Disusun Oleh :
Kelompok 10
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..……i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biomassa………………...……………………………………………...……..…3
2.2 Konversi Energi Biomassa…………………………………………………….…4
2.3 Biokimia………………………………………………………………………….5
2.4 Fermentasi………………………………………………………………………..6
2.5 Bioetanol………………………………………………………………………....9
2.5.1 Pengertian Bioetanol……………………………………………………..9
2.5.2 Mekanisme Pembentukan Bioetanol……………………………………10
2.5.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Bioetanol…………13
2.5.4 Manfaat Bioetanol……………………………………………………….14
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...15
3.2 Saran…………………………………………………………………………….15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun
tema dari makalah ini tentang energi baru terbarukan dari energi biomassa melalui
produksi bioetanol dari limbah nangka.
Dalam era kebutuhan energi yang terus meningkat dan tantangan perubahan
iklim yang semakin nyata, penemuan dan pengembangan solusi berkelanjutan sangat
penting. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah pemanfaatan limbah nangka
untuk menghasilkan bioetanol, yang merupakan langkah penting menuju
pengembangan energi terbarukan.
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai produk yang dihasilkan
dari konversi biokimia yaitu bioetanol, bagaimana potensi produksi bioetanol dari
limbah nangka, faktor-faktor yang mempengaruhi bioetanol yang dihasilkan, serta
manfaat bioetanol. Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang
mendalam tentang pentingnya produksi bioetanol dari limbah nangka dalam
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta mendorong perubahan
menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan bahan bakar minyak (BBM) saat ini semakin meningkat karena
BBM sudah merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Sebagian besar atau bahkan
hamper semua teknologi yang digunakan menggunakan bahan bakar minyak sebagai
sumber energi (Meyrinta dkk, 2018). Tingginya kebutuhan akan BBM tidak
diimbangi dengan jumlah produksinya sehingga seiring berjalannya waktu
mengakibatkan terjadinya krisis energi. Untuk mengurangi pemakaian minyak
sebagai sumber energi, hal yang harus dilakukan yaitu mengurangi ketergantungan
terhadap minyak yang semulanya pada tahun 2011 sebesar 50% dengan capaian pada
tahun 2025 ketergantungan minyak menjadi 23%. Pengganti kebutuhan minyak dapat
dialihkan dengan memanfaatkan energi terbarukan (Kurniati dkk, 2021).
Para peneliti yang bekerja pada sumber energi alternatif dan terbarukan,
menyatakan bahwa etanol adalah salah satu energi alternatif terbaik sebagai
pengganti bensin dan juga dapat digunakan sebagai aditif bensin. Bioetanol telah
dianggap sebagai biofuel terbaik dikarenakan sifatnya yang ramah lingkungan, karena
hal tersebut produksi bioetanol dari biomassa telah banyak menarik perhatian
(Khoshkho dkk, 2022).
Biomassa yang digunakan berasal dari limbah organik, salah satunya yaitu dari
limbah buah nangka. Direktorat Jendral Holtikultura Kementrian Pertanian (2013)
melaporkan bahwa nangka mengalami peningkatan produktivitas dari tahun 2011
sebesar 654.808 ton dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan hingga 737.571
ton. Nilai peningkatan produksi buah nangka diikuti dengan meningkatnya limbah
yang dihasilkan. Selain itu, limbah buah nangka juga mengandung polisakarida,
sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
bioetanol melalui proses fermentasi (Fibonacci, 2019).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah pada makalah ini antara lain, yaitu :
a) Apa yang dimaksud dengan biokimia serta bagaimana konversinya?
b) Apa yang dimaksud dengan fermentasi?
c) Apa yang dimaksud dengan bioetanol serta bagaimana mekanisme reaksi
pembuatannya?
PEMBAHASAN
2.1 Biomassa
Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan sehingga energi ini
dapat diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diproduksi lagi, salah satunya yaitu
tumbuhan yang ada di alam, bahan organik yang hidup maupun yang mati, baik di
atas permukaan tanah maupun yang ada di bawah permukaan tanah atau dengan kata
lain adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses pembusukan, baik berupa
produk maupun buangan (Wahyuningsi dan Amna, 2020).
Agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar maka diperlukan teknologi untuk
mengkonversi biomassa, diantaranya beberapa teknologi untuk konversi biomassa
(Gambar 1). Ada perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi biomassa
dan bahan bakar yang dihasilkan. Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi
bahan bakar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Parinduri dan Parinduri, 2020):
2.3 Biokimia
Salah satu pemanfaatan energi biomassa adalah dengan cara proses biokimia.
Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah anaerobic digestion
dan fermentasi. Anaerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa
menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia (Wahyuningsi dan Amna, 2020).
Produk yang bisa dihasilkan dapat berupa biogas dikarenakan biogas merupakan
proses penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme secara anaerobik (Juhana
dkk, 2020).
2.4 Fermentasi
Pada proses konversi biokimia, terdapat beberapa jenis konversi yaitu anaerob
digestion, fermentasi, hidrolisis, dan lain-lain. Fermentasi merupakan salah satu
proses konversi biokimia yang sangat banyak digunakan. Karena melalui proses
fermentasi dapat menghasilkan banyak produk yang bermanfaat bagi masyarakat,
seperti alkohol, asinan sayur dan buah, tempe, tapai, dan lain-lain. Fermentasi
merupakan proses terjadinya perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Percepatan fermentasi dan
pertumbuhan mikroorganisme memerlukan nutrien tambahan. Selain memerlukan
karbohidrat, juga memerlukan nitrogen dan mineral yang cukup untuk dapat tumbuh
dan produksi dengan optimal. Fermentasi selain menggunakan kapang atau khamir,
juga dapat dilakukan dengan bakteri atau campuran berbagai mikroorganisme. Salah
satu contoh yaitu dapat menggunakan EM-4 (Efective Microorganisms 4) (Suryani
dkk., 2017).
Pada proses fermentasi bioetanol pada umumnya menggunakan Saccharomycess
cerevisiae dimana bakteri ini akan tumbuh dengan baik. Di dalam penggunannya ragi
memerlukan nutrisi untuk dapat bekerja agar bisa berkembang dengan baik seperti
unsur C (karbohidrat), unsur N (nitrogen, ZA, urea, amonia, pepton), dam unsur P
(NPK dan TSP) (Falaah dan Kusumayanti, 2021).
Proses fermentasi dapat berjalan lebih cepat jika dilakukan penambahan nutrisi.
Dalam proses fermentasi, mikroorganisme pertama kali menyerang karbohidrat,
kemudian protein, dan selanjutnya lemak. Bahkan terjadi tingkatan penyerangan
terhadap karbohidrat yaitu terhadap gula, kemudian alkohol. Proses metabolisme
pada Saccharomycess cerevisiae merupakan rangkaian reaksi yang terarah yang
berlagsung pada sel. Pada proses ini terjadi serangkaian reaksi yang yang bersifat
merombak suatu bahan tertentu dan menghasilkan energi serta serangkaian reaksi lain
yang bersifat mensintesis senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi.
Saccharomycess cerevisiae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan fermentasi
terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi karena mikroba tersebut memiliki
enzim yang diskresikan mampu memutuskan ikatan glikosida sehingga dapat
difermentasi menjadi alkohol atau asam. Fermentasi pembentukan alkohol dari gula
dilakukan oleh mikroba biasanya dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut ini :
C6H12O2 + Saccharomycess cerevisiae → 2C2H5OH + 2CO2
(Nadliroh dan Fuazi, 2021)
(Ardhiany, 2019)
Proses hidrolisis pati yaitu pengubahan molekul pati menjadi monomernya atau unit-
unit penyusunnya seperti glukosa. Glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis
selanjutnya difermentasi dengan bantuan ragi roti (Sacharomyces cereviseae) untuk
menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 (Moede dkk., 2017).
Proses fermentasi merupakan proses kimia yang berlangsung oleh adanya
mikroorganisme yang mengkatalis reaksi. Jenis mikroorganisme yang dapat
digunakan antara lain berupa ragi, bakteri, atau jamur untuk menghasilkan senyawa-
senyawa seperti etanol, butanol, gliserol, asam asetat atau asam sitrat. Fermentasi
oleh yeast, misalnya Sacharomyces cereviseae dapat menghasilkan etanol dan CO2
melalui reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 C2H5OH +2CO2
4. Waktu
Waktu yang digunakan untuk fermentasi tergantung pada jenis
substrat, suhu, pH, fermentasi dan mikroorganisme yang digunakan.
5. Media
Media merupakan salah satu faktor penting dalam fermentasi
karena mikroba dapat hidup dalam media tersebut, tumbuh serta
dapat berkembang biak dan dapat mensintesis produk. Oleh karena
itu, media harus dipersiapkan dengan kandungan bahan-bahan yang
memenuhi syarat dan cukup untuk berkembang biak dan diubah
untuk menjadi produk. Mikroba memerlukan karbon dan nitrogen.
Unsur karbon dapat meningkatkan energi dan biosintesis sehingga
persediaan sumber karbon yang cukup, dibutuhkan untuk proses
fermentasi. Sedangkan sumber nitrogen diperlukan oleh mikroba
untuk mempercepat pertumbuhan sel dalam fermentasi. Salah satu
contoh sumber nitrogen adalah urea.
Manfaat dari bioetanol adalah untuk campuran bahan bakar dikarenakan nilai
oktan yang lebih tinggi, mudah terbakar, panas penguapan dan kandungan oksigen
yang lebih tinggi yang dapat menurunkan suhu silinder sehingga mengurangi emisi
NOx dan menghasilkan lebih sedikit CO2. Bioetanol banyak digunakan sebagai bahan
campuran pada pelarut kimia selain bisa juga digunakan sebagai bahan bakar. Selain
itu bioethanol juga dapat digunakan Sebagai bahan dasar untuk pembuatan pereaksi-
pereaksi kimia lainnya, seperti: asetaldehida, ethyl asetat dan lain-lain (Azis, 2019).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan alkohol yang
dihasilkan dari limbah buah nangka adalah 20% dengan waktu fermentasi 12
hari.
3.2 Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya jika menggunakan bahan baku yang
sama, untuk menambah volume starter yang digunakan dan lama fermentasi.
Karena dengan meningkatkan kedua faktor tersebut, dapat menghasilkan kadar
alkohol yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiany, S. 2019. Pengaruh Penambahan Ragi Terhadap Kadar Alkohol pada Proses
Pembuatan Bioethanol dari Kulit Pisang. Jurnal Teknik Patra Akademika
10(1): 13-21.
Bahri, S., A. Aji, dan F. Yani. 2018. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok
dengan Cara Fermentasi Menggunakan Ragi Roti. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal 7(2) : 85-100.
Falaah, M., dan H. Kusumayanti. 2021. Proses Fermentasi padsa Produksi Bioetanol
Dedak Padi dengan Hidrolisis Enzimatis. Metana : Media Komunikasi
Rekayasa Proses dan Teknologio Tepat Guna, 17 (2) : 81 – 87.
Kurniati, Y., I. E. Khasanah, dan K. Firdaus. 2021. Kajian Pembuatan Bioetanol dari
Limbah Kulit Nanas (Ananas comosus. L). Jurnal Teknik Kimia USU 10(2):
95-101.
Meyrinta, K. A., R. D. Putri, dan R. Fatoni. 2018. Pembuatan Bioetanol dari Jerami
Nangka dengan Metode Fermentasi menggunakan Saccharomyces
Cereviseae. Jurnal Integrasi Proses 7(1): 32-38.
Moede, F.H., S. T. Gonggo, dan Ratman. 2017. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi
Terhadap Kadar Bioetanol dari Pati Ubi Jalar Kuning (Ipomea Batata L). J.
Akad. Kim 6(2): 86-91
Nadliroh, K., dan A. S. Fauzi. 2021. Optimasi Waktu Fermentasi Produksi Bioetanol
dari Sabut Kelapa Muda Melalui Distilasi Refluks. Jurnal Pendidikan Teknik
Mesin Undiksha, 9 (2) : 124 – 133.
Suryani, Y., I. Hernaman, dan Ningsih. 2017. Pengaruh Penambahan Urea dan Sulfur
Pada Limbah Padat Bioetanol yang Difermentasi EM-4 terhadap Kandungan
Protein dan Serat Kasar. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 5 (1) : 13 – 17.
Widyawati, Y., A. Mardhotillah, dan I. Sugoro. 2022. Sintesis Bioetanol dari Bagas
Sorgum Samurai 1 Hasil Hidrolisis Enzimatis dan Fermentasi oleh
Saccharomyces Cerevisiae. Jurnal Konversi 1(1)