Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BIOAUGMENTASI DAN BIOSTIMULASI UNTUK BIOREMEDIASI


TUMPAHAN MINYAK MENTAH

Dosen Penggampu: Mega Sari Juane Sofiana S.Si., M.Sc

Disusun oleh:
Anggia Nurhamidah (H1081151005)
Rika Antonia (H1081151044)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bioaugmentasi dan Biostimulasi untuk
Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah bioremediasi.
Makalah ini membahas teknik bioaugmentasi dan biostimulasi untuk bioremediasi
tumpahan minyak mentah serta proses percobaan bioremediasi yang dilakukan di
laboratorium. Selain itu, juga membahas sampling, aklimatisasi bakteri, reaktor dan
suplemen dan juga membandingkan proses bioremediasi secara alami (atenuasi alami),
penambahan mikroba (bioaugmentasi) dan penambahan nutrisi serta memperhatikan
faktor lainnya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
bioremediasi. Demikianlah harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Adanya saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah
salanjutnya sangat dihargai, kami ucapkan terima kasih.

Pontiaanak, 22 Juni 2018

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Bioremediasi ................................................................................ 3
2.2 Bioaugmentasi .............................................................................. 3
2.3 Biostimulasi ................................................................................. 4
2.4 Bahan dan Metode........................................................................ 4
2.4.1 Sampling............................................................................... 4
2.4.2 Aklimatisasi Bakteri ............................................................. 5
2.4.3 Reaktor dan Suplemen.......................................................... 5
2.5 Hasil dan Pembahasan.................................................................. 6
2.5.1 Atenuasi Alami ..................................................................... 6
2.5.2 Biostimulasi dan Bioaugmentasi .......................................... 7
2.5.3 Efisiensi Bioaugmentasi ....................................................... 9
BAB 3. PENUTUP ...................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sifat Fisik Sampel Sedimen.................................................................. 5


Tabel 2. Sifat Sampel Air Laut ........................................................................... 5
Tabel 3. Karakteristik Minyak Mentah............................................................... 6
Tabel 4. Reaktor dan Kondisi Proses Bioremediasi ........................................... 6

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tumpahan minyak mentah telah menciptakan berbagai masalah lingkungan,
khususnya pada ekosistem laut yang sensitif terhadap kontaminan. Tumpahan
minyak di laut, terutama karena kecelakaan menyebabkan tumpahan minyak skala
besar, telah memberikan ancaman besar dan menyebabkan kerusakan pada
lingkungan. Kontaminan dapat terakumulasi di dalam tubuh organisme laut dan
berbahaya bagi manusia yang memakannya. (Laffon et al., 2006).
Penanganan kondisi lingkungan yang tercemari minyak dapat dilakukan
dengan beberapa teknik yaitu fisika, kimia dan biologi (Si-Zhong et al., 2009).
Metode fisika memiliki beberapa kelemahan seperti banyaknya tenaga manusia yang
dibutuhkan untuk membuang minyak secara manual (Hozumi et al., 2000),
pembakaran polutan yang menyebabkan polusi udara (Gogoi et al., 2003), atau
matinya tumbuh-tumbuhan pesisir akibat aktivitas pengumpulan minyak (Pezeshki
et al., 2000). Hal serupa juga terjadi pada metode kimia. Zat-zat kimia yang
digunakan untuk menanggulangi tumpahan minyak sering kali jauh lebih beracun
dari pada minyak itu sendiri (Wrabel dan Peckol, 2000). Untuk penuntasan remediasi
diperlukan penghilangan kontaminan secara biologi (bioremediasi).
Bioremediasi sebagai teknologi alternatif untuk mendegradasi limbah
beracun, dalam penanganan kontaminasi lingkungan. Teknologi ini berhasil
digunakan untuk mendegradasi kontaminan minyak bumi dan menjadikan kerusakan
lingkungan lebih sedikit (Milic et al., 2009; Mohajeri et al., 2011). Bioremediasi
adalah teknologi yang menggunakan mikroba untuk mengolah hidrokarbon dari
kontaminan melalui mekanisme biodegradasi alamiah atau meningkatkan
mekanisme biodegradasi alamiah dengan menambahkan mikroba dan nutrien.
Bioremediasi adalah aplikasi dari prinsip-prinsip proses biologi untuk mengolah air
tanah, tanah, dan lumpur yang terkontaminasi zat-zat kimia berbahaya (Cookson,
1995).
Strategi ekonomi untuk bioremediasi yaitu atenuasi alami, biostimulasi,
bioaugmentasi, pengomposan, dan fitoremediasi (Bento et al., 2005). Atenuasi alami
adalah berbagai proses yang secara alami bertindak untuk mengurangi massa,
toksisitas, mobilitas, volume, atau konsentrasi kontaminan di lingkungan, termasuk
biodegradasi, dispersi, penyerapan, pengenceran, volatilisasi, dan stabilisasi kimia
atau biologi, transformasi, atau penghancuran kontaminan (US-EPA, 1999a).
Bioremediasi minyak mentah dapat didukung dengan melibatkan stimulasi
populasi mikroba yang telah ada dengan menambahkan nutrisi sehingga mereka
menjadi aktif secara metabolik dan menurunkan polutan (biostimulasi) dan dengan
2

penambahan mikroba untuk melengkapi populasi mikroba yang telah ada untuk
menurunkan minyak dan hidrokarbon lainnya dan meningkatkan laju degradasi
polutan (bioaugmentasi) sebagaimana dikatakan dalam beberapa laporan
bioremediasi (Qiao et al, 2014; Mohajeri et al., 2013; Tsai et al, 2009; Zhou et al.,
2008; Wang et al., 2008; Bento et al., 2005). Pemilihan pendekatan bioremediasi
harus tepat dalam kasus tumpahan minyak di lingkungan laut, perlunya pengetahuan
tentang penerapan biostimulasi dan bioaugmentasi untuk membersihkan kontaminan
yang ada pada sedimen pantai.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai
bioremediasi secara alami, bioaugmentasi, dan biostimulasi untuk bioremediasi
minyak mentah dengan menggunakan sampel sedimen yang ada di pantai. Dalam
penelitian ini, studi laboratorium dilakukan pada bioremediasi sampel sedimen pantai
yang terkontaminasi minyak mentah dengan teknik bioaugmentasi dan biostimulasi
untuk menghilangkan total petroleum hydrocarbons (TPH) dalam 90 hari percobaan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BIOREMEDIASI
Ada banyak cara yang berbeda agar tumpahan minyak dapat dibersihkan.
Metode yang dipilih untuk membersihkan tumpahan minyak ditentukan berdasarkan
pada jenis minyak yang tumpah dan faktor lingkungan lainnya (EPA Ch 8). Ada
metode biologi, fisika, dan kimia. Metode biologi adalah penggunaan mikroba dan
nutrisi untuk meningkatkan laju biodegradasi kontaminan. Ini memungkinkan daerah
kontaminan pulih secara alami dan lebih murah dari pada metode lainnya.
Penggunaan mikroorganisme, jamur atau bakteri, untuk menguraikan polutan
menjadi senyawa sederhana disebut bioremediasi. Proses mikroba memecah zat yang
berbeda ke dalam air, karbon dioksida, dan senyawa lain disebut degradasi.
Bioremediasi merupakan alternatif yang efektif biaya tetapi proses yang
sangat lambat, kadang-kadang perlu waktu untuk mendapatkan hasil. Keuntungan
bioremediasi adalah mikroba mampu menghancurkan senyawa hidrokarbon yang
beracun dan mentransfernya ke daerah lain. Tujuan utama dari bioremediasi adalah
untuk menciptakan lingkungan yang optimal agar mikroba dapat mendegradasi
polutan. Ada dua jenis bioremedias yaitu tipe pertama, bioaugmentasi, adalah
penyemaian air yang berarti menambah mikroba ke daerah kontaminan. Yang kedua
adalah biostimulasi, dengan menambahkan pupuk dan nutrisi ke air untuk
meningkatkan kemampuan mikroba.

2.2 BIOAUGMENTASI
Bioaugmentasi adalah penambahan mikroba untuk melengkapi populasi
mikroba yang telah ada untuk menurunkan minyak dan hidrokarbon lainnya. Hal ini
biasanya tidak diperlukan, karena mikroba ada hampir di setiap lokasi. Mikroba
mungkin perlu ditambahkan jika ada kontaminan tertentu ketika populasi mikroba
yang telah ada tidak dapat menurunkan kontaminan (Venosa). Dalam proses
pemanfaatan mikroba, pertama-tama penting untuk menemukan jenis mikroba yang
mampu mendegradasi minyak dan menentukan nutrisi untuk mikroba tersebut dan
persyaratan lingkungan lainnya.
Ada 70 genera mikroba yang dikenal untuk menurunkan hidrokarbon.
Mikroba yang digunakan di dalam bioremediasi yang umum mampu menurunkan
hidrokarbon (Gordon, 1994). Bakteri: Achromobbacter, Acinetobacter, Actinomyces,
Aeromonas, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus, Beneckea, Brevebacterium,
Coryneforms, Erwinia, Flavobacterium, Klebsiella, Lactobacillus, Leucothrix,
Moraxella, Nocardia, Peptococcus, Psedomonas, Sarcina Rhodotorula, Spherotilus,
Spirillum, Streptomyces, Vibrio dan Xanthomyces.Jamur: Allesheria, Aspergillus,
4

Aureobasidium, Botrytis, Candida, Cephaiosporium, Cladosporium,


Cunninghamella, Debaromyces, Fusarium, Gonytrichum, Hansenula,
Helminthosporium, Mucor, Oidiodendrum, Paecylomyces, Phialophora,
Penicillium, Rhodosporidium, Rhodotorula, Saccharomyces, Saccharomycopisis,
Scopulariopsis, Torulopsis, Trichoderma dan Trichosporon.
Degradasi minyak hanya akan terjadi jika persyaratan terpenuhi, seperti
nutrisi yang tersedia dan suhu lingkungan yang tepat. Pada bioaugmentasi, mikroba
yang ditambahkan akan memiliki waktu yang sulit untuk bersaing dengan populasi
mikroba yang telah ada. Karena itu, bioaugmentasi merupakan metode yang jarang
dipilih. Bioaugmentasi tidak pernah menunjukkan jangka panjang hasil yang
bermanfaat (Venosa). Bioaugmentasi, bila digunakan, biasanya menunjukkan hasil
positif untuk penghancuran hidrokarbon dan senyawa minyak lainnya. Namun, sulit
untuk menentukan apakah hal tersebut disebabkan oleh mikroorganisme tambahan
atau populasi mikroba yang telas ada.
Beberapa peneliti telah bekerja sama pada pengembangan mikroba yang
dapat menghancurkan beberapa jenis hidrokarbon dan senyawa minyak lainnya.
Organisme dengan rekayasa genetika akan mampu mendegradasi semua senyawa
beracun yang diperlukan. Realisasi penggunaan organisme ini dipertanyakan karena
respon negatif publik untuk membiarkan orgnisme dengan rekayasa genetika bebas
ke lingkungan tanpa mengetahui konsekuensi yang mungkin terjadi (Zhu et al.,
2001).

2.3 BIOSTIMULASI
Biostimulasi adalah penambahan nutrisi untuk mikroba yang telah ada.
Nutrisi utama yang diperlukan bagi kebanyakan mikroba termasuk karbon, nitrogen,
fosfor, oksigen, dan air. variabel lain yang perlu dipertimbangkan termasuk tekanan,
suhu, salinitas, pH, dan konsentrasi (Gordon, 1994). Dari jumlah tersebut, elemen
yang paling penting adalah oksigen dan suhu. Tanpa oksigen, mikroba tidak dapat
melakukan degradasi diperlukan. Mikroba dapat menurunkan minyak di berbagai
suhu, suhu yang sangat rendah atau suhu yang sangat tinggi akan mengurangi
efektivitas dan kecepatan degradasi (Gordon, 1994).

2.4 BAHAN DAN METODE


2.4.1 SAMPLING
Sampel sedimen sebanyak 20 cm dikumpulkan dari dari Butterworth Beach,
Northwest Malaysia dan diangkut ke laboratorium dalam kotak yang sejuk. Sifat-
sifat fisik sampel sedimen ditunjukkan pada Tabel 1. Kadar air adalah di kisaran
60±3%. Sampel sedimen dibagi menjadi 2 cm untuk menghilangkan akar besar,
fauna makro dan batu. Sampel sedimen dikeringkan dengan oven 24 jam pada 105º
C dan disaring dengan saringan 2 mm (Roy dan McGill, 1998). Air laut secara
5

berkala dikumpulkan dari tempat yang sama. Sifat sampel air laut yang ditampilkan
pada Tabel 2.

Tabel 1. Sifat fisik sampel sedimen

Tabel 2. sifat sampel air laut

2.4.2 AKLIMATISASI BAKTERI


Satu liter air laut, 10 g sampel tanah dan 1 mL minyak mentah
diinokulasi ke dalam 2 L labu berbentuk kerucut yang mengandung medium
pertumbuhan. Sampel yang diaklimatisasi diaduk, aerasi dan dipelihara pada
suhu kamar, di bawah kondisi cahaya alami dan pH 7.0. Media yang
dimodifikasi mengandung 1 g/L NH4NO3, 1 g/L KH2PO4, 0.2 g/L
MgSO4.7H2O, 0.05 g/L FeCl3, dan 0.02 g/L CaCl2 digunakan untuk
membudidayakan bakteri (Ghazali et al., 2004). Strain bakteri diidentifikasi
seperti yang dijelaskan oleh (Barrow dan Feltham, 1993; Holt et al., 1994).
Jumlah total mikroorganisme ditentukan oleh plating sampel yang diencerkan
secara serial pada lempeng agar nutrien dalam suhu kamar dan pH netral (Chen
et al., 2005; Ruberto et al., 2003).

2.4.3 REAKTOR DAN SUPLEMEN


Tiga jenis teknologi bioremediasi: (a) biostimulation (b)
bioaugmentation dan (c) atenuasi alami dilakukan di reaktor silinder plexiglas
(panjang 30 cm, ID 15 cm) pada tiga konsentrasi minyak yang berbeda (3, 30
dan 60 g per kg sedimen). Satu kilogram sedimen kering ditempatkan di
masing-masing reaktor. Minyak mentah diperoleh dari Perusahaan Pemurnian
Shell, Port Dickson-Malaysia, karakteristik minyak mentah ditunjukkan pada
6

tabel 3. Minyak mentah terdegradasi menurut (Mills et al., 2004; Page et al.,
2002). NH4Cl dan K2HPO4 digunakan serta N dan P ditambahkan ke reaktor
24 jam setelah penambahan minyak. Percobaan bioremediasi dilakukan pada
suhu kamar (28±2° C). Reaktor secara manual dicampur setiap hari untuk
meningkatkan oksigenasi dan tetap lembab selama waktu percobaan dengan
penambahan air laut beroksigen. TPHs diukur di hari 0, 7, 14, 28, 50, 70 dan
90 setelah pengenalan nutrisi dan bakteri untuk memantau proses bioremediasi.
Tabel 4. menunjukkan reaktor dan kondisi untuk proses bioremediasi.

Tabel 3. karakteristik minyak mentah

Tabel 4. reaktor dan kondisi untuk proses bioremediasi

2.5 HASIL DAN PEMBAHASAN


2.5.1 ATENUASI ALAMI
Semua sedimen berminyak menunjukkan kecenderungan penurunan
konsentrasi TPH dari waktu ke waktu yang dapat dikaitkan dengan kedua proses
fisik dan biologis. Degradasi minyak mentah Weathered crude oil (WCO) dimulai
pada minggu pertama percobaan dalam semua reaktor dan berlanjut hingga 90 hari.
Atenuasi alami menunjukkan penghapusan WCO dari 15.33, 15.48 dan 13.01%
untuk konsentrasi minyak awal masing-masing 3, 30 dan 60 g per kg tanah. Jumlah
penghilangan minyak terutama karena penguapan, foto-oksidasi, volatilisasi dan
biodegradasi. Tingkat degradasi pada atenuasi alami setelah dua minggu tinggal
7

lebih konstan dan penghilangan oleh atenuasi alami menurun dengan meningkatnya
konsentrasi minyak. Tidak ada hidrokarbon yang diamati dalam reaktor kontrol.

2.5.2 BIOSTIMULASI DAN BIOAUGMENTASI


Mikroorganisme asli diaklimatisasi yang digunakan dalam bioaugmentasi.
Inokulum bakteri diidentifikasi sebagai spesies Acinetobacter, Alcaligenes,
Bacillus, Pseudomonas dan Vibrio dan dihitung sampai akhir 1.2 × 106 sel / mL.
Kemampuan biodegradasi mikroorganisme asli tampak prosesnya ketika
penambahan nutrisi. Penambahan bakteri asli meningkat biodegradasi
dibandingkan dengan metode bioremediasi lainnya Perbandingan atenuasi alami,
biostimulasi dan bioaugmentasi pada konsentrasi minyak 3 g disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan atenuasi alami, biostimulasi dan bioaugmentasi pada


konsentrasi minyak 3 g

Gambar 1. menunjukkan bahwa degradasi minyak dengan atenuasi alami


tanpa suplementasi nutrisi atau penambahan bakteri jauh lebih lambat dibandingkan
dengan biostimulasi dan bioaugmentasi. Setelah 90 hari, hanya sekitar 15.33%
hidrokarbon minyak bumi yang terdegrasadi oleh atenuasi alami, sedangkan pada
periode dan konsentrasi minyak yang sama penurunannya adalah 52.11% untuk
biostimulasi dan 73.89% untuk bioaugmentasi. Hampir setengah dari minyak dalam
reaktor bioaugmentasi didegradasi pada bulan pertama pada konsentrasi minyak 3
g. Degradasi cepat pada bulan pertama dan setelah hari ke-50 secara signifikan lebih
lambat, itu jelas berarti bahwa saat ini mikroorganisme yang diaklimatisasi serta
penambahan nitrogen dan fosfor dan biodegradasi yang memuaskan dapat dicapai
dalam waktu sekitar dua bulan.
8

Gambar 2. Perbandingan atenuasi alami, biostimulasi dan bioaugmentasi pada


konsentrasi minyak 30 g

Gambar 2. menunjukan setelah 90 hari dalam reaktor dengan konsentrasi


hidrokarbon 30 g/kg, proses atenuasi alami mencapai 15.48% dari total hidrokarbon
yang dibuang. Biodegradasi terutama lebih besar dalam reaktor yang dilengkapi
dengan nutrisi dibandingkan dengan sedimen yang diminyaki yang tidak bergizi.
Dalam perbandingan biostimulasi dan bioaugmentasi, degradasi minyak sekitar dua
kali lipat dalam 50 hari oleh suplemen bakteri. Tingkat perawatan biologis selama
70 hari mencapai nilai tinggi dan sangat rendah selama 70 hingga 90 hari.
Efektivitas biostimulasi tergantung pada nutrisi yang ditambahkandan minyak
dalam bioremediasi tersebut. Rasio C: N: P dapat mempengaruhi tingkat degradasi
minyak.

Gambar 3. Perbandingan Atenuasi alami, biostimulasi dan bioaugmentasi pada


konsentrasi minyak 60 g

Gambar 3. menunjukkan persentase degradasi selama 90 hari untuk


konsentrasi minyak 60 g. Di antara semua, biodegradasi WCO terendah diamati
dalam konsentrasi ini, mungkin kekurangan oksigen dan nutrisi yang tersedia. Laju
degradasi tidak wajar pada minggu pertama di kedua percobaan biostimulasi dan
9

bioaugmentasi karena konsentrasi tinggi dari hidrokarbon dapat menunda fase


adaptasi dan menyebabkan terhambatnya biodegradasi karena efek toksik. Hasil
yang sama juga dilaporkan oleh Nikolopoulou dan Kalogerakis (2008). Zhu et al.,
(2001). Biodegradasi tidak terjadi pada minyak yang sangat tinggi konsentrasinya,
atau terjadi dalam tingkat yang sangat rendah seperti yang dilaporkan oleh Trindade
et al., (2002).
Lee dan Levy (1987) menguji dua konsentrasi 3% (v/v) dan 0.3% (v/v) ke
sedimen pasir pantai dan menyimpulkan bahwa konsentrasi rendah dari
hidrokarbon minyak bumi dengan cepat dihilangkan oleh atenuasi alami sementara
pada konsentrasi yang lebih tinggi, tingkat biodegradasi minyak mentah
menunjukkan keterbatasan nutrisi dan perawatan bioremediasi. Lepo et al., (2003)
meneliti biodegradasi berbagai konsentrasi minyak mentah terdegradasi di
laboratorium dan menunjukkan bahwa dosis yang lebih rendah dari minyak
memiliki degradasi lebih efisien dari pada konsentrasi minyak yang tinggi. Hasil
yang sama juga dikatakan oleh (Kim et al., 2005) yang menentukan strategi
bioremediasi yang paling efektif untuk berbagai tingkat kontaminasi menggunakan
minyak mentah ringan Arab dari 3% dan 6%. Pengaruh konsentrasi minyak pada
biodegradasi hidrokarbon juga diselidiki oleh (Del'Arco dan de Franca, 2001).
Mereka menguji bioremediasi dengan konsentrasi minyak awal 14.21 dan 28 g/kg
dan menghasilkan 33.7, 32.9 dan 28,9.
Dalam penelitian ini, pengurangan TPH dalam reaktor yang ditambah
dengan nutrisi dan bakteri secara signifikan lebih tinggi dari pada reaktor tanpa
suplemen. Bioaugmentasi menunjukan tindakan cepat dari uji coba awal dan
menjadi lambat setelah 50 hari. Laju degradasi hidrokarbon rendah pada
biostimulasi dan atenuasi alami selama minggu pertama karena bakteri tidak
beradaptasi dengan lingkungan baru, laju degradasi berkembang menjadi cepat
sampai akhir 90 hari percobaan. Meskipun demikian, biostimulasi menunjukkan
degradasi yang cukup dalam lama.

2.5.3 EFISIENSI BIOAUGMENTASI


Efektivitas bioaugmentasi tergantung pada beberapa faktor yaitu adaptasi
metabolik dari populasi mikroba yang ditambahkan dalam sistem perawatan
(Satoha et al., 2003). Selain itu, jenis minyak dan faktor lingkungan memainkan
peran penting dalam keberhasilan bioaugmentasi. Perbandingan bioaugmentasi dan
biostimulasi untuk hidrokarbon dikatakan dalam Mancera-López et al., (2008);
Mathew et al., (2006) dan Bento et al., (2005). Sebagian besar penelitian telah
menunjukkan bahwa penambahan mikroorganisme dan nutrisi secara signifikan
meningkatkan penghilangan hidrokarbon. Sejak atenuasi alami, biostimulasi dan
bioaugmentasi mampu untuk menghilangkan hidrokarbon minyak bumi, efisiensi
10

bioaugmentasi (EAug) penting untuk memilih strategi remediasi yang paling tepat.
Rumus berikut digunakan untuk memperkirakan persentase EAug:

Keterangan:
RAug: persen penghilangan oleh bioaugmentasi
RStm: persen penghilangan oleh biostimulasi
RAtt: persen penghilangan oleh atenuasi alami.

Efisiensi bioaugmentasi adalah 37.19, 26.42 dan 33.75 untuk konsentasi


minyak masing-masing untuk 3, 30 dan 60 g. Bioaugmentasi berkinerja baik dalam
konsentrasi minyak 3 g, oleh karena itu EAug tertinggi ditunjukkan dalam bioreaktor
ini. Bioaugmentasi dan biostimulasi menunjukan penghilangan minyak unggul
dalam konsentrasi minyak dari 30 g sehingga pencemaran minyak dengan
biostimulasi dapat cukup efektif untuk menghilangkan minyak. Di sisi lain tinggi
EAug diamati pada 60 g konsentrasi minyak awal, menunjukkan bahwa bioaugmentasi
lebih efektif dalam konsentrasi minyak mentah yang tinggi. Hal ini juga menunjukan
bahwa kurangnya mikroorganisme merupakan faktor pembatas yang besar jika ada
tumpahan minyak di lingkungan laut.
11

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian makan dapat disimpulkan bahwa degradasi
minyak dengan atenuasi alami tanpa suplementasi nutrisi atau penambahan bakteri
jauh lebih lambat dibandingkan dengan biostimulasi dan bioaugmentasi.
pengurangan TPH dalam reaktor yang ditambah dengan nutrisi dan bakteri secara
signifikan lebih tinggi dari pada reaktor tanpa suplemen.
Bioaugmentasi menunjukan tindakan cepat dari uji coba awal dan menjadi
lambat setelah 50 hari. Laju degradasi hidrokarbon rendah pada biostimulasi dan
atenuasi alami selama minggu pertama karena bakteri tidak beradaptasi dengan
lingkungan baru, laju degradasi berkembang menjadi cepat sampai akhir 90 hari
eksperimen. Meskipun demikian, biostimulasi menunjukkan degradasi yang cukup
dalam lama
Percobaan Proses biostimulasi menunjukkan degradasi minyak 52,11, 58,36
dan 43,02%, sedangkan uji coba bioaugmentasi menunjukkan degradasi minyak
73,89, 73,76 dan 58,31% untuk konsentrasi minyak adalah 3, 30 dan 60 g per kg
sedimen. Teknik Bioaugmentasi direkomendasikan untuk bioremediasi tanah yang
terkontaminasi minyak mentah.
12

DAFTAR PUSTAKA

Bento, F.M., Camargo, F.A.O., Okeke, B.C., and Frankenberger, W.T. (2005).
Comparative bioremediation of soils contaminated with diesel oil by natural
attenuation, biostimulation and bioaugmentation. J Bioresource Technology.
96(9), 1049-1055.

Chen, Sh., Chen, S., and Fang, H. (2005). Study on EDTA-degrading bacterium
Burkholderia cepacia YL-6 for bioaugmentation. J Bioresource Technology.
96(16), 1782-1787.

Cookson, Jr. John T. (1995). Bioremediatian Engineering design and Application,


McGraw-Hill, Inc., New York.

Del'Arco, J.P., and De França, F.P. (2001). Influence of oil contamination levels on
hydrocarbon biodegradation in sandy sediment. J Environmental Pollution.
112(3): 515-519.

EPA Office of Emergency and Remedial Response. Ch 8.

Ghazali, F.M., Rahman, R.N.Z.A., Salleh, A.B., and Basri, M. (2004).


Biodegradation of hydrocarbons in soil by microbial consortium. J
International Biodeterioration & Biodegradation. 54(1): 61-67.

Gogoi BK, Dutta NN, Goswani P, Mohan TRK. (2003). A Case Study of
Bioremediation of Petroleum Hydrocarbon Contaminated Soil at a Crude Oil
Spill Site. Advances in Environmental Research, 7: 767–782.

Gordon, Ray. (1994). “Bioremediation and its Application to Exxon Valdez Oil Spill
in Alaska.”

Hozumi T, Tsutsumi H, Kono M, 2000. Bioremediation on the Shore after an Oil


Spill from the Nakhodka in the Sea of Japan. I. Chemistry and Characteristics
of Heavy Oil Loaded on the Nakhodka and Biodegradation Tests by a
Bioremediation agent with Microbiological Cultures in the Laboratory.
Marine Pollution Bulletin, 40(4): 308–314.

Kim, S., Choi, D., Sim, D., and Oh, Y. (2005). Evaluation of bioremediation
effectiveness on crude oil-contaminated sand. J Chemosphere. 59(6), 845-
852.
13

Lepo, J. E., Cripe, C. R., Kavanaugh, J. L., Zhang, S., and Norton, G. P. (2003). The
effect of amount of crude oil on extent of its biodegradation in open water-
and sandy beach- laboratory simulations. J Environmental Technology.
24(10), 1291-1302.

Laffon, B., Rábade, T., Pásaro, E., and Méndez, J. (2006). Monitoring of the impact
of Prestige oil spill on Mytilus galloprovincialis from Galician coast. J
Environment International. 32(3), 342-348.

Lee K. and E. M. Levy. (1987). Enhanced biodegradation of a light crude oil in sandy
beaches. Proceedings of 1987 International Oil Spill Conference. American
Petroleum Institute Pub. No. 4452., p. 411-416. Washington DC. USA.

Mancera-Lópeza, M.E., Esparza-Garcíaa, F., Chávez-Gómezb, B., Rodríguez-


Vázqueza, R., Saucedo-Castañedac, G., and Barrera-Cortés, J. (2008).
Bioremediation of an aged hydrocarbon-contaminated soil by a combined
system of biostimulation–bioaugmentation with filamentous fungi. J
International Biodeterioration & Biodegradation. 61(2), 151-160.

Mathew, M., Tan, L.R., Su, Q., Yang, X., Baxter, M., and Senior, E. (2006).
Bioremediation of 6% [w/w] diesel-contaminated mainland soil in Singapore:
Comparison of different biostimulation and bioaugmentation treatments. J
Engineering in Life Sciences. 6 (1), 63-67.

Milic, J. S., Beskoski, V. P., Ilic, M. V., Ali, S., Gojgic-cvijovic, G D., and Vrvic,
M. M. (2009). Bioremediation of soil heavily contaminated with crude oil and
its products: composition of the microbial consortium. J Serb. Chem. Soc. 74
(4), 455-460.

Mills, M. A., Bonner, J. S., McDonald, T. J., and Page, C. A., (2004). Autenrieth, R.
L. Intrinsic bioremediation of a petroleum-impacted wetland. Marine
Pollution Bulletin. 46(7), 887-899.

Nikolopouloua, M., and Kalogerakis, N. (2008). Enhanced bioremediation of crude


oil utilizing lipophilic fertilizers combined with biosurfactants and molasses.
Marine Pollution Bulletin. 56(11), 1855-1861.
14

Pezeshki SR, Hester MW, Lin Q, Nyman JA. (2000). The Effects of Oil Spill and
Clean-up on Dominant US Gulf Coast Marsh Macrophytes: A Review.
Environmental Pollution 108: 129–139.

Qiao, J., Zhang, Ch., Luo, Sh., and Chen, W. (2014). Bioremediation of highly
contaminated oilfield soil: Bioaugmentation for enhancing aromatic
compounds removal. J Frontiers of Environmental Science & Engineering, 8
(2), 293-304.

Roy, J. L., and McGill, W. B. (1998). Characterization of disaggregated nonwettable


surface soils found at old crude oil spill sites. Canadian journal of soil
science, 78(2), 331-344.

Satoha, H., Okabe, S., Yamaguchic, Y., and Watanabe, Y. (2003). Evaluation of the
impact of bioaugmentation and biostimulation by in situ hybridization and
microelectrode. Water Research. 37(9), 2206-2216.

Si-Zhong, Y., Hui-Jun, J., Zhi, W., Rui-Xia, H., Yan-Jun, J., Xiu-Mei, L., and Shao-
Peng, Y. (2009). Bioremediation of Oil Spills in Cold Environments: A
Review. Pedosphere. 19(3), 371-381.

Trindade, P. V. O., Leite, S.G.F., Sobral, L. G., Rizzo, A. C. L., Lemos, J. L. S.,
Millioli, V. S., and Soriano, A.U., (2002). Evaluation of biostimulation and
bioaugmentation techniques in the bioremediation's process of petroleum
hydrocarbons contaminated soil. 9th International Petroleum Environmental
Conference, Albuquerque, New Mexico, USA.

US-EPA. (1999a). Monitored Natural Attenuation of Petroleum Hydrocarbons,


Remedial Technology. United States Environmental Protection Agency
Office of Research and Development, Washington, DC.

Venosa, Albert D. “NRT Fact Sheet: Bioremediation in Oil Spill Response.” EPA,
Cincinatti, OH.

Wrabel ML, Peckol P. (2000). Effects of Bioremediation on Toxicity and Chemical


Composition of No. 2 Fuel Oil: Growth Responses of the Brown Alga Fucus
vesiculosus. Marine Pollution Bulletin, 40(2): 135–1.
15

Zhu, X., Venosa, A.D., Suidan, M.T., and lee, k. (2001). Guidelines for the
bioremediation of marine shorelines and freshwaters US. Environmental
Protection Agency Office of Research and Development National Risk
Management Research Laboratory Land Remediation and Pollution Control
Division. Cincinnati, OH.

Anda mungkin juga menyukai