Disusun Oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum kimia analisa
yang berjudul “Laporan Identifikasi Anion” ini tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Heny Kusumayanti, ST, MT. yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan praktikum yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................5
2.2 Anion..........................................................................................................................7
2.4 Ion...............................................................................................................................8
2.5 Larutan........................................................................................................................8
BAB 3 METODOLOGI....................................................................................................10
3.1.1 Alat..........................................................................................................................10
3.1.2 Bahan.......................................................................................................................10
3
3.2 STUDI PENGARUH ANION ASETAT TERHADAP KELARUTAN
LI2CO3 SEBAGAI DASAR RECOVERY LITIUM PADA KONDISI
TERLINDI ASAM ASETAT....................................................................................12
3.2.1 Alat..........................................................................................................................12
3.2.2 Bahan.......................................................................................................................13
3.3.2 Bahan.......................................................................................................................15
BAB 4 PEMBAHASAN.....................................................................................................17
4.3 Jejak identifikasi dari sulfate anion di botol dan sampel air yang
dikumpulkan dari kota kota besar di berbagai provinsi di saudi Arabia....................21
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................................28
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................28
5.2 Saran.............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................29
BAB 1
4
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi anion dalam suatu sampel dengan
menggunakan beberapa pereaksi.
1.2. 2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian kimia analitik dan kategorinya
2. Untuk mengetahui pengertian anion dan identifikasi anion
3. Untuk mengetahui pengertian ion
4. Untuk mengetahui pengertian larutan
5. Untuk mengetahui prosedur kerja kadar linier alkilbenzene sulfonat
6. Untuk mengetahui prosedur kerja Pengaruh Anion Asetat
7. Untuk mengetahui prosedut kerja dari sulfate anion di botol dan sampel air yang
dikumpulkan dari kota kota besar di berbagai provinsi di saudi Arabia.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Kimia
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis
tradisional, analisis kimia (kimia analitik) telah dibagi menjadi dua kategori: analisis
senyawa dalam suatu sampel atau sampel uji. Beberapa laboratorium menggunakan
istilah analisis kuantitatif untuk analisis mereka. Teknik yang digunakan dalam analisis
kuantitatif dari uji didasarkan pada: Mengukur hasil reaksi kimia yang sesuai / Mengukur
kuantitas reaksi. Pengukuran properti listrik, yang mengukur properti optik tertentu, dan
menggabungkan pengukuran optik atau kuantitatif reaksi listrik dan kimia. (Sahirman,
2013)
larutan/sampel yang tidak diketahui. Analisis kualitatif disebut juga analisis tipe. Secara
khusus, ini adalah metode yang digunakan untuk menentukan jenis, kelas atau komponen
unsur/senyawa tertentu. Analisis kualitatif melibatkan penentuan jumlah zat tertentu yang
ada dalam sampel. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis jenis komponen atau
zat yang ada dalam suatu larutan. Analisis kualitatif adalah salah satu metode yang paling
6
dan unsur-unsur dan ionnya dalam larutan.
(Sahirman, 2013)
Analisis klasik adalah analisis kimia berdasarkan reaksi kimia berdasarkan pengukuran
persentil yang diketahui. Metode juga dikenal sebagai metode absolut karena penentuan
komponen dalam sampel dihitung berdasarkan kimia dalam reaksi yang digunakan.
Contoh analisis klasik adalah volume dan gravimetri. Dalam pengukuran volumetrik,
jumlah reagen diukur, dan dalam pengukuran gravimetri, massa zat diukur. (Sahirman,
2013)
b) Metode modern
Analisis modern adalah analisis berdasarkan sifat fisikokimia zat. Sifat fisik dan kimia
zat sangat spesifik dan dapat dideteksi pada. Misalnya, interaksi radiasi elektromagnetik
dengan sifat fisik dan kimia suatu zat menyebabkan penyerapan, emisi, dan difusi, yang
digunakan dalam teknik analisis spektral. Sifat fisikokimia lainnya seperti rotasi optik,
konduktivitas listrik, konduktivitas termal, pembagian konten antara dua fase dan
perbedaan absorbansi pada, dan resonansi magnetik inti membuat teknik analisis saat ini
lebih unggul. Dalam analisis ini, metode menggunakan alat terbaru, sehingga disebut juga
2.2 Anion
7
Anion adalah ion bermuatan negatif yang terbentuk dari atom netral dengan meningkatkan
jumlah elektron. Ketika sebuah atom menarik satu atau lebih elektron ke orbit terluarnya,
ion negatif terbentuk. Uji pendahuluan pertama untuk mengidentifikasi anion didasarkan
pada sifat fisik seperti bau, warna, pembentukan endapan, pembentukan gas dan kelarutan.
(Sahirman, 2013)
dan analisis anion menggunakan ekstrak soda. Hasil analisis sebelumnya (data kelarutan)
dan pengetahuan tentang kation yang ada dapat memberikan petunjuk tentang anion yang
ada dalam larutan sampel. Misalnya, zat awalnya adalah yang larut dalam panas dalam air,
kation yang terdeteksi adalah Pb2 dan PbCl2 yang larut dalam panas dalam air, sehingga
(Sahirman, 2013)
2.4 Ion
Ion adalah suatu Atom, molekul atau senyawa dengan muatan positif atau negatif. Adapun
ion yang bersifat netral yaitu jika jumlah muatan positif dan negatifnya sama. Proses
pembentukan ion disebut ionisasi. Ion monoatomik berupa atom tunggal, sedangkan ion
(Tim-Bestekin, 2015)
2.5 Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari pelarut dan zat terlarut yang berwujud gas, cair,
atau padat. Larutan ideal adalah larutan yang memiliki interaksi pelarut-pelarut yang kuat,
8
zat terlarut sama dengan interaksi pelarut-pelarut, tetapi larutan sebenarnya (tidak ideal)
Salah satu bentuk paling umum dari senyawa lithium yang dibuat saat mendaur ulang
baterai bekas adalah lithium karbonat. Dalam industri pertambangan, pembentukan senyawa
lithium karbonat disintesis dengan adanya anion terikat yang diperoleh dari proses
penelitian. Salah satu senyawa lithium yang paling banyak digunakan untuk produksi
baterai lithium-ion (LIB). Selama dekade terakhir, penggunaan elektronik berbasis energi
dan industri otomotif mulai berkembang, dan permintaan lithium karbonat (Li2CO3)
Sungai Lamat merupakan salah satu dari sungai besar yang menjadi saluran aliran material
erupsi Gunung Merapi pada saat banjir Lahar. Sungai Lamat sendiri sering digunakan
sehari-hari oleh orang di sekitar bantaran Sungai Lamat sebagai jamban, tetapi tidak
dipungkiri lagi, Sungai Lamat adalah sungai penting yang memasok air ke orang yang jauh
dari tanggul.
9
BAB III
METODOLOGI
3.1 IDENTIFIKASI DAN PRAEVALUASI KADAR LINIER ALKILBEZENE
SULFONATE (LAS/SLES) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI LAMAT
MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG
3.1.1 Alat
3. Spektrofotometer Spektrofotometer
berfungsi untuk mengukur
absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya
dengan gelombang
tertentu pada kuvet (kaca).
10
3.1.2 Bahan
3.2.1 Alat
5. Termometer Untuk
menunjukkan
suhu
12
6. Labu leher tiga Sebagai tempat
untuk
memasukkan
larutan
7. Heating mantle Sebagai alat
pemanas larutan
8. pH meter
9. Instrumentasi ICP-OES
Perkin Elmer Optima 8300
3.2.2 Bahan
No Bahan Fungsi
.
1. NaOH , Na 2 CO 3 , Asam Sebagai campuran litium hidroksida
asetat
2. LiOH Larutan yang akan diberikan campuran
14
3.3 Jejak identifikasi dari sulfate anion di botol dan sampel air yang dikumpulkan dari
kota kota besar di berbagai provinsi di saudi Arabia
3.3.1 Alat
3.3.2 Bahan
15
3. Natrium Sulfat Digunakan untuk mengkalibrasi
peralatan
16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1 Tabel 1
Dari tabel 1 identifikasi kadar yang didapatkan pada pengambilan air sampel di
waktu (musim) intensitas hujan tertinggi yaitu 1,23 ppm atau mg/L. Hasil tersebut jika
17
dibandingkan pada Baku Mutu Lingkungan hasilnya tidak layak dikonsumsi secara
langsung maupun tidak langsung untuk manusia. Baku mutu yang dikeluarkan adalah
kurang dari 0,5 mg/L atau 0,5 ppm.
4.1.2 Tabel. 2
Dari Tabel 2 diterangkan bahwa pada masa penghujan sungai Lamat mempunyai
kualitas dari pencemaran SLES yang berbeda dengan masa. Hal ini disebabkan karena
volume dan debit pada musim penghujan lebih tinggi yang dihasilkan oleh curah hujan
tinggi. Rerata kadar SLES pada musim penghujan ini mencapai 0,03 ppm, sedangkan
untuk harga pH sebesar 7,59. Hasil tersebut jika dibandingkan pada Baku Mutu
Lingkungan adalah tidak layak untuk manusia walaupun pada musim penghujan
kadarnya lebih kecil dari yang ditentukan yaitu < 0,5 ppm.
Jadi, hasil analisis rerata konsentrasi SLES pada Dusun Jagalan sebesar 1,03 ppm
atau mg/L, sedangkan konsentrasi SLES pada Dusun Pepe sebesar 1,31 ppm atau mg/L
dan konsentrasi SLES pada Dusun Balemulyo sebesar 1,36 ppm atau mg/L pada musim
kemarau. Untuk kadar SLES pada musim penghujan < musim kemarau yaitu sebesar 0,03
ppm. Kadar pada musim kemarau tersebut melampaui aturan walaupun pada musim
penghujan kadarnya kurang dari batas yang ditentukan yaitu 0,5 ppm.
18
4.2 STUDI PENGARUH ANION ASETAT TERHADAP KELARUTAN Li 2 CO 3 SEBAGAI
DASAR RECOVERY LITIUM PADA KONDISI TERLINDI ASAM ASETAT
4.2.1 Pengaruh Anion Asetat dan Temperatur Terhadap Kelarutan Li 2 CO 3
Hasil kelarutan Li 2 CO 3 dipengaruhi oleh temperatur pada suhu
70 ° C , 80° C , dan 90 °C pada rentan waktu yang telah ditentukan.
Gambar 1
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa variasi asetat terhadap larutan tidak terjadi
secara linear. Variasi asetat sebanyak 0,05 mol memiliki kelarutan litium karbonat (
Li 2 CO 3) tertinggi, namun ketika terjadi peningkatan konsentrasi anion asetat sebanyak
0,125 mol maka kelarutan litium karbonat ( Li 2 CO 3) akan terus menurun. Apabila
konsentrasi anion asetat sebesar 0,2 mol maka akan terjadi penurunan kelarutan
maksimal. Kesetimbangan pengendapan dapat terjadi ketika kelarutan litium karbonat (
Li 2 CO 3) dengan pelarut air lebih rendah ketika penurunan fraksi massa air ( H 2 O )
terhadap larutan campuran lebih berpengaruh dari pergeseran kearah reaktan yang
diakibatkan oleh penambahan asetat. Kesetimbangan bergeser kearah reaktan
mengakibatkan pergeseran kelarutan pada variasi konsentrasi asetat 0,275 mol dan 0,35
19
mol yang disebabkan karena pengaruh variasi penambahan anion asetat lebih
berepengaruh daripada penurunan fraksi air ( H 2 O ) terhadap larutan.
Gambar 2
Pada Gambar 2 terlihat bahwa natrium karbonat ( Na 2 CO 3) terjadi penambahan
akan berpengaruh terhadap kelarutan litium karbonat ( Li 2 CO 3). Apabila variasi natrium
karbonat semakin besar maka yang akan terjadi ialah pergeseran profil kalrutan litium
karbonat akan menurun. Penyebabnya yaitu efek ion senama akan menggeser reaksi
kearah produk. Selain itu rekasi pengendapan yang sifatnya endotermis sangat berkaitan
dengan penurunan kelarutan karena pengaruh dari suhu atau temperatur. Disisi lain juga
terdapat penyimpnan pergeseran kesetimbangan tidak linear ke arah reaktan, hal ini
berpengaruh terhdap penambahan natrium karbonat sebanyak 0,067 mol ditandai dengan
terjadinya penurunan recovery Li 2 CO 3.Garam bikarbonat yang larut kedalam air
menyebabkan pergeseran yang tidak linear.
20
Perubahan pH larutan natrium karbonat direntang 0,026, 0,04, 0,054, dan 0,067
mol berpengaruh terhadap variasi Na 2 CO 3 . Hasil pengamatan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3
Dapat dilihat pada Gambar 3 adanya hubungan antara konsentrasi anion asetat
dengan perubahan pH pada larutan. Perubahan pH dapat terlihat jelas pada saat
konsentrasi anion asetat diatas 0,275 mol. Fenomenas diatas menjelaskan mengenai
pelepasan karbon dioksida yang mengakibatkan terbentuknya senyawa litium bikarbonat.
4.3 JEJAK IDENTIFIKASI DARI SULFAT ANION DI BOTOL DAN SAMPEL AIR
YANG DIKUMPULKAN DARI KOTA KOTA BESAR DI BERBAGAI PROVINSI DI
SAUDI ARABIA.
Metode UPLC berguna untuk analisis dan melakukan pemisahan partikel kecil
secara efisien. Selain itu, metode UPLC selama beberapa tahun ini juga diterima
sebagai teknik pemisahan yang inovatif. Agar kualitas air baik maka menggunakan
optimalisasi parameter analitik dengan cara kromatografi fase terbalik. Apabila
menggunakan kromatografi fase terbalik maka interaksi antar senyawa anorganik
dan kolom hidrofobik lebih mudah dipresidiksi. Kandungan sulfat air tidak dapat
21
delusi oleh sistem UPLC pada saat pelarut organik kelas HPLC digunakan sebagai
pelarut selulernya. Apabila perangkat seluler fase memilki kandungan berair atau
campuran dan fase organik maka akan terjadi elusi sulfat. Kolom yang dipelajari
adalah kolom hidrofobik yang memilki kandungan stasioner fase C18 dan C8.
Kolom lain yang dipelajari adalah kolom berdasarkan Hydrophilic Interaction
Chromatography dengan kandungan gugus amida stationer. Fase yang dipelajari
yaitu fase gerak seperti air, asetonitril, dan methanol dengan proporsi bermacam-
macam berkisar dari 0,1-0,5 mL/menit. Selain itu juga mempelajari fase volume
injeksi sampe, fase gerak, dan efek konsentrasi asam format. Hidrfobik C18 juga
dapat menghasilkan puncak simetris yang baik termasuk wakru elusi rendah dari
senyawa target. Namun C8 dan HILIC juga memilki kekurangan seperti tailing
puncak, perpecahan puncak, dan waktu elusi lebih tinggi. Kualitas puncak tidak
terpengaruh oleh penambahan pengubah organic disebut juga dengan asam format
dan hasilnya juga akan tetap serupa selama diperoleh studi kolom. Asam format
berperan penting dalam fase gerak dan dapat menampilkan puncak Gaussian untuk
bromat pada sampel air minum hal ini dibuktikan pada saat penelitian sebelumnya.
Puncak Gaussian saat 1 mL dapat tercapai dengan baik jika sampel disuntikkan
sebanyak 5mL kemudian sulfat akan membelah menjadi dua puncak (Gambar 1)
lalu vlume injeksi sampel dikurangi dibawah kondisi kromatografi yang sama.
Kolom Acquity BEH C18 fase terbalik memilki kandungan air 75% dan methanol
25% dengan laju 0,2 mL/menit dan volume sampel yang digunakan 1 mL akan
terjadi pemisahan kromatigrafi standar sulfat dalam sampel air. Volume injeksi
sampel memilki laju aliran yang relatif rendah sehingga volume injeksi sampel
dapat digunakan sebagai parameter yang menguntungkan pada saat menentukan
sulfat yang terjadi pengupan ionik yang efektif. Identifikasi yang baik minimal
memilki lima belas titik pemindaian sehingga simetris puncak dapat didefinisikan
dengan baik. Apabila sedikit interaksi antar fase dan fase diam kolom maka volume
mati kolo akan tercapai pada saat 0,1 menit sehingga puncak sulfat dapat diperoleh
meskipun laju aliran lebih rendah. Hal ini merupakan salah satu keuntungan apabila
menggunaka partikel berukuran rendah.
22
Gambar 4
23
dengan energi tumbukan antara 5V-50V agar mendapatkan ion produk yang
melimpah. Hal itu mengakibatkan hilangnya ion m/z 97 dan gugus oksigen menjadi
produk SO 3 dan SO 2. Pola fragmentasi analit target dan kondisi MS masing-masing
ditunjukkan pada table 1 dan gambar 2.
Tabel 1
Gambar 2
24
Nilai RSD yang diperoleh telah menunjukkan bahwa ketepatan metode yang
diusulkan cukup baik untuk mendeteksi sulfat dalam air minum. Untuk memvalidasi
keakuratan metode yang ditawarkan, nilai perolehan kembali senyawa target diperkirakan
dengan prosedur adisi standar.
Pada tabel 2 menunjukkan konsentrasi sulfat yang diperoleh dalam sampel air
kemasan. Konsentrasi sulfat berkisar antara 3,31 mg/L sampai 76,22 mg/L. Sebagian
besar
sampel yang dianalisis, konsentrasi sulfat yang diperoleh berbeda secara signifikan
dengan konsentrasi yang diklaim pada label oleh perusahaan masing-masing. Konsentrasi
sulfat dalam sampel air minum dalam kemasan yang dianalisis ditemukan lebih rendah
dari Tingkat Pencemaran Maksimum Sekunder. Tingkat pemulihan sulfat dalam sampel
air kemasan diperoleh dari 94% menjadi 97%. Kromatogram UPLC-MS/MS sulfat yang
diperoleh dalam air minum kemasan.
25
Puncaknya menunjukkan simetri yang sangat baik, tidak ada tailing dan tidak ada
ion yang mengganggu dengan senyawa target. Untuk mengotentikasi salib kontaminasi
sistem, sampel kosong (air Milli-Q, gratis dari sulfat) dianalisis setelah setiap sampel
nyata.
Sampel air metropolitan dari wilayah yang berbeda juga dipelajari, dan total
delapan metropolitan sampel dianalisis dan semuanya diperlakukan dengan hipoklorit.
Hasil yang dicapai telah ditunjukkan pada :
26
Kadar sulfat berkisar antara 36,78 mg/L hingga 268,42 mg/L. Konsentrasi sulfat
tertinggi (268,42 mg/L) diperoleh pada sampel 2 dan kandungan ini lebih tinggi dari
batas yang ditentukan untuk air minum (250 mg/L). Dibandingkan untuk air minum
dalam kemasan, sampel air metropolitan terkandung jumlah sulfat yang lebih tinggi.
Hasil yang didapat dari penelitian ini merupakan sumber data yang berkaitan dengan
ketersediaan sulfat dalam sampel air minum dalam kemasan dan metropolitan dari Arab
Saudi.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Secara keseluruhan, ulasan yang kami lihat sangat bagus. Bahasa yang digunakan juga
sangat mudah dipahami. Tapi alangkah baiknya jika beberapa kajian teoritis menjelaskan,
tapi bukan dasar pemahamannya. Jurnal yang kami pakai juga sebaiknya lebih lengkap lagi
dalam mencatumkan alat dan bahan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Indra Permana, dkk, 2020. Studi Pengaruh Anion Asetat Terhadapar Kelarutan LI2CO3 Sebagai dasar
recovery Litium Pada Kondisi Terlindi Asam Asetat
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ak/article/download/6496/4615 (Diakses 9 September 2021)
Mohammad Riwan, dkk, 2019. Trace identification of sulfate anion in bottled and metropolitan water
samples collected from various provinces of Saudi Arabia
https://sciencedirect.proxy.undip.ac.id/science/article/pii/S1018364720300562/pdfft?
crasolve=1&iv=bcbe429d4d3ca75b29e7d7652e10b50f&token (Diakses 9 September 2021)
Hamka, 2019. Kimia Analisis http://repository.uhamka.ac.id/1185/1/BUKU%20AJAR%20KIMIA
%20ANALISIS.pdf (Diakses 10 September 2021)
29