Anda di halaman 1dari 14

BIOREMEDIASI

Oleh:

Aqsa Rifki Stefanus (201940081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk


ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan
tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks
sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.

Bioremediasi adalah pemanfaatan reaksi biodegradatif mikroba untuk


menurunkan bahkan menghilangkan atau detoksifikasi polutan yang mencemari
lingkungan dan mengancam kesehatan, umumnya berupa kontaminan pada air dan
tanah. Sehubungan dengan bioremediasi, Pemerintah Indonesia telah mempunyai
payung hukum yang mengatur standar baku kegiatan Bioremediasi dalam mengatasi
permasalahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan perminyakan serta bentuk
pencemaran lainnya (logam berat dan pestisida) melalui Kementerian Lingkungan
Hidup, Kep Men LH No.128 tahun 2003, tentang tatacara dan persyaratan teknis dan
pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara
biologis (Bioremediasi) yang juga mencantumkan bahwa bioremediasi dilakukan
dengan menggunakan mikroba lokal.

Bioremediasi merupakan teknik remediasi yang bertujuan untuk mendegradasi


atau mendetoksifikasi baik itu polutan organik maupun anorganik dengan menggunakan
agen biologi seperti ganggang, cendawan, bakteri dan tanaman. Bioremediasi dikenal
sebagai teknik remediasi yang ramah lingkungan dan lebih ekonomis dibanding teknik
lain seperti fisika dan kimia. Dalam proses bioremediasi, limbah atau polutan diubah
atau didegradasi secara lengkap dengan produk akhir senyawa anorganik seperti karbon
dioksida, air, dan metana (Lukic et al. 2017).
Berdasarkan situs aplikasinya, secara umum teknik bioremediasi dapat dibagi
menjadi dua katergori yaitu eks situ dan in situ. Beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih teknik bioremediasi yang tepat untuk diaplikasikan
yaitu sifat polutan, kedalaman dan tingkat polusi, jenis kebijakan lingkungan, lokasi,
biaya, dan lingkungan (Frutos et al. 2012; Smith et al. 2015).
BAB II

LANDASAN TEORI

Bioremediasi telah banyak digunakan di sejumlah negara di seluruh dunia


termasuk Indonesia. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan kemampuan
bioremediasi dalam menangani berbagai jenis polutan, namun sayang masih sedikit in
formasi tentang prinsip dasar, teknik-teknik, kelebihan dan keterbatasan dari masing-
masing teknik dalam bioremediasi.

Keberhasilan bioremediasi dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan nutrisi,


suhu, pH, dan faktor abiotik lainnya. Bioremediasi telah banyak digunakan di sejumlah
negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan kemampuan bioremediasi


dalam menangani berbagai jenis polutan, namun sayang masih sedikit in formasi
tentang prinsip dasar, teknik-teknik, kelebihan dan keterbatasan dari masing-masing
teknik dalam bioremediasi. Padahal pemahaman tentang jenis teknik bioremediasi
menjadi penting dalam menentukan keberhasilan bioremediasi itu sendiri.

Prinsip dasar bioremediasi adalah proses membersihkan lingkungan dengan


memanfaatkan aktivitas metabolik mikroorganisme yang merubah polutan menjadi zat
lain yang tidak berbahaya melalui proses mineralisasi, pembentukan karbon (IV) oksida
dan air, atau merubahnya menjadi biomassa mikroba (Sayler & Ripp, 2000). Polutan
khususnya yang berasal dari industri sangat berbahaya apabila dibuang tanpa dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Umumnya limbah industri mengandung bahan pencemar
berbahaya seperti logam berat yang apabila langsung berinteraksi dengan ekosistem
dapat menimbulkan berbagai dampak salah satunya bioakumulasi.
Bioredemediasi memiliki beberapa jenis maupun teknik yaitu Biostimulasi,
Bioaugmentasi, dan Bioremediasi Instrinsik. Serta ada pula bioremediasi in situ
(Natural attenuation, fitoremediasi, bioventing, bioaugmentasi dan biosparging) dan
eks-situ (bioreaktor, landfarming dan vermicomposting).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Proses Bioremediasi

Mikroba dalam mengolah senyawa kimia berbahaya dapat berlangsung apabila


adanya mikroba yang sesuai dan tersedia kondisi lingkungan yang ideal tempat tumbuh
mikroba seperti suhu, pH, nutrient, dan jumlah oksigen. Aplikasi bioremediasi di
Indonesia mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128
Tahun 2003 mengatur tentang tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah dan
tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis. Bioremediasi dapat dilakukan
dengan menggunakan mikroba lokal. Pada umumnya, di daerah yang tercemar jumlah
mikroba yang ada tidak mencukupi untuk terjadinya bioproses secara alamiah.
Teknologi bioremediasi dalam menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum
dilakukan dengan beberapa cara yaitu
1. Biostimulasi
Biostimulasi merupakan metode pemberian nutrien dan oksigen dalam bentuk
cair atau gas yang ditambahkan ke dalam air atau tanah tercemar untuk menyediakan
nutrisi bagi pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang telah ada di lingkungan tersebut.
2. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi merupakan penambahan mikroorganisme yang mampu
mendegradasi polutan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Metode ini yang paling
sering diterapkan untuk mendegradasi kontaminan di suatu lingkungan. Namun, metode
ini memiliki beberapa kekurangan yaitu sulit mengontrol kondisi lingkungan yang
tercemar supaya mikroorganisme mampu bekerja dengan optimal. Pada dasarnya
mekanisme yang dimasukkan ke dalam lingkungan tercemar akan sulit beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi ini terjadi secara alami di lingkungan air atau tanah yang tercemar.
Dengan kata lain, sudah tersedia nutrisi untuk mendukukng aktivitas mikroorganisme
begitu pula keberadaan mikroorganisme itu sendiri secara alami (Brooker, 2008).
B. Teknik Bioremediasi In Situ dan Eks Situ

1. Teknik Bioremediasi In Situ

Teknik bioremediasi In situ melibatkan pengolahan polutan lansung di tempat


yang tercemar. Teknik ini umumnya lebih disenangi karena dianggap lebih murah
dibandingkan teknik bioremediasi eks situ karena tidak diperlukan biaya tambahan
untuk memindahkan dan mengeduk polutan. Kesuksesan bioremediasi in situ
dipengaruhi kondisi lingkungan seperti status akseptor elektron, kelembaban,
ketersediaan nutrisi, pH dan temperatur (Philp and Atlas 2005).
Ada beberapa teknik dalam bioremediasi in situ yaitu natural attenuation
(pemulihan secara alami) dan melalui peningkatan (Fitoremediasi, bioventing,
bioaugmentasi dan biosparging ).

Natural Attenuation
Natural attenuation adalah opsi tanpa tindakan yang memungkinkan polutan
dihilangkan dan didegradasi dengan cara alami. Metode ini biasanya diterapkan pada
kasus tumpahan minyak di lokasi terpencil atau tidak dapat diakses dengan tingkat
penghilangan alami cepat, atau tumpahan di situs sensitif di mana tindakan pembersihan
dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada perbaikan.

Perbaikan secara alami (Natural attenuation) terkait dengan aktivitas degradasi


mikroorganisme indigenous. Beberapa keuntungan dari pengunaan metode ini yaitu
kerusakan habitat bisa dihindarkan, memungkinkan ekosistem kembali ke kondisi
aslinya dan memungkinkan detoksifikasi senyawa beracun (Kaczorek 2013). Perlu juga
dicatat bahwa ketika teknik ini diterapkan, program pemantauan masih diperlukan untuk
menilai kinerja proses ini. Zhu et al. (2001) menjelaskan beberapa mekanisme yang bisa
terjadi pada teknik bioremediasi natural attenuation pada tumpahan minyak yaitu:
1. Evaporasi (Penguapan)
Penguapan adalah proses pembersihan alami yang paling penting pada tahap
awal tumpahan minyak. Proses ini menghasilkan penghilangan komponen berbobot
lebih ringan dalam minyak. Bergantung pada komposisi tumpahan minyak, hingga 50
persen komponen yang lebih beracun dan lebih ringan dari minyak dapat menguap
dalam 12 jam pertama setelah tumpahan.
2. Fotooksidasi
Fotooksidasi terjadi ketika oksigen di bawah sinar matahari bereaksi dengan
komponen minyak. Proses ini menyebabkan terjadinya pemecahan senyawa yang lebih
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang cenderung lebih ringan dan lebih
mudah larut dalam air, sehingga memungkinkan untuk dihilangkan lebih lanjut melalui
proses lain.
3. Biodegradasi
Proses ini melibatkan berbagai jenis mikroorganisme yang mampu
mengoksidasi hidrokarbon minyak bumi. Mikroorganisme ini tersebar luas di alam.
Biodegradasi adalah mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan komponen
minyak yang tidak mudah menguap dari lingkungan. Ini adalah proses yang relatif
lambat dan mungkin membutuhkan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun bagi
mikroorganisme untuk mendegradasi sebagian besar dari minyak yang terdampar di
dalam sedimen lingkungan laut dan / atau air tawar.

Teknik natural attenuation mempunyai beberapa keterbatasan yaitu proses


bioremediasi berlangsung cukup lama karena keberadaan mikrob pendegradasi polutan
dalam tanah hanya 10% dari total mikroba yang ada.

B. Teknik Bioremediasi Eks Situ

Teknik bioremediasi eks situ melibatkan penggalian polutan dari situs yang
tercemar untuk dibawa ke tempat lain untuk melakukan proses remediasi. Hal yang bisa
menjadi pertimbangan teknik bioremediasi eks situadalah biaya perawatan, kedalaman
polusi, jenis polutan, tingkat polusi, lokasi geografis dan geologi situs yang tercemar
(Philp dan Atlas 2005).

Salah satu keuntungan yang utama dari bioremediasi eks situ yaitu tidak
membutuhkan penilaian pendahuluan situs terpolusi yang ekstensif sebelum remediasi.
Hal ini membuat tahap pendahuluan menjadi lebih pendek dan lebih murah. Adanya
proses penggalian yang terkait dengan bioremediasi eks situ menyebabkan
ketidakhomogenan polutan sebagai akibat dari kedalaman, konsentrasi dan distribusi
yang tidak seragam, dapat dengan mudah diatasi dengan mengoptimalkan beberapa
proses parameter (suhu, pH, pencampuran) secara efektif dari setiap teknik eks situ
untuk meningkatkan proses bioremediasi. Teknik-teknik eks situ memungkinkan
modifikasi kondisi biologis, kimia dan fisikokimia dan parameter yang diperlukan
supaya bioremediasi berjalan secara efektif dan efisien.

Secara umum terdapat beberapa kelamahan dari teknik bioremediasi eks situ
yaitu teknik ini tidak mungkin digunakan di beberapa situs seperti di bawah bangunan,
pusat kota dan lokasi kerja (Philp dan Atlas 2005).

Di sisi lain, proses penggalian dalam bioremediasi eks situ cenderung


mengganggu struktur tanah sehingga polutan dan situs sekitarnya sama-sama
mengalami lebih banyak gangguan. Dalam kebanyakan kasus, teknik bioremediasi eks
situ membutuhkan ruang operasi yang cukup besar. Mesipun demikian secara umum,
teknik bioremediasi eks situ cenderung lebih cepat, lebih mudah dikendalikan dan dapat
digunakan untuk treatmen berbagai polutan (Prokop et al. 2000).
DESKRIPSI SINGKAT

A. Objek
Objek yang dipakai dalam bioremediasi adalah polutan dan mikroba
B. Aplikasi dalam bidang ilmu
Bioremediasi sebagai solusi pencemaran lingkungan, Bioremediasi adalah
teknologi baru yang ramah lingkungan untuk membersihkan lingkungan yang
tercemar. Bioremediasi lebih mudah diterima oleh masyarakat karena pada
prinsipnya adalah suatu proses alami sehingga lebih murah dan tidak menimbulkan
efek samping yang bersifat negatif pada lingkungan. Mikroba pendegradasi polutan
akan secara alami bertambah jumlahnya ketika terdapat polutan.
C. Teknik
Teknik dasar dalam bioremediasi yaitu , stimulasi aktivitas mikroorganisme
dilokasi tercemar, inokulasi, penerapan immobilized enzymes dan penggunaan
tanaman untuk mengubah pencemar.
D. Agen hayati
Agen biologi seperti ganggang, cendawan, bakteri dan tanaman.
E. Produk
Adapaun produk dari bioremediasi yang menghasilkan antibodi untuk melawan
antigen tertentu dan menghasilkan etanol sebagai bahan bakar serta rekayasa
genetika dalam bioremediasi.
F. Penelitian terkait

No Nama penulis Judul Ringkasan


1 Bambang Priadie TEKNIK BIOREMEDIASI Kontaminasi bahan pencemar yang
SEBAGAI ALTERNATIF berasal dari aktivitas industri, pertanian,
DALAM UPAYA peternakan, maupun kegiatan rumah
PENGENDALIAN tangga telah menyebabkan terjadinya
PENCEMARAN AIR penurunan kualitas air yang signifikan
pada badan air seperti sungai, danau dan
waduk.Bioremediasi merupakan
penggunaan mikroorganisme yang telah
dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan
tertentu sebagai upaya untuk menurunkan
kadar polutan tersebut.
2 Hasminar BIOREMEDIASI LIMBAH Bahan kimia baik yang bersifat organik
Rachman INDUSTRI maupun anorganik sebenarnya dapat
Fidiastuti, S.Si.,
Pemanfaatan Mikroba didegradasi secara alami melalui aktivitas
S.Pd., M.Pd
Anis Samrotul Dalam Pengolahan Limbah metabolisme mikroba yang disebut
Industri biodegradasi.
Lathifah, S.Pd.,

M.Pd
3 Dr. Endah Rita Mikroorganisme sebagai Saat terjadinya bioremediasi, enzim-
Sulistya Dewi, fungsi bioremediasi pada enzim yang diproduksi oleh mikroba
S.Si, M.Si perairan tercemar memodifikasi senyawa kimia berbahaya
dengan mengubah struktur kimianya biasa
disebut biotransformasi. Pada banyak
kasus, biotransformasi berujung pada
biodegradasi, di mana senyawa kimia
terdegradasi, strukturnya tidak kompleks
dan akhirnya menjadi metabolit yang
tidak berbahaya dan tidak beracun.
4 Irna Melati TEKNIK BIOREMEDIASI: Bioremediasi merupakan teknik biologi
KEUNTUNGAN, yang digunakan untuk menyisihkan atau
KETERBATASAN DAN menghilangkan polutan dari lingkungan
PROSPEK RISET dengan menggunakan agen biologi seperti
bakteri, cendawan, alga dan tanaman.
Bioremediasi dikenal sebagai teknik yang
relatif ekonomis dan ramah lingkungan
dibandingkan teknik lain seperti fisika
dan kimia. Teknik bioremediasi telah
banyak diterapkan secara luas di berbagai
negara.
5 Jeremia Perdana Uji Resistensi dan Uji Bioremediasi adalah strategi atau proses
Biodegradasi Logam Berat detoksifikasi (menurunkan tingkat racun)
(Pb, Zn, dan Hg) oleh Isolat dalam tanah atau lingkungan lainnya
Bakteri Lumpur Pantai dengan menggunakan mikroorganisme,
Kenjeran. tanaman, atau enzim mikroba atau enzim
tanaman. Biodegradasi adalah proses
dimana bahan organik yang dirombak
oleh enzim yang dihasilkan oleh
organisme hidup. Biodegradasi adalah
istilah yang sering digunakan dalam
kaitannya dengan ekologi, pengelolaan
sampah dan lingkungan proses pemulihan
(bioremediation).
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bioremediasi adalah proses degradasi biologis dari sampah organik pada kondisi
terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya dibawah batas
yang ditentukan. Pemilihan teknik bioremediasi yang tepat untuk setiap kasus
tergantung pada banyak faktor seperti jenis dan konsentrasi kontaminan atau polutan,
sifat situs terkontaminasi, ambang batas konsentrasi yang diatur, waktu yang tersedia
untuk melakukan remediasi, biaya dan urgensitas yang diperlukan.

B. Saran
Bioremediasi harus lebih dikembangkan apalagi dilihat dari faktor lingkungan sekitar
kita khususnya di negara indonesia banyak tempat-tempat yang tercemar dan
terkontaminasi.
DAFRAR PUSTAKA

Badjoeri, M, Tri Widiyanto. 2008. Penggunaan Bakteri Nitrifikasi untuk Bioremediasi


dan Pengaruhnya terhadap Konsentrasi Ammonia dan Nitrit di Tambak Udang. ISSN
0125-9830. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia Vol. 34 (2) : 261-278.

Suyasa, W.B. 2007. Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak/Lemak dari Beberapa


Sedimen Perariran Tercemar dan Bak Pengolahan Limbah. Jurnal Bumi Lestari Vol. 7
(2) : 39-42.

Yudianto, D, Xie Yuebo. 2010. Evaluasi Pemanfaatan Teknologi Bakteri dan


Pemodelan Proses Biodegradasi dalam Pekerjaan Restorasi Sungai Xuxi, Kota Wuxi,
China. Pengembangan Teknologi Bakteri untuk Restorasi Sungai, BAPPENAS.

Rusnam, Efrizal, Arifin Bustanul. 2009. Teknik Bioremediasi Pengendalian


Pencemaran Air Danau Maninjau Sumatera Barat. Penelitian Hibah Strategis Nasional.
Universitas Andalas.

Jeremia Perdana, 2012. Uji Resistensi dan Uji Biodegradasi Logam Berat (Pb,
Zn, dan Hg) oleh Isolat Bakteri Lumpur Pantai Kenjeran. Unair.

Anda mungkin juga menyukai