Penanggung Jawab
Nadya Paramita Rahayu (17010138)
Anggota
1. M.Samfiya Kurniawan (170101232)
2. Maureen Alfareza (17010124)
3. Rina Karina (17010158)
4. Siti Thia Fitriany (17010166)
5. Chyntia Retno Ningsih (15010014)
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-
Nya, meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri
kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah
ini.Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang
membutuhkannya.
Penulis
1
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar ....................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................ 2
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................ 3
B. Tujuan ............................................................................ 4
Bab 2 Landasan Teori.........................................................................5
Bab 3 Alat Dan Bahan
Alat.........................................................................................13
Bahan......................................................................................12
Bab 4 Metode Kerja............................................................................14
Bab 5 Hasil Dan Pembahasan
Hasil Pengamatan....................................................................13
Pembahasan ............................................................................15
Bab 3 Penutup
Kesimpulan ................................................................................ 19
Daftar Pustaka .................................................................................. 20
Lampiran.............................................................................................21
2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi identifikasi yaitu suatu reaksi kimia yang untuk mengetahui zat atau ion
dalam suatu sampel baik itu anion maupun kation. Identifikasi kation dan anion
dilakukan agar kita dapat mengetahui jenis-jenis kation dan anion yang menyusun suatu
larutan serta mengamati apakah terjadi endapan atau tidak.
Penggolongan dan pemisahan kation/anion didasarkan pada kemampuan
kation/anion membentuk suatu endapan (yang memenuhi nilai Ksp). Tahapannya yaitu
uji pendahuluan dan uji spesifik.
Tahap pertama yang dilakukan adalah uji pendahuluan yang meliputi pemeriksaan
fisik/bentuk (organoleptis), bau, rasa dan uji kelarutan. Apabila sampel dalam bentuk
padatan, maka untuk memudahkan pemisahan dilakukan pelarutan sampel terlebih
dahulu. Tahap kedua adalah uji spesifik dimana sampel mulai dicampurkan dengan
pereaksi baik itu anion maupun kation untuk menentukan golongan pada setiap
anion/kation.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation/anion yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida dan ammonium karbonat.
klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation/anion bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi, klasifikasi kation/anion yang
paling umum di dasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari
kation tersebut.
Pada percobaan ini, sampel yang tidak diketahui golongan dan ion sampelnya
kemudian akan di identifikasikan analisi kation/anion hingga golongan dan ion sampel
tersebut diketahui, yaitu dengan cara sampel dilarutkan dengan pereaksi-pereaksi yang
telah disiapkan baik itu kation maupun anion.
Analisis kuantitatif adalah suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya unusr
kation atau anion dalam suatu larutan. Contoh kation yaitu ion Al3+, H+, K+, sedangkan
contoh anion yaitu SO42- , NH4-, CL- .
3
Identifikasi kation dan anion dilakukan agar kita dapat mengetahui jenis-jenis kation dan
anion yang menyusun suatu serta mengamati apakah terjadi endapan atau tidak.
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami analisis kation dan anion serta karakteristik satu sampel
2. Tujuan Percobaan
Menentukan sifat dan karakteristik dari satu sampel
Menentukan golongan dan spesifik kation dari sampel
Menentukan golongan dan spesifik anion dari sampel
Mengetahui suatu reaksi yang spesifik untuk suatu jenis kation/anion
4
BAB 2 DASAR TEORI
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi
kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala,
uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam
larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan
pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan
dengan cara basah (G. Svehla : 1985).
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya
adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada
pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur
Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam
sampel atau contoh (Underwood,1986).
Kation adalah ion yang bermuatan positif, anion adalah ion yang bermuatan negative.
Analisa kimia dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Analisa kulitatif adalah salah satu analisa yang bertujuan mencari dan menyelidiki adanya
unsure didalam sampel.
2. Analisa kuantitatif salah satu yang bertujuan mencari atau menyelidiki banyaknya suatu
unsur dalam sampel.
a. Organo leptis (menggunakan panca indra) yang dianalisa bentuk, warna dan bau
b. Pemanasan dengan tabung pijar
c. Reaksi nyala (Homelask) di lakukan dengan menggunakan Pt atau Nicr.
Warna-warna yang terjadi pada reaksi nyala adalah
5
- Li+ merah
- Ba2+ kuning hijau
- K+ Ungu
- Na+ kuning
- Sr2+ merah bata
- Cu2+ hijau biru
- Cu3+ merah kuning
A. Uji nyala
Nyala api pembakar Bunsen menghasilkan Cukup panas sehingga dapat menguapkan
beberapa zat yang akan berpijar dalam nyala api tak bercahaya . Tiap Tiap uap senyawa
logam elektronnya tereksitasi dan memnacrakan warna pada nyala yang khas Nyala
Bunsenyya terbagi menjadi dua kerucut ,kerucut luar dn kerucut dalam kerucut dalam akan
nampak jelas jika pembakaran sempurna .pembakaran sempurna akan dicapai dengan
mengatur besarnya logam pemasukan udara. Setiap unsur mempunyai ciri serta karakteristik
yang berberbeda, seperti logam-logam kelompok alkali dan alkali tanah yang memberi
beberapa warna yang khas jika dibakar. Salah satu alasan warna yang khas ini muncul ialah
karena konfigurasi atom-atom itu karena tiap-tiap atom mempunyai konfigurasi yang
berlainan dan karakteristik atau sifat-sifat khas dari kelompok itu. Warna nyala dihasilkan
dari reaksi kimia pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang ada dalam senyawa.
Setiap atom, jika diberi energi akan mengalami perubahan kedudukan elektron (akan
mengalami eksitasi) dan memancarkan energi radiasi elektromagnetik untuk kembali ke
tingkat dasar (keadaan stabil). Menurut Niels Bohr, besarnya energi yang dipancarkan oleh
setiap atom jumlahnya tertentu (terkuantisasi) dalam bentuk spektrum emisi. Sebagian
anggota spektrum terletak di daerah sinar tampak sehingga akan memberikan warna-warna
6
yang jelas dan khas untuk setiap atom. Litium menghasilkan warna merah, Natrium warna
kuning, Kalium warna ungu, Rubidium warna merah, dan Cesium warna biru.
Alkali tanah merupakan unsur-unsur golongan IIA dalam sistem periodik unsur. Disebut
golongan alkali tanah karena unsur-unsur dalam golongan ini bisa membentuk basa kuat dan
umumnya ditemukan dalam tanah berupa senyawa tak larut. Unsur alkali tanah meliputi
Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium
(Ra).Unsur-unsur golongan ini bersifat reaktif dengan bilangan oksidasi +2. Jika
dibandingkan dengan unsur alkali, unsur alkali tanah memiliki sifat yang lebih keras.
Seperti unsur logam alkali, unsur golongan alkali tanah juga memberikan warna-warna khas
jika garam dari unsur-unsur logam tersebut dibakar. Pembakaran unsur Kalsium
menghasilkan warna merah, Stronsium warna merah bata, dan Barium warna hijau
Kation adalah ion yang bermuatan positif. Ada juga pengertian lain yaitu atom yang
bermutan positif jika kekurangan elektron.Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-
kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap
beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara spesifik,
dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini dengan pemeriksaan lebih lanjut. Selain merupakan cara yang
tradisional untuk menyajikan bahan, urut-urutan ini juga memudahkan dalam mempelajari
reaksi-reaksi.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam
klorida, hidrogen sulfida, dan amonium karbonat.Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu
kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi
boleh kita katakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan
kelarutan klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut(Vogel,1985:203).
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja
yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk suatu larutan.Untuk
zat padat kita harus memilih pelarut yang cocok. Ion-ion pada golongan-golongan
diendapkan satu per satu, endapan dipisahkan dari larutan dengan cara disaring atau diputar
7
dengan centrifuga. Endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau filtrat dan
tiap-tiap logam yang mungkin akan dipisahkan (Cokrosarjiwanto,1977:14).
• Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini
adalah Merkurium (II), Tembaga, Bismut, Kadnium, Arsenik (II), Arsenik (V),
Stibium (III), Stibium (V), Timah (II), Timah (III), dan Timah (IV). Keempat ion
yang pertama merupakan sub golongan 2A dan keenam yang terakhir sub golongan
2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan 2A tak dapat larut dalam amonium
polisulfida. Sulfida da (II).
• Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation
golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III), Aluminium, Zink, dan
Mangan (II).
• Kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-
kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium
klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kationkation golongan ini adalah
Kalsium, Strontium, dan Barium.
8
Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidaklah sesistematik seperti metode untuk
kation.Sampai kini, belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum kedalam glongan-
golongan utama, dan pemisahan berikutnya yang tanda dapat diragu-ragukan lagi dari
masing-masing golongan menjadi anggota-anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri. Namun, harus kita sebutkan di sini, bahwa kita memang bisa memisahkan anion-
anion kedalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya,
garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya; Namun, ini hanya boleh dianggap
berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini, dan untuk
memastikan hasil-hasil yang diperoleh dengan prosedur-prosedur yang lebih sederhana
(Vogel, A. I., 1957).
Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation.
Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(l), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan
ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(l) dengan
memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan
tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak (Masterton, 1991). ri kation dalam
golongan 2B justru dapat larut.
9
a) Pemisahan kation-kation ke dalam golongan
Serangkaian reaksi dilakukan untuk dapat memisahkan satu kation dalam satu
golongan ( kelompok ) dari kation lainnya. Reaksi yang dipilih harus dilkukan secara
hati-hati untuk mendapatkan keuntungan tentang kemiripan dan perbedaan sifat-sifat
kimia suatu golongan.
Skema klarifikasi yang berikut ternyata telah berjalan dengan baik dalam praktek.Skema
ini bukanlah skema yang kaku, karena beberapa anion termasuk dalam lebih dari satu sub
golongan, lagi pula, tak mempunyai dasar teoritis. Pada hakekatnya, proses-proses yang
dipakai dapat dibagi ke dalam (A) proses yang melibatkan identifikasi produk-produk
yang mudah menguap, yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam, dan (B)
proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan. Kelas (A) dibagi lagi kedalam
sub-kelas (i) gas-gas yang dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer,
dan (ii) gas atau uap dilepaskan dengan asam sulfat pekat.Kelas (B) dibagi lagi kedalam
sub-kelas (i) reaksi pengendapan, dan (ii) oksidasi dan reduksi dalam larutan (Vogel, A. I.,
1957).
10
Kelas A, (i) Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer:
Karbonat, hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfida, nitrit, hipoklorit,
sianida, dan sianat. (ii) Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Ini
meliputi zat-zat dari (i) plus zat yang berikut: fluorida, heksafluorsilikat, klorida,
bromida, iodida, nitrat, klorat (Bahaya), perklorat, permanganat (Bahaya), bromat,
borat, heksasianoferat(II), heksasianoferat(III), tiosianat, format, asetat, oksalat,
tartrat, dan sitrat (Vogel, A. I., 1957).
Hidrogen karbonat dari logam-logam alkali larut dalam air, tetapi kurang larut
dibanding karbonat normal padanannya. Untuk mempelajari reaksi ini dapat dipakai
larutan natrium karbonat, Na2CO3.10H2O, 0,5M (Vogel, A. I., 1957).
11
mempelajari reaksi-reaksi ini (Vogel, A. I., 1957).
Klorida, Cl-. Kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, Hg2Cl2,
perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air
dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga(I) klorida, CuCl, bismut
oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium(II) oksiklorida,
Hg2OCl2, tak larut dalam air. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dipakai larutan
natrium klorida, NaCl, 0,1M (Vogel, A. I., 1957).
Bromida, Br-. Perak, merkurium(I), dan tembaga(I) tak larut dalam air. Timbel
bromida sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih.
Semua bromida lainya larut. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dipakai larutan
kalium bromida, Kbr, 0,1M (Vogel, A. I., 1957).
• Iodida, I-. Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromida. Perak,
merkurium(I), merkurium(II), tembaga(I), dan timbel iodida adalah garam-garamnya
yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan kalium
iodida, KI, 0,1M. (Vogel, A. I., 1957)
12
BAB 3 ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Kawat Platina
2. Kaca Arloji
3. Pembakar bunsen
4. Tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Penangas air
8. Plat tetes
B. Bahan
13
BAB 4 Metode Kerja
A.Uji nyala
1. Dibasahi Contoh uji dengan larutan HCl pekat hingga terbentuk garam klorida
2. Celupkan Kawat ose kedalam larutan HCl pekat dalam kaca arloji hingga tak menampilkan
warna jika dibaawa ke nyala bunsen
3. Celupkan kawat ose yang sudah bersih kedalam contoh uji dan pijarkan dalam api yang
tidak bercahaya (Daerah nyala oksidasi bawah)
4. Amati warna khas kation yang diuji dan catat.Lakukan uji nyala terhadap minimal 10
macam Kation
14
yang terjadi
5. 0,5 ml sampel ditambhkan K3Fe(CN)6 0.5 M hingga berlebih
1. 0,5 ml sampel Ditambahkan asam sulfat pekat (jika perlu dipanaskan) amati
gas yang terjadi .Kenakan gas pada batang gelas yang dibasahi ammonia .kabut
putih adalah NH4Cl
2. 0.5 ml sampel ditambahkan AgNO3 setetes demi setetes dan amati
5. 0,5 ml sampel ditambahkan larutan Pb asetat setetes demi setetes dan panaskan
1. Serbuk NaF dalam tabung reaksi ditambhkan asam sulfat pekat,tutup dengan
kaca arloji yang dibasahi air atau kertas hitam yang dibasahi air ,Amati noda
yang terbentuk
2. 0.5 ml sampel ditambahkan larutan barium asetat ,endapan larut dalam asam
mineral
5. 0,5 ml sampel ditambahkan larutan kalsium klorida ,endapan sukar larut
15
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Uji Nyala
A. Reaksi
1. 2 Ca + O2 2 CaO
2. 4 Na + O2 2 Na2O
3. 2 Mg + O2 2 MgO
4. 2 Ba + O2 2 BaO
5. 2 Fe + O2 2 FeO
6. 4 Fe + 3 O2 2 Fe2O3
7. 2 Cu + O2 2 CuO
8. 4 Li + O2 2 Li2O
16
B. Reaksi Kation
Pengamatan Reaksi
1. 0,5 ml sampel Endapan berwarna hijau Fe2+ + 2NaOH → Fe(OH)2 ↓
Ditambahkan NaOH 2M lebih bening
hijau kotor + 2Na+
Tambah NaOH berlebih dan Endapan berwarna hijau
amati kekuningan
2.0.5 ml sampel ditambahkan Kuning tua dengan endapan Fe2+ + 2NH4OH → Fe(OH)2
NH3 2M ,amati coklat
↓ hijau kotor + 2NH4+
3. 0,5 ml sampel Endapan hijau
ditambahkan KCN 2 M ,
Fe2+ + KSCN → Fe(SCN)2 +
Endapan larut jika KCN Endapan larut
berlebih 2K+
K4 {Fe(CN)6}+ NaOH→
Na4{Fe(CN)6 + KOH
17
5. 0,5 ml sampel Coklat tanpa endapan Fe3+ + 3K4Fe(CN)6}2 →
ditambahkan K3Fe(CN)6 0.5
K4{Fe(CN)6}2 ↓ biru +3k+
M,
C. Reaksi Anion
18
5. Ion nitrat NO3- (gunakan KNO3 0.1M)
19
7. ion bromida Br- (gunakan larutan KBr 0.1 M)
20
B. PEMBAHASAN
Pada percobaan alkali dan alkali tanah dilakukan dua uji yaitu uji nyala dan uji kelarutan. Uji
nyala adalah uji warna nyala untuk golongan alkali, alkali tanah dan transisi dalam sistem
periodik unsur. Jika suatu atom diberi energi (panas, radiasi, listrik) maka elektron yang
terletak pada kulit terluar akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Untuk kembali
ke tingkat dasar, atom tersebut akan melepaskan energi dengan cara memancarkan emisi
yang khas untuk atom tertentu. Energi yang dilepaskan dapat dideteksi dengan mata atau
menggunakan alat spektrofotometer yang terlihat sebagai warna nyala, yang mana setiap
atom akan menghasilkan warna nyala tertentu.
Pada percobaan ini dilakukan uji nyala dengan cara memasukkan sampel ke dalam plat tetes
dan menambahkannya beberapa tetes HCl . Kemudian dibakar diatas nyala api spirtus Ujung
kawat nikrom dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam HCl pekat. HCl akan
melarutkan pengotor/zat pengganggu yang mungkin menempel, sehingga pengotor tersebut
akan mudah menguap dari kawat. Ujung kawat nikrom dibakar. Kawat dikatakan sudah
bersih, jika warna api sebelum dan saat kawat dibakar sama, dalam hal ini warna jingga.
Ujung kawat dicelupkan kembali ke dalam HCl, lalu ke dalam kristal senyawa yang akan
diuji. Kristal yang menempel pada ujung kawat nikrom dimasukkan ke dalam nyala api untuk
melihat warna nyalanya. Dalam uji nyala juga digunakan kawat nikron yang bersifat inear
atau tidak mudah bereaksi, dalam artian kawat nikron tersebut tidak teroksidasi. Penggunaaan
sampel berupa garam-garam klorida karena klorida termasuk senyawa yang sangat mudah
menguap dan pada saat dibakar tidak menunjukkan warna nyala sehingga pada saat
pembakaran hanya terlihat warna nyala unsur logam penyusun sampel tersebut.
Ujung kawat nikrom yang telah berisi sampel dibakar pada daerah oksidasi bawah.
Pembakaran sampel dilakukan pada daerah oksidasi bawah karena pada daerah tersebut
sampel dioksidasi sehingga unsur logam penyusun sampel menguap dan dihasilkan warna
nyala sesuai dengan warna nyala unsur logam penyusun sampel tersebut. Pembakaran pada
daerah oksidasi bawah hanya digunakan untuk sampel yang mengandung unsur logam alkali.
Sedangkan untuk sampel yang mengandung unsur logam alkali tanah dipanaskan pada daerah
peleburan agar lebih cepat menguap
21
Warna nyala yang dihasilkan Senyawa NaCl berwarna Kuning, Senyawa BaSO4 berwarna
Hijau pucat kekuningan, Senyawa KCl berwarna Ungu, Senyawa CuCl2 berwarna hijau ,
Senyawa FeSO4 berwarna hijau MgCl2 berwarna putih dan LiCl berwarna magenta
Pada dasarnya, apabila senyawa kimia dipanaskan, maka akan terurai menjadi unsur-unsur
penyusunnya dalam bentuk gas. Atom-atom dari unsur tersebut mampu menyerap sejumlah
energi tinggi (mengalami eksitasi). Atom logam tersebut menjadi tidak stabil, sehingga bisa
kembali ke tingkat dasar (keadaan stabil) dengan memancarkan energi dalam bentuk cahaya.
Besarnya energi yang dipancarkan oleh setiap atom jumlahnya tertentu (terkuantisasi) dalam
bentuk spektrum emisi. Sebagian anggota spektrum terletak di daerah sinar tampak, sehingga
akan memberikan warna-warna yang jelas dan khas untuk setiap atom.
Hasil yang kami dapatkan ini berbeda dengan warna nyala yang telah dibahas dalam Dasar
Teori, tepatnya pada warna nyala Fe2+. Fe2+ Seharusnya menghasilkan warna emas dan yang
didapatkan berwarna hijau dan pada nyala MgCl2 berdasarkan literatur warna yang dihasilkan
berwarna putih sedangkat warna nyala yang didapat warna oranye Perbedaan ini terjadi
karena kami kurang jeli dalam mengamati warna nyala yang dihasilkan, apalagi warna api
lampu spiritus memang mengganggu pengamatan. Jika digunakan warna api biru atau tidak
berwarna, maka warna yang dihasilkan oleh unsur logam akan terlihat lebih jelas.dan juga
kemungkinan masih ada sisa sampel pada sebelumnya pada ose dan terjadi kontaminasi
sehingga warna yang dihasilkan tidak tepat
22