asri Setiani Kadir 821421088

Kelas : C-S1 Farmasi 2021


Program Studi : S1 Farmasi

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II

Judul Modul Percobaan : Penetapan Kadar Asetosal Dengan Metode Asidi-


Alkalimetri
Kelompok : I (Satu)
Nama Mahasiswa : 1. Dhiyah Maghfira Damopolii (821421005)
2. Dewi Sinta Lamaga (821421046)
3. Yuli Angraini S. Raupu (821421042)
4. Asri Setiani Kadir (821421088)
Kelas : C-S1 Farmasi 2021
Program Studi : S1 Farmasi
Jurusan : Farmasi
Fakultas : Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Nilai Laporan :

Catatan Asisten Praktikum :

Mengetahui, Gorontalo, Oktober 2023


Asisten Praktikum, Ketua Kelompok,

(AHMAD RIFLY SULEMAN, S.farm) (DHIYAH M. DAMOPOLII)


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan
ini tepat pada waktunya. Laporan ini membahas tentang “Penetapan Kadar Asetosal
Dengan Metode Asidi-Alkalimetri”.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam hal menyelesaikan laporan ini. Kami sangat menyadari
bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna, hal ini karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Semoga
penulisan laporan praktikum ini dapat bermanfaat terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Oktober 2023

Kelompok I

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Percobaan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Percobaan.................................................................................... 2
1.5 Prinsip Percobaan...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Dasar Teori ............................................................................................... 3
2.2 Uraian Bahan ............................................................................................ 7
BAB III METODE PRAKTIKUM .....................................................................10
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................. 10
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 10
3.3 Prosedur Kerja ......................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PERHITUNGAN ............................................................ 12
4.1 Hasil .........................................................................................................12
4.2 Perhitungan .............................................................................................. 12
4.3 Pembahasan .............................................................................................. 13
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 17
5.2 Saran ........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi dapat di definisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan
ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi
farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat
(drugs) dan sediaan obat (medicine). Di dalam farmasi mencakup berbagai banyak
bidang salah satunya adalah bidang analisis farmasi.
Analisis farmasi merupakan ilmu yang mempelajari analisis kimia yang
digunakan dalam bidang farmasi. Ilmu ini mempelajari tentang bagaimana
mengetahui kandungan dan jumlah kandungan dari suatu zat dalam suaru sampel
serta informasi struktur dari suatu senyawa obat. Dalam analisis farmasi terdapat
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,
spesies dan atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain
analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahi ada atau tidaknya suatu
analit yang dituju dlam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis
untuk menentukan jumlah kadar absolut atau relative dari suatu elemen atau
senyawa yang ada didalam sampel. Pada praktikum kali ini, digunakan analisis
kuantitatif dimana akan menganalisis kadar asetosal yang terkandung dalam suatu
sampel dengan metode aside-alkalimetri.
Asidimetri dan alkalimtri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam
standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis
garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar (alkalimetri).
Konsep yang mendalam dan praktis dalam kimia asam basa adalah reaksi
netralisasi. Netralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton dan ion
hidroksida membentuk air. Dalam netralisasi terdapat islitah titrasi.

1
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat yang lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam
basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai titik
ekuivalen. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Untuk memperoleh
ketepatan hasil titrasi meka titik akhir titrasi dipilih sedikit mungkin dengan titik
ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai
dengan titrasi yang akan dilakukan. Titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan
titrasi netralisasi dimana pada titrasi ini digunakan larutan asam dan basa kuat
ataupun lemah sehingga dihasilkan air yang bersifat netral. Titrasi ini dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi atau kadar dari asam atau basa kuat
ataupun lemah yang dititrasi dengan basa atau asam lemah ataupun kuat.
Keadaan titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
yang disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana
reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan
visuak melalui perubahan warna indicator.
Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan percobaan penetapan kadar
asetosal dengan metode aside-alkalimaetri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan metode
aside-alkalimetri
1.3 Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa dapat menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
metode aside-alkalimetri
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat praktikum analisis farmasi kali ini yaitu mahasiswa dapat
mengetahui cara menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan metode aside-
alkalimetri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Asetosal
Asetosal atau aspirin atau asam asetil salisilat adalah obat turunan salisilat
yang sering digunakan sebagai obat analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik
Asetosal merupakan salah satu senyawa organik yang dapat disintesis. Sintesis
asetosal berasal dari senyawa asam salisilat yang direaksikan dengan asam asetat
anhidrat dengan menggunakan katalis proton dan akan menghasilkan asam asetil
salisilat dan asam asetat (Schrör, 2016).
Pada pemberian oral, asetosal yang diabsorpsi akan mengalami hidrolisis
oleh esterase dalam mukosa gastrointestinal dan jaringan menjadi salisilat dan
asam asetat sehingga hanya bertahan selama 30 menit dalam plasma. Sebagian
besar salisilat akan dimetabolisme di hati menjadi konjugat larut air yang mudah
diekskresikan di ginjal (Wilmana dan Gan, 2007). Asetosal memiliki onset sebagai
analgesik yaitu 30 menit dengan durasi terapinya selama 3-6 jam (Baumann, et
al., 2014).
Pada umumnya mekanisme kerja obat asetosal sama dengan obat-obat
analgesik lainnya, yaitu menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin itu
sendiri merupakan mediator nyeri dan inflamasi/peradangan yang berada dalam
tubuh. Prostaglandin terbentuk dari asam arakidonat dengan bantuan enzim
siklooksigenase (COX). Dengan dihambatnya kerja dari enzim COX ini, maka
prostaglandin tidak akan terbentuk, sehingga asetosal efektif untuk mengobati
nyeri dan peradangan ringan hingga sedang (Ikawati, 2010).
2.1.2 Titrasi
Titrasi atau titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan
larutan dari zat yang akan dianalisis. Larutan dengan konsentrasi yang diketahui
tersebut disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak dianalisis dihitung dari

3
volume larutan standar yang digunakan serta hukum stoikiometri yang diketahui
(Dwi, 2014).
2.1.3 Syarat Titrasi
Menurut (Marwati, 2012), syarat terjadinya reaksi titrasi dengan baik
yaitu:
1. Reaksinya berlangsung cepat, bila perlu dapat digunakan katalis untuk
mempercepat reaksi
2. Reaksi berlangsung sederhana dan persamaan stoikiometrinya jelas
3. Tidak terjadi reaksi sampingan yang dapat mengganggu jalannya reaksi
utama
4. Harus ada indikator yang dapat menunjukkan kapan titrasi dihentikan.
2.1.4 Macam-macam Titrasi
Menurut Puspita Sari (2020), ada beberapa macam metode titrasi yaitu:
1. Titrasi asam basa
Tirasi asam basa merupakan metode analisis kuantitatif yang berdasarkan
reaksi asam basa. Sesuai persamaan umum reaksi asam basa: asam + basa à garam
+ air. Indikator yang biasa digunakan adalah indikator yang dapat memprofilkan
perubahan warna pada trayek pH tertentu. Kurva titrasi asam basa biasanya dapat
dibuat dengan membuat plot antara ml titran (sb.x) dengan pH larutan.
2. Titrasi argentometri
Titrasi argentometri adalah jenis titrasi yang digunakan khusus untuk
reaksi pengendapan. Prinsip umumnya adalah mengenai kelarutan dan tetapan
hasil kali kelarutan dari reagen-reagen yang bereaksi. Secara umum, metode titrasi
argentometri ada tiga macam. Pertama, metode Mohr. Pada metode ini tidak ada
indikator yang digunakan. Sehingga untuk menandai titik akhir titrasi adalah
tingkat kekeruhan dari larutan sampel. Ketika larutan standar telah mengalami
reaksi stoikiometris dengan larutan sampel, maka ml larutan standar berikutnya
yang menetes pada larutan sampel akan menghasilkan endapan karena larutan
hasil reaksi titrasi telah jenuh. Namun, dapat juga digunakan indikator yang dapat
bereaksi dengan kelebihan larutan standar dan membentuk 19 endapan dengan
warna yang berbeda dari endapan reaksi utama. Kedua, metode Volhard. Metode

4
ini menggunakan indikator yang akan bereaksi dengan kelebihan larutan standar
membentuk ion kompleks dengan warna tertentu. Ketiga, metode Fajans. Metode
ini menggunakan indikator adsorpsi. Endapan yang terbentuk dari reaksi utama
dapat menyerap indikator adsorpsi pada permukaannya sehingga endapan tersebut
terlihat berwarna.
3. Titrasi redoks
Titrasi redoks sesuai namanya merupakan jenis titrasi dengan reaksi
redoks. Secara umum ada tiga macam reaksi redoks. Pertama, titrasi iodometri.
Merupakan titrasi redoks dengan menggunakan I2 dan merupakan jenis reaksi
tidak langsung. Karena I2 yang akan bereaksi harus dibuat terlebih dahulu dengan
reaksi redoks sebelumnya. Kedua, titrasi iodimetri. Merupakan titrasi redoks
dengan I2 juga. Bedanya dengan iodometri, I2 yang digunakan langsung dalam
wujud I2 sehingga disebut juga reaksi langsung. Ketiga, titrasi permanganometri.
Merupakan reaksi titrasi dengan memanfaatkan ion Mn2+ . Indikator yang
digunakan biasanya amilum yang dapat membentuk kompleks dengan I2 yaitu
iodo-amilum berwarna biru. Selain itu bisa juga menggunakan autoindikator.
Dimana kelebihan larutan standar yang menetes pada larutan hasil reaksi utama
yang telah stoikiometris akan menunjukkan gejala tertentu seperti perubahan
warna yang menandai titrasi harus dihentikan.
4. Titrasi kompleksasi
Titrasi kompleksasi merupakan jenis titrasi dengan reaksi kompleksasi
atau pembentukan ion kompleks. Biasanya digunakan untuk menganalisa kadar
logam pada larutan sampel yang dapat membentuk kompleks dengan larutan
standar yang biasanya merupakan ligan. Indikator yang digunakan biasanya 20
akan bereaksi dengan kelebihan titran (sama-sama membentuk ion kompleks) dan
menunjukkan perubahan warna. Pada titrasi jenis ini ada banyak hal yang harus
ditimbang dan diperhatikan mengingat pembentukan ion kompleks adalah spesifik
pada kondisi tertentu. Misalnya pada pH tertentu sehingga larutan sampel harus
didapar dengan buffer pH tertentu pula.

5
2.1.5 Indikator Asam Basa
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk
fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator
asambasa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat
berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat
serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi
isomer electron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan
akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar,
2014).
Menurut Khopkar (2014), Indikator asam-basa secara garis besar dapat
diklasifikasikan dalam tiga golongan yaitu:
a. Indikator ftalein dan indikator sulfoftalein
b. Indikator azo
c. Indikator trifenilmetana
Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol,
yaitu fenolftalein. Pada pH 8,0-9,8 berubah warnanya menjadi merah. Anggota-
anggota lainnya adalah: o-cresolftalein, thimolftalein, α-naftolftalein. Indikator
sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan sulfonat. Yang termasuk
dalam kelas ini: thymol blue, m-cresolpurple, chlorofenolred, bromofenolred,
bromofenolblue, bromocresolred, dan sebagainya. Indikator azo 9 diperoleh dari
reaksi amina romatik dengan garam dizonium, missal: metil yellow atau p-dimetil
amino azo benzena. Terlihat pengaruh struktur pada ionisasi.
2.1.6 Titrasi Asidi-Alkalimetri
Titrasi Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam
untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl,
asam cuka, asam oksalat, asam borat. Alkalimetri juga biasa disebut dengan
metode penetapan kadar secara kuantitatif pada senyawa yang bersifat asam
dengan menggunakan standar basa. Sedangkan asidimetri yaitu suatu metode
penetapan kadar secara kuantitatif pada senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan baku atau standar asam. Proses asidimetri dan alkalimetri
merupakan salah satu proses netralisasi. Dalam titrasi ini perubahan terpenting

6
yang mendasari penentuan titik akhir dan cara perhitungan adalah pH titrat
(Yurida, 2013).
2.1.7 Reaksi Titrasi Asidi-Alkalimetri
Menurut Restu (2012), reaksi Titrasi Asidi-Alkalimetri yaitu:
1. Asam dengan basa (reaksi penetralan); agar kuatitatif, maka asam dan atau
basa yang bersangkutan harus kuat.
2. Asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah) agar kuatitatif
asam harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah.
Contoh:
HCl + Na2CO3 NaHCO3 + NaCl
2HCl + Na2CO3 H2O + CO2 + 2NaCl
HCl + NH4BO2 HBO2 + NH4Cl
3. Basa dengan garam agar kuatitatif basa harus kuat dan garam harus
terbentuk dari basa lemah, jadi berdasarkan pembentukan basa lemah
tersebut
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Etil alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau


khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan
mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar.

7
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
Khasiat : Sebagai antiseptik dan desinfektan
Kegunaan : Pensteril alat laboratorium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api
2.2.2 Asam Salisilat (Ditjen POM, 2020)
Nama resmi : ACIDIUM SALYCYLICUM
Nama lain : Asam salisilat
Rumus molekul : C₇H₆O₃
Berat molekul : 138,12 g/ml
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk putih,


hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform P, dandalam
eter P, larut dalam larutan ammonium asetat P,
dinatrium hydrogen fosfat P, helium sitrat P dan
natrium sitrat P.Penyimpanan: Dalam wadah terbaik
baik
Khasiat : pembersih kulit, anti jamur
Kegunaan : Bahan aditif pada peluman
2.2.3 Aquades (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Aquades, air suling
Rumus Molekul : H₂O

8
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna dan berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan : Zat pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum “Penetapan Kadar Asetosal Dengan Metode Asidi-Alkalimetri”
dilaksanakan pada hari Senin, 09 Oktober 2023 pukul 13.00-16.00 WITA.
Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium Analisis Farmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu buret 50 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas beaker,
gelas ukur, labu ukur, lap halus, lap kasar, lumpang alu, neraca analitik, penangas,
pipet volum 25 ml, pipet tetes, dan spatula.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, aquadest, asam klorida (HCL),
indikator fenolftalein (PP), indikator metil jingga, natrium hidroksida (NaOH),
natrium karbonat (Na2CO3), kertas perkamen, sampel tablet asetosal (inzana), dan
tisu.
3.3 Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan Titer Asam Klorida 0,1 N
1. Diukur 4,2 ml asam klorida P, masukkan ke dalam labu ukur 500 ml
2. Dincerkan dengan air suling hingga tanda, kocok hingga homogen
b. Pembakuan Larutan Titer Asam Klorida 0,1 N
1. Ditimbang saksama 0,5 g natrium karbonat anhidrat
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
3. Ditambahkan 25 ml air suling ke dalam labu ukur, kocok hingga larut
sempurna
4. Dicukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda batas dan kocok
hingga homogen
5. Diukur saksama larutan natrium karbonat tersebut sebanyak 25 ml
menggunakan pipet volum
6. Dipindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

10
7. Ditambahkan 3 tetes larutan indikator metil jingga, kocok hingga homogen
8. Dititrasi dengan larutan asam klorida hingga warna larutan berubah dari
kuning menjadi jingga
9. Dihitung normalitas larutan titer asam klorida tersebut
c. Penetapan Kadar Asetosal Dalam Tablet
1. Ditimbang berat 4 sampel tablet asetosal kemudian dihitung berat rata-rata
2. Dihaluskan sampel tablet tersebut menggunakan lumpang dan alu
3. Ditimbang saksama serbuk tablet setara dengan 300 mg asetosal dan
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml
4. Ditambahkan 30 ml air suling dan 25,0 ml NaOH 0,1 N, kocok kuat.
5. Didihkan selama 10 menit, kemudian didinginkan
6. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian dititrasi dengan
larutan asam klorida yang telah dibakukan hingga warna larutan berubah
dari merah menjadi tepat tidak berwarna (warna merah tepat hilang)
7. Dibuat larutan blanko dengan memasukkan 30 ml air suling dan 25,0 ml
NaOH 0,1 N ke dalam erlemeyer 250 ml kocok kuat
8. Didihkan selama 10 menit, kemudian didinginkan
9. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasi dengan
larutan asam yang telah dibakukan hingga warna larutan berubah dari
merah menjadi tepat tidak berwarna
10. Dihitung kadar asetosal dan persen kadar yang diperoleh terhadap kadar
yang tertera pada etiket/label obat

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pembakuan larutan HCl 0,1 N
Berat Na2CO3 = 0,5 g
Data titrasi pada pembakuan
Volume larutan Pembacaan skala buret Volume
Na2CO3 Titik awal titrasi Titik akhir titrasi titrasi (mL)
25 mL 0 mL 27,5 mL 27,5 mL
4.1.2 Penetapan kadar asetosal dalam sampel tablet
Karakteristik sampel uji
Merk sampel = Inzana
No.Batch = C23A02
Kadar asetosal/tab sesuai label = 80 mg
Berat 10 tablet = 1,206 g
Berat serbuk tab yang ditimbang = 1,125 g
Data penimbangan dan titrasi pada penetapan kadar
Pembacaan skala buret Volume
pengujian Berat
Titik awal titrasi Titik akhir titrasi titrasi
Sampel 1,125 g 0 13 mL 13 mL
Blanko - 0 30,6 mL 30,6 mL
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan serbuk tablet yang ditimbang
300 mg
Serbuk tab timbang = × berat rata rata (g)
kadar pada etiket (mg)
300 mg
= × 0,3 g
80 mg
= 1,125 g
4.2.2 Perhitungan Normalitas HCl
Berat Na2CO3 25
N HCl = ×
53 × V HCl 100

12
0,5 25
= ×
33 × 0,0275 100
0,5 25
= ×
4575 100
= 0,085 N
4.2.3 Asetosal dalam sampel
Asetosal dalam sampel = (Vblanko – Vsampel)  NHCl × BEasetosal
= (30,6 – 13)  0,005 × 90
= (14,6)  0,085  90
= 111,69 mg
4.2.4 Berat kandungan asetosal pertablet
Berat rata-rata pertab
Mg asetosal pertablet = × Hasil perhitungan (mg)
Berat zat uji
0,3 g
= × 111,69 mg
1,125 g
= 29,784 mg
4.2.5 %kadar uji
Kadar asetol asetosal pertablet (mg)
%kadar uji = × 100%
Kadar pada label pertablet (mg)
29,784 mg
= × 100%
80 mg
= 0,372 %
4.3 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar asetosal menggunakan
metode titrasi asidi-alkalimetri. Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia
berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-
basa, (Keenan, 2011). Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan
dtambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan
tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan
basa bebas dan larutan garamterhidrolisis dari asam Lemah. Larutan standarnya
adalah asam. Sedangkan alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dan

13
larutan garamterhidrolisis dari Basa lemah. Larutan standarnya adalah basa (Didik
dkk, 2019).
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alat
antara lain, buret, cawan porselen, gelas beaker, gelas ukur, labu erlenmeyer, labu
ukur, lumpang alu, neraca analitik, penangas, pipet, pipet volume, spatula, dan
sudip. Adapun bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, aluminium foil,
aquadest, asam klorida, indikator fenoftalin, natrium klrorida, natrium hidroksida,
obat inzana, dan tisu. Hal pertama yang akan dilakukan adalah disiapkan alat dan
bahan. Dibersihkan menggunakan alkohol 70 %. Menurut Eka Septianingtyas
(2016), alkohol 70% digunakan sebagai disinfektan untuk membunuh virus,
bakteri, dan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda mati.
Percobaan diawali dengan pembakuan larutan HCl 0,1 N. Adapun langkah
awal yang dilakukan yaitu menimbang saksama 0,5 g natrium karbonat anhidrat,
masukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan air suling sampai tanda
batas dimana air suling digunakan untuk melarutkan natrium karbonat anhidrat.
Menurut Nurlaili et al, (2017) natrium karbonat anhidrat dalam pembakuan HCl
merupakan baku primer yang memiliki kemurnian yang tinggi serta dapat
diketahui kadarnya tidak dengan pembakuan. Selanjutnya diukur larutan natrium
karbonat sebanyak 25 mL menggunakan pipet volum, pindahkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL, dan menambahkan 3 tetes indikator jingga metil kocok
hingga homogen, dan dilakukan titrasi dengan larutan asam klorida hingga warna
larutan berubah dari kuning menjadi jingga. Langkah akhir dari pembakuan
larutan HCl 0,1 N yaitu menghitung normalitas larutan titer asam klorida dan
didaptkan hasil 0,085 N.
Selanjutnya yaitu penetapan kadar asetosal dalam sampel obat. Langkah
awal yang dilakukan yaitu menimbang 4 tablet obat menggunakan neraca analitik.
Penggunaan neraca analitik karena berdasarkan pemaparan Rahmah dan Fathiyah
(2022), neraca analitik memiliki fungsi untuk menimbang bahan atau zat yang
akan digunakan, alat ini sering digunakan untuk menimbang massa suatu bahan
dengan akurat di laboratorium. Kemudian dihitung berat rata-rata 4 tablet tersebut
dan didapatkan hasil 0,3 gram.

14
Selanjutnya dilakukan penggerusan terhadap 4 tablet inzana menggunakan
lumpang alu. Ditimbang dengan saksama serbuk tablet setara 300 mg asetosal
dengan menggunakan rumus dan didapatkan hasil 1,125 gram. Selanjutnya ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL dimasukkan serbuk obat sebanyak 1,125 gram dan
tambahkan 30 mL air suling dan 25 mL NaOH 0,1 N secara berlebihan kocok
sampai tercampur. Penggunaan NaOH sebagai baku standar dalam titrasi asetosal
dengan menggunakan prinsip reaksi netralisasi. metode titrasi asam basa secara
tidak langsung dengan cara penambahan larutan baku asam berlebihan pada
sampel basa contohnya pada sampel asetosal yang bersifat asam dan baku standar
basa seperti NaOH berlebihan, (Jimmy, Ahyari. 2018).
Selanjutnya labu erlenmeyer yang berisikan campuran sampel, air suling,
dan NaOH berlebih dipanaskan. Menurut Didik dkk, (2019) sebelum melakukan
titrasi maka sampel dipanaskan terlebih dahulu selama 10 menit dengan tujuan
untuk menghomogenkan campuran. Kemudian campuran yang telah homogen
didinginkan terlebih dahulu, setelah dingin sampel ditambahkan indikator
fenoftalin dan berubah warna menjadi cream. Menurut Ratnasari, dkk. (2016),
penambahan indikator fenolftalein yaitu untuk mengetahui titik akhir titrasi yaitu
beruba perubahan warna menjadi merah muda, dimana fenolftalen memiliki nilai
pKa 9,4 dan akan berubah pada rentang pH 8,4-10,4 dimana pada rentang tersebut
PP mengalami pengaturan ulang struktur karena satu pohon dihilangkan dari
salach satu gugus fenolnya seiring dengan mengingkatkan pH dan hasil ini
menyebabkan perubahan warna dan mengalami perubahan struktur tergantung pH
yang sama, sehingga cocok digunakan pada metode titrasi asam basa.
Selanjutnya yaitu melakukan titrasi terhadap sampel dengan larutan asam
klorida yang telah dibakukan, dihentikan proses titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna dari orange muda menjadi orange tua dan didapatkan volume
titrasi yaitu 13 mL.
Percobaan terakhir yang dilakukan yaitu percobaan blanko dengan cara
masukkan 30 mL air suling dan 25 mL NaOH ke dalam erlenmeyer 250 mL
kocok kuar dan dipanaskan selama 10 menit menggunakan penangas, setelah
dipanaskan kemudian didinginkan. Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan

15
berubah warna menjadi ungu muda. Titrasi menggunakan HCl yang telah
dibakukan kemudian akhir dari titrasi ditandai dengan perubahan warna dari
warna ungu muda menjadi tidak berwarna (bening). Didapatkan volume titrasi
terhadap blanko yaitu 30,6 mL.
Hasil akhir titrasi sampel yaitu 13 mL dan volume blanko yaitu 30,6 mL,
dimana volume blanko dikurnagi dengan volume sampel. Setelah didapatkan hasi
tersebut maka dapat digunakan untuk menetapkan kadar sampel asetosal dalam
obat inzana. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar sampel sebesar 111,69 mg
dengan konsentrasi 0,375 %.
Adapun kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi praktikum kali ini
yaitu kurangnya ketelitian pada saat penimbangan sampel dan pada saat
mendinginkan sampel tidak ditutup menggunakan aluminium foil yang dapat
menyebabkan terjadi interaksi antar sampel dengan udara luar.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat mengetahui cara menentukan suatu zat
dengan metode aside-alkalimetri yaitu dengan menggunakan indikator fenoftalein
kemudian dititrasi dengan larutan asam klorida yang telah dibakukan hingga
larutan berubah warna menjadi warna semula atau seperti sebelum ditetesi
fenoftalein.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada Jurusan
Diharapkan dapat memberikan dukungan bagi seluruh praktikan dalam hal
ini yaitu berupa tempat yang memadai dan fasilitas yang lengkap agar praktikan
dapat menjalankan praktikum dengan lebih maksimal.
5.2.2 Saran Kepada Laboratorium
Diharapkan untuk dapat melengkapi peralatan atau bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan praktikum agar kegiatan bisa berjalan dengan lancar.
5.2.3 Saran Kepada Asisten
Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan serta diharapkan dapat bekerja sama dengan baik selama praktikum
sehingga dapat tercipta suasana harmonis antara asisten dan praktikan.

17
DAFTAR PUSTAKA
Budijanto didik dkk.2019. Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk. 2011. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Ed. Ke6, Terj.
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta: Erlangga.
Nurlaili, T., Kurniasari, L., & Ratnani, R. D. 2017. Pemanfaatan Limbah Cangkang
Telur Ayam Sebagai Adsorben Zat Warna Methyl Orange Dalam Larutan.
Jurnal Inovasi Teknik Kimia
S. S. Suri, F. Rahmah, and F. Hidayanti, “Perancangan Prototipe Sistem Keamanan
Tanda Tera untuk Pompa Ukur BBM,” STRING (Satuan Tulisan Riset dan
Inovasi Teknologi), vol. 6, no. 1.
LAMPIRAN LAMPIRAN
Lampiran I : Alat dan bahan
a. Alat

No. Nama Alat Gambar Fungsi

Digunakan sebagai alat


untuk meneteskan
sejumlah reagen cair
1. Buret dalam eksperimen yang
tentunya memerlukan
presisi, seperti
eksperimen titrasi.

Digunakan untuk
menampung dan
2. Erlenmeyer
mencampur larutan yang
akan digunakan

Digunakan sebagai
3. Gelas ukur alat untuk mengukur
pelarut

Lap halus Digunakan sebagai


4.
alat untuk pengalas
Lap kasar Digunakan sebagai
4.
alat untuk pengalas

Digunakan sebagai alat


untuk menggerus dan
5. Lumpang alu
menghaluskan zat kimia
berbentuk padat.

Digunakan sebagai
6. Neraca ohaus alat untuk menimbang
bahan

Digunakan sebagai
7. Penangas alat untuk
memanaskan air

Digunakan sebagai alat


untuk memindahkan
larutan dari suatu wadah
8. Pipet tetes
ke wadah lain dengan
jumlah yang sangat
sedikit.
b. Bahan
No. Nama Alat Gambar Fungsi

Digunakan sebagai
1. Alkohol 70% disinfektan untuk
membersihkan alat

Digunakan sebagai
2. Aquadest
pelarut

Asam Klorida (HCl) Digunakan sebagai


3.
pereaksi

Indikator Digunakan sebagai


4.
Fenolftalein (PP) indikator warna

Indikator Metil Digunakan sebagai


4.
Jingga indikator warna
Natrium Hidroksida Digunakan sebagai
5.
(NaOH) pereaksi

Natrium Karbonat Digunakan sebagai


6. bahan untuk larutan
(Na2CO3)
baku primer

Kertas Perkamen Digunakan untuk


7.
menimbang bahan

Digunakan sebagai
8. Sampel (Inzana)
sampel

Tisu Digunakan untuk


9.
membersihkan alat
Lampiran II : Diagram Alir
Pembuatan Larutan Titer
Asam Klorida 0,1 N

- Diukur 4,2 ml asam klorida P, masukkan ke dalam labu ukur


500 ml
- Dincerkan dengan air suling hingga tanda, kocok hingga
homogen

Hasil
Lampiran II : Diagram Alir
Pembakuan Larutan Titer
Asam Klorida 0,1 N

- Ditimbang saksama 0,5 g natrium karbonat anhidrat


- Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
- Ditambahkan 25 ml air suling ke dalam labu ukur, kocok
hingga larut sempurna
- Dicukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda batas
dan kocok hingga homogen
- Diukur saksama larutan natrium karbonat tersebut sebanyak 25
ml menggunakan pipet volum
- Dipindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
- Ditambahkan 3 tetes larutan indikator metil jingga, kocok
hingga homogeny
- Dititrasi dengan larutan asam klorida hingga warna larutan
berubah dari kuning menjadi jingga

Hasil
Lampiran II : Diagram Alir
Penetapan Kadar
Asetosal Dalam Tablet

- Ditimbang berat 10 sampel tablet asetosal kemudian dihitung


berat rata-rata
- Dihaluskan sampel tablet tersebut menggunakan lumpang dan
alu
- Ditimbang saksama serbuk tablet setara dengan 300 mg
asetosal dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml
- Ditambahkan 30 ml air suling dan 25,0 ml NaOH 0,1 N, kocok
kuat.
- Didihkan selama 10 menit, kemudian didinginkan
- Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian dititrasi
dengan larutan asam klorida yang telah dibakukan hingga
warna larutan berubah dari merah menjadi tepat tidak berwarna
(warna merah tepat hilang)
- Dibuat larutan blanko dengan memasukkan 30 ml air suling
dan 25,0 ml NaOH 0,1 N ke dalam erlemeyer 250 ml kocok
kuat
- Didihkan selama 10 menit, kemudian didinginkan
- Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasi
dengan larutan asam yang telah dibakukan hingga warna
larutan berubah dari merah menjadi tepat tidak berwarna
- Dihitung kadar asetosal dan persen kadar yang diperoleh
terhadap kadar yang tertera pada etiket/label obat

Hasil
Lampiran 3: Skema Kerja
a. Pembuatan Larutan Titer Asam Klorida 0,1 N

Diukur 4,2 mL
Diencerkan dengan
asam klorida P,
aquadest hingga
masukkan ke
tanda, kocok
dalam labu ukur
hingga homogen
100 mL

b. Pembakuan Larutan Titer Asam Klorida 0,1 N

Ditambahkan 25
Ditimbang saksama Dimasukkan ke mL aquadest ke
0,5 g natrium dalam labu ukur dalam labu ukur,
karbonat anhidrat 100 mL kocok hingga larut
sempurna
Diukur seksama Dicukupkan
Dipindahkan ke larutan natrium volumenya dengan
dalam Erlenmeyer karbonat tersebut aquadest hingga
250 mL sebanyak 25 mL tanda batas dan
menggunakan pipet kocok hingga
volume homogen

Ditambahakan 3 Dititrasi dengan


tetes larutan larutan HCl hingga Dihitung
indicator metil warna larutan normalitas larutan
jingga, kocok berubah dari titer HCl tersebut
hingga homogen kuning menjadi
jingga
c. Penetapan Kadar Asetosal Dalam Tablet

Ditimbang berat Ditimbang serbuk


Dihaluskan tablet
84sampel tablet setara dengan 300
tersebut
asetosal kemudian mg asetosal dan
menggunakan
dihitung berat rata- dimasukkan ke
lumpang alu
rata dalam erlenmeyer

Ditambahkan 3 Ditambahkan 30
Didihkan selama
tetes indikator mL aquadest dan
10 menit,
fenoftalin, 25 mL NaOH 0,1
kemudian didihkan
kemdudian dititrasi N, kocok kuat
\\

Dibuat larutan
Ditambahkan 3
blanko dengan Didihkan seama 10
tetes indikator
memasukkan 30 menit, kemudian
fenoftalin,
mL aquadest dan didinginkan
kemdudian dititrasi
25 mL NaOH

Dititrasi dengan
larutan HCL

Anda mungkin juga menyukai