Anda di halaman 1dari 18

PAPER

EFISIENSI ENERGI

“PEMBUATAN BIOETHANOL DARI KULIT PISANG”

Disusun Oleh:
Azizah Azhar 40040118650009
Kelas :A

Dosen Pengampu : Fahmi Arifan, S.T.,M.Eng

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
2.1 Kulit Pisang Kepok...........................................................................................................3
2.2 BIOETANOL...................................................................................................................3
2.3 SACCHAROMYCES CEREVICEAE.............................................................................4
2.3.1 Klasifikasi Saccharomyces cerevisiae.......................................................................5
2.3.2 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan S.cerevisiae......................5
2.4 PROSES HIDROLISIS BIOETANOL............................................................................5
2.5 PROSES FERMENTASI BIOETANOL.........................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
METODELOGI PENELITIAN.................................................................................................8
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................................8
3.2 Cara Kerja.........................................................................................................................8
BAB IV....................................................................................................................................11
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................11
4.1 Hasil................................................................................................................................11
4.2 Pembahasan....................................................................................................................12
BAB V......................................................................................................................................14
KESIMPULAN........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

i
KATA PENGANTAR

Terima kasih segala puji bagi Tuhan YME yang telah memberikan anugerah dan
kemudahan penyusun untuk dapat menyelesaikan paper ini dengan maksimal. Paper ini
merupakan tugas dari Mata Kuliah Efisiensi Energi.
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada bapak Fahmi Arifan,
S.T.,M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah Efisiensi Energi yang telah membimbing
dan memberikan dasar pengetahuan sehingga paper ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya.
Penyusun menyadari bahwa paper ini masih banyak kekurangan dan masih terdapat
kesalahan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan
penyusun terima demi penyempurnaannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
diaplikasikan bagi penyusun secara khusus dan pembaca secara umum.

Semarang, 02 Juni 2021

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) tercatat mencapai 41,7% pada
tahun 2016. Semakin menurunnya produksi dan terus meningkatnya permintaan domestik
membuat impor minyak bumi terpaksa dilakukan sejak tahun 2004. Produksi minyak bumi
tinggal sebesar 283 juta barel pada tahun 2018 atau hanya memenuhi 65% kebutuhan dalam
negeri. Anggaran impor US$ 26,8 miliar pun harus dikeluarkan. Jika pola konsumsi energi
tidak berubah, maka cadangan minyak bumi Indonesia diestimasi habis pada tahun 2030.
(Happy Mulyani, 2019).
Sebagai langkah awal mewujudkan kemandirian energi nasional, pemerintah telah
mengeluarkan PP RI Nomor 79 tahun 2014. Sasaran utama kebijakannya yaitu memperluas
penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) dengan target kontribusi minimal sebesar 23%
kebutuhan energi total pada tahun 2025. Salah satu jenis EBT yang memiliki prospek besar
untuk dikembangkan adalah bahan bakar nabati (BBN). Perpres No 5 tahun 2006
menyebutkan bahwa target penggunaan BBN pada tahun 2025 telah melebihi 5% konsumsi
energi nasional. Secara fakta, pemanfaatan BBN baru berkontribusi menyumbang 0,165%
total kebutuhan energi nasional pada tahun 2016. Maka diperlukan usaha secara terintegrasi
dan kontinu oleh semua pihak terkait untuk diperlukan dalam pengembangan industri BBN
dalam negeri. Dari masalah tersebut terdapat dampak yaitu dengan kurangnya persediaan
bahan bakar atau energi di Indonesia yang akan mengakibatkan tekanan kepada negara
Indonesia sehingga harus memproduksi dan membuat energi terbarukan. Maka dari itu
muncul gagasan untuk membuat energi terbarukan yaitu pemanfaatan biji nangka menjadi
bioetanol yang dikonversi menjadi etil asetat.(Happy Mulyani, 2019).
Kulit pisang kepok digunakan karena mengandung karbohidrat. Karbohidrat tersebut
diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian di fermentasi dengan menggunakan
Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol. Bioetanol diartikan juga sebagai bahan kimia
yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung,
dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak premium (Rhonny dkk, 2003).
Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme unggul yang digunakan dalam
proses fermentasi bioetanol. Dalam melakukan proses fermentasi, S. Cerevisiae dipengaruhi
oleh faktor tumbuh yang meliputi pH pertumbuhan antara 2,0-8,6. Laju fermentasi gula oleh
S.cerevisiae relatif intensif pada pH 3,5-6,0. Saccharomyces cerevisiae dapat melakukan

1
fermentasi glukosa, sukrosa, galaktosa serta rafinosa. Saccharomyces cerevisiae merupakan
yeast yang dapat tumbuh cepat dan sangat aktif untuk melakukan fermentasi pada suhu 20⁰C.
S. Cerevisiae dapat toleran terhadap alkohol yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan terhadap
kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 4-32⁰C (Wiratmaja, et
al., 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahannya yaitu mengenai
proses pembuatan bioethanol dari kulit pisang menggunakan inokulum saccharomyces. (i)
Bagaimana pemanfaatan kulit pisang menjadi bioetanol sebagai bahan bakar alternatif (ii)
Bagaimana mendapatkan kadar atau etanol dari kulit pisang yang terbaik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat kulit pisang sebagai bahan baku pembuatan bioethanol
2. Untuk menegtahui cara pembuatan bioethanol dari kulit pisang
3. Untuk mendapatkan kadar atau etanol dari kulit pisang yang terbaik

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit Pisang Kepok
Kulit pisang kepok digunakan karena mengandung karbohidrat. Karbohidrat tersebut
diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian di fermentasi dengan menggunakan
Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari
fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol
diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung
pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari
minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Rhonny dkk, 2003).
Komposisi kulit pisang ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Kulit Pisang

Berdasarkan tabel 1, komposisi terbanyak kedua pada kulit pisang adalah karbohidrat.
Mengingat akan hal tersebut dan prospek yang baik di masa yang akan datang, maka
penyusun mencoba mencari peluang untuk memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan baku
dalam pembuatan bioethanol (Prescott and Dunn, 1959).

2.2 BIOETANOL
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan (biomassa)
dengan cara fermentasi. Bioetanol yang diolah dari biomassa mampu menurunkan emisi CO2
hingga 18%. Tumbuhan yang mengandung karbohidrat tinggi berpotensial untuk
menghasilkan bioetanol. (Putri,et al., 2008)
Bioetanol merupakan etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang
dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar
95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi
hingga mencapai 99%yang lazim disebut Fuel Grade Ethanol(FGE). Proses pemurnian

3
dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk
memisahkan air dari senyawa etanol. (Musanif, 2012)
Reaksi proses produksi bioetanol
C6H12O6 Saccharomyces Cereviceae 2C2H5OH + 2CO2
Glukosa Etanol
Menurut (Ahmad Budi Junaidi, 2012) Standar Nasional Indonesia untuk kualitas
bioethanol (SNI 7390-2008) tertera pada table sebagai berikut
Tabel 1. Standar Nasional Indonesia Kualitas Bioetanol (SNI 7390-2008)

Parameter Unit, Min/Max Spesifikasi Metode Uji


(SNI 7390-2008)
Kadar etanol %-v, min. 99,5 Sub 11.1
(sebelum
denaturasi)
94,0
(setelah
denaturasi)
Kadar metanol mg/L, max. 300 Sub 11.1
Kadar air %-v, max. 1 Sub 11.2
Kadar denaturan %-V, min. 2 Sub 11.3
%-V, max 5
Kadar Cu Mg/kg, max 0,1 Sub 11.4
Keasaman sbg mg/L, max. 30 Sub 11.5
CH3COOH
Tampakan Jernih & tdk ada endapan Peng. visual
Ion klorida mg/L, max. 40 Sub 11.6
Kandungan Sulfur mg/L, max. 50 Sub 11.7
Getah (gum), dicuci mg/100 mL, max. 5,0 Sub 11.8

pH 6,5-9,0 Sub 11.9

2.3 SACCHAROMYCES CEREVICEAE


Jamur Saccharomyces merupakan jenis khamir atau ragi atau yeast yang memiliki
kemampuan mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Sacharomyces merupakan
mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil, dan termasuk golongan eumycetes, tumbuh

4
baik pada suhu 30ºC dan pH 4,5-5. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya
penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber karbon, unsur N, unsur ammonium dan
pepton, unsur mineral dan vitamin. (Ahmad, 2005).
2.3.1 Klasifikasi Saccharomyces cerevisiae
Klasifikasi Saccharomyces cerevisiae menurut (Agustining, 2012) yaitu
Filum : Ascomycota
Subfilum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
2.3.2 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan S.cerevisiae
Menurut (Afriani, 2012) menjelaskan dalam artikelnya faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan saccharomyces cerevisiae, diantaranya yaitu :
1. Suhu
S. cerevisiae mempunyai suhu optimal untuk pertumbuhan mikroba. Suhu dibawah
minimal dan diatas maksimal dapat menyebabkan terjadinya denaturasi enzim sehingga tidak
dapat tumbuh. Sebagian besar Saccharomyces cerevisiae umumnya tumbuh baik pada kisaran
suhu 25-46°C.
2. Nutrisi (Zat Gizi)
Dalam kegiatannya khamir memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, yaitu : Unsur C, ada faktor karbohidrat Unsur N, dengan penambahan
pupuk yang mengandung nitrogen,misal ZA, urea, ammonia, mineral dan vitamin-vitamin.
3. pH
Selama proses fermentasi pH pertumbuhan ini berpengaruh pada laju pertumbuhan
mikroorganisme. Perubahan pH media akan mempengaruhi permeabilitas sel dan sintesis
enzim, oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan pH dan buffer. Nilai pH
optimal untuk pertumbuhan S. cerevisiae adalah antara 2,5-4,5.

2.4 PROSES HIDROLISIS BIOETANOL


Menurut (Herawati,2019) Hidrolisis adalah salah satu tahapan dalam pembuatan
bioetanol berbahan baku lignoselulosa. Hidrolisis bertujuan untuk memecah selulosa dan
hemiselulosa menjadi monosakarida (glukosa & xylosa) yang selanjutnya akan difermentasi

5
menjadi etanol. Secara umum teknik hidrolisis dibagi menjadi dua, yaitu: hidrolisis berbasis
asam dan hidrolisis dengan enzym.
Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi hidrolisis asam pekat dan hidrolisis
asam encer.Hidrolisis asam pekat merupak teknik yang sudah dikembangkan cukup lama.
Braconnot ditahun 1819 pertama menemukan bahwa selulosa bisa dikonversikan menjadi
gula yang dapat difermentasi dengan menggunakan asam pekat. Hidrolisis asam pekat
menghasilkan gula yang tinggi (90% dari hasil teoritik) dibandingkan dengan hidrolisis asam
encer, dan dengan demikian akan menghasilkan etanol yang lebih tinggi
Penggunaan asam dalam hidrolisis memiliki kelebihan yaitu lebih mudah dalam
proses karena tidak dipengaruhi oleh berbagai faktor, hidrolisis terjadi secara acak dan waktu
lebih cepat.Kelebihan hidrolisis dengan enzim yaitu reaksi hidrolisis yang terjadi dapat
beragam, kondisi proses yang digunakan tidak ekstrim, seperti suhu sedang dan pH
mendekati netral, tingkat konversi lebih tinggi, polutan lebih rendah dan reaksi yang spesifik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis antara lain:
1. Kandungan Karbohidrat
Bahan Baku Kandungan karbohidrat pada bahan baku sangat berpengaruh terhadap
hasil hidrolisis asam.Apabila kandungan karbohidratnya sedikit,maka jumlah gula yang
terjadi juga sedikit, begitu pula sebaliknya. Sehingga, frekuensi tumbukan antara molekul
karbohidrat dan molekul air semakin berkurang,dengan demikian kecepatan reaksi
pembentukan glukosa semakin berkurang pula. Bahan yang hendak dihidrolisis diaduk
dengan air panas dan jumlah bahan keringnya bekisar antara 18% hingga 22%.
2. pH
Hidrolisis pH berpengaruh terhadap jumlah produk hidrolisis. pH berkaitan erat
dengan konsentrasi asam yang digunakan. Pada umumnya,pH yang terbaik (optimum) adalah
2,3.
3. Waktu Hidrolisis
Semakin lama pemanasan,warna akan semakin keruh dan semakin besar konversi
yang dihasilkan. Waktu yang diperlukan untuk proses hidrolisis asam sekitar 1 hingga 3 jam.
4. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisis karbohidrat akan mengikuti persamaan
Arrhenius yaitu, semakin tinggisuhu akan diperoleh konversi yang cukup berarti, tetapi jika
suhu terlalu tinggi maka konversi yang akan diperoleh menurun. Hal ini disebabkan dengan
adanya glukosa yang pecah menjadi arang,yang ditunjukkan dengan semakin tuanya warna
hasil. (Herawati,2019)

6
2.5 PROSES FERMENTASI BIOETANOL
Fermentasi adalah proses oksidasi yang meliputi perombakan media organik pada
mikroorganisme anaerob atau fakultatif anaerob dengan menggunakan senyawa organik
sebagai aseptor elektron terakhir. Fermentasi karbohidrat oleh khamir merupakan proses
penghasil etanol dan karbondioksida secara anaerob. Kecepatan fermentasi etanol
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti susunan substrat, kecepatan pemakaian zat gizi,
tingkat inokulasi, keadaan fisiologis khamir, aktivitas enzim-enzim jalur EMP, toleransi
khamir terhadap gula dan alkohol tinggi serta kondisi selama fermentasi (Astuty, 1991).
Lama waktu fermentasi pada proses pembuatan bioetanol dapat mempengaruhi
banyaknya kadar etanol yang dihasilkan. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin
tinggi kadar bioetanol yang dihasilkan. Yang dimana kecepatan fermentasi bisa diakibatkan
oleh faktor susunan substrat. Jika bioetanol yang terkandung di dalam substrat tinggi maka
hal ini justru akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae.
Karena pada kadar alkohol rendah pertumbuhan Saccharomyce cerevisiae akan terhambat.
Oleh karena itu dibutuhkan Lama fermentasi yang tepat untuk proses fermentasi bioetanol
agar didapatkan kadar etanol dalam jumlah yang tinggi, nlai pH rendah, dan produksi gas
yang tinggi tetapi tidak mengganggu Pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae (Astuty, 1991).

7
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Pada penelitian ini menggunakan bahan utama kulit pisang kapok, bakteri
Saccharomyces cereviseae dan Larutan H2SO4 0,5 N dan bahan pembantu aquadest,
ammonium sulfat dan urea. Peralatan yang digunakan adalah timbangan elektrik, kertas pH,
pipet tetes, gelas piala, blender, pengaduk merkuri, gelas ukur, Kertas saring dan Oven,
Kompor listrik, Erlenmeyer pendingin balik Labu leher tiga Piknometer Tabung reaksi Gelas
arloji.

3.2 Cara Kerja


Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup tiga rangkaian proses, yaitu: pertama
persiapan bahan dengan cara kulit pisang di potong-potong menjadi kecil, kemudian
diblender dan di saring dan diambil filtratnya serta diendapkan. Kemudian hasil endapan
disaring dan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering. Jika cuaca tidak
memungkinkan maka pengeringan dapat dilakukan dalam oven dengan suhu 45-50˚C.
Setelah kering, pati kulit pisang tersebut dianalisis kadar air dan kadar patinya. Diagram
percobaan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram penbuatan pati kulit pisang

8
Gambar 2. Diagram alir hidrolisis kulit pisang

Gambar 3. Diagram alir fermentasi


Tahap ke dua adalah hidrolisis pati kulit pisang dengan ditambah larutan H2SO4 0,5
N dengan berat tertentu di dalam labu leher tiga dilengkapi dengan pendingin balik dan
dipanaskan sampai suhu 100˚C selama 2,5 jam. Setelah itu didinginkan sampai sama dengan
suhu ruangan. Hasil hidrolisis disaring, sehingga didapatkan filtrate. Diagram alir tahap ke
dua dapat dilihat pada gambar 2. Filtrat diatur pH nya antara 4 – 6, kemudian difermentasi.
Tahap ke tiga adalah fermentasi dengan cara filtrat sebanyak 100 ml dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 6 gram ammonium sulfat dan 6 gram urea sebagai
nutrisi. Selanjutnya di pasteurisasi pada suhu 120˚C selama 15 menit lalu didinginkan. Starter

9
(inokulum awal) dengan berbagai variasi volum dimasukkan ke dalam medium fermentasi.
Kemudian dilakukan inkubasi dengan cara menutup rapat labu Erlenmeyer pada suhu
berkisar antara 27- 30oC selama waktu tertentu. Percobaan diulangi dengan waktu fermentasi
dan berat pati bervariasi sampai diperoleh waktu fermentasi dan berat pati yang opitimum.
Pengambilan cuplikan dilakukan disetiap variasi pada hari yang telah ditentukan setelah
diberi inokulum kemudian di analisis kadar bioethanolnya. Diagram alir penelitian dapat
dilihat pada gambar 3.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Analisa Bahan Baku
Hasil analisis kandungan pati di dalam kulit pisang ditunjukkan pada table 2.
Tabel 3. Hasil Analisis Kulit Pisang

Hasil analisis kandungan pati di dalam pati kulit pisang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 4. Hasil Analisis Pati Kulit Pisang

Analisa kadar glucose hasil hidrolisis kulit pisang didapat kadar glukosa sebesar 3.13
%.
4.1.2 Variasi Waktu Fermentasi
Hasil percobaan pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar alcohol ditunjukkan pada
tabel 4.
Tabel 5. Hasil Pengaruh waktu fermentasi persentase alcohol pada suhu +27 oC
dan berat yeast 0,0624 g

4.1.3 Variasi Berat Ragi


Hasil percobaan pengaruh berat ragi terhadap kadar alcohol ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 6. Hasil Penelitian dengan Variabel Berat Ragi pada suhu +27oC dan Waktu
fermentasi 144 jam.

11
4.2 Pembahasan
4.2.1 Variasi Waktu Fermentasi
Data table 5 dibuat grafik pengaruh waktu fermentasi terhadap persentase alkohol
yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 3. Tabel 5 dan gambar 4 menunjukkan bahwa
semakin lama fermentasi dihasilkan alcohol semakin banyak sampai waktu 144 jam, setelah
waktu tersebut persentase alcohol menurun. Sebagai contoh pada waktu 48 jam persentase
alcohol yang dihasilkan sebesar 3,9, setelah 144 jam persentase alcohol naik menjadi 13,54 %
dan turun menjadi 13,4 % pada waktu 192 jam.
16
14
12
10
8
6
4
2
0
48 96 144 192

Berat (g) (%)

Gambar 4. Grafik Hubungan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Alkohol


Pada waktu 48 sampai 144 jam alkohol yang dihasilkan bertambah banyak karena
aktifitas mikrobia mengalami pertumbuhan dengan berkembang biak sehingga alcohol yang
dihasilkan bertambah banyak. Pada waktu 144 jam perkembang biakan mikrobia sudah
maksimum. Sedangkan pada waktu fermentasi lebih besar dari 144 jam kadar etanol turun,
hal ini disebabkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pembiakan sudah habis, akibatnya bakteri
memakan alcohol, hal ini ditunjukkan adanya pembentukan asam asetat. Proses ini dapat
terlihat adanya gelembung - gelembung udara
4.2.2 Variasi Berat Ragi
Dari tabel 6 dibuat grafik pengaruh berat ragi terhadap kadar alkohol seperti
ditunjukan pada gambar 5.
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0.0624 0.0936 0.1248 0.156

Berat (g) %

Gambar 5. Grafik Hubungan Berat Ragi terhadap Kadar Alkohol

12
Pada table 6 dan gambar 5 menunjukkan bahwa penambahan berat ragi menyebabkan
alcohol yang dihasilkan menurun. Sebagai contoh pada penambahan ragi sebesar 0,0624 g.
menghasilkan kadar alkohol sebesar 13,54 %. Dan turun menjadi 12,4325 %. pada
penambahan ragi sebanyak 0,1248 g. pada penambahan ragi selanjutnya hasilnya tetap. Hal
ini disebabkan perbandingan nutrisi yang tersedia sebanding dengan banyaknya
Saccharomyces cereviseae yang ada. Sedangkan pada penambahan ragi sebanyak 0,0936 gr;
0,1248 gr dan 0,1560 gr, kadar etanol yang dihasilkan semakin turun. Hal ini disebabkan
Saccharomyces cereviseae yang ada lebih banyak dibanding nutrisi yang tersedia, sehingga
Saccharomyces cereviseae lebih banyak menggunakan nutrisi tersebut untuk bertahan hidup
dari pada merombak gula manjadi alkohol.

13
BAB V
KESIMPULAN
Kulit pisang kepok digunakan karena mengandung karbohidrat. Karbohidrat tersebut
diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian di fermentasi dengan menggunakan
Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol. Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang
diolah dari tumbuhan (biomassa) dengan cara fermentasi. Bioetanol yang diolah dari
biomassa mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%. Tumbuhan yang mengandung
karbohidrat tinggi berpotensial untuk menghasilkan bioetanol. (Putri,et al., 2008)
Jamur Saccharomyces merupakan jenis khamir atau ragi atau yeast yang memiliki
kemampuan mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Sacharomyces merupakan
mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil, dan termasuk golongan eumycetes, tumbuh
baik pada suhu 30ºC dan pH 4,5-5. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya
penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber karbon, unsur N, unsur ammonium dan
pepton, unsur mineral dan vitamin. (Ahmad, 2005). Semakin lama fermentasi kadar etanol
yang dihasilkan semakin tinggi sampai waktu tertentu. Waktu optimum fermentasi diperoleh
selama 144 jam dengan kadar etanol 13,5406 %. Semakin banyak ragi yang ditambahkan
menyebabkan kadar etanol yang dihasilkan semakin rendah. Penambahan berat ragi yang
relatif baik yaitu sebanyak 0,0624g. dengan kadar alkohol yang dihasilkan sebesar 13,5353
%.

14
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, M. 2012. Pengaruh Fermentasi dan Konsentrasi Ragi Rot Terhadap Kadar
Bioetanol.
Agustining, D. 2012. Daya hambat saccharomyces cerevisiae terhadap pertumbuhan jamur
fusarium oxysporum. Skripsi. Universitas Jember.
Ahmad, Riza Zainuddin. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cereviseae Untuk
Ternak. Jurnal Wartaroza Vol. 1 No. 1. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.
Astuty, E. D., 1991, Fermentasi Etanol Kulit Buah Pisang. UGM. Yogyakarta.
Dyah, dkk. 2011. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang. Jurusan Teknik Kimia FTI
UPN”Veteran” Yogyakarta
Happy Mulyani, 2019. Menyongsong Indonesia Mandiri Energi. https://writing
contest.bisnis.com/read/20191201/557/1176622/menyongsong-indonesia-mandiri
energi-melalui-pengembangan-teknologi-produksi-bioetanol-dari-jerami-padi
Herawati, N., Pratama, A., & Juniar, H. (2019). PEMBUATAN BIOETANOL DARI
RUMPUT GAJAH DENGAN PROSES DELIGNIFIKASI DAN HIDROLISA.
Prosiding Applicable Innovation of Engineering and Science Research, 2019, 45-51.
Musanif, 2012. “Bio-etanol” Jakarta : Indonesia Institute of Sciences.
Prescott, S. G and C. G. Said, 1959, “Industrial Microbiology”, ed 3, McGraw-Hill Book
Company, New York.
Putri, LiliSuraya Eka,Konversi Pati Ganyong Menjadi Bioethanol MelaluiHodrolisis Asam
dan Fermentasi,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,ISSN: 1412-033X,
2008.
Rhonny dan Danang, 2003, “Laporan Penelitian Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang”,
Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Wiratmaja, I. G., Kusuma, I. G. B. W. dan Winaya, I. N. S, 2011, Pembuatan Etanol Generasi
Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai
Bahan Baku, jurnal ilmiah teknik mesin, hh. 75-84.

15

Anda mungkin juga menyukai