Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FITOKIMIA

PEMILIHAN CAIRAN PELARUT DAN

EKSTRAKSI DINGIN SECARA KONVENSIONAL

OLEH :

MARIA ELGA SUPUSEPA

PO530333219273

TINGKAT 2 REGULER A

PROGRAM STUDI FARMASI

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, harmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PEMILIHAN CAIRAN PELARUT DAN EKSTRAKSI DINGIN SECARA KONVENSIONAL”
dengan baik dan lancar. Makalah ini berisi tentang persyaratan pelarut, faktor yang
mempengaruhi pemilihan pelarut, apa saja yang termasuk metode ekstraksi konvensional
cara dingin, faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan metode ekstraksi konvensional
cara dingin, dan keuntungan dan kerugian metode ekstraksi konvensional cara dingin.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan dapat membuka cakrawala
berpikir pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih.

Kupang, 21 Juli 2021

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Persyaratan Pelarut.........................................................................................................3


2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pelarut...............................................................3
2.3 Metode Ekstraksi Konvensional Cara Dingin..................................................................5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Ekstraksi Konvensional Cara Dingin.....6
2.5 Keuntungan dan Kerugian Metode Ekstraksi Konvensional Cara Dingin........................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................7
3.2 Saran...............................................................................................................................7

Daftar Pustaka........................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekstraksi atau penyarian merupakan suatu proses penarikan senyawa-senyawa
kimia dari tumbuh-tumbuhan, hewan atau bahan alam lain menggunakan pelarut
yang sesuai. Proses ekstraksi meliputi: pembasahan dengan pelarut, ekstraksi
(penyarian) dan pemekatan. Metode ekstraksi yang dipilih bergantung pada jenis,
sifat fisik dan sifat kimia kandungan senyawa yang akan diekstraksi, pelarut yang
digunakan dan alat yang tersedia di laboratorium. Pelarut yang akan digunakan
disesuaikan dengan polaritas senyawa yang akan diekstraksi, dapat dimulai dari
pelarut non polar (n-heksan), semi polar (etil asetat, diklorometana atau kloroform)
dan polar (etanol, metanol atau bahkan air). Teknik yang umum untuk ekstraksi
senyawa kimia secara konvensional terbagi menjadi cara dingin dan panas. Cara
dingin meliputi cara maserasi dan perkolasi. Maserasi merupakan proses penyarian
sederhana, yaitu dengan merendam sampel dalam pelarut yang sesuai pada suhu
kamar dengan waktu tertentu dan disertai dengan pengadukan sehingga kerusakan
kandungan kimia yang diekstraksi dapat diminimalisasi. Perkolasi adalah cara
ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru dengan cara mengalirkan
pelarut melalui simplisia hingga senyawa akan terekstraksi dengan sempurna.
Keuntungan dari teknik ekstraksi dingin adalah aman untuk senyawa yang bersifat
termolabil dan kelemahannya adalah membutuhkan lebih banyak jumlah pelarut dan
waktu ekstraksi yang lebih lama.
Proses ekstraksi membutuhkan pelarut pengekstraksi yang sesuai. Pelarut
akan menembus ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
dan karena perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di
luar sel maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel.
Hasil dari proses esktraksi adalah ekstrak. Ekstrak dapat berupa ekstrak cair, kental
dan kering. Ekstrak kental adalah ekstrak yang sebagian besar pelarut
pengekstraksinya telah berhasil diuapkan, sedangkan ekstrak kering adalah ekstrak
yang tidak lagi mengandung cairan pelarut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja persyaratan pelarut?
1.2.2 Faktor apa yang mempengaruhi pemilihan pelarut?
1.2.3 Apa saja yang termasuk metode ekstraksi konvensional cara dingin?
1.2.4 Faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan metode ekstraksi
konvensional cara dingin?
1.2.5 Apa saja keuntungan dan kerugian metode ekstraksi konvensional cara
dingin?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui persyaratan pelarut
1.3.2 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja yang termasuk metode ekstraksi konvensional
cara dingin
1.3.4 Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan metode
ekstraksi konvensional cara dingin
1.3.5 Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian metode ekstraksi konvensional
cara dingin
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persyaratan Pelarut


Pemilihan pelarut atau cairan penyari yang baik harus mempertimbangkan
beberapa kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan
kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif
yakni hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat
berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan. Untuk penyarian ini, Farmakope
Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-
air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada
penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air. Adapun syarat pelarut
yang digunakan yaitu ; Beda polaritas antara solvent dan solute kecil, titik didih
rendah (minyak akan rusak pada suhu tinggi), mudah menguap, tidak berbahaya,
tidak beracun, tidak mudah meledak/terbakar, inert dan tidak bereaksi dengan
solute.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pelarut


Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Selektivitas
Selektivitas pelarut dapat mempengaruhi kemurnian ekstrak yang
akandiperoleh. Pelarut harus dapat melarutkan ekstrak yang diinginkan,
bukankomponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam prakteknya,
terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya
lemak,resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.
Dalamhal ini larutan ekstrak teremar yang diperoleh harus dibersihkan,
misalnyadiekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrakyang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.
4. Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh pada koefisien dan laju ekstraksi. Viskositas
pelarut yang rendah akan meningkatkan koefisien difusi sehingga laju
ekstraksi meningkat.
5. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan
kerapatan yaitu besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan
kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya
sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
6. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan searakimia
pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal
tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk
mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai
dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus
berada dalam bentuk larutan.
7. Titik Didih
Ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau reaktivitas, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu
dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. Ditinjau dari segi ekonomi,
akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu
tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
8. Kriteria yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus :
a. Murah
b. Tersedia dalam jumlah banyak
c. Tidak beracun
d. Tidak dapat terbakar
e. Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
f. Tidak korosif
g. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
h. Memiliki viskositas yang rendah
i. Stabil secara kimia dan termis

2.3 Metode Ekstraksi Konvensional Cara Dingin


1. Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam).
Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang
dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air,
misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan
dalam buku resmi kefarmasian (Anonim,2014). Maserasi adalah salah satu
jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan
istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak
mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas
ataupun tahan panas (Hamdani, 2014).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah,2012).
Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara
merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa
pemanasan.
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya
adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut atau
penyari tertentu selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring
dan diambil larutan zat aktifnya.
2. Perkolasi
Menurut Guenther dalam Irawan (2010) Perkolasi adalah cara penyarian
dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi. Perkolasi
adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir
yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit
sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas
(Agutina, 2013). Jadi, perkolasi adalah suatu metode estraksi dengan
mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi sehingga pelarut
yang digunakan selalu baru.
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan
zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke
bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran
(friksi).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Ekstraksi Konvensional Cara


Dingin
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan metode ekstraksi,
diantaranya:
1. Suhu Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan
meningkat dengan meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi
yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas atas untuk suhu operasi
ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perlunya
menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
2. Penyiapan bahan sebelum ekstraksi Agar proses ekstraksi berlangsung
dengan cepat dan efisien perlu dilakukan tahap persiapan bahan baku
seperti pengeringan dan penggilingan untuk memperkecil ukuran partikel
dan memperbesar luas permukaan yang bersentuhan dengan pelarut.
3. Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang
kontak antara padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya,
yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi.
4. Waktu, semakin lama waktu ekstraksi maka akan semakin tinggi yield
yang diperoleh, namun bila ekstraksi telah mencapai batas maksimum
maka penambahan waktu tidak akan mempengaruhi laju ekstraksi.

2.5 Keuntungan dan Kerugian Metode Ekstraksi Konvensional Cara Dingin


1. Keuntungan dari teknik ekstraksi dingin adalah aman untuk senyawa yang
bersifat termolabil.
2. Kerugiannya adalah membutuhkan lebih banyak jumlah pelarut dan waktu
ekstraksi yang lebih lama.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemilihan pelarut atau cairan penyari yang baik harus mempertimbangkan
beberapa kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan
kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif
yakni hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat
berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan. Untuk penyarian ini, Farmakope
Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-
air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada
penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air. Adapun syarat pelarut
yang digunakan yaitu ; Beda polaritas antara solvent dan solute kecil, titik didih
rendah (minyak akan rusak pada suhu tinggi), mudah menguap, tidak berbahaya,
tidak beracun, tidak mudah meledak/terbakar, inert dan tidak bereaksi dengan
solute.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut yaitu selektivitas, kelarutan,
kemampuan tidak saling bercampur, viskositas, kerapatan, reaktivitas, dan titik
didih. Metode ekstraksi konvensional cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode ekstraksi konvensional cara dingin
yaitu suhu kelarutan bahan, penyiapan bahan sebelum ekstraksi, ukuran partikel
dan waktu. Keuntungan dari teknik ekstraksi dingin adalah aman untuk senyawa
yang bersifat termolabil. Kerugiannya adalah membutuhkan lebih banyak jumlah
pelarut dan waktu ekstraksi yang lebih lama.

3.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena memiliki
keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat dipungkiri, untuk itu diharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
 Dikutip pada 21 Juli dari: https://id.scribd.com/doc/260594774/Pemilihan-pelarut
 Dikutip pada 21 Juli dari:
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/373176/mod_resource/content/2/M
ateri%20Ekstraksi%20-%20Evaporasi%201.pdf
 Dikutip pada 21 Juli dari: https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teknik-
ekstraksi/13061/2
 Dikutip pada 21 Juli dari: https://www.slideshare.net/fahrimey/ekstraksi-134331385
 Dikutip pada 21 Juli dari: https://www.panehutan.com/2019/11/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html?m=1
 Dikutip pada 21 Juli dari: https://pdfcoffee.com/makalah-maserasi-dan-perkolasi-
kelompok-1-docx-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai